Anda di halaman 1dari 23

KONSEP TAFSIR MAQASHID AL-QUR’AN PERSPEKTIF

WAS{FI ‘A>SYU>R ABU> ZAYD DALAM KITAB AL-TAFSI>R AL-


MAQA>S{IDI> LI SUWAR AL-QUR’A>N AL-KARI>M DAN NAH}WA
AL-TAFSIR AL-MAQA>S{IDI LI AL-QUR’A>N AL-KARI>M
Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Maqashidi

Disusun oleh:

RIZA RIZKIYAH (E93219117)


SAYYIDAH WARDATUN N. (E93219121)
TAJUL MUTTAQIN (E93219124)

Dosen Pengampu:

DR. MOH. YARDHO. M.TH.I

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat, hidayah,
serta inayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dari jalan yang gelap
menuju jalan yang terang benderang.
Penyusun mengucapkan syukur yang kedua kalinya karena dengan karunia
sehat yang telah diberikan Allah SWT. Penyusun dapat mempersembahkan
makalah yang berjudul “Konsep Tafsir Maqashid Al-Qur’an Perspektif Was{fi
‘A>syu>r Abu> Zayd Dalam Kitab Al-Tafsi>r Al-Maqa>si{ di> Li Suwar Al-Qur’a>n Al-
Kari>m dan Nah}wa Al-Tafsir Al-Maqa>s{idi Li Al-Qur’a>n Al-Kari>m”, tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing, Bapak Moh.
Yardho, yang telah membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Tentunya sebagai manusia biasa, penyusun tidak akan terlepas dari
kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu penyusun dengan segala hormat memohon
kritik dan saran pembaca. Dengan adanya hal tersebut, tentu dapat membantu
kepenulisan pada makalah berikutnya sehingga menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini
bermanfaat, terima kasih.

Surabaya, 05 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Biografi dan Karya Wasfi Asyur................................................................................ 3

1. Biografi Wasfi Asyur Abu Zayd .............................................................................. 3

2. Karya Intelektual .................................................................................................... 4

B. Macam-Macam Maqashid Al Qur’an......................................................................... 5

1. Al-Maqasid al-Ammah li al-Quran al-Karim (Maqasid General/umum Alquran) . 5

2. Al-Maqasid al-Khassah li al-Qur’an al-Karim (Maqasid Tema dan Topik


Alquran) ...................................................................................................................... 6

3. Maqasid Suwar al-Quran al-Karim (Maqasid Surah-Surah Alquran).................. 11

4. Maqasid al-Tafsiliyah li Ayat al-Qur’an al-Karim (Maqasid terperinci dari ayat


ayat Alquran .............................................................................................................. 12

5. Maqasid al-Kalimat wa al-Huruf al-Qur’aniyah (Maqasid kata dan huruf


Alquran) .................................................................................................................... 12

C. Metode Penggalian Maqashid Al-Qur’an................................................................. 13

1. Metode Tekstual .................................................................................................... 13

2. Metode Induktif ..................................................................................................... 13

3. Metode Konklusif .................................................................................................. 14

4. Metode eksperimen para pakar............................................................................. 14

E. Syarat-syarat Mufasir Maqashid ............................................................................... 14

1. Memahami bahasa arab dan penerapannya ......................................................... 14

iii
2. Melakukan tadabur dan berusaha untuk hidup bersama Al-Qur’an .................... 15

3. Mengamalkan Alquran, mengajarkannya dan berjihad dengannya. .................... 15

4. Bertolak dari kebutuhan umat manusia ................................................................ 15

F. Aturan-aturan Tafsir Maqashidi................................................................................ 16

1. Disimpulkan dari proses yang benar .................................................................... 16

2. Memenuhi syarat-syarat mufasir Maqashidi ........................................................ 16

3. Mengutamakan maqashid tekstual dan original dari Al-Qur’an .......................... 16

4. Mengedepankan maqashid umum Al-Qur’an ....................................................... 16

5. Membuktikan keselarasan antara kalimat, ayat, surah, dan Al-Qur’an secara


keseluruhan. .............................................................................................................. 17

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an mengandung berbagai macam unsur kebaikan seperti hikmah
dan hidayah yang dapat menjamin kebahagiaan manusia secara lahir maupun batin.
Jaminan tersebut tentu dapat muncul ketika manusia mampu mengamalkan secara
ikhlas, kosisten dan menyeluruh.1 Kebaikan yang menjadi keagungan dan
kempurnaan Alquran bukan hanya dapat dirasakan bagi orang-orang yang
memahami karakteristik bahasanya yaitu bahasa arab. Tetapi juga dapat dirasakan
oleh mereka yang mempercayai dan mengharapkan petunjuk-petunjuknya, serta
semua orang yang mengenalnya sebagai kitab yang diturunkan oleh Tuhan Yang
Maha Tinggi.
Seseorang yang mempelajari dari aspek bahasa dalam akan Alquran, akan
ditemukan berbagai keindahan bahasa dari susunan kata dan kalimatnya
Keagungan dan kesempurnaan Al-Qur’an dari aspek kebahasaannya ini merupakan
salah satu bukti kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah dan bukti kemukjizatan
Nabi Muhammad Saw.
Keyakinan dan harapan untuk memperoleh petunjuk-petunjuk Al-Qur’an
lebih dipahami dalam konteks bahwa Allah memberikan hidayah kepada manusia
melalui Al-Qur’an dengan hidayah Aqidah dan syariat. Sebagian besar ulama
sepakat bahwa setiap hukum syara’ akan selalu terselip tujuan yang luhur. Di mana
tujuan tersebut digunakan untuk mendatangkan maslahah, dan menolak mafsadah.2
Dalam menggali hikmah yang terpendam dalam Al-Qur’an para ulama
muslim telah banyak mencurahkan waktu untuk berusaha memahami tujuan Al-
Qur’an. Oleh karena demikian, hal tersebut tidak akan lepas dari yang Namanya

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya(Edisi yang Disempurnakan, (Jakarta:
Widya Cahaya, 2011), 9.
2
M. Ainur Rifqi dan A. Halil Thahir, “Tafsir Maqasidi: Building Interpretation Paradigm
Based on Mashlahah”, Jurnal Millah, Vol 8 No 2 2019, 337.

