Anda di halaman 1dari 12

‫ الطريقة االلستنتاجية‬/ ‫الطريقة االلستقرائية‬

METODE ISTIQROIYAH DAM METODE ISTINTAJIYAH


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Thuruq Tadris
Dosen Pengampu: Dr. Nanang Kosim, M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Farihin Abdul Fattah 1212030007


Hasna Najiatus Syahidah 1212030008
Hazimatul Fatinah Az-Zahra 1212030013
Ilfa Munajah 1212030062
Ilham Imammudin 1212030063

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini insya Allah tepat pada waktunya dan
sesuai dengan yang diharapkan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr.Nanang Kosim, M.Ag yang telah
mendampingi dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan orang tua kami yang telah memberi
dukungan selama kami membuat makalah ini. Kami pun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun
teman-teman yang membacanya.

Bandung,
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................................
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
A. Pengertian Istiqraiyah – Istintajiyah .......................................................................
B. Karakteristik Istiqraiyah – Istintajiyah....................................................................
C. Langkah Langkah Metode Istiqraiyah – Istintajiyah ..............................................
D. Kelebihan dan kekurangan Istiqraiyah – Istintajiyah..............................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................


A. Kesimpulan .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu metode yang cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran Bahasa arab yaitu
Istiqroiyah dan Istintajiah atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan metode induktif dan
deduktif. Pembelajaran Qawaid merupakan salah satu bagian terpenting dalam metodologi
pembelajaran bahasa Arab. Pada prakteknya, pembelajaran qawaid sebagaian besar
menggunakan metode tradisional dipondok-pondok pesantren terutama pesantren salaf.
Berbeda pada pesantren modern sebagaian besar menggunakan metode modern seperti metode
induktif, yaitu dimulai dari contoh-contoh, gambaran umum, kemudian kesimpulan atau
pengertian. Namun pada prakteknya, para guru bahasa Arab masih merasa kesulitan untuk
menerangkan kepada para siswa.

Pandangan terhadap urgensi pembelajaran gramatika menghantarkan kemunculan


beberapa pendekatan termasuk di antaranya induktif yang di dalam bahasa Arab disebut al-ist
iqra’ (thariqah al-istiqra ’/al -thariqah al-istiqra’iyah/al -madkhal alistiqra ’iy). Pada tingkatan
praktek dan aplikasinya, metodeini tidak semudah yang dirancang. Masih banyak mengalami
kesulitan-kesulitan dalam menjelaskan kepada para pembelajar. Pada umumnya, metode ini
akan sedikit mudah apabila para pembelajar mempunyai basic bahasa arab, namun akan sedikit
sulit apabila para pembelajar belum mempunyai basic bahasa arabsama sekali.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan metode Istiqroiyah dan Istintajiyah ?
2. Apa saja karakteristik dari metode Istiqroiyah dan Istintajiyah ?
3. Bagaimana Langkah Langkah dalam metode Istiqroiyah dan Istintajiyah?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode Istiqroiyah dan Istintajiyah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami maksud dari metode Istiqroiyah dan Istintajiyah
2. Untuk memhami karakteristik metode Istiqroiyah dan Istintajiyah
3. Untuk memahami Langkah Langkah dari metode Istiqroiyah dan Istintajiyah
4. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan metode Istiqroiyah dan Istintajiyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Istiqroiyah dan Istintajiah


1. Metode Istiqroiyah (Induktif)

Metode induktif adalah suatu cara berpikir yang dimulai dengan melihat hal-hal
khusus kemudian menarik sebuah kesimpulan baru yang lebih umum. Metode ini
membiasakan siswa untuk menarik kesimpulan sendiri. Walaupun membutuhkan
waktu pembelajaran yang agak lama, tapi metode ini mendidik anak untuk
menganalisa contoh-contoh yang ada sampai menemukan sendiri kaidah-kaidah
yang ada di dalamnya. Pengajaran seperti ini relatif lebih berkesan bagi anak didik.

