MAKALAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Dilalah
Dosen Pengampu:
Dr. Siti Sanah, M.Ag.
Oleh:
Abdul Malik Qimanullah 1192030002
Eva Nur Falah 1192030033
Fadhlan Husni Ramdhani 1192030035
Assalaamu`alaikum, Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seluruh puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia kepada seluruh manusia sehingga makalah berjudul “Musytarak Lafzi” ini dapat
tertulis dengan penuh perhatian dan pertimbangan. Selawat seraya salam semoga senantiasa
tersampaikan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah menghapuskan gelapnya kebodohan
umat manusia dan mengisinya dengan cahaya petunjuk ilmu pengetahuan.
Penulisan makalah ini diiringi dengan harapan akan mendatangkan manfaat kepada siapa
pun yang membaca dan mengkajinya terutama bagi penulisnya sendiri. Kekurangan maupun
kekeliruan dalam makalah ini sangat mungkin ditemukan, oleh karena itu penulis dengan
tangan terbuka akan menerima segala kritik, koreksi, dan saran agar makalah ini dapat terus
berkembang menjadi versi yang lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
A. Pendahuluan..................................................................................................................1
B. Konsep Dasar Musytarak lafzi......................................................................................1
C. Musytarak lafzi Menurut Linguis Klasik.....................................................................3
D. Musytarak lafzi Menurut Linguis Modern..................................................................3
E. Fenomena yang Berkaitan dengan Musytarak lafzi...................................................6
F. Analisis Musytarak lafzi dalam Al-Qur`an..................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
A. Pendahuluan
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010).
1
Definisi terminologi musytarak lafzi diartikan dengan satu lafal dengan
dua atau lebih makna yang berbeda serta beragam penggunaannya yang
menunjukkan pada pergantian makna, artinya makna-makna lafal tersebut
tidak dapat digunakan secara bersamaan.2
Dr. Abdul Karim menyebutkan musytarak lafzi dapat dipahami sebagai
sebuah kata yang memiliki lebih dari satu makna, bisa dua makna atau lebih. 3
Musytarak lafzi berkaitan dengan keberagaman makna dari suatu kata baik
dari makna yang berdekatan maupun berlawanan, oleh karena itu konsep ini
akan mengkaji hubungan semantis antara makna-makna suatu kata. Berikut
akan disebutkan pengertian musytarak lafzi menurut beberapa ulama:
a. Muhammad Ibnu Hasan al-Suli: Sesuatu yang katanya sama tapi
maknanya berbeda.
b. Abu Ubaid dan al-Qasim Ibn Salam Al-Hurawi (224 H): salah satu jenis
dari ucapan orang Arab yang serupa dalam lafad tapi berbeda dalam
makna.
c. Abu Abdul Ghani (614 H): Persamaan bentuk, perbedaan makna.
Ulama lain memberikan pengertian yang sejalan dengan pengertian-
pengertian di atas. Dari semua pengertian tersebut, terlihat poin persamaan
pada adanya persamaan pada kata dan perbedaan makna. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa musytarak lafzi adalah sebuah fenomena dalam
bahasa Arab yang menunjukkan pada kondisi sebuah kata yang memiliki dua
makna atau lebih.
2. Musytarak lafzi dan al-Wujuh
Konsep musytarak lafzi tidak hanya dikaji dalam bidang bahasa saja,
namun dikaji pula dalam bidang ilmu ushul fiqh, dan ilmu al-qur’an.4 Dalam
rumpun ulumul qur’an, fenomena musytarak lafzi dikenal dalam konsep al-
wujuh wa an-nadzair. Muncul beberapa pengertian konsep al-wujuh dalam
ilmu al-qur’an, di antaranya dikemukakan oleh ahli tafsir Imam Jalāl al-Dīn
Al-Suyūṭī. Beliau mendefinisikan al-wujuh dalam kitabnya al-Itqaan fi
‘Uluum al- Qur’an sebagai kata musytarak yang dapat digunakan dalam
2
Siti Falihatul Fitria, “Al-Musytarak Al-Lafẓī dalam Al-Qur’an Menurut Kitab Tafsir Jāmi’ Al-
Bayān (Kajian Tematik atas Lafal Dalal)” (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2020).
3
Abdul Karim Muhammad Hasan Jabal, ’Ilmu ad-Dilalah al-Mufrodatii.
4
Fitria.