1
2

maqasid. Kata maqāsid sendiri adalah bentuk plural dari kata maqsad. Di mana akar
katanya adalah qasada, yang berarti bermaksud atau menuju. Adapun jika dipahami
dalam artian terminologi. Maqasid ini ialah sesuatu yang menjadi tujuan pembuat
syariat dalam guna menciptakan maslahat untuk para hamba-Nya di dunia dan
akhirat3
Tafsir Maqasidi ialah salah satu corak penafsiran yang berusaha
menyingkap makna dan tujuan Al-Quran, baik secara universal, maupun parsial.
Hal tersebut dilakukan guna mewujudkan kemaslahatan manusia.4 Di mana jika
dicermati secara logika maka mustahil Allah menurunkan Al-Qur’an ke muka bumi
hampa dari maksud dan tujuan. Dalam disiplin keilmuan tafsir, Maqasid Al-Qur’an
oleh banyak tokoh telah banyak dijelaskan berikut juga konsep dan dimensi-
dimensi yang terlingkup di dalamnya.
Sebut saja tokoh-tokoh yang memiliki kefokusan pada aspek Maqashidi
seperti Badi’uzzaman Said Nursi, al-Raisuni, ‘Abd al-Karim Hamidi, Izz al-Din ibn
Sa’id, Hannan Lahham dan lain sebagainya. Adapun dalam makalah kali ini, akan
difokuskan kepada Wasfi Ashur, seorang pemikir Islam asal Mesir yang baru-baru
ini mendapat banyak penghargaan atas kepakaran dan karyanya yang membahas
tentang Maqashid Alquran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Wasfi Ashur Abu Zaid?
2. Bagaimana Konsep Tafsir Maqashid Al-Qur’an Perspektif Wasfi ‘Ashur Abu
Zaid Dalam Kitab Al-Tafsir Maqashidi Li Suwar Alquran Al-Karim Dan
Nahwa Tafsirin Maqashidiyin Li Al-Qur’an Al-Karim?

3
Wasfi ‘Asyur Abu Zaid, “at-Tafsir al-Maqasid li Suwar al-Qur’an al-Karim,” (Makalah
Seminar Fahm al-Qur’an bain an-Nas wa al-Waqi’, Contantine: Fakultas Usuludin
Universitas al-Amir ‘Abd al-Qadir Aljazair, 4- 5 Desember 2013), 7; Made Saihu “Tafsir
Maqasidi untuk Maqasid al-Syari’ah”, Jurnal al-Burhan, Vol 21 No 1 Juni 2021, 47.
4
Washf Asyur Abu Zayd, “al-Tafsir al-Maqasidi li Suwar al-Qur’an al-Karim,” (2003), 7;
M. Ainur Rifqi dan A. Halil Thahir, “Tafsir Maqasidi: Building Interpretation Paradigm
Based on Mashlahah”, Jurnal Millah, Vol 8 No 2 2019, 341.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi dan Karya Wasfi Asyur


1. Biografi Wasfi Asyur Abu Zayd
Salah satu pemikir islam maqashid dari wilayah Mesir adalah Wasfi
Asyur. Ia memiliki nama lengkap Wasfi Asyur Ali Abu Zaid. Lahir pada tanggal
20 Juni 1975 M atau 11 Jumadil akhir 1395 H di provinsi Kafr al-Syeikh, Sebuah
daerah di Mesir, sekitar 134 km utara dari kota Kairo, di Delta Nil Mesir.
Sebelumnya kota ini bernama Duminqun, lalu berganti nama menjadi Fuadiyah,
dan sampailah pada nama Kafr al-Syeikh ini.5
Wasfi Asyur dikenal sebagai seorang penghafal Al-Quran dengan
riwayah dari Hafsan Asim. Ia menempuh pendidikan S1 di jurusan Bahasa Arab
dan Ilmu-ilmu Islam, Fakultas Dar al-Ulum, Kairo University ditahun 1997.
Kemudian ia pun melanjutkan studinya di universitas yang sama, tepatnya
dijurusan al-Fiqh wa al-Ushul.6
Dikenal sebagai pelajar yang cerdas, Wasfi Asyur berhasil mendapatkan
predikat Cumlaude dengan tesisnya yang berjudul: Nazariyyat al-Jabr fi al-Fiqh
al-Islami Dirasah Ta'siliyyah Tatbiqiyyah. Ia bahkan masuk dalam berita koran,
yang membahas tentang ujian serta bukunya yang akan diterbitkan. Lebih lanjut
lagi, saat berada dalam jenjang Doktoral, ia juga mendapatkan predikat Summa
Cumlaude dengan disertasinya yang berjudul: al-Maqashid al-Juz'iyyah Wa
Atsaruha fi al-Istidlal al-Fiqhi Dirasah Ta'siliyyah Tatbiqiyyah pada bulan Juli
2011.
Dalam perjalanan intelektual, Wasfi Ashur bukan hanya berlajar dalam
Pendidikan formal saja, ia juga menempuh pendidikan non-formal. Dari

5
“Kafr El-Syeikh”, en.wikipedia.org (https://en.wikipedia.org/wiki/Kafr_El_Sheikh
(Sabtu, 11 Juni 2022, 12:14)
6
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi, ter. Ulya Fikriyati (Jakarta Selatan: PT.
Qaf Media Kreativa, 2020), 235.

3
4

pendidikan non-formalnya itulah, yang membuatnya mendapatkan ijazah di


berbagai bidang. Contohnya dalam bidang hadith yang meliputi Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Musnad al-Darimi, al-Arba'un al-Nawawiyyah, Alfiyat al-
Hadith, al-Arba’in fi Fada’il al-Sahabah dan sebagainya. Selain itu ia juga
mendapat ijazah dari Yusuf al-Qaradawi dalam bidang Ilmu Syariat.7
Melihat kridibelitasnya yang tinggi, ada beberapa penghargaan yang
sudah diraih oleh Wasfi Asyur ini. Diantaranya yakni, penghargaan penulis
produktif oleh Kementrian Wakaf Kuwait pada tahun 2004, dan Mendapat
kehormatan sebagai salah satu orator ilmiah di berbagai konferensi Internasional
dari 2008-2011.8
2. Karya Intelektual
Wasfi Asyur telah banyak berkontibusi dalam dunia intelektual dengan
menghasilkan berbagai karya, diantaranya yakni:9
a. Nazariyyah al-Jabr fi al-Fiqh al-Islamiyyah Dirasah Ta'siliyyah
Tatbiqiyyah (Kairo: Dar al-Salam, 2007)
b. Al Hurriyyah al-Diniyyah wa Maqasidiha fi al-Islam (Kairo: Dar al Salam,
2008)
c. Fi Zilal Sayyid Qutb Lamhat min Hayatih wa A’malih wa Manhajih al-
Tafsiri (Kairp: Dar Saut al-Qalam al-‘Arabi, 2009)
d. Muhawalat al-Tajdidiyyah al-Mu'asirah fi Usul al-Fiqh Dirasah
Tahliliyyah (Kairo: Dar Saut al-Qalam al-'Arabi, 2009)
e. Ri’ayat al-Maqasid fi Manhaj al-Qaradawi (Kairo: Dar al-Basa'ir, 2011)
f. Manhaj al-Syaikh Muhammad al-Ghazali fi Tanawul Masa’il Aqidah
(Kairo: Dar al-Basyir li al-Tsaqafah wa al-Ulum, 2015)

7
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 236.
8
Wasfi Asyur Abu Zaid, al-Tafsir al-Maqasidi li Suwar al-Qur’an al-Karim fi Dhilal al-
Qur’an Anmudzajan (Makalah Seminar dalam konferensi Fahm al-Qur’an bain an-Nas wa
al-Waqi’ “Understanding The Qur’an Between Text and Reality”, Contantine: Fakultas
Usuludin Universitas al-Amir ‘Abd al-Qadir Aljazair, 4- 5 Desember 2013), 41.
9
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 239.
5

g. Maqasid al-Ahkam al-Fiqhiyyah Tarikhuha wa Wada’ifuha al-


Tarbawiyyah wa al-Da’wiyayah (Kuwait: Wizarat al-Awqaf al-
Kuwaitiyyah, 2012).
h. Al-Quwwah al-Siyasiyyah al-Syar’iyyah ‘Anasiruha Maqasiduha (Oman:
Prosiding tentang Pengembangan Ilmu-Ilmu Fiqih dalam Konferensi
Ilmiah bertema Al-Fiqh al-Islami al-Musytarak al-insani, 2014)
i. Al-Maqasid al-Juz'iyyah Dawabituha, Hujjiyyatuha, Wa za'ifiha, Atsaruha
fi al-Istidlal al-Fiqhi (Kairo: Dar al-Maqasid li al Nasyr Wa al-Tawzi',
2015)

B. Macam-Macam Maqashid Al Qur’an


Dalam karya Wasfi ‘Asyur yang berjudul Nahwa Tafsir Maqhasid li al-
Quran al-Karim, ia mengklasifikasi maqasid al-Qur’an menjadi lima macam.
Diantaranya adalah; Al-Maqasid al-Ammah li al-Quran al-Karim (Maqasid
General/umum Alquran), Al-Maqasid al-Khassah li al-Qur’an al-Karim (Maqasid
Tema dan Topik Alquran/khusus), Maqasid Suwar al-Quran al-Karim (Maqasid
Surah-Surah Alquran), Maqasid al-Tafsiliyah li Ayat al-Qur’an al-Karim (Maqasid
terperinci dari ayat ayat Alquran, dan Maqasid al-Kalimat wa al-Huruf al-
Qur’aniyah (Maqasid kata dan huruf Alquran)10
1. Al-Maqasid al-Ammah li al-Quran al-Karim (Maqasid General/umum
Alquran)11
Maqasid umum Alquran ini adalah tujuan-tujuan general dan umum dari
Alquran. Di mana Alquran, dalam teksnya sendiri telah menyebutkan tujuan-
tujuan umumnya. Oleh karena demikian, maqasid umum ini dapat ditemukan
tersebar di banyak ayat dan surah dalam Alquran.
Dalam menjelaskan tentang adanya maqasid umum Alqur’an ini, Wasfi
merujuk pada pendapat al-Raisuni. Yang mana ia membagi maqasid umum
Alquran dalam enam macam, yakni sebagai berikut;12

