Anda di halaman 1dari 11

STUDI KITAB TAFSIR TᾹJ AL-MUSLIMĪN MIN KALᾹMI RABBI

AL-ᾹLAMĪN KARYA KH. MISBAH MUSTHOFA

Oleh: Minhatul Maula dan Siti Durrotun Nafisah

I. Pendahuluan

Kajian terhadap al-Qur’an dari berbagai segi, terutama dari sei penafsiran
selalu menunjukkan perkembangan signifikan, sejak diturunkanya al-Qur’an
hingga sekarang ini. Munculnya berbagai penafsiran dan karya tafsir denan
berbagai ragam dan metode pendekatan, hal tersebut merupakan upaya untuk
mengetahui kandungan al-Qur’an, sehingga tak sedikit juga pengarang-pengarang
tafsir ada di beberapa penjuru dunia, termasuk juga pengarang tafsir dari
Nusantara.

Fenomena tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya keinginan


umat Islam untuk selalu mendialogkan al-Qur’an dan teks, dengan perkembangan
problem sosial kemanusiaan yang dihadapi dengan konteks yang tidak terbatas
karena status al-Qur’an yang hūda li al-Nᾱs dan ṣᾱlih likulli zamᾱn. dari situlah
penulis ingin mencoba membahas mengenai kitab tafsir yang memuat hal-hal
yang bersinggungan denngan kondisi sosial yang terjadi di masyarakat yaitu kitab
Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn karya KH. Misbah Muthofa
Rembang.

II. Pembahasan
A. Biografi Misbah Musthofa

Misbah Musthofa lahir di Kampung Sawahan, gang Palem, Rembang


Jawa Tengah pada tahun 1916 M.1 Namun ada pendapat yang mengataka
bahwa tahun lahir beliau adalah 1919 M2 dan menurut Ahmad Zainul Huda
mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 1915 M.3 Beliau memiliki nama
kecil yaitu Masruch. Beliau adalah anak terakhir dari empat bersaudara.

1 Islah Gusmian KH. Misbah Ibn Zainul Musthafa (1916-1994 M): pemikir dan penulis teks
keagamaan dari pesantren, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16, No. 1 (2016), 117

2 Iskandar, Penafsiran sufistik surat al-Fatihah dalam Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi
al-Ᾱlamīn-Muslimin dan Tafsir al-Iklil karya KH. Misbah Musthofa, fenomena, Vol. 7, No. 2
(2015), 192
Ayahnya bernama KH. Zainal Musthofa yang dikenal sebagai saudagar kaya
yang sangat dermawan dan ibunya bernama NY. Khodijah. Adapun ketiga
kakaknya yaitu Zuhriyah, Maskanah dan KH. Bisri Musthofa.

Ayah Kyai Misbah sebelum menikah dengan ibunya, beliau sudah


menikah dengan seorang perempuan yang bernama Dakilah dan dikaruniai
dua anak, yaitu Zuhdi dan Maskanah. Sedangkan ibu Kyai Misbah sebelum
menikah dengan ayahnya juga sempat memiliki suami yang bernama Dalimin
yang dikaruniai dua anak, yaitu Ahmad dan Tasmin. Pernikahan KH Zainal
Musthofa dengan Nyai Khadijah dikaruniai empat anak, yaitu KH. Bisri
Musṭofa, Hj. Aminah, KH. Misbah Musṭofa dan KH. Ma’sum.4

Kyai Misbah sudah menunaikan ibadah haji pada masa kecilnya.


Beliau berangkat diajak oleh kedua orangtuanya bersama dengan ketiga
saudaranya. Ayahnya, ketika menunaikan perjalanan ibadah haji sering sakit-
sakitan dan akhirnya jatuh sakit kemudian meninggal sebelum sampai ke
Indonesia pada usia 63 tahun. Jenazah ayahnya akhirnya diserahkan kepada
seorang Syekh dengan memberikan biaya sekitar Rp. 60 untuk biaya sewa
tanah pemakaman.5

