BERBASIS AL-AMTSAL
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT,
yang diwahyukan dalam bahasa arab kepada Nabi Muhammad dan membacanya
bernilai ibadah. Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat
manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Setiap muslim tentu menyadari bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang
merupakan pedoman hidup dan dasar setiap langkah hidup. Al-Qur’an bukan hanya
sekedar mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan manusia serta dengan lingkungannya.
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang
samar dan abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya mengandalkan
akalnya saja. Sehingga sering kali ayat-ayat tersebut diperumpamakan dengan hal-hal
yang konkret agar manusia mampu memahaminya. Untuk memahami itu semua maka
ulama tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan
dalam Al-Qur’an yaitu Ilmu Amtsal Al-Qur’an.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang al-Amtsal sebagai materi dan metode
dalam pendidikan (Islam). Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian al-Amtsal,
pandangan ulama terhadap ayat Amtsal, macam-macam al-Amtsal, fungsi al-Amtsal,
al-Amtsal sebagai materi pendidikan sekaligus sebagai metode dalam pendidikan.
B. PENGERTIAN AL-AMTSAL
Secara bahasa amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal berarti
perumpamaan. Menurut terminologinya ada tiga pengertian:1
1. Menurut ulama ahli adab, amtsal berarti “Ucapan yang banyak
mengumpamakan keadaan sesuatu, diceritakan dengan sesuatu yang dituju”.
2. Menurut ulama ahli bayan, amtsal adalah “Ungkapan majaz yang disamakan
dengan asalnya karena adanya persamaan (dalam ilmu balaghah disebut
tasybih).”
3. Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal. Term amtsal terdapat
dalam ‘Ulumu Al-Qur’an, khususnya pengantar Ilmu tafsir. Amtsal adalah
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya dan
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang inderawi (konkret).
Sayyid Quthub mengatakan bahwa, amtsal dalam Alqur’an merupakan sarana
untuk mengambarkan kondisi bangsa-bangsa pada masa lampau dan untuk
mengambarkan akhlaknya yang sudah sirna2
1
Muhammad Shalahuddin Hamid, Studi Ulumul Qur’an, (Jakarta: Intimedia, 2002), hlm. 316.
2
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alqur’an, (Jakarta: Amzah, 2005), hlm. 24.
“Sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pembawa perintah dan
larangan, tradisi masa lalu dan perumpamaan sebagai gambaran dan
contoh”.3
Amtsal juga digunakan untuk mengungkapkan suatu keadaan dan kisah yang
menakjubkan, dengan makna inilah lafadz amtsal ditafsirkan dalam banyak ayat.4
Contohnya
Manna’ Khalil al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Alqur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
3
Manna’ Khalil al-Qathan, 2006. Pengantar Studi Ilmu Alqur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
4
Kautsar, 2006), penerj. H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc., cet. 1, hlm. 354-355.
Muhammad Shalahuddin Hamid, Studi Ulumul Qur’an, (Jakarta: Intimedia, 2002). hlm. 316,
5
dan Muhammad Ibn ‘Alawi al-Maliki al-Hasani, Samudra Ilmu-ilmu Alqur’an: Ringkasan Kitab Al-
Itqan Fi Ulum Alqur’an Karya Al-Imam Jalal al-Din al-Suyuthi, (Bandung: Mizan Pustaka, 2003), cet.1,
hlm. 246-247.
Syeikh Mawardi berpendapat, “Diantara disiplin ilmu Al-Qur’an yang paling
besar yaitu amtsalu Al-Qur’an. Sayangnya banyak manusia yang lalai dengan Al-
Qur’an karena sibuk dengan al-amtsal dan lupa dengan al-matsulat (objek
perumpamaan). Padahal perumpamaan tanpa pelaku bagaikan kuda tanpa kendali, atau
seperti unta tanpa tali kekang.”
Imam Syafi’i berpendapat, diantara kewajiban seorang mujtahid adalah mengetahui
seluk beluk Ulumul Qur’an. Kemudian Imam Syafi’i berkata: “Dan wajib pula
mengetahui seluk beluk amtsal al- Qur’an yang menunjukkan jalan ta’at kepada
perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya”.
Syekh ‘Izzudien dan sebagian ulama berpendapat: “Allah menyatakan firmanNya
dalam amtsal Qur’an karena banyak faktor, diantaranya adalah agar manusia
mengambil pelajaran dan nasehat, sebagai anjuran dan sugesti, sebagai larangan,
ancaman, penjelasan, dan sebagainya. Adapun perumpamaan yang mengandung
perbedaan pahala, kehancuran amal perbuatan, pujian, celaan, atau apapun yang
sejenisnya menunjukkan adanya penetapan beberapa hukum (ahkam)”.