10
Wasfi Asyur Abu Zaid, Nahwa al-Tafsir al-Maqasidi li al-Qur’an al-Karim Ru’yah
Ta’sisiyyah li Manhaj Jadid fi Tafsir al-Qur’an, (Kairo: Mofakaroun, 2019), 21.
11
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 29.
12
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 30.
6

a. Mengesakan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya.


b. Petunjuk hal-hal agama dan duniawi.
c. Menyucikan jiwa serta mengajarkan kebijaksanaan.
d. Membawa rahmat dan kebahagiaan.
e. Menegakkan kebenaran dan keadilan.
f. Meluruskan Pemikiran.
Selain perihal ragam maqashid umum, Wasfi yang masih merujuk pada
pendapat al-Raysuni menyebut ada lima tujuan mengetahui maqasid umum
Alquran. Diantaranya yakni;
a. Sebagai pengantar yang baik dalam memahami risalah Alquran yang islami
dan wujud yang shahih.
b. Memungkinkan pencapaian pemahaman yang benar atas makna-makna
terperinci dalam Alquran.
c. Mendorong pemahaman yang lebih komprehensif dalam memandang
maqashid tradisi Nabi, baik secara global maupun detail. Hal demikian akan
berdampak positif dalam bidang fiqih dan ijtihadnya.
d. Menjadi ukuran dan standar yang harus digunakan dalam menimbang
perbuatan individu dan masyarakat juga kehidupan pribadi maupun sosial.
e. Menjadi ukuran dan standar bagi para mufassir dalam metode-metode dan
juga produk-produk tafsir mereka. Di mana melalui pengetahuan maqashid
alquran dan berusaha untuk menjaganya. Maka seorang mufassir telah
menjamin diri dan tafsirnya untuk selalu selaras dengan maqashid Alquran.
2. Al-Maqasid al-Khassah li al-Qur’an al-Karim (Maqasid Tema dan Topik
Alquran)
Maqasid khusus terbagi menjadi dua macam. Pertama adalah maqasid
khusus terkait bidang bahasan Alquran, dan kedua maqasid khusus terkait
dengan tema.13
a. Maqasid khusus terkait bidang bahasan Alquran

Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 35.


13
7

Pembahasan yang dimaksud dalam hal ini adalah terkait bagian tertentu
dari hukum syariat atau yang terkait dengannya. Seperti yang diketahui
Alquran memiliki beberapa bidang bahasan, diantaranya bidang akidah, etika,
ibadah, interaksi sosial, pernikahan dan perceraian, warisan, hukum dan
vonisnya, dan sebagainya.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka cara yang ideal untuk
membahas maqasid khusus adalah dengan mengumpulkan semua ayat yang
berkaitan dengan bahasan, lalu diteliti serta dianalisis. Melalui kajian tersebut
maka akan ditemukan ragam, karakter, aturan, manfaat, dan berbagai hal lain
dalam bahasan yang dikaji.14
Adapun contohnya adalah apabila dilakukan pengkajian terhadap
bidang pernikahan yang menjadi bagian dari bahasan tema keluarga, maka
akan ditemukan dalam beberapa ayat yang berkaitan bahwasanya Alquran
berusaha membangun kekeluargaan melalui perintah untuk menikah. Seperti
yang termuat dalam beberapa ayat berikut: Q.S. An-Nur [24] ayat 32, Q.S.
Ar-Rum [30] ayat 21, Q.S. An-Nisa [4] ayat 20-21, Q.S. An-Nisa [4] ayat 35,
Q.S. An-Nisa [4] ayat 130, dan Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 237.
Pada Q.S. An-Nisa [4] ayat 20-21 Allah tidak menyebut pernikahan
sebagai Aqad, melainkan menggunakan penyebutan mitsaq (perjanjian) yang
disifati dengan ghaliz (kuat). Perjanjian sendiri merupakan sebuah kata yang
mengandung jalinan dan kekuatan yang mencegahnya dari kehancuran dan
pembubaran. Penyebutan demikian tidak pernah digunakan dalam bentuk
interaksi lainnya di dalam Al Qur’an maupun hadits, selain dari pada hal
pernikahan ini.15

Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 35.


14
15
Ibid., 37.
8

‫وَ إِ نْ أَ رَ دْ تُ مُ ا سْ تِ بْ دَا لَ زَ وْ جٍ مَ كَا نَ زَ وْ جٍ وَآ تَ يْ تُ مْ إِ حْ دَا هُ نَّ قِ نْ طَا رًا فَ لَا‬

ُ‫) وَ كَ يْ فَ تَ أْ خُ ذُو نَ ه‬٢۰ ( ‫تَ أْ خُ ذُوا مِ نْ هُ شَ يْ ئًا ۚ أَ تَ أْ خُ ذُو نَ هُ بُ هْ تَا نًا وَ إِ ثْ مًا مُ بِي نً ا‬
16
)٢١ ( ‫وَ قَ دْ أَ فْ ضَ ىٰ بَ عْ ضُ كُ مْ إِ لَ ىٰ بَ عْ ضٍ وَ أَ خَ ذْ نَ مِ نْ كُ مْ مِي ثَا قًا غَ لِي ظًا‬

Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu
telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka
janganlah kamu mengambil kembali sedikit pun darinya. Apakah kamu akan
mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan
(menanggung) dosa yang nyata? Dan bagaimana kamu akan mengambilnya
kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan)
dari kamu.