Ada pendapat yang mengatakan bahwa KH. Misbah Mustafa wafat


pada usia 78 tahun, tepatnya hari senin, 07 Dzulqo’dah 1414 H, bertepatan
dengan 18 April 1994 M. Meninggalkan dua orang istri, lima orang putra dan
kitab-kitab karangannya yang belum terselesaikan. Diantaranya 6 buah kitab
berbahasa Arab yang belum sempat ia beri judul dan kitab Tāj al-Muslimīn
yang sampai wafatnya baru terselesaikan 4 juz. KH. Misbah dimakamkan di
pesarean keluarga Bangilan.6
3 Abd. Wakhid, interpretasi ayat-ayat kalam dalam Tafsir Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi
Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin karya KH. Misbah Musthofa, (Surabaya: Tesis IAIN Sunan Ampel,
2019) 62

4 Siti Asmah, Biografi dan Pemikiran KH. Misbah Musthofa Bangilan Tuban, (Surabaya: Skripsi
IAIN Sunan Ampel, 2012), 20

5 Ibid., 60

6 Supriyanto, “Al-Qur’an Dalam Ruang Keagamaan Islam Jawa: Respons Pemikiran Keagamaan
Misbah Musṭafa Dalam Tafsir Al-Iklīl Fī Ma’āni Al-Tanzīl”, Jurnal Theologia, Vol 28 No 1
(2017), 35
Pendidikan Kyai Misbah Musṭofa sebagaimana pendidikan yang
diterima oleh kakaknya, KH. Bisri Musṭofa, yaitu:

1. SR (Sekolah Rakyat), lulus pada tahun 1928 M


2. Pondok Kasingan Rembang, yang diasuh oleh Kyai Kholil
Dipondok ini beliau mempelajari ilmu gramatika (Bahasa)
sebagaimana Jurumiyah, Imriṭi, alfiyah. Selain itu beliau juga
mempelajari tentang tafsir, hadis, fikih dan ilmu-ilmu lainnya.
3. Pondok Tebuireng, Jombang yang diasuh KH. Hasyim Asy’ari
4. Makkah Mukarramah

Setelah pulang dari Mekah, sekitar tahun 1940 Kyai Misbah


dijodohkan oleh KH. Achmad bin Syu’aib (Sarang-Rembang) dengan putri
seorang kyai dari Bangilan Tuban yaitu KH. Ridlwann. Pernikahannya dengan
Hj. Nashihah dikaruniai lima orang anak, yaitu Syamsiyah, Hamnah, Abdullah
Badi’, Muhammad Nafis, dan Ahmad Rafiq.

Kyai Misbah menikah dengan Hj. Ainun ketika Hj. Nashihah


meninggal dan anak-anaknya masih kecil. Pada saat itu Hj. Ainun masih
berusia 30 tahun dan berasal dari Semarang namun pada tahun 1992 beliau
menikah lagi dengan perempuan dari Gresik yang bernama Hj. Syarifah Syifa.
Pernikahan dengan keduanya tidak memiliki anak. Kedua istri Kyai Misbah
tinggal dalam satu Rumah yaitu di Bangilan Tuban.7

Perjalanan kehidupan Mishbah kemudian bergerak menjadi seorang


pengajar dan mengelola pesantren al-Balagh, dan juga menjadi pendakwah di
masyarakatnya. Di samping itu, ia juga tercatat aktif di bidang politik dan
organisasi keagamaan. Ia tercatat pernah mengikuti beberapa partai politik
seperti Partai NU, Partai Masyumi, dan Golkar dengan keanggotaannya yang
berganti-ganti partai, karena tujuannya untuk berdakwah. Dalam situasi itulah
Mishbah banyak berdiskusi dengan beberapa koleganya mengenai berbagai
persoalan.8

7 Ilya Syafa’atun Ni’mah, Tafsir al-Qur’an dan Kritik sosial : Studi terhadap tafsir Tafsir Tᾱj al-
Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin min Kalami Rabbi al-‘Alamin karya Misbah
Musthofa, (Surabaya: Skripsi UIN Sunan Ampel, 2018), 60

8 Nur Rohman, “Enkulturasi Budaya Pesantren Dalam Kitab Al-Iklīl Fi Ma’ānī At-Tanzīl Karya
Misbah Muṣtofa, Jurnal Ṣuhuf, Vol. 12, No. 1, (Juni 2019), 62.
Kyai Misbah merupakan salah satu ulama yang sangat mengedepankan
pendidikan. Sejak masa mudanya beliau sudah aktif dalam dunia tulis menulis.
Beliau termasuk dalam salah satu ulama yang sangat produktif. Beliau banyak
menguasai ilmu pengetahuan, hal ini tercermindari karya-karyanya. Beliau
menulis kitab fikih, tafsir, hadis, kaidah bahasa Arab, Akhlak-tasawuf dan
sebagainya yang semuanya berjumlah kurang lebih 200 karya baik berupa
tulisa tangan (karya) beliau sendiri ataupun berupa terjemahan bahasa Jawa
dan Indonesia.9

