MAUDHU’UHA WA NASY’ATUHA
Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu syarat ntuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Imu Balaghah
Disusun oleh :
Kelompok 1
Mauliyah Mahfudhoh (21211704)
Nur Afiani Triwardana (21211735)
Nurhidayatul Khoiriyah (21211743)
Dosen Pengampu :
Mohammad Husen, M.Ag.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji bagi Allah swt yang telah
yang menurunkan Al-Qur'an sebagai mukjizat kekal sepanjang masa sebagai
penjelas atas segala sesuatu, dan yang telah memberikan nikmat baik itu
nikmat Iman, Islam, maupun Ihsan sehingga penulis mampu berbagi informasi
pengetahuan tentang Semantik Al-Qur’an. Shalawat serta salam yang selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menjelaskan
Al- Qur'an kepada umatnya, dan telah menuntun umatnya dengan sunnahnya,
baik perkataan perbuatan maupun ketetapannya. Begitu pula kepada keluarga,
para sahabat, serta orang-orang yang dalam mengarungi hidup dan kehidupan
ini selalu menjadikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman dan rujukan.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada bapak Mohammad Husen, M.Ag. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Semantik Al-Qur’an, yang telah membimbing dan memotivasi kami
dalam penulisan makalah ini. Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada
para pembaca, semoga apa yang kami tuliskan dalam makalah ini akan
menjadi ilmu yang bermanfaat.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
A. Kesimpulan ........................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai media komunikasi terus mengalami
perkembangan seiring dengan berkembangnya pemikiran pemakaian
bahasa. Karena pemikiran bahasa berkembang, maka pemakaian kata
dan kalimat menjadi berkembang pula. Perkembangan tersebut dapat
berwujud penambahan atau pengurangan. Karena kata dan kalimat
yang mengalami perubahan, maka dengan sendirinya perubahan
maknanya pun berubah.
Ilmu Dalalah sebagai ilmu yang mengkaji mengenai makna
berkembang seiringan dengan bahasa, dimana ia merupakan sarana
untuk berhubungan dalam kehidupan masyarakat, kemudian
perkembangan gaya hidup juga mempengaruhi perkembangan bahasa
juga.
Perkembangan semantik juga mengkaji tentang perubahan
makna, termasuk faktor munculnya perkembangan makna.
Perkembangan makna dalam konsep ini tidak harus ke arah yang
selalu meningkat namun kemungkinan terjadi perkembangan atau
peralihan dari makna yang sempit atau khusus ke makna yang luas
atau umum dan sebaliknya, hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Maka dalam Tulisan ini pemakalaj akan membahas mengenai
perkembangan makna, sejarah munculnya dalalah, apa objek objek
perkembangan dilalah al-quraniyyah.
1
Dalam diskursus semantik, setiap kata akan mengalami proses
sinkronik dan diakronik. Maksudnya, sebuah kata akan mengalami
pergeseran-pergeseran makna dari masa pra-Islam hingga Islam masuk
sebagai implikasi logis atas pengaruh konsep monoteisme yang
dibawanya. Dalam pandangan linguistik, hal ini dibenarkan karena sebuah
bahasa tidak bisa lepas dari komunitas yang menggunakannya. Ini artinya,
kajian linguistik memiliki porsi tinggi dalam menafsirkan al-Qur’an. Oleh
karenanya, dalam makalah ini akan mengangkat kata kunci dalalah dalam
pembahasannya.
2
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan Latar Belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Dilalah Al-Qur’aniyyah ?
2. Apa Saja Objek Pembahasan Dilalah Al-Qur’aniyyah ?
3. Bagaimana Sejarah Munculnya Dilalah Al-Qur’aniyyah ?
C. Tujuan Penulisan
Dari Rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu Dilalah Al-Qur’aniyyah
2. Untuk mengetahui objek pembahasan Dilalah Al-Quraniyyah
3. Untuk mengetahui Ilmu-ilmu lain terkait sejarah munculnya
Dilalah Al-Qur’aniyyah
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mastur, S. Ag, M. Pd. “Ilmu Dilalah,” (September 2021), h. 5.
5
B. Objek Pembahasan Dilalah Al-Qur’aniyyah
3
Baiq Raudatussolihah, “Analisis Linguistik Dalam Al-Qur’an (Studi Semantik
Terhadap QS Al- ‘Alaq)”
7
erat kaitannya dengan hubungan antara kata dan makna, sama halnya
eratnya hubungan antara api dan asap”. Jadi, Bahasan addilalah pun
lebih fokus pada hubungan antara kata dan makna. Olehnya, ada dua sisi
yang saling kait-mengait dalam bahasan ini, hubungan antara kosakata
dan kalimat dan hubungan lafadz dan makna.4
Pada zaman Yunani para filusuf meneliti apa yang dimaksud
dengan bahasa dan hakikat bahasa. Para filusuf tersebut telah sepakat
bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup
dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia.