Selanjutnya Allah telah menetapkan qiwamah (penopang ataupun


pelindung) Laki-laki bagi perempuan. Di mana dalam usaha menjalani
kehidupan, memang diperlukan pemandu yang memandu secara bijak sesuai
dengan syariat Allah17.
Perlu diketahui kata qiwamah yang terkandung dalam QS. An-Nisa’
ayat 34 dalam khazanah tafsir, tidak ada kesepakatan khusus mengenai
maknanya. Hal ini yang juga membuat perbedaan tentang posisi laki-laki dan
perempuan dalam hubungan keluarga.

ْ‫َلرجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَا اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِم‬
ِّ ‫ا‬

َّ‫ۚ فَالصٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ ِّلِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللٰهُ ۚوَالٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُن‬

َ‫وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْ َمضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَ َطعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۚاِنَّ اللٰه‬
18
‫كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا‬

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan

16
Alquran, 4:20-21.
17
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 38.
18
Alquran, 4:34.
9

karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka


perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan
menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu
beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang),
dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah
Mahatinggi, Mahabesar.

Saat seorang istri melakukan nusyuz, Al Qur’an telah menetapkan


beberapa langkah penting dalam memberikan respons. Hal demikian telah
tertuang secara global oleh Al Qur’an dan dapat ditemukan perinciannya
dalam sunnah.19
Sebagai contohnya, ketika terjadi perselisihan antara suami dan istri
dalam keluarga. Alquran tidak membiarkan substansi “keluarga” hancur dan
tercerai berai, melainkan memberikan solusi penyelesaian dengan jalan
damai. Hal ini dapat dilakukan dengan mendatangkan wakil yang adil dari
kedua keluarga dengan tujuan perdamaian. Sebagaimana yang terkandung
dalam Q.S. An-Nisa [4] ayat 35:

‫وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِِّنْ اَهْلِه وَحَكَمًا ِّمِنْ اَهْلِهَا ۚ اِنْ يُّرِيْدَآ اِصْلَاحًا‬

‫يُّوَفِّقِ اللٰهُ بَيْنَهُمَا ۚ اِنَّ اللٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا‬

“Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka


kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru
damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu)
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-istri itu. Sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengenal.”

Ketika sebuah rumah tangga terlihat tidak dapat dipertahankan


keutuhannya, dan dalam ambang perceraian. Nilai Islam tetap mengajarkan
untuk melepaskan ikatan secara damai dan baik. Yang mana kedua belah
pihak diminta untuk saling menghormati dan memperlakukan satu sama lain
dengan baik.

Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 39.


19
10

Demikanlah Al Qur’an mewujudkan sebuah gambaran ideal untuk


kehidupan suami istri. Gambaran tersebut diperoleh dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an kemudian memperhatikan dan meneliti
langkah-langkah dan hubungan hukum-hukum yang telah disusun oleh ayat-
ayat tersebut.20
Selanjutnya contoh lain yang disebutkan oleh Wasfi ‘Asyur, adalah
terkait pembahasan tentang bidang kisah-kisah Alquran. Ia mengutip
pendapat ibn ‘Asyur bahwasanya tujuan pemaparan kisah-kisah dalam
Alquran bukan sekadar sebagai hiburan, melainkan juga sebagai salah satu
tujuan dari beberapa maqasid agar umat manusia mengambil pelajaran yang
ada.21 Pada setiap bidang bahasan dalam Alquran, dapat ditemukan maqasid-
nya dengan proses deduksi terhadap ayat-ayat yang berkaitan dalam satu
bahasan yang telah dikumpulkan.
b. Maqasid khusus terkait dengan tema tertentu (tematik)
Maqasid ini juga dapat diperoleh berdasarkan proses pengamatan
terhadap ayat-ayat dalam satu topik. Di mana ayat-ayat tersebut dikumpulkan
dan kemudian diperdalam serta dianalisi. Salah satu contoh yang dipaparkan
oleh Wasfi ‘Asyur ialah topik Yahudi dalam Alquran.
Alquran dalam teksnya menyebut orang-orang Yahudi dengan
menggambarkan karakter dan sifat-sifatnya. Gambaran karakter tersebut
seperti mengingkari ketuhanan dalam akidah, hati yang keras, suka mendebat,
dan lain sebagainya. Representasi Alquran terhadap Yahudi yang demikian
itu ditujukan agar umat Islam (secara khusus) mengetahui sifat-sifat mereka.
Dengan begitu, umat islam akan berhati-hati ketika membuat kesepakatan
dengan mereka.
Berikut beberapa manfaat yang disebutkan oleh Wasfi Asyur dalam
mengetahui maqasid khusus Alquran, yakni sebagai berikut:22

20
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi…, 43.
21
Wasfi Asyur, Abu Zaid, Nahwa Tafsir Maqasidi…, 28.
22
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 46.
11