Adapun karya-karya beliau di antaranya:

1. Dalam bidang Fikih


a. Al-Muhādzab, terjemahan dalam bahasa Indonesia penerbit
Karunia Surabaya
b. Minhāj al-‘Abidīn, terjemahan dalam bahasa Jawa penerbit
Balai Buku Surabaya
c. Minah al-Saniyah, terjemahan dalam bahasa Jawa penerbit
Balai Buku Surabaya
d. Masā’il al-Farāiḍ, dalam bahasa Jawa penerbit Balai Buku
Surabaya
e. Ubdat al-Farāiḍ, dalam bahasa Jawa penerbit Balai Buku
Surabaya
f. Minah al-Saniyah, terjemah bahasa Indonesia penerbit al-
Ihsan Surabaya
g. Nur al-Mubin fī Adab al-Muṣallin, Penerbit Majlis Ta’lif
wa al-Khairat Bangilan Tuban.
h. Dan sebagainya.10
2. Dalam bidang Kaidah Bahasa Arab (Nahw, Ṣarf, balāghah)
a. Alfiyah al-Kubro
b. Nadhom maksud
c. Dan sebagainya.
3. Dalam bidang Tafsir
a. Tafsir al-Iklīl
b. Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-
Muslimīn

9 Ilya Syafa’atun Ni’mah, Tafsir al-Qur’an dan Kritik sosial : Studi terhadap tafsir Tafsir Tᾱj al-
Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin min Kalami Rabbi al-‘Alamin karya Misbah
Musthofa, 64

10 Ibid., 65
c. Dan sebagainya
4. Dalam bidang Hadis
a. Tiga ratus hadis
b. Durroh an-Nasihin
c. Dan sebagainya.
5. Dalam bidang akhlak-Tasawuf
a. Al-Hikam terjemah Bahasa Jawa
b. TA’lim terjemah Bahasa Jawa
6. Dalam bidang kalam (Theolog)
a. Tijan al-Darori
b. Syu’b al-Imam
7. Dalam bidang lain
a. Nur al-Yaqin
b. Khutbah Jum’ah
B. Sejarah Penulisan Kitab Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi
al-Ᾱlamīn-Muslimīn

Kitab Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin


ditulis pada tahun 1987 M/1408 H. Tujuan Kyai Misbah dalam menulis kitab
tafsir ini adalah untuk menyempurnakan tafsir pertama yang telah beliau tulis,
yaitu Tafsir al-Iklil. Namun, beliau wafat sebelum menyelesaikan tulisannya
ini. jadi Tafsir Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin
hanya sampai pada juz empat saja.

Latarbelakang penulisan kitab ini sebagai sarana dakwah juga untuk


mencari rizqi. Dalam Mukadimah kitab ini disebutkan bahwa salah satu tujuan
ditulisnya kitab Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-
Muslimin yaitu karena banyaknya orang yang mengaku islam dengan
mengucapkan kalimat syahadat tetapi sedikit dari mereka yang mengetahui
maksud dari al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab tersebut. Rata-rata
setiap mereka yag lulus dari pondok pesantren atau sekolah jika mereka
menikah dan memiliki anak kemudian bekerja, mereka akan lupa untuk
memahami al-Qur’an walaupun mereka memiliki waktu luang. Sehingga
mereka hanya Taqlid kepada seseorang yang dipanggil Ulama atau Kyai. 11
Oleh Karena itu Kyai Misbah mengarang kitab ini dengan bahasa Jawa untuk
memudahkan mereka dalam memahaminya.

11 Misbah Musṭafa, Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin min Kalam
Rabbi al-‘Alamin, (Tuban: Majlis al-Ta’lif wa al-Khatti, tth), 2-3, juz 1
Adapun nama Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-
Muslimin adalah nama yang diberikan oleh Kyai Misbah sendiri. Tafsir Tᾱj al-
Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin memiliki arti mahkota untuk
orang islam. Beliau berharap tafsir ini mampu mengangkat derajat orang islam
karena memahami ayat-ayat Allah yang telah disetujui dan dita’ati. Kitab ini
diajarkan di pondok pesantren balagh Ramadlan 1 bulan sekali dan
pengajiannya dilakukan setiap bakda subuh. Kitab ini juga diajarkan oleh
murid-murid Kyai Misbah di pondok pesantren mereka.12

C. Sistematika Penulisan dan Metode Penafsiran Tafsir Tᾱj al-


Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn.

Penulisan dalam kitab ini menggunakan bahasa Jawa dengan aksara


Arab Pegon dengan dilengkapi makna gandul yang merupakan cirri khas dari
karangan ulama’ Nusantara. setiap ayat diterjemahkan secara harfiyah dengan
makna gandul yang ditulis miring dibawah setiap kata, dan menerjemahkan
setiap ayat.

K.H Mustofa dalam muqodimahnya selain memuji Allah dan sholawat


untuk Nabi, beliau juga menyebutkan keutamaan al-Qur’an serta menuliskan
ayat dan hadis yang menjadi landasanya. Dalam penafsiranya terdapat
beberapa langka yaitu, Pertama, beliau menulis nama surat yang hendak
ditafsirkan dengan tempat turunya ayat, jumlah ayat, jumlah kalimat, dan
jumlah huruf, sebagaimana ketika beliau menafsirkan surat al-Fātiḥah “surat
fatihah iki temurun ono ing Makkah, ayate ono pitu, kalimahe ono pitulikur,
hurufe ono satus patang puluh”. Kedua, beliau menulis ayat yang hendak
ditafsirkan dengan disertai makna gandul dibawahnya dengan ditulis miring,
menampilkan terjemahan secara global dibawahnya dengan ditulis lurus, dan
terakhir beliau menampilkan tafsiran ayatnya.

12 Ilya Syafa’atun Ni’mah, Tafsir al-Qur’an dan Kritik sosial : Studi terhadap tafsir Tafsir Tᾱj al-
Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin min Kalami Rabbi al-‘Alamin karya Misbah
Musthofa, 72
Bagian penafsiran ayat, beliau menuliskan ayat yang hendak ditafsiri
dan memberi garis bawah pada ayat tersebut. 13. Beliau memulai penafsiranya
dengan pemikiran rasional sehingga dikatakan bahwa kitab tafsir ini
merupakan penafsiran dengan menggunakan metode Tafsīr bi al-Ra’yī.14
Penafsiran beliau jika ditinjau dari segi cara penjelasanya terhadap ayat-ayat
al-Qur’an, beliau menggunakan metode Muqorrin (komparasi) yaitu
membandinkan ayat dengan ayat yang berbicara dalam masalah yang sama,
ayat dengan hadis, antara pendapat mufassir dengan mufassir lain dengan
menonjolkan segi perbedaan.

Jika ditinjau dari segi keluasan penjelasan tafsirnya, termasuk dalam


metode tafsir taḥlīlī karena uraian-uraian penafsiranya yang panjang lebar.
Jika ditinjau dari segi sasaran dan tartib ayat-ayat yang ditafsirkan, tafsir ini
merupakan sesuai dengan urutan Mushaf, yakni dimulai dari surat al-Fātiḥah
sampai suran al-Nās. Jika dilihat dari corak penafsiranya, beliau lebih condong
memaparkan hukum dan mengaitkanya dengan kondisi sosial yang terjadi di
masyarakat, sehingga corak penafsiranya merupakan corak fikih dan sosial
kemasyarakatan.15

KH. Misbah al-Mustafa juga menggunakan simbol-simbol khusus


dalam penafsiranya, yaitu:

1. Beliau memasukkan hal-hal penting yang perlu diketahui dengan


menuliskan “masalah-masalah kang perlu dimangerteni” terkadang
juga beliau menuliskan “masalatun” merupakan simbol yang
menunjukkan adanya persoalan tertentu yang diikuti jawaban beliau
sebagai tawaran solusi dari persoalan tersebut.
2. Tanbīh, merupakan simbol untuk memberikan keterangan
tambahan dan cacatan penting.

13 Kuni Muyassaroh “Aspek Lokalitas Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn karya
K.H Misbah Mustafa”, (Skripsi di Insitut Agama Islam Negeri, Salatiga, 2019), 53.