D. MACAM-MACAM AMTSAL
Menurut ahli Balaghah, tamsil harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu:
bentuk kalimatnya ringkas, isi maknanya mengena dan tepat, perumpamaannya baik
dan kinayahnya harus indah. Adapun rukun tamsil ada empat macam, yaitu6:
1. Wajah syabah yaitu pengertian yang dapat dipahami dari perumpamaan tersebut,
yang sama-sama ada pada musyabbah dan musyabbah bih.
2. Adat tasybih, yaitu terdiri dari kaf, mitsla, kaana, dan semua lafadz yang
menunjukkan perumpamaan.
3. Musyabbah, yaitu subyek sasaran perumpamaan.
4. Musyabbah bih, yaitu obyek yang dijadikan perumpamaan.
Muhammad Shalahuddin Hamid, Studi Ulumul Qur’an, (Jakarta: Intimedia, 2002), hlm. 317.
6
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi membagi al-Amtsal menjadi dua macam, yaitu
amtsal dzahir (jelas), dan amtsal al-khafiy (tersembunyi). Sedangkan Manna’ Al-
Qathan membaginya menjadi tiga macam, yaitu amtsal al-musharrahah, amtsal al-
kaminah, dan amtsal al-mursalah.
1. Amtsal al-musharrahah, yaitu lafadznya jelas menggunakan kalimat mitsal atau
sesuatu yang menunjukkan perumpamaan/penyerupaan (tasybih). Amtsal seperti
ini contohnya Q.S. al-Baqarah: 17:
ُ ور ِه ْم َوت َ َر َُك ُه ْم فِي
ٍ ظلُ َما
ِت هال ِ َُّللاُ ِبن
ب ه َ ارا فَلَ هما أَضَا َءِتْ َما َح ْو َلهُ ذَ َه
ً َست َ ْو َق َد ن
ْ َمثَلُ ُه ْم َُك َمث َ ِل الهذِي ا
﴾۱۷﴿ َْص ُرون ِ يُب
Artinya: “(17) Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat.” (Q.S. al-Baqarah: 17).
2. Al-Amtsal al-kaminah, yaitu perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas
(samar), atau yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil, tetapi
ia menunjukkan makna yang indah, menarik, dalam redaksinya singkat padat,
dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa
dengannya7. Contoh diantaranya:
a. Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan (األمور الوسط خيرsebaik- baik
urusan adalah pertengahannya), yaitu:
1) Firman Allah mengenai sapi betina:
ٌ ع لَنَا َربهكَ يُبَيِِّن لِّنَا َما ِه َي قَا َل إِنههُ يَقُو ُل إِنه َها بَقَ َرةٌ ال ه فَ ِار
َض َوالَ بِ ْك ٌر ع ََوانٌ بَ ْينَ ذَ ِل ك ُ قَالُواْ ا ْد
)64(
“…sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu;…” (Q.S. Al-Baqarah: 68).
Manna’ Khalil Al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Alqur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
7
2006), penerj. H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc., cet. 1, 2011, hlm. 407.
3) FirmanNya mengenai shalat:
ْ َ الرحْ َمنَ ۖأَيًّا َما ت َ ْدعُوا فَلَهُ ْاأل
ْ س َما ُء ا ْل ُح
َ سنَى ۖ َو َال تَجْ َه ْر ِب
َص ََلتِك َّللاَ أ َ ِو ا ْدعُوا ه قُ ِل ا ْدعُوا ه
)110( يَل َ ََو َال ت ُ َخافِتْ بِ َها َوا ْبت َ ِغ بَ ْينَ ذَ ِلك
ً س ِب
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asmaa al-husna (nama-
nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu". (Q.S. Al-Isra’: 110).
b. Ayat yang senada dengan perkataan ( الخبر ُكالمعاينة ليسKabar itu tidak
sama dengan menyaksikan sendiri)
Seperti firman Allah tentang Ibrahim dalam surat Al-Baqarah ayat 260:
ْف تُحْ يِي ا ْل َم ْوتَى قَا َل أ َ َولَ ْم ت ُ ْؤ ِم ْن قَا َل بَلَى َولَ ِك ْن ِليَ ْط َم ِئنه قَ ْل ِبي َ ب أ َ ِرنِي َُكي
ِ ِّ َوإِ ْذ قَا َل إِب َْرا ِهي ُم َر
ع ُهنهُ علَى ُُك ِ ِّل َجبَ ٍل ِم ْن ُهنه ُج ْز ًءا ث ُ هم ا ْد ُ َطي ِْر ف
َ ص ْرهُنه إِلَ ْيكَ ث ُ هم اجْ عَ ْل قَا َل فَ ُخ ْذ أ َ ْربَعَةً ِمنَ ال ه
)260( ح ِكي ٌم َ يز س ْعيًا َوا ْعلَ ْم أَنه ه
ٌ َّللاَ ع َِز َ َيَأْتِينَك
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah
padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah
berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)"
(al-Baqarah : 260).