2
beberapa ragam makna.5 Quraisy Shihab menerangkan secara lebih terperinci
dalam kitabnya yang berjudul “Kaidah Tafsir”, al-wujuh adalah kata-kata
yang secara keseluruhan sama, termasuk susunan huruf dan bentuknya, yang
ditemukan dalam beberapa ayat berbeda, namun mengandung makna yang
berbeda pula.6
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disebutkan bahwa al-wujuh adalah
konsep yang menggambarkan keadaan satu kata yang sama yang terletak
dalam beberapa ayat berbeda dapat memiliki beragam makna yang berbeda
pula.
M. Quraisy Shihab menyebutkan dalam buku yang sama bahwa anggapan
al-wujuh yang serupa dengan musytarak disetujui oleh sebagian ulama dan
ditentang oleh sebagian yang lain. Quraisy Shihab sendiri menyatakan bahwa
ada sedikit perbedaan antara kedua istilah tersebut. Menurutnya, al-wujuh
dapat terjadi pada lafal tunggal maupun rangkaian kata-kata, sementara
musytarak hanya mencakup tataran lafal saja.7
3. Musytarak lafzi antara homonim dan polisemi
Apabila melakukan kajian kontrastif terkait konsep musytarak lafzi dalam
kaidah bahasa Indonesia, ada dua konsep yang dianggap sesuai dengan
musytarak lafzi, yaitu homonim dan polisemi. Meskipun ada kemiripan
namun terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya, polisemi menurut
Parera adalah satu ujaran berbentuk kata yang memiliki beberapa makna
berbeda yang masih saling berkaitan satu sama lain. 8 Misalnya kata akar,
dapat diartikan sebagai bagian dari tumbuhan namun dalam frasa ‘akar
masalah’ diartikan sebagai asal mula atau pangkal dari suatu masalah. Kedua
arti tersebut memiliki kaitan sebagai asal atau pangkal dari sesuatu. Sementara
homonim meskipun memiliki berbagai makna tapi tidak memiliki kaitan
selain persamaan bentuk katanya saja, seperti kata bisa, dapat diartikan
mampu bisa juga berarti cairan beracun yang ada pada ular, tidak ditemukan
kaitan di antara kedua makna tersebut.
5
Al-Suyūṭī Abū al-Fadhl Jalāl al-Dīn Abd al-Rahmān Abū Bakr, Al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān
(Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiah, 1995).
6
M. Quraish Shihab, “Al-Wujuh wa an-Nazha’ir,” in Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati,
2013), hal. 118–19.
7
Shihab, “Al-Wujuh wa an-Nazha’ir.”
8
J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarrta: Penerbit Erlangga, 1991).
3
Perbedaam tersebut menyebabkan perbedaan pendapat di antara kalangan
ahli bahasa, ada yang mendukung musytarak lafzi sama dengan homonim
adapula yang menolak klaim tersebut karena meyakini polisemi lebih sesuai
dengan konsep musytarak lafzi.
C. Musytarak lafzi Menurut Linguis Klasik
Menurut linguistik Arab klasik, musytarak lafzi adalah homonim. Mereka
mendefinisikannya sebagai berikut:9
عبارة عن كلمات متشابهات في النطق والكتابة ولكنها مختلفة في الداللة
Artinya: beberapa kata yang sama dari segi pelafalan maupun bentuk
tulisannya. Tetapi, berlainan maknanya.
Kata yang dapat disebut musytarak lafzi memiliki pelafalan yang sama,
ditulis dengan susunan huruf dan harakat yang tidak berbeda. Satu-satunya
perbedaan yang dapat ditemukan adalah perbedaan makna.
Selain pengertian di atas, linguistik lain mendefinisikan musytarak lafzi
sebagai berikut:
a. Sibawaih (w.180 H )
Sibawaih adalah ahli bahasa yang pertama kali mencetuskan istilah
musytarak lafzi dalam bukunya pada tahun 180 H. Musytarak lafzi merupakan
kata-kata yang sama dengan dua atau lebih makna yang berbeda. Hal ini
tertulis dalam bukunya yang berjudul “Al-Kitab” yang diterbitkan oleh
penerbit Bulaq, di Kairo pada tahun 1966.
9
Taufiqurrahman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008).
4
D. Musytarak lafzi Menurut Linguis Modern
Penggunaan lafal musytarak diperbolehkan oleh mayoritas ulama kalangan
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, Hambaliyah dan sebagian ulama golongan
Mu’tazilah dengan alasan bawa makna suatu kata dapat berbeda tergantung
pada tujuan mutakallim atau pembicara.