14 Ilya Syafa’atun Ni’mah, “Tafsir al-Qur’an dan Kritik Sosial: Studi Terhadap Tafsir Tᾱj al-
Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn karya K.H Misbah Mustafa ” (Skripsi di Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018),75

15 Ibid, 81.
3. Fᾱidah, merupakan simbol sebagai isyarat adanya kandungan ayat
yang dapat dipetik sebagai pelajaran.
4. Qiṣṣah, merupakan simbol sebagai adanya cerita yang bersifat
penting yang berkaitan dengan ayat yang dibahas.

KH. Misbah juga mengunkapkan beberapa hal yang berkaitan dengan


ulum al-Qur’an, misalnya masalah perbedaan Qira’ᾱt, Nasakh-Mansukh,
Asbab an-Nuzul, Munasabat al-Ayat, dan juga beberapa hal yang berkaitan
dengan fikih, serta masalah lafadz tertentu ditinjau dari segi ilmu gramatika
Arab.16

D. Sumber dan Rujukan Penafsiran

Dalam menafsirkan al-Qur’an beliau juga memasukkan beberapa


pendapat ulama’, merujuk paka kitan-kitab klasik. Diantaranya yaitu: Tafsīr
al-Rāzi, Tafsīr al-Qurṭubī, Tafsīr al-Sāwī, Tafsīr al-khāzin, Tafsīr Jalalaīn,
Tafsīr Ibn Kathīr, Tafsīr Zamakhsharī, Tafsīr Manār, Tafsīr Munīr, Tafsīr al-
Baghawī, Tafsīr al-Ṭabarī, Sharḥ al-Ṭarīqah al-Muhammadiyyah, Al-Ibrīz,
Al-Furūq dan, Minhāj al-Ᾱbidīn17

E. Tema Menarik dan Contoh Penafsiran dalam Kitab Tafsir Tᾱj al-
Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn.
1. Mengkritik Tradisi Mengirimkan Pahala

Penafsiran KH Mustafa dalam kitab Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min


Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn mengungkapkan bahwa beliau mengkritik tradisi
mengirimkan pahala kepeda orang yang telah meninggal, hal tersebut beliau
utarakan pada penafsiranya surat al-Baqarah ayat 134:

‫تلك أمة قد خلت لا ما كسبت ولكم ما كسبتم ول تسئلون عما كانوا يعلمون‬
iku Ibrahim, Ya’qub lan poro putro-putrone. Suwijine umat
kang wis keliwat. Amal bagus kang wis dilakoni bakal manfaat
khusus kaggo awake dewe. Lan amal bagus kang siro lakoni
bakal manfaat kango siro kabeh. Amal becike siji wong ara
biso manfaati wong liyo. Siro ora bakal di dangu gandeng

16 Abdul Wakid, “ Interpretasi Ayat-Ayat Kalam dalam Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Karya KH Misbah
Mustafa”, (Tesis di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2019), 70.

17Ibid 86
karo amale wong disik-disik. Lan wong disik ora bakal di
dangugandeng karo amal niro.”
Qala al-Razi: iki ayat nuduhake yen anak iku ora bakal di
ganjar kerone toate bapak lan leluhure. Bedo karo panemune
wong-wong Yahudi, yen amal basuse bapak-bapake iku biso
manfaati anak turune. Ana ing siji hadis , kanjeng Nabi
dawuh:
‫ إءتوني يوم القيامسسة باعمسسالكم ل بانسسسابكم‬,‫ يا فاطمة بنت محمد‬,‫يا صفية عمة محمد‬
.‫فإني ل أغني عنكم من ا شيئا‬
“ he Sofiyah bibike Muhammad, he Fatimah putrane
Muhammad, besok ana ing dino Qiyamat, yen ketemu ingsun
aja riro unggul-unggulake nasabmu, utowo tindak leluhurmu.
Nanging bisoho angguwo amalmu , sebab ingsun ora biso
nyingkrihake siksone Allah saking siro kabeh” 18
Setengah saking ulama’ ahli fiqih ana wong kang ngendiko:
yen al-Qur’an iku di woco ana ing kubure mayyit, iku mayyit
biso oleh ganjaran sebab deweke ngerungoke moco Qur’an,
dawuh mengkene iku ora bener. Kerono ulama’ Mujtahidin wes
ijma’ yen timbale ganjaran iku ono perintah utowo larangan
saking agomo.19
Dadi yen wong-wong mati iku ora diperintah, ora biso oleh
ganjaran, senajan ngerungoake al-Qur’an kang diwoco ono
ing kubure. Pikir iku kebo, sapi, deweke podo kerungu
woconan Qur’an, opo podo oleh ganjaran? Ora.. sebab kebo ,
sapi ora diperintah.20

