Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TAFSIR HADITS AKHLAK

CORAK TAFSIR FIQH


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Tafsir Hadits Akhlak
Dosen Pengampu : Eti Maryati., M.Ud

Disusun oleh

Rizki Wahyudin : P.21.141534


M Alvin Ubaidillah : P.21.141528
Mugiana Silmun : P.21.141529

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARQAM

(STAIDA) MUHAMMADIYAH GARUT

1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Segala puji dan kemuliaan hanyalah milik Rabb semata, atas segala rahmat dan ni’mat-Nya yang telah
dikaruniakan kepada segenap hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga selamanya tercurah atas junjungan
alam yang menajadi penuntun umatnya ke jalan shirotol mustaqim. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah ‫جل‬
‫ جالله‬,alhamdulillah kami dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah kajian ilmiah tentang “CORAK TAFISR
FIQHI” dengan wasilah tugas disertai bimbingan dan dorongan dari dosen mata kuliah Tafsir Hadits Akhlak
Ibunda Eti Maryati., M.Ud. Disamping itu, kami sadari sepenuhnya bahwa kajian makalah yang kami sajikan
ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami selalu berharap atas kritik dan sarannya yang membangun, guna
peningkatan di masa yang akan datang. Akhirnya kami berharap, semoga sekecil apapun untaian kata yang
kami sajikan sebagai rangkaian ilmu dalam makalah ini senantiasa menjadi bongkahan bongkahan ilmu yang
senantiasa bermafaat dunia dan akhirat. Amin.

Garut, Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................................................................1

C. Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................2

A. Apa pengertian Tafsir Fiqhi..........................................................................................................................2

B. Bagaimana Latar Belakang Munculnya Tafsir Fiqh.....................................................................................2

C. Apa saja yang menjadi pendekatan Karakteristik Tafsir Fiqh......................................................................5

D. Tokoh Tafsir Fiqhi dan Tafsirnya.................................................................................................................7

E. Contoh Tafsir Fiqhi.......................................................................................................................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................................9

KESIMPULAN..................................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA…………………………...............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur ’an diturunkan Allah kepada umat manusia dijadikan sebagai hudan, bayyinah, dan furqan.
Al-Qur’an selalu dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan dan al-Qur’an merupakan
kitab suci umat Islam. Agar fungsi al-Qur’an tersebut dapat terwujud, maka kita harus menemukan
makna firman Allah SWT saat menafsirkan al-Qur’an. al-Qur’an memberikan kemungkinan-
kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan
penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk
diinterpretasi), baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal.

Tafsir sebagai usaha untuk memahami dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci
mengalami perkembangan yang cukup bervariasi. Katakan saja, corak penafsiran al-Qur’an adalah hal
yang tak dapat dihindari. Spesialisasi yang menjadi basis intelektual mufassir sangat mendominasi di abad
pertengahan karena keanekaragaman corak penafsiran sejalan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang
berkembang pada saat itu. Ini terjadi karena minat para mufassir pada saat itu berpusat pada
kepentingannya. Di sisi lain, ilmu yang berkembang pada abad pertengahan bersentuhan dengan ilmu
fikih, ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu bahasa dan sastra, serta filsafat. Karena minat keilmuan ulama itu
berbeda-beda dan cenderung pada disiplin ilmu tertentu yang digunakan dalam memahami al-Qur’an,
bahkan beberapa diantaranya sengaja mencari dasar yang melegitimasi teori-teorinya dari al-Qur’an. Lalu
muncullah berbagai tafsir seperti tafsir fiqhi, tafsir t’tiqadi, tafsir sufi, tafsir ‘ilmi, tafsir dan tafsir
falsafah. Bahkan sekarang ini masih berkembang seperti tafsir feminis atau jender, hermeunetika dan lain
sebagainya.1

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :

1. Apa pengertian prinsip dan pendidikan islam?


2. Apa metode-metode dalam pendidikan islam?
3. Apa saja yang menjadi pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan islam?
4. Apa saja bentuk evaluasi pembelajaran dalam pendidikan islam?

1
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2011), cetakan ketiga, hal. 199-200.
C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagaimana berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian prinsip dan pendidikan islam


2. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pendidikan islam
3. Untuk mengetahui suatu pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan islam
4. Untuk mengetahui bentuk evaluasi pembelajaran dalam pendidikan islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Fiqhi

Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, untuk mengetahui penjelasan makna-maknnya serta hukum-hukum dan hikmah yang
terkandung di dalamnya.2 Sedangkan yang dimaksud dengan tafsir fiqih adalah corak tafsir yang lebih
menitikberatkan kepada pembahasan masalah-masalah fiqhiyyah dan cabang-cabangnya serta membahas
perdebatan/perbedaan pendapat di antara imam madzhab.3 Tafsir ini sering disebut tafsir ayat al-ahkam atau
tafsir ahkam karena tafsir ini lebih berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam al-Qur`an (ayat al-ahkam).