Munculnya metode ini dilatarbelakangi oleh lima langkah pengajaran yang


dikemukakan oleh filosof Jerman Frederick Herbart (1776-1844), yaitu: appersepsi,
penyajian materi, korelasi materi, konklusi dan aplikasi. Metode ini disusun
berdasarkan pola pikir induktif, berpikir dari khusus ke umum, dari penerapan-
penerapan khusus menuju ketentuan umum, dari contoh kepada konsep. Metode ini
membiasakan siswa untuk menarik kesimpulan sendiri. Walaupun membutuhkan
waktu pembelajaran yang agak lama, tapi metode ini mendidik anak untuk
menganalisa contoh-contoh yang ada sampai menemukan sendiri kaidah-kaidah yang
ada di dalamnya. Pengajaran seperti ini relatif lebih berkesan bagi anak didik

2. Metode Istinjaiyah (Deduktif)

Pendekatan deduktif merupakan kebalikan dari induktif yaitu cara berpikir yang
dimulai dari hal-hal umum menjadi sebuah kesimpulan yang sifatnya lebih khusus.
Pendekatan atau penalaran deduktif ini sering digunakan oleh para penyidik dan
detektif dalam menyelesaikan sebuah kasus. Metode penalaran deduktif juga
digunakan dalam pengajaran kepada siswa-siswa di kelas. Pendekatan deduktif adalah
proses berpikir yang dilakukan dengan melihat pernyataan-pernyataan umum menuju
ke hal yang sifatnya lebih khusus melalui logika yang benar.

Baik pendekatan induktif maupun deduktif sama-sama memiliki kelebihan dan


kekurangan ketika diterapkan dalam metode pembelajaran. Disinilah tugas guru untuk
bisa memilih mana pendekatan yang lebih tepat untuk diberikan kepada anak didiknya
supaya mendapatkan prestasi yang maksimal.
B. Karakteristik Metode Istiqroiyah dan Istintajiyah
1. Karakteristik dari metode Istiqroiyah ini meliputi:
a. Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus,
kemudian siswa dibimbing guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya
(prinsip, hukum yang mengatur hal-hal khusus tersebut).
b. Kegiatan utama siswa adalah: mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan,
dan menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat
khusus dan membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar
hal-hal khusus tersebut.
c. Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau
formula umum yang diperoleh dari penyelidikan contoh-contoh khususnya.
d. Memiliki semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat
pengetahuan, dan mampu berpikir logis.
e. Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu
yang tidak singkat.
2. Karakteristik metode Istintajiyah adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa
pemaparan abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah yang diberikan secara
umum.
b. Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik
jika siswa telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.
c. Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru
memberikan materi dan kemudian memberikan contoh-contoh khususnya.
d. Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran.
e. Silakan para guru untuk menerapkan kedua pendekatan itu dalam pembelajaran
di kelas maupun di luar kelas/daring.
Setiap pengambilan kesimpulan hukum membutuhkan sebuah proses. Proses ini
membutuhkan indiator-indikator sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang
akurat. Adapun untuk menentukan suatu kesimpulan tersebut dapat ditempuh
dengan beberapa cara, diantaranya metode qiyas (deduksi) dan istiqra’ (induksi).

Hasil kerja istiqraiyah memiliki tiga ciri khas, yaitu sintesis, umum (general), dan
aposteriori. Ciri sintesis terlihat ketika kesimpulan ditarik dari partikular-partikular
yang memiliki kesesuaian, yaitu dengan jalan mensintesiskan atau menggabungkan
kasus-kasus yang terdapat dalam premis-premis yang diperoleh. Ciri umum adalah
karena kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak atau
yang lebih umum sifatnya dibandingkan jumlah kasus yang terkumpul dalam premis-
premisnya. Ciri aposteriori adalah karena kasus-kasus konkret yang dijadikan
landasan atau titik tolak argumen. Semua kasus tersebut merupakan buah hasil
pengamatan inderawi, bukan kebenaran-kebenaran fikiran belaka.

C. Langkah Langkah Metode Istiqroiyah dan Istintajiah


1. Metode Istiqroiyah

Tariqah istiqra’iyah memiliki nama lain yang dikenal sebagai tariqah


istinbatiyyah. Ada juga yang mengenal metode ini dengan nama Metode Herbart
karena dipelopori oleh Johan Frederich Herbart, seorang pakar pendidikan asal jerman
yang telah mengembangkan langkah-langkah dalam pengajaran qowa’id nahwiyyah.

