MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen : Imam Sucipto, S.Sy, M.Ag
Disusun Oleh :
1
Manna khalil Al-Qaththan, terj. Drs. Mudzakir, MA. Studi Ilmu-ilmuQur’an, Lentera Antar
Nusa, Jakarta, Cet. V hlm. 400-401
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
2
Secara jelas termaktub dalam QS. Al Baqarah: 185 dan QS. al Isra’: 9. lihat : Al-Qur’an dan
terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an , Depag. RI, 1989.
3
Quraish Shihab dalam buku ‘Membumikan al Qur’an’ menginventarisir sedikitnya ada enam
factor yang dapat mengakibatkan kekeliruan dalam menafsirkan al Quran : (1) sunyektifitas mufassir
(2) kekeliruan dalam menerapkan metode dan kaidah (3) kedangkalan dalam ilmu alat (4) kedangkalan
pengetahuan tentang materi uraian ayat (5) tidak memperhatikan konteks (6) tidak memperhatikan
siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan di tujukan. Lihat selengkapnya dalam DR.
Muchoyyar, HS, MA (pengantar) dalam: Nor Ichwan, Memahami Bahasa al Qur’an, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2002, hlm.xi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsalil Qur’an
Secara etimologi, المثاَّل adalah bentuk jamak dari ْمثل, kataْ الثل, النثل
dan الثي تتلadalah sama dengan الش تتبه, ْالش تتبه dan الش تتيبهbaik lafadh maupun
maknanya, yang artinya adalah perumpamaan.4
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang mendefinisikan amtsal yaitu :
1. Menurut ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan
keadaan sesuatu yang diceritakan sesuatu yang dituju, maksudnya merupakan
sesuatu (seseorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dengan perkataan itu.
Contoh :
dengan asalnya karena اخرىadanya persamaan, yang dalam ilmu balaghoh disebut
tasybih. Contoh :
4
Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, Beirut, Libanon, hlm. 282
5
Drs. H. Ahmad Syadzali, MA. Dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Pustaka setia,
Bandung,,Cet. I, hlm. 35
...إلننماَ انمثنمل اا لنحيناَلة االددنلييناَ انكنماَءء اأننلينزلنناَمه المنن االنسنماَلء
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunai itu adalah sepereti air (hujan) yang kami turunkan dari langit”.
b. Sebagian lagi berupa tasybih dhimni (penyerupaan secara tidak langsung, tidak tegas) seperti pada surat al-Hujurat, ayat 12 :
س س س س س
بض ْالظكنن ْإ مثث ْنوُل ْنتنكسرسوُا ْنوُل ْينتمغتَن م يناَّ ْأن تينهاَّ ْالكذينن ْآنمنروُا ْامجتَننبروُا ْنكثييا ْمنن ْالظكنن ْإسكن ْبِنتمع ن
سس ضاَّ ْأن رسي ي
ب ْأننحردركمم ْأنمن ْينأمركنل ْنلمنم ْأنخيه ْنمميتَياَّ ْفننكسرمهتَررموُره ْنوُاتكترقوُا ْاللكنه ْإسكن ْاللكنه ْتنتكوُا ث
ب ضركمم ْبِنتمع يبِنتمع ر
نرسحيثم
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah kamu
sebagian salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ?,
maka kamu tentunya merasa jijik kepadanya”.
Dikatakan dhimni karena dalam ayat ini tidak terdapat tasybih sharih. 6
Karena Allah mengungkapkan ayat-ayat itu secara langsung, tanpa sumber yang
mendahuluinya maka ayat-ayat yang berisi penggambaran keadaan sesuatu hal
dengan keadaan hal lain, maka penggambaran itu dengan cara isti’aroh maupun
tasybih sharih (penyerupaan yang jelas) ayat-ayat yang menunjukan makna yang
menarik dengan redaksi ringkas dan padat.
6
Manna al-Qaththan, Op. Cit, hlm. 283.