Tetapi mengenai hakikat bahasa, apakah bahasa mirip realitas atau tidak,
mereka belum sepakat. Dua filusuf besar yang pemikirannya terus
berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles. Plato (lahir
sekitar 427 SM – meninggal sekitar 347 SM) adalah seorang filsuf dan
matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri
dari Akademi Platonik di Athena sedangkan Aristoteles hidup pada
tahun 384 SM.
1. Masa Klasik
a). Masa Yunani Kuno Secara historis, sejarah kajian makna sudah ada
sejak zaman Yunani kuno. Aristoteles dilahirkan di kota Stagira,
Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur
tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato.
Masa Aristoteles merupakan periode awal dari sejarah ilmu ad-Dilalah
dengan istilah semantik. Hubungan kata dan makna berupa ide atau
segala sesuatu yang ada merupakan salah satu pembicaraan yang
terpenting pada abad pertengahan. Aristoteles adalah pemikir yang
menggunakan istilah makna lewat batasan pengertian kata. Menurut
4
MASTUR, Sejarah Perkembangan Dilalah Al-Qur’an Dan Tokoh-Tokohnya, 2021.
8
Aristoteles kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna.
Karena kata dan makna memiliki hubungan yang sangat erat, seperti
halnya api dan asap. Uraian diatas memberikan gambaran bahwa cikal
bakal munculnya semantik adalah sejak masa Aristoteles, meskipun
sebelumnya telah ada yang mengkaji makna untuk hal-hal tertentu.
Namun hal itu lebih banyak mengaruh pada filsafat yang berkembang
pesat pada saat itu hubungan buatan atau urf. Bahasa itu adalah sistem
lambang yang berwujud bunyi, maka tentu ada yang dilambangkan.
Yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep atau ide pikiran
yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang-
lambang itu mengacu pada suatu konsep, idea tau pikiran maka dapat
dikaitkan bahwa bahasa itu merupakan makna. Lambang-lambang
bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan
bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.
Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak
mempunyai makana dapat disebut bukan bahasa.
b). Hindustan bahasa sejak lama telah menjadi objek perhatian para
pemikir, sebab bahasa adalah salah satu roda utama dalam kehidupan
manusia semenjak diciptakannya, baik dalam berfikir maupun dalam
berkomunikasi antar sesame manusia. Dengan adanya bahasa sejarah
tercatatkan dalam buku-buku. Bahkan kitab-kitab suci yang dianggap
sakral bagi umat-umat terdahulu oleh manusia termaktubkan denganya.
Orang-orang hindistan sebagai contoh, mereka memiliki kitab suci
Weda yang tidak lain merupakan sumber studi bahasa dan daya ucap
khususnya. Dan dari sinilah sejarah permulaan bahasa dianggap sebagai
mata pelajaran dan studi. Orang-orang Hindustan mencurahkan
perhatian mereka kepada pembahasan semantik dari para pemikir
Yunani. Mereka mengkaji pembahasanpembahasan yang berhubungan
9
dengan pemahaman yang alami tentang kata dan kalimat. Bahkan
mereka mengkaji sebagian besar problematika yang diungkapkan dalam
linguistic modern dari pembahasan-pembahasan semantik. Diantara
tema-tema yang mereka bicarakan ialah:
1). Hubungan antara kata dan makna Tema ini menjadi sasaran
perhatian orang-orang Hindustan sebelum orang-orang Yunani. Ada
beberapa pendapat mereka seputar tema ini, diantara mereka ada yang
menerima ide tabayyun antara kata dan makna. Ada juga yang
menjelaskan hubungan antara kata dan makna dengan hubungan yang
klasik dan alami.
2. Masa Modern
12
1. Semasiologi, ilmu tentang tanda
5
Balkis Aminallah Nurul Mivtakh, Sejarah Perkembangan Ilmu Dalalah Dan Para
Tokoh-Tokohnya, vol. Volume 1 no 2 (Kota Yogyakarta, 2021).
13
a. Faktor intern yang terdiri dari segala sesuatu yang berhubungan
dengan bahasa seperti al-shauty, al-isytiqâq, an-nahwiyah, dan as-
siyaqiyah.
6
Zaky Ahmad, Perkembangan Dilalah, vol. Jurnal Waraqat,2, no 1, 2017.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Karīm dan Tafsīr Muqātil ibn Sulaimān,” karya Muqatil ibn Sulaiman.
Kemudian di era kontemporer contohnya terdapat dalam “al-Kitab wa
al-Kuna: Qira’ah Mu’ashirah” karya M. Syahrur yang sudah
menunjukkan kecenderungan semantik dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an.
B. Saran
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak lepas dari kesalahan
dan kekurangan. Maka dari itu, kami berharap masukan-masukan
yang membangun dari pembaca agar menjadi bahan evaluasi bagi
kami sehingga kedepannya kami dapat menghadirkan tulisan-ulisan
yang lebih baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah
khazanah keilmuan para pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
17