Disusun Oleh:
M. KIFLAINI (19.1330)
MEISYY (19.1309)
SYARIFUDDIN AMIN (19.1301)
M. SENDI FIRDAUS (19.1298)
RISMA
Dengan mengucap puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmad, hidayah dan
perlindungan-Nya, serta shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW yang membawa
cahaya terang bagi umat Islam, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang bertema “Almuhkam Walmutasyabih”. Untuk memenuhi tugas
matakuliah “Ummul Qur’an”. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Hanafi Yunus, Lc, MA. selaku dosen pengampu mata kuliah kami.
Dalam hal ini kami berusaha semaksimal mungkin dalam membuat makalah ini,
semoga dengan apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat kepadapembaca sekalian.
Namun, tidak lepas dari semua itu, kami mengaku makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dose nserta teman-teman sangat kami harapkan. Semoga
usaha kami diridhoi AllahSWT, Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Muhkam Dan Al-Mutasyabih.....................................................................8
2.2 Sebab-Sebab Al-Muhkam Dan A-Mutasyabih ..................................................................22
2.3 Klasifikasi Ayat Al-Mutasyabih.........................................................................................23
2.4 Pendapat Ulama Memahami Ayat Mutasyabih..................................................................24
2.5 Cara Menentukan Al-Muhkam Dan Al-Mutasyabih..........................................................24
2.6 Faedah Mempelajari Ayat Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.............................................24
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Muhkam menurut lughah (bahasa) bijaksana dan muhkam menurut istilah ahli tafsir
yaitu bijaksana dalam menempatkan sesuatu antara yang haq dan yang batil dan menurut
istilah ini pula biasa dipahami ulama tafsir bijaksana dan teliti dalam mentafsirkan ayat Al-
qur’an sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 1:
الر كتاب احكمت ايته ثم فصلت من لدن حكيم خبير
Artinya: Alif Lam Ra, (Inilah) kitab yg disusun rapi kemudian dijelaskan secara
terperinci yg di turun kan dari sisi allah yg maha bijaksana dan, maha teliti.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa muhkam itu adalah teliti dan terperinci.
Mutasyabih menurut lughah (bahasa) yaitu penyerupaan antara satu sifat dengan sifat
yang lain dan mutasyabih menurut istilah ahli tafsir yaitu ayat yg makna nya masih samar
dan butuh dengan pentakwilan.
Para ulama banyak berbeda pendapat tentang pengertian muhkam dan mutasyabih itu.
Barangkali pendapat dalam hal ini mencapai dua puluh pendapat. Pegangan yang lazim dan
menjadi pegangan sejak permualan islam sempai ke masa sekarang ialah:
1. Ayat-ayat muhkam ialah ayat-ayat yang arti nya jelas dan tidak perlu di takwil lagi dan
secara makna nya tidak rancu. Maka ayat-ayat seperti itu wajib diimani dan diamalkan
isinya.
2. Ayat-ayat mutasyabih ialah ayat-ayat yang makna zahir nya bukanlah yang
dimaksudkannya, sedangkan makna hakikatnya yang dicoba dijelaskan dengan
penakwilan, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Oleh karena itu, ayat-ayat
seperti ini wajib diimani tetapi tidak wajib diamalkan.
Sedangkan menurut buku atau referensi lain, al muhkam dan al mutasyabihat menurut
istilah, para ulama berbeda-beda dalam memberikan pengertian al muhkam dan al
mutasyabih, yakni sebagai berikut:
1. Ulama golongan Ahlus Sunnah WalJama’ah mengatakan, lafal muhkam adalah lafal
yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun
karena dengan dita’wilkan. Sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan
artinya hanya dimonopoli Allah SWT. Manusia tidak ada yang bisa mengetahuinya.
Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya Dajjal, arti huruf-huruf muqaththa’ah.
2. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya). Sedang lafal
mutasyabih adalah lafal yang sama maksud petunjuknya, sehingga tidak terjangkau
oleh akal pikiran manusia ataupun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash (teks dalil-
dalil). Sebab, lafal mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui Allah SWT saja arti
dan maknanya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
3. Mayoritas ulama golongan ahlul fiqih yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas
mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa dita’wil kecuali satu arah atau
segi saja.
Sedangkan lafal mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa arah atau
segi, Karena masih sama. Misalnya, seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya.
4. Sebagian ulama berpendapat, bahwa lafal muhkam ialah lafal yang ma’qul maknanya
atau yang rasional artinya, yakni lafal yang artinya mudah diterima akal pikiran, seperti
lafal ( اقيمواالصلوةDirikanlah shalat). Kalimat itu mudah di mengerti bahwa mendirikan
shalat itu wajib, karena diperintahkan Allah. Tetapi lafal mutasyabih ialah sebaliknya,
yaitu lafal yang tidak masuk akal, atau tidak mudah diterima akal pikiran. Contohnya
seperti waktu-waktunya shalat, jumlah rakaat tiap-tiap shalat, diwajibkannya puasa
hanya khusus di bulan Rhamadan dan sebagainya.