B. Latar Belakang Muncul4

Dahulu para sahabat di masa Rasulullah saw memahami al-Qur`an dengan “naluri” kearaban mereka. Dan
jika terjadi kesulitan dalam memahami sesuatu ayat, mereka langsung menyakannya kepada Rasulullah saw
dan beliau pun lalu menjelaskannya kepada mereka.

Setelah Rasulullah saw wafat dan permasalahan-permasalahan baru mulai muncul, maka mereka
beristimbat dengan al-Qur`an untuk menetapkan hukum-hukum syara’ bagi permasalahan baru tersebut.
Mereka pun bersepakat atas hal tersebut dan jarang sekali mereka berselisih pendapat ketika terdapat
kontradiksi (dalam lafadz), seperti perselisihan mereka mengenai ‘idah bagi wanita hamil yang ditinggal mati
suaminya; apakah ‘idah itu berakhir dengan melahirkan atau empat bulan sepuluh hari ataukah waktu paling
lama diantara keduanya? Ini semua mengingat Allah berfirman: “Dan mereka yang meninggal dunia di antara
kamu dengan meninggalkan istri, (hendaklah istri itu) ber’iddah empat bulan sepuluh hari.” (Al-Baqarah:
234), “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu ‘idah mereka ialah sampai mereka melahirkan
kandungan mereka” (At-Thalaq: 4).5 Sekalipun hal ini jarang terjadi, tetapi ini merupakan awal permulaan
perbedaan pendapat di bidang fiqih dalam memahami ayat-ayat hukum.

Ketika tiba masa empat imam fiqh dan setiap imam membuat dasar-dasar istimbat hukum masing-masing
dalam madzhabnya, bebagai peristiwa terjadi dan permasalahan-permasalahan pun semakin beragam, maka
semakin bertambah pula aspek-aspek perbedaan pendapat dalam memahami ayat, hal ini disebabkan
perbedaan segi dalalahnya (petunjuknya), bukan karena fanatisme terhadap suatu mazhab, melainkan karena

2
Muhammad Ali ash-Shabuni, At-tibyan fi ‘Ulum al-Qur`an, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 2003), hlm. 65.
3
http://migodhog.blogspot.com/2012/04/corak-tafsir-fiqhi.html.
4
Manna’ al-Qaththan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur`an, (Kairo: Maktabah Wahbah, tth), hlm. 365
5
Ini adalah perbedaan pendapat antara Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab, Muhammad Husain adz-Dzahabi, At-
Tafsir wa Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, tth), juz 2, hlm. 319
setiap ahli fiqih berpegang pada apa yang dipandangnya benar. Karena itu ia tidak memandang dirinya hina
jika ia mengetahui kebenaran pada pihak lain, untuk merujuk kepadanya.

Keadaan tersebut tetap stabil sampai tiba masa taklid dan fanatisme madzhab. Maka pada masa ini para
pengikut imam hanya terfokus pada penjelasan dan pembelaan madzhab mereka, sekalipun mereka harus
membawa ayat-ayat al-Qur`an kepada makna yang lemah dan jauh. Dan sebagai akibatnya maka muncullah
“Tafsir Fiqih” yang khusus membahas ayat-ayat hukum dalam al-Qur`an. Di dalamnya terkadang fanatisme
madzhab menjadi semakin memuncak dan terkadang pula mereda.

C. Karakteristik

Dilihat dari pengertian dari tafsir fiqih dan contoh-contohnya, kita dapat ketahui bahwa karakteristik dari
tafsir ini adalah mengedepankan penafsiran ayat-ayat al-Qur`an yang berkaitan dengan hukum fiqih (ayat al-
ahkam), dan tidak jarang mengemukakan perbedaan pendapat para ulama fiqih. Corak tafsir ini lebih sering
menggunakan metode tafsir maudhu’i karena terkadang mufasir hanya mengambil tema-tema tertentu yang
berkaitan dengan fiqih.

