Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Metode Pemahaan Alquran dan Hadist

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah STUDY AL-QUR’AN DAN HADIS

Dosen pengampu :

Oleh:

Mohammad Heru Affandi

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

1
SEPTEMBER 2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami dibantu oleh berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan Terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini
terutama kepada dosen pengampu Mata Kuliah Study Al-Qur’an Dan Hadis Dr. H.
Khasman. M.Fil.I yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangannya. Maka dari itu kami mengharap kritik serta
saran dari dosen untuk perbaikan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan


sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jember, 29 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................4

1.1. Latar Belakang ........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................6

2.1 Pengertian Tafsir, Taqwil dan Terjemah ................................................ .....6


2.2. Problematika Pemahaman Alquran dan Hadist.........................................7

2.3 Paradiqma Pemahaman Alquran dan Hadis Nabi..........................................8

2.4 Pendekatan dalam pemahaman alquran dan Hadis nabi...............................9

2.5 Arah (orientasi) dalam pemahaman alquran dan hadis........................................10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, sumber utama ajaran Islam adalah Al-Qur'an dan hadits.
Keduanya memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim.
Meskipun terdapat perbedaan interpretasi dan penerapan, peneliti setidak-tidaknya
sepakat bahwa keduanya harus digunakan sebagai tolok ukur. Dari kedua ajaran
Islam tersebut diambil dan dijadikan pedoman utama. Dengan demikian, kajian-
kajian tentang hal ini tidak pernah diacak dan bahkan terus berfungsi dan berkembang
sesuai dengan kebutuhan umat Islam. Namun, ada perbedaan mendasar antara Al-
Qur'an dan Hadits. Untuk Quran, semua ayat diceritakan dengan cara yang berbeda-
beda, sedangkan untuk Hadits, beberapa cerita terjadi dengan variasi dan yang lain
terjadi setiap minggu. Memahami sebuah hadits tidak cukup dengan melihat teks
hadits, terutama ketika hadits tersebut memiliki asbâb alwurûd, tetapi melihat
konteksnya. Dengan kata lain, ketika seseorang ingin menemukan pesan moral dari
hadits, maka harus memperhatikan konteks historisnya, kepada siapa hadits tersebut
ditransmisikan dan dalam kondisi sosial budaya apa ketika hadits tersebut
ditransmisikan. Tanpa memperhatikan konteks sejarah atau asbâb alwurûd, seseorang
akan sulit menangkap dan memahami makna hadits, bahkan bisa jadi keliru.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian tafsir, taqwil dan terjemah?

2. Bagaimana problematika pemahaman alquran dan hadist?

3. Bagaimana paradiqma pemahaman alquran dan hadis nabi?

4
4. Bagaimana pendekatan dalam pemahaman alquran dan hadis nabi?

5. Bagaimana arah (orientasi) dalam pemahaman alquran dan hadis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tafsir, taqwil dan terjemah.

2. Untuk mengetahui problematika pemahaman alquran dan hadist.

3. Untuk mengetahui paradiqma pemahaman alquran dan hadis nabi.

4. Untuk mengetahui pendekatan dalam pemahaman alquran dan hadis nabi.

5. Untuk mengetahui arah (orientasi) dalam pemahaman alquran dan hadis

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tafsir, Taqwil Dan Terjemah

Takwil,tafsir,dan terjemah artinya disiplin ilmu yang menjelaskan perihal


kandungan al Qur’an. Takwil lebih memfokuskan di penjelasan kandungan makna al-
Qur’an, sementara tafsir lebih memfokuskan pada penerangan lafalnya. Dan terjemah
memindahkan istilah-istilah asal suatu bahasa yang sinonim menggunakan bahasa
yang lain. Dari segi sejarah, penafsiran al-Qur’an secara menyeluruh baru dilakukan
pada awal abad keempat. Sehabis itu timbul tafsir-tafsir lain menggunakan aneka
macam pendekatan disiplin ilmu. Namun belakangan ini, ada pendapat dari beberapa
ilmuan Muslim yang mengusulkan perlunya penafsiran al-Qur’an dengan pendekatan
baru. Salah satu ilmuan itu adalah Abdullah Saeed. Dalam kaitan ini Saeed melihat
bahwa dewasa ini telah terjadi perubahan yang signifikan dalam sejarah manusia.
Karena itu, menurutnya perlu adanya upaya pendekatan kontekstual dalam
menafsirkan al-Qur’an.

