Anda di halaman 1dari 2

1.

Merayakan Tahun Baru


Deskripsi Masalah:
Menyambut kehadira tahun baru masehi merupakan salah satu tradisi di
tengah-tengah masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya. Tak
terkecuali sebagian umat islam pun menyambutnya dengan gegap gempita, bahkan
melebihi sambutan mereka terhadap tahun baru hijriyah yang merupakan kalender
umat Islam sendiri.
Banyak kegiatan serimonial yang pada biasanya mereka lakukan. Mulai hanya
sekedar duduk santai bersama keluarga hingga hal-hal serius, seperti berkumpul
disuatu tempat hinggadan larut malam sampai menunggu detik-detik pergantian
malam tahun baru lengkap dengan pergelaran musik dan topi panjangnya. Lalu pada
saat momentum pergantian tiba, saat itulah mereka menyambutnya secara serentak
dengan meniup terompet, pesta kembang api, dll.
Namun disisi lain ada juga fenomena yang saat ini mulai berkembang di
sebagian daerah dan cukup menggembirakan, dimana sebagian kaum muslimin
menyambut kehadiran tahun baru dengan sejumlah aktifitas kerohanian, seperti
khotmil qur’an, istighosah, tahlil akbar, dll. Hanya prosesinya kalah jauh
dibandingkan kelompok yang pertama.

Pertanyaan:
1. Bagaimana hukum merayakan malam tahun baru ataupun berulang tahun dengan
cara meniup terompet, pesta kembang api, menyalakan lilin atau dengan kostum
pakaian topi panjang?
2. Bagaimana seharusnya umat islam menyambut tahun baru?

2. Kecilnya Bak Toilet Umum


Deskripsi Masalah:
Saya kuliah disalah satu kampus , tempatnya didaerah Malang. Kendaraan
umum adalah teman perjalananku. Terminal sebagai tempat persinggahan tiap pecan.
Biasanya terminal Arjosari Malang. Ukuran bak mandi yang cukup kecil pada
sebagian kamar mandi ( 3x ukuran ember kecil) membuatku was-was bersesuci
karena sangat memungkinkan bak air tersebut terkena percikan air dari lantai yang
terkena sandal dan baru di pakai untuk buang air kecil. Kondisi sseperti ini juga saya
temukan disebagian kontrakan atau kos-kosan diseputar kampus, selain itu
dikontrakan juga dijumpai fenomena teman keluar dari kamar mandi tidak
menggunakan sandal menuju sajadah. Hal ini yang membuat saya membawa sandal
untuk dipakai sendiri saat keluar dari kamar mandi ke sajadah. Namun, sajadah yang
di pakai saya adalah sajadah teman saya itu. Jika saya membawa sorban sendiri, pasti
saya akan menggunakan sorban itu.
Pertanyaan:
1. Apa tanggapan fiqih andai saya tetap bersuci dengan air di bak kecil seperti pada
deskripsi diatas, dengan berpedoman pada (alma’u la yunajjisuhu syaiun illa an
tughoyyiru ma’ul hadits) , serta beralasan sedang dalam keadaan darurot seperti
sudah kebelet BAB, waktu sholat hamper habis dan sebagainya?
2. Apa tangapan fqih atas praktik sholat saya, baik di musholla terminal atau di
kontrakan?
3. Apa tanggapan fiqih atas sholat teman saya di kontrakan sebagaimana deskripsi di
atas?

Anda mungkin juga menyukai