D. Tokoh Tafsir Fiqhi dan Tafsirnya

Tafsir Fiqhi ini berusia sudah sangat tua karena kelahirannya bersamaan dengan kelahiran tafsir al-Quran.
Banyak kitab tafsir fiqhi yang telah disusun oleh ulama, antara lain:

1. Ahkamul Qur’an al-Jashash, karya Abu Bakr Ahmad bin Ali Ar-Razi al-Jashosh (305-370H/917-
980M)
2. Ahkamul Qur’an Ibn Al-‘Arabi, karya Abu Bakr Muhammad bin Abdillah (468-543H/1075-1148M)
3. Ahkamul Qur’an al-Kiya al-Harasi, karya al-Kiya al-Harasi (w. 405H/1058M)
4. Al-Jami’ lil Ahkamil Qur’an wal Muhayyin lima Tadhammanahu Mina sunah wa Ayyil Qur’an,
karya Abi Abdillah Muhammad al-Qurthubi (w. 671H/1272M)
5. Tafsir Fathul Qadr, karya Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah as-Syaukani (1173-
1250H/1759-1839M)
6. Tafsir al-Maraghi, karya Ahmad Musthafa al-Maraghi (1298-1373H-1881-1945M)
7. Tafsir Ayatul Ahkam, karya Muhammad Ali as-Sayis, Dosen Univ. Al-Azhar
8. Tafsir Ayat-ayat Hukum, karya Muhammad Amin Suma. 6
E. Pengaruh Perbedaan Mazhab Fiqih dalam Penafsiran
Sebagaimana telah mafhum bahwa Al-Qur’an adalah Kitabullah yang mengandung hukum-hukum syariat
yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Di antara hukum-hukum syariat tersebut adalah hukum-hukum

6
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2011), cetakan ketiga, hal. 200.
yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah, kedua ruang lingkup hidup tersebut saat ini dikenal dengan
istilah fiqh.

Para sahabat di masa Rasulullah memahami al-Quran dengan kearaban mereka. Bila terjadi kesulitan
dalam memahami suatu ayat, mereka kembali kepada Rasulullah dan beliaupun menjelaskan kepada mereka.
Setelah beliau wafat dan para fukaha sahabat mengendalikan umat dibawah kepemimpinan para Khulafa’
Rasyidin serta banyak terjadi persoalan-persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam memahami
persoalan-persoalan tersebut, para sahabat terkadang berbeda-beda dalam menafsirkan suatu ayat sehingga
terjadi perbedaan. Keadaan demikain sekalipun jarang terjadi merupakan awal permulaan pendapat dibidang
fikih dalam memahami ayat-ayat hukum dalam al-Quran.7

Ketika tiba pada masa empat madzhab, setiap imam membuat dasar-dasar istinbat hukum masing-masing
dalam madzhabnya serta berbagai peristiwa semakin banyak dan bercabang-cabang dalam memahami ayat.
Hal yang demikian ini disebabkan perbedaan segi dalalahnya, bukan karena fanatisme madzhab. Melainkan
karena setiap ahli fikih berpegang pada apa yang dipandangnya benar.8 Para ahli fikih dari beberapa madzhab
populer misalnya madzhabnya Imam Hanafi, Imam Syafi’i, imam Maliki, Hanbali bahkan syiah memiliki
metode tersendiri dalam melakukan interpretasi hukum dan istinbat hukum. Dari hal inilah terjadi perbedaan
dalam memahami ayat-ayat al-Quran dan mempengaruhi kerangka fikih pengikut masing-masing madzhab.

Selanjutnya setelah datang masa taklid dan fanatisme madzhab maka pada saat itu aktifitas para pengikut
imam hanya terfokus pada penjelasan dan pembelaan madzhab mereka.9 Mereka hanya melihat pada
pemaparan imam-imam mereka sebagaimana mereka melihat nash syariat, mereka menyepakati usaha para
imam atas kegemilangan imam imam mereka dan mempromosikannya.10 Bahkan karena terlalu fanatik
dengan madzhabnya sebagaimana yang dikatakan oleh al-Karahi (340 H) –salah satu pengikut Abi Hanifah
yang sangat fanatik- berkata: Setiap ayat atau hadis yang menyelisihi pendapat kami maka harus ditakwil atau
di mansukh.11 Dengan berkembangnya pendapat-pendapat masing-masing madzhab tersebut maka
berkembang pula corak penafsiran fikih yang sesuai dengan madzhabnya masing-masing. Akibatnya
muncullah tafsir fikih yang khusus membahas ayat-ayat hukum dalam al-Quran sehingga muncul tafsir Al-
Qur’an dengan corak penafsiran ala madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hanbali dan Syi’i.

F. Contoh Tafsir Fiqhi

Al-Jami’ lil Ahkamil Qur’an adalah karya Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al-
Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi seorang alim yang mumpuni dari kalangan Maliki. Di dalam tafsirnya ini,

7
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi Ululumil Quran, terj. Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), hlm.
516
8
Ibid, hlm. 517
9
Ibid, hlm. 517
10
Muhammad Husain adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun (Kairo: Maktanah Wahbah. tth), jus 2, hlm. 320
11
Ibid, hlm. 321
al-Qurtubi tidak membatasi kajianya pada ayat-ayat hukum semata, tetapi menafsirkan al-Qur’an secara
menyeluruh. Metode tafsir yang digunakan ialah menyebutkan asbabun nuzul (sebab-sebab turunya ayat),
mengemukakan ragam qira’at dan i’rab, menjelaskan lafazh-lafazh yang gharib, menghubungkan berbagai
pendapat kepada sumbernya, menyediakan paragraph khusus bagi kisah para mufassir dan berita-berita dari
para ahli sejarah, mengutip dari para ulama terdahulu yang dapat dipercaya, khususnya penulis kitab hukum.
Misalnya, ia mengutip dari ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu ‘Athiyah, Ibnu Arabi, Alkiya Harrasi dan Abu Bakr
Al-Jashash.