1. Menyimpulkan pandangan Alquran seputar tema tertentu sesuai dengan


maqasidnya.
2. Menyesuaikan pelaksanaan hal-hal umum dan khusus terkait topik yang
dibahas dengan maqasid masing-masing bidang Alquran.
3. Memahami bagian-bagian dari tema bahasan Alquran maupun bidang-
bidang lain sesuai dengan kandungan maqasid dalam Alquran.
4. Merefleksikan maqasid dari tema bahasan Alquran ataupun bidang-bidang
lain dalam praktik fiqih.
5. Melaksanakan dan meluruskan bidang-bidang ataupun tema-tema tersebut
dalam kehidupan akademis maupun praktis sesuai dengan tuntunan
maqashidnya. Maqasid dari masing-masing bidang dan tema haruslah
menjadi standar yang digunakan untuk menimbang penerapan hukum
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Memanfaatkan maqasid dari masing-masing tema dan bahasan dalam
proses legalisasi hukum-hukum kontemporer atau untuk memudahkan
penerapannya.
3. Maqasid Suwar al-Quran al-Karim (Maqasid Surah-Surah Alquran)
Menafsirkan surah Alquran dengan basis maqasid merupakan salah satu
ragam tafsir maqasidi menurut Wasfi Asyur. Istilah maqasid surah-surah Quran
sendiri merupakan ragam maqasid yang membahas tujuan-tujuan atau target
yang dimiliki sebuah surah. Di mana dalam hal tersebut digali dengan mencari
faedah-faedah dari maqasid dan merealisasikan bagi kemaslahatan umat.
Perlu diketahui, maqasid surah ini sebenarnya dapat dimasukkan ke
dalam kategori maqasid khusus. Namun menurut pertimbangan Wasyfi,
pemisahan ini dirasa lebih baik, dengan mempertimbangkan nilai penting dari
maqashid surah.
Jika memperhatikan maqasid surah-surah Alquran, dapat ditemukan
bahwa setiap surah memiliki tujuan utama yang didukung oleh tujuan-tujuan
sekunder di bawahnya. Untuk mengetahui maqasid pada surah tertentu, pengkaji
dituntut untuk melakukan pembacaan teliti dan terperinci terhadap surah, seperti
pengkajian mendalam atasnya, memiliki pengetahuan atas potongan-potongan
12

tematik dalam satu surat berikut juga maqasid-nya, pemeriksaan atas dimensi-
dimensinya, kemudian melakukan kontemplasi atau perenungan mendalam
untuk mengatahui maksud utama dari surah yang dibahas.
4. Maqasid al-Tafsiliyah li Ayat al-Qur’an al-Karim (Maqasid terperinci dari
ayat ayat Alquran
Ragam ini memfokuskan kepada masing-masing ayat secara terpisah.
Oleh karena demikian, untuk mengetahuinya seorang mufassir membutuhkan
pendalaman bahasa Arab. Pada maqasid ini, fokus kajian diupayakan untuk
mengetahui tujuan-tujuan ayat. Diantaranya dengan memperhatikan setiap lafaz
serta mengikuti penjelasan makna serta penunjukkan maksud yang ada di
dalamnya.23
Perlu diketahui bahwa maqashid ayat ini menjadi maqashid yang banyak
tersebar dalam berbagai karya tafsir. Khususnya dalam penafsiran-penafsiran
yang berbasis tafsir analitis yang mengkaji Alquran perkata. Dalam
penerapannya sendiri, setiap ayat bisa jadi memiliki maqasid-nya sendiri,
ataupun ada kalanya juga beberapa ayat memiliki maksud yang sama.
5. Maqasid al-Kalimat wa al-Huruf al-Qur’aniyah (Maqasid kata dan huruf
Alquran)
Sebagaimana yang diketahui, setiap kata dan huruf merupakan bagian
penting yang menjadi fondasi utama dalam membentuk struktur Alquran. Dalam
Alquran, setiap kata yang tertulis dan huruf yang termaktub merupakan kata dan
huruf yang dipilih dengan teliti. Hal ini menimpulkan kesesuaian irama ,makna
maupun efek dengan konteks surah.24
Sebuah lafadz bisa saja berdiri sendiri dengan menggambarkan sebuah
personifikasi, bukan hanya bertujuan untuk membantu penyempurnaan
gambaran pada suatu ayat. Wasfi Asyur menutup pembahasan dari ragam yang
terakhir ini dengan perkataan: “Demikianlah kemukjizatan Alquran juga muncul

23
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 62.
24
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 65.
13

dalam bentuk pemilihan lafadz, diksi, dan huruf yang diperbantukan untuk
mengusung makna yang sesuai dengan maqasid yang ingin dicapai”.25

C. Metode Penggalian Maqashid Al-Qur’an26


Menurut Wasyfi Ashrur, ada empat metode dalam usaha penggalian
maqashid Alquran. Keempat metode tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Tekstual
Metode ini merupakan Langkah pertama yang harus dilakukan dalam
penggalian maqashid umum Alqur’an, maupun maqashid khususnya yang
mencakup berbagai topik dan pembahasan. Hal ini dikarenakan, metode ini
merupakan metode yang mana Alquran sendiri yang berbicara tentang
maqashidnya secara jelas. Sebab itu, metode ini juda disebut sebagai metode
atau Teknik paling kuat dan paling utama.
2. Metode Induktif
Seperti Namanya, metode ini merupakan Teknik penggalian maqashid
dengan mengambil sampel parsial untuk menyimpulkan suatu hukum general.
Dalam maqashid ini terbagi lagi menjadi tiga pembahasan.
a. Metode induktif untuk mengungkap maqashid umum Alquran
Dalam mencari maqashid umum Alquran, ada du acara yang dapat
dilakukan. Pertama dilakukan pembatasan atas maqashid yang telah
ditemukan, kemudian dilakukan kategorisasi. Kemudian bisa juga
diaplikasikan untuk mencari hal-hal yang terkait dengan maqashid pada ayat-
ayat Alquran di seluruh teks mushaf.
b. Metode induktif untuk mengungkap maqashid khusus Alquran
Ada beberapa Langkah yang perlu dilakukan untuk dapat mencari
maqashid Alquran jenis ini, diantaranya yakni, pertama mengumpulkan ayat-
ayat sesuai dengan tema yang diinginkan. Kedua, dilakukan kategorisasi ayat-
ayat tersebut. Kemudian yang ketiga, melihat makki atau madani nya ayat,
guna melihat bagaimana pergeseran ayat-ayat tersebut.

