Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah STUDY AL-QUR’AN DAN HADIS
Dosen pengampu :
Oleh:
1
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami dibantu oleh berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan Terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini
terutama kepada dosen pengampu Mata Kuliah Study Al-Qur’an Dan Hadis Dr. H.
Khasman. M.Fil.I yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangannya. Maka dari itu kami mengharap kritik serta
saran dari dosen untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, sumber utama ajaran Islam adalah Al-Qur'an dan hadits.
Keduanya memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim.
Meskipun terdapat perbedaan interpretasi dan penerapan, peneliti setidak-tidaknya
sepakat bahwa keduanya harus digunakan sebagai tolok ukur. Dari kedua ajaran
Islam tersebut diambil dan dijadikan pedoman utama. Dengan demikian, kajian-
kajian tentang hal ini tidak pernah diacak dan bahkan terus berfungsi dan berkembang
sesuai dengan kebutuhan umat Islam. Namun, ada perbedaan mendasar antara Al-
Qur'an dan Hadits. Untuk Quran, semua ayat diceritakan dengan cara yang berbeda-
beda, sedangkan untuk Hadits, beberapa cerita terjadi dengan variasi dan yang lain
terjadi setiap minggu. Memahami sebuah hadits tidak cukup dengan melihat teks
hadits, terutama ketika hadits tersebut memiliki asbâb alwurûd, tetapi melihat
konteksnya. Dengan kata lain, ketika seseorang ingin menemukan pesan moral dari
hadits, maka harus memperhatikan konteks historisnya, kepada siapa hadits tersebut
ditransmisikan dan dalam kondisi sosial budaya apa ketika hadits tersebut
ditransmisikan. Tanpa memperhatikan konteks sejarah atau asbâb alwurûd, seseorang
akan sulit menangkap dan memahami makna hadits, bahkan bisa jadi keliru.
B. Rumusan Masalah
4
4. Bagaimana pendekatan dalam pemahaman alquran dan hadis nabi?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Tafsir adalah pernyataan dan detail dan mereka sepakat bahwa penafsiran
adalah penghilangan ilusi kata yang bermasalah, yaitu masalah penyampaian makna
yang dimaksudkan. Tafsir berasal dari kata fassara – yupassiru – tafsir, yang berarti
keterangan, penjelasan atau keterangan. Tafsir berarti menjelaskan makna ayat Al-
Qur'an, keadaan cerita, dan alasan turunnya ayat tersebut dengan lafal yang
menunjukkan makna zahir. Kata ta`wīl berasal dari kata alawl, yang berarti kembali
(arrjǔ`), atau dari alma`ǎl, yang berarti tempat kembali (almashīr) dan alaqībah, yang
berarti akhir. Ada yang berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata aliyǎlah, yang
berarti "biasa" (alsiyasah). Secara istilah, ta`wil berarti mengubah pengucapan dari
6
makna luar menjadi makna tidak zahir yang juga dikandung oleh lafal tersebut, jika
kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab dan sunnah.
Masalah pemahaman hadis Nabi merupakan hal yang sangat urgen. Hal ini
menyimpang dari realitas hadis sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an.
Pertama, pemahaman tentang metode pemahaman hadis Nabi dalam kaitannya
dengan sejarah dan kedudukan Nabi sebagai rasul, pemimpin, hakim, panglima
perang atau orang biasa. Kedua, perbedaan latar belakang Syari'ah al-Hafidh
menjadikan penekanan kajian sesuai dengan latar belakang yang ditempuh. Atau
fuqaha', filosof, sosiolog atau lainnya. Ketiga, adanya hadis dalam bentuk teks, yaitu
perubahan dari budaya realitas (qaul, fi`ly taqrir Nabi) ke budaya lisan (hadits sambil
menghafal sahabat) dan kemudian transisi ke budaya tertulis (teks hadis). , daripada
di buku hadits). Keempat, pemahaman hadis dalam kaitannya dengan Al-Qur'an.
Oleh karena itu, perlu terus diupayakan metode pemahaman hadis Nabi yang
komprehensif.
7
kemunculan kitab-kitab fiqh tidak menjamin nash-nash tersebut. hadis dapat
dipahami sepenuhnya.