Al-Qurtubi sangat luas dalam mengkaji ayat-ayat hukum. Ia mengetengahkan masalah-masalah


khilafiyah, hujjah bagi setiap pendapat lalu mengomentarinya. Dia tidak fanatik madzhab. Contohnya saat
menafsirkan firman Allah,

‫سائِ ُك ْم‬ ِ ِ ُ َ‫الرف‬ ِ


َ ‫ث إ َ َٰل ن‬ ِِّ َ‫أُح َّل لَ ُك ْم لَْي لَة‬
َّ ‫الصيَ ِام‬

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa dengan istri-istri kamu” (Al-Baqarah:187)

Dalam masalah kedua belas dari masalah yang terkandung dalam ayat ini, sesudah mengemukakan
perbedaan pendapat para ulama mengenai hukum orang yang akan makan siang hari di bulan Ramadhan
karena lupa dan mengutip pendapat Imam Malik, yang mengatakan batal dan wajib mengqadha. Ia
mengatakan, “Menurut pendapat selain Imam Malik, tidaklah dipandang batal setiap orang yang makan karena
lupa akan puasanya, dan jumhur pun berpendapt sama bahwa barang siapa makan atau minum karena lupa, ia
tidak wajib mengqadhanya. Dan puasanya tetap sempurna. Hal ini berdasarkan pada hadits Abu Hurairah,
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang sedang berpuasa lalu makan atau minum karena lupa, maka yang
demikian adalah rezeki yang diberikan Allah kepadanya, dan ia tidak wajib mengqadhanya,”.

Al-Qurtubi juga melakukan konfrontasi terhadap sejumlah golongan lain. Misalnya, ia menyanggah
kaum Mu’tazilah, Qadariyah, Syi’ah Rafidhah, para filosof dan kaum sufi yang ekstrim. Tetapi dilakukan
dengan bahasa yang halus. Dan didorong oleh rasa keadilan, kadang-kadang ia pun membela orang-orang
yang di serang oleh Ibn al-‘Arabi dan mencelanya karena ungkapan-ungkapannya yang kasar dan keras
terhadap ulama. Kritikannya pun bersih serta dilakukan dengan cara sopan dan terhormat. 12

12
Manna Kahlil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Pustaka Listera AntarNusa: Bogor, 2011), hal. 520-521.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada dasarnya tafsir itu bermacam-macam, salah satunya adalah corak tafsir yang cenderung kearah fikih.
Corak tafsir ini cenderung lebih menitikberatkan kepada pembahasan masalah-masalah fiqhiyyah dan cabang-
cabangnya serta membahas perdebatan/perbedaan pendapat diantara imam madzhab. Permulaan munculnya
corak penafsiran ini dimulai sejak generasi awal islam baik pada masa sahabat maupun generasi sesudahnya.
Konsentrasi penafsiran ini adalah berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam al-Qur`an (ayat al-ahkam).

B. Saran

Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,kedepannya kami akan lebih detail dan
teliti dalam memberikan penejelasan dan juga berdasarkan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya
bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk kritik dan Saran dari pembimbing maupun pembaca terhadap makalah ini kami sangat berterima
kasih,guna membangun dan menyempurnaakan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2011), cetakan ketiga, hal. 199-200.

Muhammad Ali ash-Shabuni, At-tibyan fi ‘Ulum al-Qur`an, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 2003), hlm. 65.

http://migodhog.blogspot.com/2012/04/corak-tafsir-fiqhi.html.

Manna’ al-Qaththan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur`an, (Kairo: Maktabah Wahbah, tth), hlm. 365
Ini adalah perbedaan pendapat antara Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab, Muhammad Husain adz-
Dzahabi, At-Tafsir wa Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, tth), juz 2, hlm. 319

Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2011), cetakan ketiga, hal. 200.

Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi Ululumil Quran, terj. Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2011), hlm. 516
Ibid, hlm. 517
Ibid, hlm. 517
Muhammad Husain adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun (Kairo: Maktanah Wahbah. tth), jus 2, hlm. 320
Ibid, hlm. 321
Manna Kahlil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Pustaka Listera AntarNusa: Bogor, 2011), hal. 520-521.

Anda mungkin juga menyukai