Wasfi Asyur Abu Zaid, Nahwa Tafsir Maqasidi…, 44.


25
26
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 84.
14

c. Metode Induktif untuk Mengungkap Maqashid Surah


Dalam mengungkapkan maqashid surah, metode induktif ini memiliki
nilai yang penting. Untuk dapat mengungkap hal tersebut, mufasir dapat
menelusuri tema-tema surah serta bagian-bagiannya. Kemudian berijtihad
guna mencapai tujuan umum yang dimiliki oleh seluruh bagian surah.
3. Metode Konklusif
Metode ini dapat memiliki keterkaitan dengan metode induktif. Ketika
telah selesai metode induktif, mufasir harus menelaah dengan teliti apa yang
telah mereka kumpulkan. Kemudian, disimpulkanlah secara general hasil dari
analisis tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada semua ragam maqashid Alquran,
baik secara umum maupun khusus.
4. Metode eksperimen para pakar
Dalam metode ini, pendapat seorang cendekiawan sangat berperan
penting. Meskipun sebenarnya, hal ini juga memungkinkan terjadi adanya
kesalahan. Jika ditelisik lebih dalam tentu seorang pakar atau cendekiawan
Alquran menghabiskan usi mereka untuk meneliti dengan seksama Alquran.
Oleh karenanya, mereka memiliki kredibilitas dalam menyampaikan
pemikirannya.

E. Syarat-syarat Mufasir Maqashid27


Dalam melakukan penafsiran, para cendekiawan Al-Qur’an telah banyak
menyebut tentang syarat serta adab yang harus dimiliki seorang mufasir. Seorang
mufasir tidak akan mencapai pada kesuksesan tafsir jika belum memenuhi syarat
serta adab tersebut. Adapun dalam pernyaratan Mufasir Maqashidi ini Wasyfi
Ashrur menyebut didalam kitabnya ada empat macam, diantaranya:
1. Memahami bahasa arab dan penerapannya
Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab, maka tentu tidak akan mungkin
seorang mufasir bisa menyelami makna-makna Alquran memahami bahasa arab.
Bahasa arab sendiri merupakan Langkah awal yang sangat penting dalam

27
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 111.
15

berinteraksi dengan Alquran dan ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti ilmu


hadis.
2. Melakukan tadabur dan berusaha untuk hidup bersama Al-Qur’an
Seorang mufasir harus memiliki tekad untuk selalu menadaburi Alquran.
Tidak mungkin seseorang akan merasa mendapat petunjuk maupun merespon
realitas dengan dan untuk Alquran, tanpa melihat, memahami, dan merenungi
Alquran. Sesungguh menghayati Alquran dengan memperdalam pemahaman
atasnya, merupakan cara paling penting agar dapat mengetahui maksud-maksud
dari penciptaan dan maqashid dari kitab suci Alquran.
3. Mengamalkan Alquran, mengajarkannya dan berjihad dengannya.
Sebagai orang yang mengkaji dan mempelajari tentang Alquran, maka
sudah menjadi keharusan bagi mufasir untuk dapat mengamalkannya. Melalui
adanya hal ini, akan terlihat bagaimana keimanan dan amal baik saling menguti
satu sama lain. Iman tidak akan berguna jika tidak diikuti oleh amal baik. Begitu
pula sebaliknya, amal baik tidak akan memiliki bekas atau jejak kecuali ia
berpijak pada keimanan.
4. Bertolak dari kebutuhan umat manusia
Seperti yang diketahui, fikih islam serta berbagai ijtihad yang melalui
pembicaraan tentang Alquran, tidak akan terasa efektif dan hidup tanpa lahir dari
kegundahan umat islam. Perhatian akan realitas umat, seperti problematika dan
kebutuhannya diberbagai segi kehidupan, merupakan syarat penting yang juga
harus dipenuhi oleh seorang pengkaji maqashidi.
Mufassir harus dapat menggali hikmah-hikmah yang terkandung dalam
Alquran, untuk dapat menyelesaikan problematika-problematika umat. Melalui
hal demikian, maka sudah sewajarnya perspektif Alquran dijadikan cara untuk
meluruskan hal-hal yang berbelok. Sebagai tambahan, Wasyi Ashur menegaskan
bahwa Maqashid Alquran merupakan ringkasan dari misi Alquran yang tidak
boleh hilang dari upaya-upaya pembaharuan, untuk kepentingan umat.
16

F. Aturan-aturan Tafsir Maqashidi28


1. Disimpulkan dari proses yang benar
Dalam menentukan maqashid Al-Qur’an, langkah-langkah untuk
mendapat kesimpulan yang baik tentu harus melalui proses yang benar. Proses-
proses tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan-
pembahasan sebelumnya. Di mana merujuk pada text Al-Qur’an, menerapkan
metode induktif, konklusif, dan mengikuti hasil pemikiran para cendekiwan Al-
Qur’an.
2. Memenuhi syarat-syarat mufasir Maqashidi
Seorang mufasir maqashidi harus memenuhi syarat-syarat
(muqawwimat). Diantara persyaratan tersebut adalah menguasai bahasa Arab
serta pengaplikasiaannya, serta berbagai hal lain seperti yang sudah dijelaskan
bab sebelumnya. Seseorang yang berusaha untuk melakukan penafsiran
maqashidi, namun ia tidak paham bahasa arab maka akan tersesat atau
menyesatkan. Oleh karena itu, mufasir harus benar-benar paham akan
kemampuannya.
3. Mengutamakan maqashid tekstual dan original dari Al-Qur’an
Jika terjadi pertentangan lahir antara maqashid tekstual dengan
maqashid lain, maka yang harus diutamakan adalah maqashid tektual dari Al-
Qur’an. Kata “pertentangan lahir” ini sendiri dipilih karena sejatinya tidak
terbayangan jika ada pertentangan hakiki dalam menentapkan maqashid dengan
menggunakan metode-metode yang telah diakui dalam prosesnya.
4. Mengedepankan maqashid umum Al-Qur’an
Maqashid umum Al-Qur’an harus menjadi acuan bagi maqashid lain
yang disimpulkan dari Al-Qur’an. Mufasir harus menerapkan standar
pemaknaan utama pada maqashid umum di atas maqashid lainnya. Baik itu
maqashid khusus, maqashid surah, maqashid ayat, maupun maqashid kata dan
huruf.

28
Wasfi Asyur Abu Zaid, Metode Tafsir Maqasidi..., 135.
17

5. Membuktikan keselarasan antara kalimat, ayat, surah, dan Al-Qur’an secara


keseluruhan.
Jika seluruh Al-Qur’an secara utuh merupakan satu kesatuan yang saling
terhubung, terkait, dan selaras maka mufasir harus mengikuti dan melakukan
proses penafsiran pada koridornya. Ketika seorang mufasir telah menjadikan
maqashid pokok, maqashid umum, menjadi acuan, maka akan terlihat
keselarasan dalam hasilnya. Dengan adanya keselarasan dalam ayat, kata, surah,
Al-Qur’an secara utuh, maqashid akan terbuktikan dengan jelas secara otomatis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wasfi Asyur Abu Zaid adalah seorang satu pemikir islam maqashid dari
wilayah Mesir. Ia lahir pada tanggal 20 Juni 1975 M atau 11 Jumadil akhir 1395 H
di provinsi Kafr al-Syeikh. Wasfi Asyur dikenal sebagai seorang penghafal Al-
Quran dengan riwayah dari Hafsan Asim. Perjalanan intelektualnya dapat dari
riwayat keilmuan yang ia lalui. Diantaranya ia masuk ke program S1 jurusan
Bahasa Arab dan Ilmu-ilmu Islam, Fakultas Dar al-Ulum, Kairo University ditahun
1997. Kemudian melanjutkan S2 mengambil jurusan al-Fiqh wa al-Ushul di
universitas yang sama. Lalu dalam program Doktoralnya ia juga mendapatkan
predikat Summa Cumlaude dengan disertasinya yang berjudul: al-Maqashid al-
Juz'iyyah Wa Atsaruha fi al-Istidlal al-Fiqhi Dirasah Ta'siliyyah Tatbiqiyyah pada
bulan Juli 2011.
Adapun konsep tafsir maqasid menurut Wasfi Asyur ialah salah satu corak
penafsiran yang berusaha menyingkap makna dan tujuan Al-Quran, baik secara
universal, maupun parsial. Hal demikian dilakukan guna mewujudkan
kemaslahatan manusia. Selanjutnya, Wasfi membagi Ragam Maqashid menjadi
lima macam, diantaranya adalah Al-Maqasid al-Ammah li al-Quran al-Karim
(Maqasid General/umum Alquran), Al-Maqasid al-Khassah li al-Qur’an al-Karim
(Maqasid Tema dan Topik Alquran/khusus), Maqasid Suwar al-Quran al-Karim
(Maqasid Surah-Surah Alquran), Maqasid al-Tafsiliyah li Ayat al-Qur’an al-Karim
(Maqasid terperinci dari ayat ayat Alquran, dan Maqasid al-Kalimat wa al-Huruf
al-Qur’aniyah (Maqasid kata dan huruf Alquran).

18
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya(Edisi yang Disempurnakan. Jakarta:


Widya Cahaya. 2011.
Departemen Keagamaan RI. Alquran Terjemah Perkata. Jakarta: Syamil Cipta Media.
2007.
Kafr El-Syeikh. en.wikipedia.org (https://en.wikipedia.org/wiki/Kafr_El_Sheikh (Sabtu,
11 Juni 2022, 12:14)
Rifqi, M. Ainur. dan A. Halil Thahir, “Tafsir Maqasidi: Building Interpretation Paradigm
Based on Mashlahah”. Jurnal Millah. Vol 8 No 2 2019.

Saihu, Made. “Tafsir Maqasidi untuk Maqasid al-Syari’ah”. Jurnal al-Burhan. Vol 21 No
1 Juni 2021.

Zaid, Wasfi Asyur Abu. Metode Tafsir Maqasidi, ter. Ulya Fikriyati. Jakarta Selatan: PT.
Qaf Media Kreativa. 2020.
Zaid, Wasfi Asyur Abu. Nahwa al-Tafsir al-Maqasidi li al-Qur’an al-Karim Ru’yah
Ta’sisiyyah li Manhaj Jadid fi Tafsir al-Qur’an. Kairo: Mofakaroun, 2019.
Zaid, Wasfi Asyur Abu. al-Tafsir al-Maqasidi li Suwar al-Qur’an al-Karim fi Dhilal al-
Qur’an Anmudzajan. Makalah Seminar dalam konferensi Fahm al-Qur’an bain
an-Nas wa al-Waqi’ “Understanding The Qur’an Between Text and Reality”,
Contantine: Fakultas Usuludin Universitas al-Amir ‘Abd al-Qadir Aljazair. 4- 5
Desember 2013.

19

Anda mungkin juga menyukai