7
Dr. Muhammad Alawy al-Hasany, Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, Jeddah, Shorco, tth, hlm. 129-132
Yaitu amtsal yang penjelasannya menggunakan lafadh mitsl ( )الثتتلatau sesuatu
yang menunjukan tasybih. Amtsal ini banyak ditemukan dalam al-Qur’an seperti :
Dalam ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi orang
munafiq, matsal yang berkenaan dengan api, karena di dalam api terdapat unsur
cahaya, dan matsal yang berkenaan dengan air atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit, karena di dalam air terdapat unsur kehidupan. Dan
wahyu yang turun dari langitpun bermaksud untuk menerangi hati dan kehidupannya.
Allah swt. menyebutkan juga keadaan dan fasilitas orang-orang munafiq dalam dua
keadaan.
Disatu sisi mereka bagaikan orang-orang yang menyalakan api untuk
penerangan dan kemanfaatan mengingat mereka memperoleh kemanfaatan materi
dengan sebab masuk Islam. Namun disisi lain Islam tidak memberikan pengaruh
“nur-Nya” terhadap hati mereka. Karena Allah swt menghilangkan cahaya (yang
menyinari mereka) dan membiarkan unsur membakar yang ada padanya. Inilah
perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api. Mengenai matsal mereka yang
berkenaan dengan air , Allah swt. menyerupakan mereka dengan keadaan orang yang
ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah
kekuatan orang itu dan ia meletakan jarinya untuk menutup telinga dan memejamkan
mata karena takut petir menimpanya. Inilah mengingat bahwa al-Qur’an dengan
segala peringatan, larangan. Dan kitabnya mereka tidak ubahnya dengan petir yang
sambar-menyambar.
b. Allah menyebutkan pula dua macam matsal, al-ma’ dan al-nar dalam
surat al-Rad ayat 17 bagi yang haq dan batil,8 yaitu :
ت ْأنموُسدينثة ْبِسنقندسرنهاَّ ْفناَّمحتَننمنل ْالكسميرل ْنزبِنيدا ْنرابِسيياَّ ْنوُسمكاَّ ْريوُقسردوُنن ْنعلنميسه ْسف ْالنكاَّسر س س
أننمتنزنل ْمنن ْالكسنماَّء ْنماَّيء ْفننساَّلن م
س
ب ْرجنفاَّءي
س
ب ْاللكره ْاملنكق ْنوُالمبناَّطنل ْفنأنكماَّ ْالكزبِنرد ْفنتينمذنه ر ضسر ر ك ْين م ابِمتَسغناَّنء ْسحملينتة ْأنموُ ْنمتَناَّتع ْنزبِنثد ْسمثمتلرره ْنكنذل ن
ب ْاللكره ْالممثناَّنل وُأنكماَّ ْماَّ ْيتمنتنفع ْالنكاَّس ْفنتيمركث ْسف ْالر س س
ضسر ر ك ْين مض ْنكنذل ن م ن ن ن ر ن نم ر
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air dilembah-
lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan
dari apa (logam) yang mereka lebur dari dalam api untuk membuat perhiasan atau
alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah swt. membuat
perumpamaan(mitsal) bagi yang haq dan batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai
sesuatu yang tidaak ada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia,
maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah swt. membuat perumpamaan tersebut”.
2. Amtsal kaminah
Yaitu amtsal yang didalamnya tidak disebutkan kata tamsil, tetapi menunjukan
makna yang tercakup dan rungkas, contohnya :
َّك ْقنتنوُايما وُالكسذين ْإسنذا ْأننمتنفرقوُا ْنل ْيسسرفروُا ْوُنل ْيتمقتَتروُا ْوُنكاَّنن ْبِت س
ي ْنذل ن
م ر م ن م ن رر ن ن م ن ن ن
“Dan mereka yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak lebih-lebihan dan
tidak pula kikir dan pembelanjaan itu ditengah-tengah antara yang demikian itu”.
8
Mahmud Bin Syarif, Al-Amtsl Fil Qur’an , Dar al-Ma’arif, Makkah, tth. Hlm. 63-64
b. Ayat-ayat yang senada dengan perkataan.