2. Kritik Terhadap Pengkhususan Waktu Tahlil

Dalam penafsiranya, ia juga menjelaskan mengenai pemberian hadiah


pengkhususan terhadap seseorang yang sudah meninggal, hal tersebut
diutarakan beliau saat menafsiri surat al-Baqarah ayat 134:

“Dene tahlil kang lumaku ana ing telung dinane mayyit, pitung dinane,
petang puluhe, satuse, mandar saiki ono model haule, lan sewune, iku wes
terang ono ing kitab-kitab fikih disebut Bid’ah. Nanging persoalane ora
ngenani tahlile balik olehe ngususake dinane tahlil, yen ora dino iku dianggap
ora sah.”21

18 Misbah al-Musthofa, Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn, (Tuban: Majlis al-
Ta’lif wa al-Khotat, 1990), 387.

19 Ibid 399.

20 Ibid, 400.

21 Ibid 409
III. Kesimpulan

Kitab Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn, dilihat dari
metodenya mengunakan metode taḥlīlī corak social kemasyarakatan Dengan
urutan musḥafī beliau juaga memasukkan beberapa endapat ulama’ dan rujukan
kitab-kitab klasik, baik berbentuk tafsir maupun non tafsir, beliau juga
memasukkan beberapa simbol yang berkaitan dengan penafsiranya, diantaranya
yaitu masalatun, Tanbīh, Fᾱidah, dan Qiṣṣah.

Dalam uraian penafsiranya pada Surat al-Baqarah ayat 134, beliau


mengatakan bahwa amal seseorang itu tidak dapat mempengaruhi seseorang yang
sudah meninggal selain doa dan shodaqoh, beliau juga mengatakan bahwa
pengkhusussan untuk mayyit sebagai mana dalam tahlil itu tidak akan sampai
pada seorang mayyit
Daftar pustaka

Asmah, Siti, Biografi dan Pemikiran KH. Misbah Musthofa Bangilan Tuban.
Surabaya. Skripsi IAIN Sunan Ampel. 2012.

Gusmian, Islah. KH. Misbah Ibn Zainul Musthafa (1916-1994 M): pemikir dan
penulis teks keagamaan dari pesantren, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 16,
No. 1 (2016)

Iskandar, Penafsiran sufistik surat al-Fatihah dalam Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min
Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn-Muslimin dan Tafsir al-Iklil karya KH. Misbah
Musthofa, fenomena, Vol. 7, No. 2 (2015)

Musthofa (Al), Misbah Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn,
Tuban: Majlis al-Ta’lif wa al-Khotat, 1990.

Muyassaroh, Kuni “Aspek Lokalitas Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi
al-Ᾱlamīn karya K.H Misbah Mustafa”, Skripsi di Insitut Agama Islam
Negeri, Salatiga, 2019.

Ni’mah, Ilya Syafa’atun “Tafsir al-Qur’an dan Kritik Sosial: Studi Terhadap
Tafsir Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabbi al-Ᾱlamīn karya K.H Misbah
Mustafa ” Skripsi di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
2018.

Rohman, Nur, “Enkulturasi Budaya Pesantren Dalam Kitab Al-Iklīl Fi Ma’ānī At-
Tanzīl Karya Misbah Muṣtofa, Jurnal Ṣuhuf, Vol. 12, No. 1, (Juni 2019)

Supriyanto, “Al-Qur’an Dalam Ruang Keagamaan Islam Jawa: Respons


Pemikiran Keagamaan Misbah Musṭafa Dalam Tafsir Al-Iklīl Fī Ma’āni
Al-Tanzīl”, Jurnal Theologia, Vol 28 No 1 (2017)

Wakid, Abdul “ Interpretasi Ayat-Ayat Kalam dalam Tafsir Tᾱj al-Muslimīn


Karya KH Misbah Mustafa”, Tesis di Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2019.

Anda mungkin juga menyukai