c. Ayat yang senada dengan perkataan ( تدين تدان ُكماSebagaiman kamu
telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar)
Contohnya dalam surat An-Nisa’ ayat 123:
َّللاِ َو ِليًّا
ُون هِ جْز بِ ِه َوال يَ ِج ْد لَهُ ِم ْن د
َ ُسو ًءا ي ِ ْس بِأ َ َمانِيِِّ ُك ْم َوال أ َ َمانِ ِِّي أ َ ْه ِل ا ْل ِكتَا
ُ ب َم ْن يَ ْع َم ْل َ لَي
)123( يرا ً َوال نَ ِص
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang
kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa
yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula)
penolong baginya selain dari Allah” (QS. an-Nisa’: 123).
E. FUNGSI AL-AMTSAL
Ungkapan-ungkapan dalam bentuk amtsal dalam Al-Qur’an mempunyai
beberapa fungsi diantaranya:8
1. Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang konkrit yang
dapat ditangkap dengan indera manusia, misal dalam firman Allah swt. dalam
surat al-Baqarah ayat 264:
8
Muhammad Ali, Fungsi Perumpamaan dalam Al-Qur’an, (Jurnal Tarbawiyah Volume 10
Nomor 2 Edisi Juli-Desember 2013), hlm. 28. pdf
س ذَ ِلكَ بِأَنه ُه ْم قَالُواْ إِنه َما
ِّ ِ ش ْي َطانُ ِمنَ ا ْل َم
طهُ ال هُ الربَا الَ يَقُو ُمونَ إِاله َُك َما يَقُو ُم الهذِي يَت َ َخبه ِّ ِ َاله ِذينَ يَأ ْ ُُكلُون
ُف َوأ َ ْم ُرُه
َ َسلَ الربَا فَ َمن َجاءُهُ َم ْو ِع َظةٌ ِ ِّمن هربِِّ ِه فَانت َ َه َى فَلَهُ َما ِّ الربَا َوأ َ َح هل
ِّ ِ َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح هر َم ِّ ِ ا ْلبَ ْي ُع ِمثْ ُل
)275( َاب النه ِار ُه ْم فِي َها َخا ِل ُدون ُ ص َح ْ َ َّللاِ َو َم ْن عَا َد فَأ ُ ْولَـئِكَ أ ِّ إِلَى
Artinya : “Mereka yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan)
penyakit gila” (QS. al-Baqarah ayat 275(.
3. Dapat mengungkapkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang
singkat dan padat. Seperti pada amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam
ayat-ayat tersebut.
Berdasarkan arti yang terdapat pada Q.S al-Baqarah ayat 261 bahwa orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah swt. Maka diserupakan atau
dimisalkan bahwa orang tersebut seperti menabur satu butir benih. Tetapi yang tumbuh
dari satu butir itu tidak hanya satu melainkan tujuh butir. Dan pada setiap satu butir
yang tumbuh terdapat seratus biji. Dari angka-angka yang terdapat pada ayat ini bahwa
Allah swt. Akan melipatgandakan pada setiap satu menjadi tujuh ratus.
9
Muhammad Ali, Fungsi Perumpamaan Dalam Al-Qur’an, (Jurnal Tarbawiyah Volume 10
Nomor 2 Edisi Juli-Desember 2013), hlm. 28. pdf
Melalui ayat ini Allah swt. memberikan motivasi kepada kita untuk tidak takut
menafkahkan hartanya. Apabila seseorang sudah yakin bahwa apa yang dinafkahkan
akan mendapatkan ganti, maka seseorang tersebut tidak ada rasa khawatir akan
mengalami kekurangan. Apabila seseorang memiliki keyakinan bahwa apa yang
dinfakkan mendapat ganti yang berlipat, maka akan mendorong seseorang menjadi
hamba Allah yang dermawan.
Materi pendidikan tentang menghindarkan diri dari perbuatan tercela misalnya
difirmankan Allah swt. dalam Q.S. al-Hujurat ayat 12 tentang menggunjing orang lain
ن إ ِ ث ْ مٌ ۖ َو َال ت َ َج س ه س ُ وا ِ ِّ ض ال ظ ه
َ ْإ ِ هن ب َ ع ِ ِّ ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل ه ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ا ْج ت َن ِ ب ُ وا ُكَ ث ِ ي ًر ا ِم َن ال ظ ه
ن
ۖ ُ ي َ أ ُْك ُ لَ ل َ ْح مَ أ َ ِخ ي ِه َم يْت ًا ف َ ك َِر هْ ت ُ ُم و ُه ب أ َ َح دُ ُك ُ ْم أ َ ْن
ُّ ب ب َ ع ْ ضُ ك ُ ْم ب َ ع ْ ضً ا ۖ أ َي ُ ِح ْ َ َو َال ي َ غْ ت
) 12 ( ٌب َر ِح ي م ٌ َّللا َ ت َ هو ا
َّللا َ ۖ إ ِ هن ه َو ا ت هق ُ وا ه
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-
cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” )Q.S. al-Hujurat :12).10
Dalam ayat ini Allah swt. menyerupakan orang yang suka mencari-cari
keburukan dan menggunjing orang lain, sama saja seperti memakan daging bangkai
saudaranya sendiri (manusia). Materi yang ingin disampaikan adalah betapa
menjijikannya orang yang suka mencari kesalahan dan menggunjing oran lain.
Melalui ayat ini Allah swt. meberikan pelajaran, betapa rendahnya perilaku
mencari kesalahan dan menggunjing orang lain, dengan perumpamaan yang sangat
menjijikan. Dalam ayat al-Hujurat ayat 12, bahwa orang yang mencari kesalahan dan
menggunjing orang lain diserupakan dengan memakan bangkai, bukan bangkai hewan
melainkan bangkai saudaranya sendiri yakni manusia.
Dari contoh dua ayat di atas, al-Amtsal sebagai materi dalam pendidikan bahwa
al-Amtsal adalah bagian dari materi yang harus disampaikan kepada peserta didik,
10
Muhammad Ali, Fungsi Perumpamaan Dalam Al-Qur’an, (Jurnal Tarbawiyah Volume 10
Nomor 2 Edisi Juli-Desember 2013), hlm. 28. pdf
untuk dipahami, dihayati dan dilaksanakan. Al-Amtsal sebagai materi tidak menjadi
bagian sendiri melainkan terintegrasi dengan materi-materi akhlaq. Sebagaimana
fungsi al-amtsal yakni menyerupakan maka, dengan adanya al-amtsal sebagai materi
pendidikan, agar materi akhlaq yang disampaikan mudah dipahami dan dihayati oleh
peserta didik.
11
Saharudin, Implementasi Metode Pembelajaran Berbasis Qurani Di Mts Al-
Baqiyatusshalihat Santong (Surabaya: Universitas Muhammadiyah Malang, 2015), hlm. 4. pdf
12
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah bernama Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Saad bin
Huraiz az-Zar’i adDimasyqi Abu Abdullah Syamsuddin, lahirkan di Damaskus tahun 691 Hijriyah/1292
Masehi h meninggal dunia pada tahun 751 Hijriah atau 1350 Masehi.
13
Abdurrahman an Nahlawi mempunyai nama lengkap Abd al Rahman Abd al Karim Uthman
Muhammad al Arqaswasi al Nahlawi. ia dilahirkan pada tanggal 7 Safar 1396 H / 1876 M.
14
Abdul Rahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat.(Jakarta. Gema Insani Press. 1995), hlm. 390
Qur’an sengaja memberikan pengertian-pengertian yang mengandung moral tinggi ini,
antara lain melalui amtsal agar manusia terpanggil untuk berpikir mengenai hal itu, dan
terkesan olehnya, dan selanjutnya mendorong manusia tersebut melaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.15
Al-Amtsal digunakan sebagai metode dalam dunia pendidikan memiliki
kelebihan tersendiri dalam memahamkan peserta didik. Dengan metode amtsal peserta
didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Melalui
perumpamaan-perumpamaan materi yang disampaikan lebih mudah dicerna oleh
peserta didik.
I. SIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, al-Amtsal merupakan kerangka yang dapat
menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan ataupun yang mati, dengan
cara menyerupakan sesuatu yang ghaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan yang
konkrit, dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Dengan al-amtsal
ayat yang ada di dalam al-Quran menjadi lebih mudah dipahami, juga lebih indah,
menarik untuk dibaca.
Al-Amtsal sebagai materi tidak menjadi bagian sendiri melainkan terintegrasi
dengan materi-materi akhlaq. Sebagaimana fungsi al-amtsal yakni menyerupakan
maka, dengan adanya al-amtsal sebagai materi pendidikan, agar materi akhlaq yang
disampaikan mudah dipahami dan dihayati oleh peserta didik.
15
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung, Remaja RosdaKarya,2008), hlm. 145
Al-Amtsal digunakan sebagai metode dalam dunia pendidikan memiliki
kelebihan tersendiri dalam memahamkan peserta didik. Dengan metode amtsal peserta
didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Melalui
perumpamaan-perumpamaan materi yang disampaikan lebih mudah dicerna oleh
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA