Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MAKKIYAH DAN BADANIYAH


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH : ULUMUL QUR’AN
DOSEN PENGAMPU : DR.BUDI ABDULLAH, S,Ag,S.H,M.H

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:

 PUTRI INSANI BR TRG : 230403045


 TRI ILHAM : 230403044

PROGRAM STUDI : HUKUM EKONOMI SYARIAH

SKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH

BINJAI
2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT., atas curahan nikmat dan limpahan
rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Sejarah Muncul
dan Berkembangnya Tasawuf ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tasawuf yang diampu oleh Bapak Dr.Budi Abdullah,S.Ag,S.H,M.H

Terima kasih yang seluas-luasnya saya haturkan kepada rekan-rekan serta berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.
Oleh sebab itu, Penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah Penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi Penulis sendiri maupun orang yang membacanya.

BINJAI, 10 OKTOBER 2023

PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................


BAB I ...............................................................................................................................

PENDAHULUAN ...........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH .....................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................
C. TUJUAN MASALAH ..........................................................................................

BAB II..............................................................................................................................
PEMBAHASAN ..............................................................................................................

A. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF SALAFI ( AKHLAQI ) ..............


B. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF FALSAFI ....................................
C. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF SYI’I ...........................................
BAB III ............................................................................................................................

PENUTUP .......................................................................................................................
A. KESIMPULAN ....................................................................................................
B. SARAN .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Al-qur’an merupakan firman (kalam) allah swt yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad saw. melalui malaikat jibril dengan lafadz dan maknanya. All-
qur’an sebagai kitabulloh menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran islam. Selain itu al-qur’an juga berfungsi sebagai
petunjuk bagi umat mansia dalam mencapai kehidupan dunia dan akhirat.
Sebagai sumber ajaran islam yang paling utama alqur’an merupakan sumber
dari segala ajaran untuk operasionalisasi ajaran islam dan pengembangannya
sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat islam. Setiap
prilaku dan tindakan umat islam,baik secara individu maupun kelompok harus
dilakukan berdasarkan al-qur’an. Oleh karena itu, sumber ajaran silam
berfunngsi sebagai dasar pokok ajaran islam. Sebagai dasar, maka sumber itu
menjadi landasan semua prilaku dan tindakan umat islam sekaligus referensi
tempat orientasi dan komunikasi.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari makkiyah dan madaniyah?
2. Tuliskan perbedaan antara makkiyah dan madaniyah?
3. Apa sajakah ciri-ciri dari makkiyah dan madaniyah?
4. Jelaskan klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat dalam al-qur9an?
5. Apa saja hal yang diperselisihkan para ulama mengenai kategori makkiyah
dan
madaniyah?
6. Apakah tujuan mempelajari makkiyah dan madaniyah?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari makkiyah dan madaniyah
2. Untuk mengetahui perbedaan dai makkiyah dan madaniyah
3. Untuk mengetahui apa saja ciri dari makkiyah danmadaniyah
4. Untuk mengetahui pengklasifikasian surat-surat dalam al-Qur9an
5. Untuk mengetahui hal-hal yang diperselisihkan para ulama.
6. Untuk mengetahui tujuan dari mempelajari makkiyah dan madaniyah
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian makkiyah dan Madaniyah
Makkiyah diambil dari nama kota makkah tempat islam lahir dan tumbuh. Kata
makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu yang
disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari mekah atau yang
berkenaan dengannya. Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota
madinah, tempat rasululloh berhijrah dan membangun masyarakat islam serta
mengembangkan islam ke segala penjuru dunia.
Sekalipun kemudian dakwah Rasululloh melewati batas-batas wilayah kedua kota
tersebut, namun mekaha dan madinah tetap mempunyai peran yang siginifikan dalam
setiap proses pengembangan islam. Karenanya pengertian makkiah dan madaniyah tidak
hanya terbata pada ruang linngkup tempat atau penduduk yang berdiam di kedua kota
tersebut, melainkan mencakup di dalamnya priode waktu. Dari sini kemudian para ulama
dalam mendefenisikan makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian
yang sangat sempit, mmelainkan juga memasukkan unsur waktu yang yak
terspisahkandari sejarah Rasululloh.
Imam az-zarkasyi dalam bukunya al-burhan fi ulum al-qur’an telah menyebutkan tiga
persepektif defenisi mengenai makkiyah dan madaniyah. Pertama dari persepektif masa
turun didefenisikan bahwa makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasululloh
hijrah ke madinah, walaupun bukan turun di Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-
ayat yang turun sesudah Rasululoh hijrah ke madinah sekalipun bukan turun di madinah.
Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di
Mekah atau arafah.
Kemudian dari persepektif tempat turun, didefenisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat
yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan
madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba,
dan sul’a, akan tetapi terdapat celah kelemahan dari defenisi tersebut karena terdapat
ayat-ayat tertentu, yang tidak diturunkan di mekah dan di madinah dan di sekitarnya.
Misalnya surat at-Taubah : 42 diturunkan di tabuk, surat az-zukhruf : 45 di turunkan di
tengah perjalanan antara madinah dan mekah. Kedua ayat tersebut, jika melihat defenisi
kedua ini, tidak dapat dikategorikan ke dalam makkiyah dan madaniyah.
Dari persepektif objek pembicaraan (wahyu), mendenfisikan makkiyah dan madaniyah
bahwa makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang mekah,
sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang madinah.
Pendefinisian tersebut dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat a-qur’an
dimulai dengan ungkapan”ya ayyuhal ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyyah.
Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Surat al-baqarah, misalnya, termasuk kategori
madaniyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan 168 yang
dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhan nas “. Lagi pula, banyak ayat al-qur9an yang
tidak dimulai dengan dua ungkapan yang di atas. [1]