Jadi, jika semua definisi muhkam tersebut dirangkum, maka pengertian muhkam ialah
lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa di
ta’wilkan karena susunan lafal atau kalimatnya tertib dan tidak musykil, karena
pengertiannya masuk akal sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan
pengertian mutasyabih ialah lafal Alquran yang artinya samar, sehingga tidak dapat
dijangkau akal manusia karena bisa dita’wilkan bermacam-macam sehingga tidak dapat
berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan
disebabkan penunjukan artinya tidak kuat sehingga cukup diyakini adanya saja dan tidak
perlu diamalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.
2.2 Sebab-sebab Adanya Ayat Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih
Persoalan dari Ulumu Al-Quran yang masih sering terdengar ialah mengenai
perselisihan menyangkut masalah ayat-ayat yang muhkam dan ayat-ayat yang
mutasyabih. Telaah dan perdebatan di seputar masalah ini telah banyak mengisi lembaran
khazanah keilmuan islam, terutama menyangkut penafsiran Al Quran. Ulama-ulama salaf
enggan menafsirkan ayat-ayat mutashabihat. Mereka hanya mengimani dan
mengamalkan apa yang Allah maksud di dalam Al Quran. Sedangkan dikalangan ulama
muta’akhirin berani menafsirkan maupun menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat.
Sebagaimana terjadi perbedaan pendapat tentang pengartian muhkan dan
mutasyabih dalam arti khusus, perbedaan pendapat mengenai kemungkinan maksud ayat
yang mutasyabih pun tidan dapat dihindarkan. Sumber perbedaab pendapat ini
berpangkal pada masalah waqaf dalam ayat وٱل ٰ َّر ِس ُخونَ فِي ۡٱل ِع ۡلم.
َ Apakah kedudukan lafaz ini
sebagai mubtada’ yang khabar-nya adalah َيَقُولُون, dengan “wawu” diperakukan sebagai
huruf isti’naf (permulaan) dan waqaf dilakukan pada lafaz ُ َو َما يَ ۡعلَ ُم ت َۡأ ِويلَ ٓۥهُ ِإاَّل ٱهَّللataukah ia
ma’tuf, sedangkan lafaz َ يَقُولُونmenjadi hal dan waqaf-nya pada lafaz َوٱل ٰ َّر ِس ُخونَ فِي ۡٱل ِع ۡل ِم.
Pendapat ulama pertama diikuti oleh sejumlah ulama, diantaranya adalah Ubay
bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, sejumlah sahabat, tabi’in dan lainya. Mereka
beralasan antara lain, dengan keterangan yang diriwayatkan oleh Hakim dalam
mustadrak-nya, yang bersumber dari ibnu ‘Abbas, bahwa ia membaca
َو َما يَ ۡعلَ ُم ت َۡأ ِويلَ ٓۥهُ ِإاَّل ٱهَّلل ۗ ُ َوٱل ٰ َّر ِس ُخونَ فِي ۡٱل ِع ۡل ِم يَقُولُــونَ َءا َمنَّا
Dan dengan qira’at Ibnu Mas’ud: وٱل ٰ َّر ِس ـ ُخونَ فِي ۡٱل ِع ۡل ِم يَقُولُــونَ َءا َمنَّا بِ ـ ِهJuga
َ dengan ayat itu
sendiri yang menyatakan celaan terhadap orang-orang yang mengikuti ayat mutasyabih,
dan mensifatinya sebagai orang-orang yang hatinya “condong kepada kesesatan dan
berusaha menimbulkan fitnah.”
Anggapan bahwa dalam Quran terdapata ayat yang hanya diketahui maknanya
oleh Allah telah muncul sejak masa-masa awal islam (masa shabat). Paling tidak
anggapan ini tampak ketka Muqatil (w. 150H / 767M) membedakan “tafsir” sebagai
suatu bentuk pemahaman atau penjelasan terhadap ayat-ayat yang dapat dipahami
maknanya oleh ulama, dan “ta’wil” sebagai suatu bentuk penafsiran terhadap ayat-ayat
yang maknanya hanya dapat dipahami oleh Allah.
Pendapat yang kedua (yang menyatakan “wawu” sebagai huruf ‘ataf) dipilih oleh
golongan yang lain, yang dipelopori oleh Mujahid. Golongan ini mengartikan ta’wil
menurut pengertian yang kedua, yakni tafsir, sebagaimana yang dikemukakan Mujahid.
Pendapat ini dipilih oleh An-Nawawi. Dalam sharh muslim-nya ia menigaskan, inilah
pendapat yang paling shahih, karena tidak mungkin Allah menyeru hamba-Nya dengan
sesuatu yang tidak dapat deketahui maksudnya oleh mereka.