M. Quraisy Shihab menyatakan bahwa mayoritas ahli bahasa mengakui
keberadaan isytirok atau musytarak pada sebuah kata. Hanya saja, beberapa
ulama al-qur’an tidak sependapat dengan hal itu. Mereka memandang jika
dalam al-qur’an terdapat kondisi kata yang demikian, maka konsekuensi logis
pertama adalah harus adanya qarinah yang mendukung pemaknaan tersebut.10
Selain itu kondisi pemaknaan tersebut dapat menjadikan pembahasan menjadi
bertele-tele yang mana hal itu tidak menunjukkan sifat bahasa yang baik.
Argumen kedua menyatakan jika tidak ada indikator, maka tujuan untuk
menyampaikan pesan dari Allah kepada manusia tidak akan terpenuhi. Pada
intinya, golongan ini menyatakan bahwa tidak ada lafal isytirak dalam
alqur’an.
Pada akhirnya argumen tersebut masih banyak ditentang oleh mayoritas
ulama al-qur’an, karena bahasa yang digunakan dalam al-qur’an adalah bahasa
Arab, dan keberadaan musytarak lafzi serta mutaradif jelas digunakan dalam
bahasa Arab sehingga bukanlah sebuah kemustahilan jika al-qur’an
menggunakannya pula.11
10
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati, 2013).
11
Shihab, Kaidah Tafsir.
5
c. Kata السائلdapat menunjukkan pada dua makna berbeda yaitu ( الذي يسألorang
yang meminta/bertanya) dan bermakna ( الذي يسيلsesuatu yang mengalir)
Selain terjadi pada satuan lafaz atau kata, musytarak lafzi juga dapat
ditemukan dalam satuan kalimat misalnya kalimat أنا ال أريد نصيحتكdapat dimaknai
sebagai حكyyد أن انصyyا ال اريyy( انaku tidak ingin menasihatimu) bisa pula dimaknai
sebagai ( اناالأريد ان تنصحنيaku tidak ingin kamu menasihatiku).
6
"Dan tatkala ia di sumber air negeri Mad-yan, ia menjumpai disana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya ..."
Dalam lafadz ( )األمةdiartikan dengan sekumpulan orang-orang (ة عنyyالجماع
)الناس.
ومن قوم موسى أمة يهدون بالحق وبه يعدلون
"Dan diantara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk"
Dalam lafadz ( )األمةdiartikan sekelompok ( )الفرقةdan sekte-sekte ()الطائفة.
2. Musytarak yang mempunyai arti berlawanan
الم تر أن هللا يسجد له من في السموت ومن في األرض والشمس والقمر دوه والنجوم والجبال والشجر
والدواب وكثير من الناس
7
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada
di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pepohonan, binatang-
binatang melata dan sebagian besar dari pada manusia
Dalam lafadz (جدyy )يسjika dilihat dari makna hakikat yaitu menempatkan
kening di atas bumi, sedangkan jika dilihat dari makna majazi maka
bermakna mengagungkan.
إن يثقفوكم يكونوا لكم أعداء ويبسطوا إليكم أيديهم وألسنتهم بالشؤء وودوا لو تكفرون
Dalam lafadz (ديyyyط األيyyy )بسjika dilihat dari makna hakiki yaitu
memanjangkan untuk memukul atau mengganggu, sedangkan jika dilihat
dari makna majazi memiliki arti tidak bisa menahan dari ucapan yang
kotor.
G. Simpulan
Kajian makna dalam semantik menghasilkan berbagai konsep pemaknaan
dalam bahasa, salah satu di antaranya adalah musytarak lafzi. Musytarak lafzi
adalah berbagai makna yang terkandung dalam sebuah kata. Dalam bahasa
Indonesia konsep ini sama dengan kaidah homonim atau polisemi. Selain dalam
kajian bahasa musytarak lafzi juga dikaji dalam bidang ushul fiqh dan ulumul
qur’an. Antara linguis klasik dan modern tedapat beberapa perbedaan perspektif
terkait musytarak lafzi, sementara sebab-sebab terjadinya musytarak lafzi secara
umum tidak berbeda antara pendapat linguis klasik dan kontemporer. Dalam al-
qur’an maupun dalam bahasa Arab secara umum ditemui beberapa fenomena
musytaak lafzi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abū al-Fadhl Jalāl al-Dīn Abd al-Rahmān Abū Bakr, Al-Suyūṭī, Al-Itqān fī ‘Ulūm
al-Qur’ān (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiah, 1995)