Model pembelajaran qawa’id dengan metode ini terdiri dari 5 langkah, yaitu
pendahuluan, penyajian, pengaitan/perbandingan, penyimpulan kaidah, dan aplikasi.
Pengajaran qowa’id nahwiyyah ini bertujuan untuk memelihara lisan serta tulisan
(kitabah) dari kealahan. Langkah-langkah tersebut yaitu:

a. Tahmid yang berisi apersepsi. Apersepsi menurut Herbart yaitu menerima


tanggapantanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada
b. ‘Ard al-amsilah yang berupa pemaparan terdiri dari contoh-contoh yang
berkaitan dengan qa’idah yang akan dibahas.
c. Ar-rabt wa al-muwazanah yaitu cara membandingkan materi yang baru dengan
materi yang telah dipelajari dan mengaitkan temuan siswa dari keterkaitan
contoh-contoh yang ada serta membandingkannya sehingga ditemukan aspek-
aspek perbedaan
d. Istinbat al-qa’idah berupa langkah penting dalam menyimpulkan definisi
e. At-tatbiq, yaitu tahap aplikasi pemahaman siswa mengenai qa’idah yang baru
dipelajarinya dalam bentuk analisis latohan yang mereka lakukan sendiri

Contoh penerapan langkah-langkah metode istiqro’iyah yang dapat dilakukan yaitu:


a. Tahap pendahuluan: tenaga pendidik memberikan apresiasi, dialog ringan, atau
pengajuan pertanyaan serta penjelasan mengenai pokok bahasan dan tujuan
pelajaran sehingga peserta didik dapat lebih siap mengikuti pembelajaran
b. Tahap penyajian: tenaga didik dituntut mampu menyajikan materi kaidah
nahwu-shorof secara menarik dan berorientasi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dengan memperhatikan materi sebelumnya sehingga tercipta
kesinambungan dan keterpaduan.
c. Tahap pengaitan: tenaga didik membandingkan antara pelajaran yang sedang
dipelajari dengan yang sudah dipelajari agar peserta didik mampu siap
mengambil keputusan.
d. Tahap penyimpulan kaidah: tenaga didik memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengambil kesimpulan sesuai dengan contoh-contoh dan
analisis yang telah didiskusikan sebelumnya.
e. Tahap aplikasi: kaidah yang telah disimpulkan dan dipahami harus
diaplikasikan dalam bentuk latihan-latihan baik bersifat lisan maupun tulisan
sehingga tercipta keterpaduan antara teori (kaidah) dan praktik (aplikasi).

2. Metode Istinjaiyah
Menurut Sudjana dan Suwariyah (1991), ada empat tahapan yang harus
ditempuh dalam proses pembelajaran model deduktif-induktif. Tahapan kegiatan
tersebut diurutkan sebagai berikut:
a. Guru mengajukan masalah atau gejala kepada para siswa. Masalah atau gejala
itu sebaiknya dipilih yang sifatnya aktual yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, atau yang sedang hangat di masyarakat. Namun, permasalahannya atau
gejala tersebut ada kaitannya dengan prinsip-prinsip keilmuan yang terdapat
dalam bidang studi atau mata pelajaran yang diajarkan. Misalnya, untuk bidang
studi IPA dapat mengambil tema masalah banjir, erosi, pencemaran lingkungan,
dan gempa bumi. Untuk bidang studi ilmu sosial, misalnya pencurian, korupsi,
kepadatan penduduk, kemiskinan, atau pengangguran. Pertanyaan yang
diajukan sehubungan dengan tema masalah tersebut, misalnya: Mengapa hal tu
terjadi? Bagaimana proses terjadinya?
b. Sehubungan dengan tema dan pertanyaan tersebut, setiap siswa diminta
mengkaji kaitan masalah dengan materi bahan pengajaran dari bidang studi yang
sedang dipelajarinya. Untuk itu siswa diminta membaca buku atau berdiskusi
tentang prinsip-prinsip, konsep-konsep bidang studi atau mata pelajaran yang
erat kaitannya dengan masalah atau gejala tersebut, dan mencoba mengajukan
alternatif jawaban masalah (jawaban sementara). Dengan ata lain, siswa harus
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dari ilmu pengetahuan yang
terdapat dalam bidang studi itu untuk dapat menjelaskan dan menetapkan
jawaban sementara terhadap permasalahan atau gejala yang dilontarkan oleh
guru. Penelaahan ini bisa dilakukan oleh siswa secara individual atau secara
kelompok melalui diskusi.
c. Siswa diminta mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber
mengenai permasalahan itu. Setelah itu, siswa dibimbing untuk bisa
membuktikan atau menguji kebenaran jawaban sementara berdasarkan data dan
informasi yang telah ditemukannya. Dalam hal ini, peran guru untuk memberi
jalan atau petunjuk kepada siswa sangat diperlukan agar siswa dapat
menemukan jawaban atas masalah atau gejala yang dimaksudkan.
d. Membuat simpulan dari proses yang telah dilakukan oleh siswa, yakni
merumuskan jawaban yang peling tepat bagi masalah itu sesuai dengan konsep
dan prinsip yang terdapat dalam bidang studi (mata pelajaran). Dalam evaluasi,
guru hendaknya melakukan penilaian terhadap proses belajar siswa dan hasil
belajar yang dicapainya. Evaluasi terhadap proses belajar terutama pada saat
siswa mempelajari konsep dan prinsip untuk menjelaskan masalah atau gejala
dan pada saat siswa menguji dan membuktikan konsep dan prinsip dalam
pemecahan masalah atau gejala yang sejenis. Adapun penilaian hasil belajar
dilakukan terhadap perolehan siswa dari proses belajar yang dilakukan melalui
pengamatan dan pertanyaan, baik lisan ataupun tulisan selama proses
pembelajaran berlangsung. Pada akhir pembelajaran guru membuat simpulan
tentang pelajaran untuk dicatat oleh para siswa.