1. Para ulama berselisih pendapat dalam penentuan ayat-ayat yang masuk muhkamat dan
mutasyabihat, di antaranya:
a. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang maksudnya dapat di ketahui,baik melalui
takwil maupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang maksudnya
hanya dapat diketahui oleh Allah, seperti tentang terjadinya hari kiamat, keluarga
Dajjal, dan potongan-potongan huruf pada awal surat (fawatih as-suwar).
b. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang maknanya jelas, sedangkan ayat-ayat
mutasyabihat sebaliknya.
c. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang tidak memunculkan kemungkinan-
kemungkinan sisi arti yang lain, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat mempunyai
kemungkinan sisi arti yang banyak.
d. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang maknanya dapat di pahami oleh akal, seperti
bilangan raka’at shalat, kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan puasa wajib,
sedangkan ayat-ayat mutasyabihat sebaliknya. Pendapat ini di kemukakan oleh Al-
Mawardi.
e. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang dapat berdiri sendiri (dalam pemaknaanya),
sedangkan ayat-ayat mutasyabihatbergantung pada ayat lain.
f. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang maksudnya segera dapat di ketahui tanpa
penakwilan, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat memerlukan penakwilan agar
diketahui maksudnya.
g. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak berulang-ulang,
sedangkan ayat-ayat mutasyabihat sebaliknya.
h. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan
janji, sedangkan ayat-ayat mutasyabihatberbicara tentang kisah-kisah dan
perumpamaan-perumpamaan.
i. Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan bahwa ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang menghapus
(nasikh), berbicara tentang halal-haram, ketentuan-ketentuan (hudud), kefarduan,
serta yang harus diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah
ayat yang dihapus (mansukh), yang berbicara tentang perumpamaan-perumpamaan,
sumpah, dan yang harus diimani tetapi tidak harus di amalkan.
j. Abd bin Hamid mengeluarkan sebuah riwayat dari Adh-Dhahak yang mengatakan
bahwa ayat-ayat muhkamat ayat yang tidak di hapus, sedangkan ayat-ayat
mutasyabihat adalah ayat yang dihapus.
k. Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Muqatil bin Hayyan bahwa ayat-
ayat mutasyabihat adalah seperti alif lam mim, alif lam mim ra’, dan alif lam ra’.
l. Ibnu Abi Hatim mengatakam bahwa Ikrimah, Qatadah, dan yang lainnya mengatakan
bahwa ayat-ayat muhkamatadalah ayat yang harus diimani dan diamalkan, sedangkan
ayat-ayat mutasyabihata dalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
2. Contoh-Contoh Ayat Mutasyabihat
ۡ
ۡ ش
ٱستَ َو ٰى ِ ٱلر َّۡح ٰ َمنُ َعلَى ٱل َع ۡر
Artinya: (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy. (Q.S.
Thaha:5)
ٌ ِع َم َع ٱهَّلل ِ ِإ ٰلَهًا َءا َخ ۘ َر ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ ۚ َو ُكلُّ َش ۡي ٍء هَال
َك ِإاَّل َو ۡجهَ ۚۥهُ لَهُ ۡٱلح ُۡك ُم وَِإلَ ۡي ِه تُ ۡر َجعُون ُ َواَل ت َۡد
Artinya: Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan. (Q.S. Ar Rahman: 27)
ك َم َحب َّٗة ِّمنِّي ُ ّو لَّ ۚۥهُ َوَأ ۡلقَ ۡيٞ ّو لِّي َو َعـ ُدٞ اح ِل يَ ۡأ ُخـ ۡـذهُ َعـ ُد
َ ت َعلَ ۡيـ َّ ِت فَ ۡٱق ِذفِي ِه فِي ۡٱليَ ِّم فَ ۡلي ُۡلقِـ ِه ۡٱليَ ُّم ب
ِ ٱلسـ ِ َأ ِن ۡٱق ِذفِي ِه فِي ٱلتَّابُو
صنَ َع َعلَ ٰى ع َۡينِ ٓي
ۡ َُولِت
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah dalam mempelajari ayat-
ayat muhkam lebih dahulu sebelum menerangkan faedah mepelajari ayat-ayat
mutasyabihat.
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
a. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti
dan faedahnya bagi mereka.
b. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi
mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan
ajaran-ajarannya.
c. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan
Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan
jelas pula untuk diamalkan.
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya,
karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya,
tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak
menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya
belum jelas.
Ulama berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu antara bisa
tidaknya manusia memahami/memaknai ayat-ayat mutasyabihat.Sebab munculnya ayat muhkam
mutasyabih terbagi menjadi tiga tinjauan yaitu, Adanya kesamaran dalam lafadz, kesamaran
makna ayat dan kesamaran makna dan ayat.
Terdapat tiga macam ayat mutasyabih yaitu ayat yang tidak bisa difahami oleh manusia,
yang bisa difahami semua orang dengan pemahaman yang dalam dan ayat yang bisa difahami
oleh pakarnya saja.
Terdapat hikmah adanya ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yang secara garis besar
masuk pada tataran pemahaman dan penggunaan logika akal.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Risohon. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. 1999
As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2001
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul Ali.
Bandung: CV Penerbit J-ART. 2004
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu. 2000
Musyafa’ah, Sauqiyah, DKK. Studi Al-Qur’an. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
2012
Thabathaba’i, Sayyid Muhammad Husain. Memahami Esensi Al-Quran. Jakarta: PT.
Lentera Basritama. 2003
http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-
mutasyabih/ di akses 22 September 2014