Tafsir adalah pernyataan dan detail dan mereka sepakat bahwa penafsiran
adalah penghilangan ilusi kata yang bermasalah, yaitu masalah penyampaian makna
yang dimaksudkan. Tafsir berasal dari kata fassara – yupassiru – tafsir, yang berarti
keterangan, penjelasan atau keterangan. Tafsir berarti menjelaskan makna ayat Al-
Qur'an, keadaan cerita, dan alasan turunnya ayat tersebut dengan lafal yang
menunjukkan makna zahir. Kata ta`wīl berasal dari kata alawl, yang berarti kembali
(arrjǔ`), atau dari alma`ǎl, yang berarti tempat kembali (almashīr) dan alaqībah, yang
berarti akhir. Ada yang berpendapat bahwa kata ini berasal dari kata aliyǎlah, yang
berarti "biasa" (alsiyasah). Secara istilah, ta`wil berarti mengubah pengucapan dari

6
makna luar menjadi makna tidak zahir yang juga dikandung oleh lafal tersebut, jika
kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab dan sunnah.

Tafsir, Ta`wil dan terjemahan diperlukan untuk memahami kandungan ayat-


ayat mulia Al-Qur'an. Arti terjemahannya lebih sederhana dan ringkas karena hanya
mengubah arti dari satu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan istilah tafsir lebih luas dari
kata terjemah dan ta`wil, dimana segala sesuatu dengan ayat, surat, asbaabun nuzul,
dll, mengetahui arti dan kehendak firman Allah SWT.

2.2. problematika pemahaman alquran dan hadist.

Masalah pemahaman hadis Nabi merupakan hal yang sangat urgen. Hal ini
menyimpang dari realitas hadis sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an.
Pertama, pemahaman tentang metode pemahaman hadis Nabi dalam kaitannya
dengan sejarah dan kedudukan Nabi sebagai rasul, pemimpin, hakim, panglima
perang atau orang biasa. Kedua, perbedaan latar belakang Syari'ah al-Hafidh
menjadikan penekanan kajian sesuai dengan latar belakang yang ditempuh. Atau
fuqaha', filosof, sosiolog atau lainnya. Ketiga, adanya hadis dalam bentuk teks, yaitu
perubahan dari budaya realitas (qaul, fi`ly taqrir Nabi) ke budaya lisan (hadits sambil
menghafal sahabat) dan kemudian transisi ke budaya tertulis (teks hadis). , daripada
di buku hadits). Keempat, pemahaman hadis dalam kaitannya dengan Al-Qur'an.
Oleh karena itu, perlu terus diupayakan metode pemahaman hadis Nabi yang
komprehensif.

Hal serupa yang menjadi faktor fundamental, alasan pentingnya pendekatan


yang menyeluruh untuk memahami hadits Nabi. Pertama, tidak semua buku hadits
diturunkan, buku-buku Sharh yang diterbitkan umumnya hanya menjelaskan kutub-
kutub Altis'ah. Ada banyak buku hadis yang ditulis di alam realitas. Oleh karena itu,
sangat sedikit yang tersentuh oleh para ahli dan dianalisis kepentingannya. Tidak
kalah pentingnya bahwa materi atau pokok hadits yang dibahas dalam kitab-kitab
hadits tidak hanya mengacu pada hal-hal fiqih, tetapi lebih luas dari itu, sehingga

7
kemunculan kitab-kitab fiqh tidak menjamin nash-nash tersebut. hadis dapat
dipahami sepenuhnya.

Kedua, dalam upaya memahami hadis, para ulama umumnya cenderung


memusatkan perhatian pada data historis yang menekankan analisis dari segi
gramatikal bahasa dengan pemikiran episteme-bayani. Kondisi ini menimbulkan
hambatan jika ide-ide yang dimunculkan tutor dipahami sebagai sesuatu yang
definitif dan dogmatis. Namun perlu dipahami bahwa ide-idenya muncul dalam ruang
dan waktu, dan dengan konteks ruang dan waktu yang berubah, tidak disarankan
untuk memaksakan hal tersebut sebagai kebenaran absolute hingga akhir zaman.

2.3. paradiqma pemahaman alquran dan hadis nabi.

Al-Qur'an dan Hadits Nabi adalah dua sumber referensi utama ajaran Islam.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para ulama telah mencoba memahami dua
sumber utama selama 15 abad, dan bahkan upaya ini telah diperkaya dengan
perspektif dan pendekatan yang berbeda. Memahami berarti memahami, memberikan
pendapat atau pemikiran, yang merupakan proses atau metode yang digunakan untuk
memahami Al-Qur'an dan Hadits. Memahami Al-Qur'an dan Hadits tidak
sesederhana membalikkan telapak tangan para ulama untuk melakukan kajian serius
tentang bagaimana memahami Al-Qur'an dan Hadits. Dari sini, para ulama
memperoleh beberapa prinsip umum yang ditulis oleh Abdul Mustaqim untuk
memahami Al-Qur'an dan hadits Nabi.

1. Setelah memahami hadits, jangan terlalu cepat menolak hadits yang dianggap
kontradiktif sebelum melakukan penyelidikan menyeluruh.

2. Fokus pada analisis kebahasaan dengan mempertimbangkan struktur teks dan


konteks

8
3. Menelaah dengan cermat otentisitas hadis baik dari Sanad maupun Matan,
mencoba memahami semua aspek yang terkait dengan metode pemahaman hadis dan
alquran.1

2.4. pendekatan dalam pemahaman alquran dan hadis nabi.

Metode Tahlili berarti menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an dengan mengkaji


aspek-aspeknya dan menemukan semua maknanya, mulai dari deskripsi makna kosa
kata, makna kalimat, makna setiap ungkapan, hubungan antar pemisah ( munasabat),
di samping hubungan antara pemisah (wajh almunasabat) dengan bantuan asbab.
Metode ini terkadang melibatkan pengembangan budaya generasi nabi di tabi`in,
terkadang juga penuh dengan deskripsi linguistik dan materi khusus lainnya, semua
dimaksudkan untuk memahami Al-Qur'an yang mulia ini. Contoh kitab tafsir yang
menggunakan metode Tahlili adalah Tafsir Jalalain, Tafsir Tambirul Miqbas, Tafsir
Ibnu Katsir, dan lain-lain.

Metode Ijmali (Global) yaitu menafsirkan Al-Qur’an secara global. Dengan


metode ini muffasir berupaya menjelaskan makna-makna Al-Qur’an secara singkat,
komprehensif dan mudah dipahami oleh semua orang secara umum. Metode ini,
sebagaimana metode tahlili, dilakukan terhadap ayat per ayat dan per surat dengan
urutannya dalam mushaf sehingga tampak terkait antara makna satu ayat dan ayat
yang lain, antara surat dan surat yang lain. Ketika menggunakan metode ini, para
mufasir menjelaskan Al-Qur’an dengan bantuan sebab turun ayat (asbab an-nuzul),
peristiwa sejarah, hadits Nabi, atau pendapat ulama saleh. Ciri ijmali ini tidak terletak
pada jumlah ayat yang ditafsirkan, apakah keseluruhan atau sebagian saja, tetapi
terletak pada pola atau sistematika pembahasan.

Metode maudhu’i (tematik) dalam format dan prosedur yang jelas belum lama
lahir. Orang yang pertama kali memperkenalkan metode ini adalah al-Jalil Ahmad as-
Sa’id al-Kumi, ketua jurusan Tafsir di Universitas al-Azhar. Langkahnya kemudian
1
Muhammad Asriady, Metode Pemahaman Hadis, P-ISSN:1412-2715, Vol 16, 2017, hlm 315

9
diikuti oleh teman-teman dan mahasiswamahasiswanya. Prosedur metode maudhu’i
(tematik) adalah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan problem yang akan dikaji (topik)

b. Mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah yang ada

c. Menyusun urutan ayat sesuai dengan mana turunnya, disertai pengetahuan tentang
asbab an-nuzul.

Metode muqaran (Perbandingan/Komparasi) adalah menjelaskan ayat-ayat


Al-Qur’an dengan merujuk kepada alasan-alasan para mufasir. Langkah-langkah
yang ditempuh untuk menerapkan metode itu adalah sebagai berikut:

a. Menyatukan dan mengidentifikasi berbagai ayat Al-Qur’an.

b. Membandingkan antar ayat dan menguraikan penjelasan para mufassir, baik dari
kalangan salaf atau kalangan khalaf, baik tafsirnya bercorak bi al-ma’tsur atau bi ar-
ra’yi mengenainya, atau membandingkan kecenderungan tafsir mereka masing-
masing.2

2.5. arah (orientasi) dalam pemahaman alquran dan hadis.

Tafsir fiqh meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas ijtihad. Tafsir


fiqh pada awalnya bebas dari kontaminasi hawa nafsu dan motivasi negatif.
Menghadapi masalah ini, setiap imam Madhab melakukan ijtihad di bawah naungan
Al-Qur'an, Sunnah dan sumber-sumber pembentukan hukum Syariah lainnya. Mereka
kemudian dihukum dengan hasil ijtihad mereka, yang didasarkan pada berbagai
argumen. Setelah waktu ini, para pengikut imam mazhab muncul. Di antara. Mereka
adalah orang-orang fanatik dari sekte tempat mereka berasal. Namun, mereka
memahami Al-Qur'an dengan pikiran yang murni dari kecenderungan hawa nafsu.

2
Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013.),110-112

10
Mereka bahkan memahami dan menafsirkannya berdasarkan apa yang ingin mereka
katakan adalah benar.

Tafsir Tasawuf (sufistik) adalah metode atau cara menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur'an yang berbeda dari makna yang tampak dari ayat-ayat (teks), karena ada
petunjuk tersirat. Namun hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu,
yaitu kaum sufi, orang-orang yang berbudi luhur dan cakap jiwanya (mujahadah),
yang telah mendapat hidayah ilmu dari Allah SWT sehingga dapat memperoleh
rahasia-rahasia makna tersirat. Alquran. . Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an
sesuai dengan pemikiran dan diskusi mereka tentang tasawuf, yang terkadang
bertentangan dengan ajaran hukum Islam, dan terkadang pemikiran mereka mengarah
pada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.3

Tafsir lughawi adalah tafsir yang dibuat dengan kecenderungan atau


pendekatan melalui analisis linguistik. Penafsiran model semacam itu biasanya
diwarnai secara harfiah dari asal dan bentuk kosa kata hingga kajian tata bahasa (ilmu
alat), misalnya pembahasan aspek nahwu, sarf, kemudian dilanjutkan dengan qira`at.
Tak jarang, para musafir juga menggunakan ayat-ayat dari puisi Arab sebagai dasar
dan referensi..4

Tafsir ilmi adalah tafsir Al-Qur'an yang menggunakan pendekatan istilah-


istilah ilmiah dan memahaminya berdasarkan filsafat. Dalam hal ini para mufassir
mencoba membuktikan kemukjizatan al-Qur'an sebagai wahyu ilahi melalui
penafsiran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, meskipun terkadang
ada pemaksaan dalam penafsiran yang disebabkan oleh keinginan untuk menemukan
kebenaran ilmiah melalui al-Qur'an5

BAB III

3
Khaerul Asfar, Tafsir Sufistik Perspektif Teoretis, Gorontalo, 2014, hlm 67
4
Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistimologo Tafsir, (Jakarta, Pustaka Pelajar, 2008), 87-88
5
Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum, Ulumul Qur'an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013.),118

11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketika disaat memahami alquran dan hadis banyak metode dan jenis-jenis
menafsirkan al-Qur'an melahirkan banyak perbedaan. Berbagai macam kitab tafsir al-
Qur'an kini hadir menggunakan berbagai model dan kecenderungan dari seorang
mufassir al-Qur'an. Seorang mufassir al-Qur'an juga harus memenuhi kaidah-kaidah
penafsiran. Kaidah penafsiran juga digunakan dalam mengukur kadar kemampuan
dan kapabilitas seseorang dalam menafsirkan al-Qur'an. Kini kitab-kitab tafsir al-
Qur'an juga kian beragam ada kitab tafsir yang utuh hingga 30 juz dalam menafsirka
alquran, ada juga yang persurat dan kini berkembang model tafsir tematik yang
sesuai dengan tema-tema pilihan.. berbagai kitab tafsir ini juga dipengaruhi oleh
berbagai metode dan corak dalam menafsirkan alquran adalah metode al-Qur'an,
diantaranya metode yang sering digunakan dalam menafsirkan al-Qur'an adalah
metode tahlili (analisis), ijma i (global), muqarm (perbandingan), dan mauḍu 'i
(tematik). Tidak jauh berbeda dengan ragam metode dalam tafsir al qur'an, corak juga
memiliki banyak aliran. Saat ini sudah banyak berbagai corak penafsiran yang lahir
dan hadir di tengah-tengah umat Islam, diantaranya tafsir dengan corak figh, 'ilmi,
falsafī, tasawuf sūfi,adābi, ijtimā'i..

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hj. Oom Mukarromah. M.Hum. 2013. Ulumul Qur'an. Jakarta: Rajawali Pers,

Khaerul Asfar. 2014. Tafsir Sufistik Perspektif Teoretis.

Muhammad Asriady. 2017. Metode Pemahaman Hadis, P-ISSN.

Syaikh Muhammad Hadi makrifah. Tafsir Wal mufassirun.


Taha Jabir al-Alwani dan ‘Imad al-Din Khalil. 1991. The Qur’an and the Sunnah.
The Time-Space Faktor USA. International Institute of Islamic Thought.
Zainuddin dkk. 2020. tafsir ta`wil dan terjemah, jurnal online kopertais wilayah iv.

13

Anda mungkin juga menyukai