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Istiqroiyah dan Istintajiyah


1. Kelebihan dari metode istiqraiyah:
• Metode ini merupakan metode yang terbaik dalam pembelajaran qowa’id karena
mendorong peserta didik untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, terutama berlatih dalam berpikir logis.
• Metode ini dinilai mudah diaplikasikan dan lebih alami karena kaidah nahwu
dan shorof disusun berdasarkan pengamatan, periwayatan, dan contoh-contoh
kebahasaan yang dipraktikkan oleh penutur asli lalu dikatagorisasikan
kemudian disimpulkan dalam bentuk kaidah seperti yang kita jumpai saat ini.
2. Kekurangan dari metode istiqraiyah:
• Metode ini dianggap sangat lambat dalam proses pembelajaran kaidah kepada
peserta didik
• Kaidah yang dibangun dan disimpulkan dari contoh-contoh yang diberikan
terkadang tidak proporsional
• Satu kaidah sering disimpulkan hanya dari satu atau dua contoh.
• Pemberian contoh-contoh dalam bentuk kalimat terkadang tidak ada
hubungannya dengan substansi pemikiran
• Contoh-contoh hanya berorientasi generalisasi dalam bentuk kaidah dan tidak
mempertimbangkan relevansi makna contoh-contoh.
BAB III

KESIMPULAN

Metode induktif adalah suatu cara berpikir yang dimulai dengan melihat hal-hal khusus
kemudian menarik sebuah kesimpulan baru yang lebih umum. Melalui pendekatan induktif
tersebut penarikan kesimpulan yang sifatnya umum dilakukan dengan melihat kepada fakta-
fakta konkrit yang bersifat khusus. Semakin banyak fakta-fakta khusus yang digunakan maka
kesimpulan umum yang didapatkan akan semakin bagus.

Pendekatan deduktif merupakan kebalikan dari induktif yaitu cara berpikir yang dimulai
dari hal-hal umum menjadi sebuah kesimpulan yang sifatnya lebih khusus. Pendekatan atau
penalaran deduktif ini sering digunakan oleh para penyidik dan detektif dalam menyelesaikan
sebuah kasus. Metode penalaran deduktif juga digunakan dalam pengajaran kepada siswa-
siswa di kelas. Pendekatan deduktif adalah proses berpikir yang dilakukan dengan melihat
pernyataan-pernyataan umum menuju ke hal yang sifatnya lebih khusus melalui logika yang
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Kosim, Nanang 2016 Strategi dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Bandung: Arvino
Raya

Punawan, Ahmad Sehri bin. 2010. Metode Pengajaran Nahwu dalam Pengajaran Bahasa
Arab. Jurnal Hunafa, Vol.7, No.1

Ahmadmuslimin (2016) metode istiqro. Diakses pada 15 maret 2022. Dari


https://ahmadmusliminblog.wordpress.com/2016/08/16/metode-istiqra/

Kusuma, Alam Budi. 2018. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA


ARAB. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 1, Nomor 1.

Alwasilah, Chaedar. 2011. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai