Oleh :
Hadisa ramadahn
Wahyu hidayat
Ardi masyursah
Fadlu riziq
Fahrurrozi
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR
FAKULTAS DAKWAH
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Allhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan
makalah “Mahkam dengan Mutasyabih” ini dan kami tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Hal ini dengan
tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui, memahami, bahkan
menerapkannya.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para
mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dikampus. Amin
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Makalah........................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih.......................................................................2
B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih..........................................................2
C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih...................3
D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih...................................................................3
E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih.....................................................4
F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih.............................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................6
A. Kesimpulan...............................................................................................................6
B. Saran.........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-hukum
yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam kebahasaan. Para ulama’
yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama terhadap nash-
nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi
pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur’an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu muhkam
wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang
adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam
Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang
mempelajari ayat atau surat Al-Qur’sn cukup penting kedududkannya. Sementara
itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial
dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai
hakikat muhkam dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih?
2. Apa saja karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?
3. Bagaimana perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal Mutasyabih?
4. Apa sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih?
5. Apa saja macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih?
6. Apa saja hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.
2. Mengetahui karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih.
3. Mengetahui perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal Mutasyabih.
4. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih.
5. Mengetahui macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih.
6. Mengetahui hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya, sebagaimana
diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh, karuniailah ia ilmu yang
mendalam mengenai agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,” [3])
3
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak
yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik, dua, tiga atau empat.
Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-sifat hari
kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak terjangkau oleh pikiran
manusia.
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek, sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus. Contohnya, ayat 5
surah At-Taubah:
فا قتلوا المشر كين حيث وجد تموهم (التو بة:
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban agama atau
kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:
):واقم الصلوة لذ كر ى (طه
Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat mengingatkan
kepada Allah SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan. Contohnya,
dalam ayat 102 surat Ali Imran:
):يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته (ال عمران
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepada-Nya”.
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam ayat 189 surah
Al-Baqarah:
):وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها (البقة
Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.[6])
4
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya,
kecuali Dia sendiri” (QS. al-An’am : 59)
2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan
oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui
Allah SWT dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.[7])
2. Mutasyabih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai
penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an
seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin
bercampur dengan kebatilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-Quran sehingga kita
akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil merenung dan
berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap
maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan
cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti
ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ushul fiqh dan sebagainya.[9])
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari
ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan
mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan
memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Imam
Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa sebab adanya
kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal
saja, kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat Al-Qur’an
terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena
pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan
padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia
B. Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an lebih
mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
6
DAFTAR PUSTAKA