Al-Qur'an dan Hadits Nabi adalah dua sumber referensi utama ajaran Islam.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para ulama telah mencoba memahami dua
sumber utama selama 15 abad, dan bahkan upaya ini telah diperkaya dengan
perspektif dan pendekatan yang berbeda. Memahami berarti memahami, memberikan
pendapat atau pemikiran, yang merupakan proses atau metode yang digunakan untuk
memahami Al-Qur'an dan Hadits. Memahami Al-Qur'an dan Hadits tidak
sesederhana membalikkan telapak tangan para ulama untuk melakukan kajian serius
tentang bagaimana memahami Al-Qur'an dan Hadits. Dari sini, para ulama
memperoleh beberapa prinsip umum yang ditulis oleh Abdul Mustaqim untuk
memahami Al-Qur'an dan hadits Nabi.
1. Setelah memahami hadits, jangan terlalu cepat menolak hadits yang dianggap
kontradiktif sebelum melakukan penyelidikan menyeluruh.
8
3. Menelaah dengan cermat otentisitas hadis baik dari Sanad maupun Matan,
mencoba memahami semua aspek yang terkait dengan metode pemahaman hadis dan
alquran.1
Metode maudhu’i (tematik) dalam format dan prosedur yang jelas belum lama
lahir. Orang yang pertama kali memperkenalkan metode ini adalah al-Jalil Ahmad as-
Sa’id al-Kumi, ketua jurusan Tafsir di Universitas al-Azhar. Langkahnya kemudian
1
Muhammad Asriady, Metode Pemahaman Hadis, P-ISSN:1412-2715, Vol 16, 2017, hlm 315
9
diikuti oleh teman-teman dan mahasiswamahasiswanya. Prosedur metode maudhu’i
(tematik) adalah sebagai berikut:
c. Menyusun urutan ayat sesuai dengan mana turunnya, disertai pengetahuan tentang
asbab an-nuzul.
b. Membandingkan antar ayat dan menguraikan penjelasan para mufassir, baik dari
kalangan salaf atau kalangan khalaf, baik tafsirnya bercorak bi al-ma’tsur atau bi ar-
ra’yi mengenainya, atau membandingkan kecenderungan tafsir mereka masing-
masing.2
2
Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013.),110-112
10
Mereka bahkan memahami dan menafsirkannya berdasarkan apa yang ingin mereka
katakan adalah benar.
Tafsir Tasawuf (sufistik) adalah metode atau cara menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur'an yang berbeda dari makna yang tampak dari ayat-ayat (teks), karena ada
petunjuk tersirat. Namun hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu,
yaitu kaum sufi, orang-orang yang berbudi luhur dan cakap jiwanya (mujahadah),
yang telah mendapat hidayah ilmu dari Allah SWT sehingga dapat memperoleh
rahasia-rahasia makna tersirat. Alquran. . Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an
sesuai dengan pemikiran dan diskusi mereka tentang tasawuf, yang terkadang
bertentangan dengan ajaran hukum Islam, dan terkadang pemikiran mereka mengarah
pada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.3
BAB III
3
Khaerul Asfar, Tafsir Sufistik Perspektif Teoretis, Gorontalo, 2014, hlm 67
4
Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistimologo Tafsir, (Jakarta, Pustaka Pelajar, 2008), 87-88
5
Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013.),118
11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika disaat memahami alquran dan hadis banyak metode dan jenis-jenis
menafsirkan al-Qur'an melahirkan banyak perbedaan. Berbagai macam kitab tafsir al-
Qur'an kini hadir menggunakan berbagai model dan kecenderungan dari seorang
mufassir al-Qur'an. Seorang mufassir al-Qur'an juga harus memenuhi kaidah-kaidah
penafsiran. Kaidah penafsiran juga digunakan dalam mengukur kadar kemampuan
dan kapabilitas seseorang dalam menafsirkan al-Qur'an. Kini kitab-kitab tafsir al-
Qur'an juga kian beragam ada kitab tafsir yang utuh hingga 30 juz dalam menafsirka
alquran, ada juga yang persurat dan kini berkembang model tafsir tematik yang
sesuai dengan tema-tema pilihan.. berbagai kitab tafsir ini juga dipengaruhi oleh
berbagai metode dan corak dalam menafsirkan alquran adalah metode al-Qur'an,
diantaranya metode yang sering digunakan dalam menafsirkan al-Qur'an adalah
metode tahlili (analisis), ijma i (global), muqarm (perbandingan), dan mauḍu 'i
(tematik). Tidak jauh berbeda dengan ragam metode dalam tafsir al qur'an, corak juga
memiliki banyak aliran. Saat ini sudah banyak berbagai corak penafsiran yang lahir
dan hadir di tengah-tengah umat Islam, diantaranya tafsir dengan corak figh, 'ilmi,
falsafī, tasawuf sūfi,adābi, ijtimā'i..
12
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hj. Oom Mukarromah. M.Hum. 2013. Ulumul Qur'an. Jakarta: Rajawali Pers,
13