B. Perbedaan Antara makkiyah dan madaniyah


1. Dari segi Bahasa
a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras pembicaraanya,
sebab
kebanyakan yang diajak bicara orang-orang yang berpaling dari kebenaran
dan
sombong. Contoh dalam surat al-mudatsir dan al-qomr. Dan adapun
madaniyah secara umum gaya bahasanya lembut dan pembicaraanya halus,
sebab yang menerima
kebenaran secara terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.

b. Umunya surat-surat makkiyah ayatnya pendek-pendek dan kuat


pendalilannya.
Sedangkan madaniyah ayatnya panjang-panjangdan menyebutkan hukum-
hukum
secara khusus.

2. Dari segi isinya:


Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan akidah yang
selamat
secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiya dan percaya dengan hari
kebangkitan, sedangkan madaniyah secara umum menerangkan tentang
perician ibadah dan mu’amalah karena yang diajak bicara orang-orang telah
terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah yang selamat.

C. Ciri-ciri spesifik makkiyah dan madaniyah


1. Makkiyah
a. Di dalamnya terdapat ayat sajdah
b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”
c. Dimulai dengan ungkapan "ya ayyuhan nas” dan tidak ada ayat
dimulai dengan ungkapan “ya ayyuahl ladzina”, kecuali dalam surat
al-hajj karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang
dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhal ladzina”.
d. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan iblis, kecuali surat al-
baqarah
f. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif
lam mim dan sebagainya, kecuali surat al-baqarah dan ali-imran.

2. Madaniyah
a. Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had
b. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum muanafik, kecualai surat al-
ankabut
c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin.

Berdasarkan ttitk tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesisfk makkiyah dan
madaniyah sebagai berikut.

1. Makkiyah
a. Menjelaskan ajaran monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah
kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan
perihalnya, neraka dengan siksanya, syurga dan kenikmatannya, dan mendebat
kelompok musyrikin dengan argumentasi-argumentasi rasional dan naqli.
b. Menetapkan fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara’dan
keutamaan-
keutamaan akhlak yang harusdimilki anggota masyarakat. Juga berisiskan celaan-
celaan terrhadap kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, mengonsumsi
harta anak yatim secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
c. Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terrdahulu serta perrjuangan
Muhammad
dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin
d. Banyak terdapat kesamaan bunyi
e. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras
f. Banyak mengandung kata-kata sumpah

2. Madaniyah
a. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hududd, bangunan rumah tangga,
warisan, keutamaan jihad, kehidupan social, aturan-aturan pemerintah menangani
perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum
syara’
b. Mengkhitabi ahli kitab yahudi dan nashrani dan mengajaknya masuk islam, juga
menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan kitab Allah adan
menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran
c. Mengungkap langka-langkah orang-orang munafik
d. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum
dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula.

D. Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat al-qu’an


Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para ulama bersandar
pada dua cara utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan qiyashi ijtihad
(bersifat ijtihad). Cara pertama berdasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang
hidup
pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi9in yang menerima dan
mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan
dengan
turunnya wahyu itu.
Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah. Apabila dalam
surat makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung
peristiwa
madani, maka dikatakan ayat itu madani. Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat
madaniyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka
ayat
tadi dikatakan sebagai ayat makkiyah. Oleh karena itu, para ahli mengatakan, setiap surat
yang dalamnya mengandung kisah para nabi atau uamt-umat terrdahulu, maka surat itu
adalah
makkiyah.dan seretiap surat di dalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan hukum,
maka surat itu adalah madaniyah.
Untuk membedakan makkiyah dana madaniyah, para ulama mempunyai tiga macam
pandangan yangmasing-masing mempunyai dasar-dasarnya sendiri:
1. Dari segi waktu turunnya
2. Dari segi tempat turunnnya
3. Dari sisi sasarannya
Para ulama antusias untuk menyelidiki surat-surta makkiyah dan madaniyah.
Mereka
meneliti al-qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuia
dengan
turunnya, dengan memperhatikan waktu , tempat danpola kalimat. Lebih dari itu
mereka
mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Abul qasim al-hasan bin
Muhammad bin habib an-naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-tanbih9ala
fadhli ulum al-qur’an, di antara ilmu-ilmu al-qur’an yangpaling mulia adalah ilmu
tentng nuzul al-qur’an dan sekitarnya. Seperti yang diturunkan di waktu
malam/siang, diturunkan secara bersama-sama atau yang turun secara tersendiri,
ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah dan sebaliknya, serta ayat-ayat
yang diperselisihkan antara madani dan makki. Orang yang tidak mengetahui dan
tidakp dapat membedakannya ia tidak berhak berbicara tentang al-qur’an. Ada
tiga tahap dalam masa turunnya al-qur9an di mekah menurut abu qasim yaitu
tahap permulaan, tahap pertengahan dan tahap penghabisan.
1. Tahap permulaan di mekah ( marhala ibtidaiyyah)
a. Surat al-alaq [96]
b. Surat almudatsir [74]
c. Surat at-takwir [81]
d. Surat al-a9la [87]
e. Surat al-lail [92]
f. Surat al-insyirah[94]
g. Surat al-8adiyat [100]
h. Surat at-takwir [102
i. Surat an-najm [53]

2. Tahap pertengahan di mekah (marhalah mutawassithah)


a. Surat 8abasa [80]
b. Surat ath-thin [95]
c. Surat al-qori9ah [101]
d. Surat al-qiyamah [75]
e. Surat al-mursalat [77]
f. Surat al-balad [90]
g. Surat al-hijr [15]

3. Tahap penghabisan di mekah (marhalah khataniyah)


a. Surat ash-shaffat [37]
b. Surat al-dzuhkruf [43]
c. Surat ad-dukhon [44]
d. Surat adz-dzariyat [51]
e. Surat al-kahfi [18]
f. Surat Ibrahim [14]
g. Surat as-sajdah [32]
Tiga tahap tersebut tampak jelas tanda-tanda kemakkiyahannya karena dalam hal susunan
kalimatnya, masing-masing tampak sebagai kesatuan wawasan yang terjadi dengan
sendirinya.
Adapun madaniyah ada dua puluh surat, yaitu:
a. Al-baqarah k. Al-hujurat
b. Ali-imran l. Al-hadid
c. An-nisa m. Al-mujadilah
d. Al-maidah n. Al-hasyr
e. Al-anfal o. Al-mumtahanah
f. At-taubah p. Al-jumu’ah
g. An-nur q. Al-munafiqun
h. Al-ahzab r. Ath-thalaq
i. Muhammad s. Ath-thahrim

Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surat, yaitu:[3]3


a. Al-fatihah g. Al-qadr
b. Ar-ra’dh. Al-bayyinah
c. Ar-rahman i. Az-zalzalah
d. Ash-shafh j. Al-ikhlas
e. Ath-taghabun k. Al-falaq
f. Al-mutaffifin l. An-nas

E. Perselisihan Ulama’Mengenai kategori Makkiyah dan Madaniyah


Dalam kitab karangan manna’al-qaththani yang berjudul pengentar studi ilmu al-Qur’an
menebutkan bawha yang terpenting dalam objek kajian par ulama yang diturunkan di
mekkah atau madinah sesrta yang menjadi perselisihan, yaitu:
1) Ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah
Contohnya dalam surat al-Hujurat ayat 13. Ayat tersebut diturunkan di mekah
pada hari penaklukan kota mekah tetapi sebenarnya madaniyah karena diturunkan
selepas hijrah. Di samping itu, seruannyapun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh
oleh para ulama tidak dinamakan makkiyah dan tidak madaniyah secara pasti.
Tetapi mereka mengatakan ayat yag diturunkan di mekah namun hukumnya
mdaniyah.
2) Ayat-ayat madaniyah dalam surat makkiyah
Misalnya surat al-an9am, ibnu abbas berkata surat ini diturunkan sekaligus di
mekah, maka ia adalah makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di madinah
yaitu ayat 151-153. Dan surat al-hajj adalah makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang
madaniyyah yaitu ayat 19-21.
3) Yang diturunkan di mekah namun hukumnya madaniyah
4) Ayat yang diturunkan di madinah namun hukumnya makkiyah
Mereka memberi contoh dengan surat al-mumtahanah, surat ini diturunkan di
madinah dilihat dari segi turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang
musyrik penduduk mekah. Juga seperti permusuhan aurat at-taubah yang
diturnkan di madinah, tetapi seruannya ditujukan kepada orang-orang musyrik di
mekah.
5) Yang serupa dengan yang diturnkan di mekah dalam kelompok madaniyah
Yang dimaksud para ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat pada madaniyah
tetapi mempunyai gaya bahasa danciri seperti makkiyah. Contohnya firman Allah
dalam surat al-anfal ayat 32 yang madaniyah. Hal ini dikarenakan permintaan
orang musyrik untuk disegerakan azab adalahdi mekah.
6) Yang serupa dengan yang diturunkan di madinah dalam kelompok
madaniyah
Yang dimaksud ulama disini adalah kebalikan dari sebelumnya dalam surat an-najm ayat
32.
7) Ayat yang dibawa dari mekah ke Madinah
Contohnya ialah dalam surat al-a’la. HR. al-bukhori dan al-bara’ah bin azb yang
mengatakan bahwa: ‘bahwa yang oertama kali datang kepada kami dikalangan
sahabat nabi adalah mush’ab bin umair dan ibnu ummi maktum. Keduanya
membacakan al-qur’an kepada kami, setelah itu datanglah ammar, bill dan sa’ad,
kemudain datang pua umar bin khattab sebagai orang nomor yang kedua
puluh.baru setelah itu datang nabi, aku melihat penduduk madinah bergembira
setelah aku membaca “Sabbihisma robbikal a’la.
8) Ayat yang dibawa dari madinah ke mekah
Contohnya ari awal surat at-taubah yaitu ketika rasululloh memerintahkan kepada
abu bakar untuk pergi haji pada tahuan kesembilan dan hal inipun disampaikan
kepada kaum musyrikin bahwa tahun tidak seorangpun orang musyrik boleh
berhaji.
9) Ayat yang turun di waktu malam dan siang
Kebanyakan ayat turun pada siang hari , abu qasim an-naisaburi telah
menelitinya. Contoh di bagian surat al-imran dan yang lainnya.
10) Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas tentang ayat kalalah
yang terdapat di akhir surat an-nisa. Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam
perang tabuk, yang terjadi pada musim panas seperti yang dinyatakan dalam surat
at-taubah ayat 81. Sedangkan musim dingin mereka mencontohkan dengan ayat-
ayat mengenai “tuduhan Bohong”yang terdapat dalam surat an-nur.
11) Yang turun di waktu menetap atau perjalanan
Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an turun pada saat nabi dalam keadaan
menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasululloh tidak pernah lepas dari jihad
dan peperangan di jalan Allah, maka wahyu pun turun dalam peperangan tersebut.
Contohnya awal-surat al-Anfal yang turun pada waktu perang badar.
F. Tujuan mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
1) Untuk menambah keyakinan bahwa al-qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan di bawah otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan nabi
2) Untuk mempermudah memahami al-Qur’an
3) Agar bisa memahami nasikh (hukum yang menghapus) dan mansukh (hukum
yang dihapus) jika terdapat dua ayat yaitu madaniyah dan makkiyah yang
keduanya memenuhi syarat nasakh maka ayat mmadaniyah tersebut menjadi
nasakh bagi ayat makkiyah karena ayat madaniyah datang belakangan setelah ayat
makkiyah
4) Untuk mengetahui kronologis penurunan syari’ah yang berangsur-angsur
5) Untuk mengetahui perjalanan Rasulullah
6) Untuk mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga
otensitas al-qur’an.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Surat makkiyah diturunkan di mekah sebelum rasululloh hijrah, sedangkan
madinah turun di madinah sesudah nabi hijrah
 Ayat dala surat makkiyah umumnya pendek, sedangkan ayayt dalam
madaniyah umumnya panjang
 Surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang keimanan,
perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal shaleh, siksa
bagi orang kafir dan durhaka, kisah para rasul dan nabi, cerita umat terdahulu,
dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat. Madaniyyah
pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup
kemasyarakatan atau masalah muamalah.

B. SARAN
Demi kesempurnaan makalah ini, Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadi manusia
yang selalu menjaga atau memelihara Al-Qur’an dengan baik. Sebagai bahan kajian yang
baik maka perlu untuk mengkaji setiap apa yang disajikan di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Rosihon. Ulum al-Qur9an. Bandung : Pustaka Setia. 2007. Al-Qattan


Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur9an. Jakarta: PT. Pustaka Litera
AntarNusa. 2015.

Anda mungkin juga menyukai