Seperti : (khabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri ), misal firman Allah
swt. tentang Ibrahim dalam surat al-Baqarah ayat 260.
3. Amtsal Mursalah
Yaitu, kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadh tasybih secara jelas.
Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku secara matsal, seperti firman Allah swt. yaitu ;
a. Surat Yusuf ayat 51.
9
Manna al-Qaththan, Ibid, hlm. 284-286
D. Sighat Amtsalil Qur’an
Sighat amstalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk :
1. Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih)
Yaitu sighat atau perumpamaan yang jelas, didalamnya erungkap kata-kata matsal
(perumpamaan). Contohnya seperti surat Yunus ayat 24
س س س س س
ضركمم ض ْالظكنن ْإ مثث ْنوُل ْنتنكسرسوُا ْنوُل ْينتمغتَن م
ب ْبِنتمع ر يناَّ ْأنيتنهاَّ ْالكذينن ْآنمنروُا ْامجتَننبروُا ْنكثييا ْمنن ْالظكنن ْإسكن ْبِنتمع ن
ب ْنرسحيثم سس ضاَّ ْأن رسي ي
ب ْأننحردركمم ْأنمن ْينأمركنل ْنلمنم ْأنخيه ْنمميتَياَّ ْفننكسرمهتَررموُره ْنوُاتكترقوُا ْاللكنه ْإسكن ْاللكنه ْتنتكوُا ث بِنتمع ي
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah kamu
sebagian salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ?,
maka kamu tentunya merasa jijik kepadanya”.
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti itu
jelas menerangkan perumpamaan, yaitu mengumpamakan menggunjing orang lain
yang disamakan dengan makan daging bangkai saudara sendiri.
ُب ْنمثنثل ْفناَّمستَنسمعروُا ْلنره ْإسكن ْالكسذينن ْتنمدرعوُنن ْسممن ْردوُسن ْاللكسه ْلنمن ْنيملررقوُا ْذربِناَّبِياَّ ْنوُلنسوضسر نس ْ ر يناَّ ْأن تينهاَّ ْالنكاَّ ر
س س س
بب ْنوُالمنمطمرلوُ ر ف ْالطكاَّل ر ضعر ن امجتَننمعروُا ْلنره ْنوُإسمن ْينمس رملبترهرم ْاليذبِناَّ ر
ب ْنشميئياَّ ْل ْينمستَنتمنقرذوُره ْممنره ْ ن
”Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali
tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka
dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat
lemah (pulalah) yang disembah.”
A. Analisa
Setelah mengetahui seluk beluk amtsal Al-Qur’an dari aspek pengertian,
jenis-jenis, pembagian serta faedahnya, penulis dapat menemukan hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan amtsal Al-Qur’an. Secara alamiyah bisa kita pahami
bahwa missi Islam dimuka bumi ini adalah menjaga harkat, martabat serta jiwa
manusia. Manusia bermacam-macam bentuk dan karakternya, ada yang kuat ada yang
lemah, ada yang suka kebaikan dan juga keburukan, pendendam dan lain sebagainya.
Pendek kata manusia itu bermacam-macam. Semua bentuk karakter manusia oleh Al-
Qur’an telah disebutkan di dalamnya.
Manusia yang beriman yang telah sampai kepadanya ajaran-ajaran Tuhan
tetap berpegang teguh pada aqidahnya serta beriman kepada-Nya, juga meyakininya
dengan berketetapan hati untuk memahami ayat-ayat Tuhan. Sikap dan jiwa manusia
yang demikian itu telah dididik oleh Al-Quir’an secara khusus untuk mencapai
sebuah kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akherat kelak yang jauh dari
kegelapan dan kesesatan.
Dari sinilah penulis dapat mengatakan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah
merupakan salah satu dari bentuk hidayah yang bersifat ilahiyah yang menuntun
manusia menuju jalan kebaikan, atau dapat mencegah manusia dari perbuatan dosa
untuk menuju sebuah kemuliaan, atau juga mencegah dari kekurangan-kekurangan
yang secara alamiyah dimiliki oleh manusia.
Demikian juga amtsal al-Qur’an dalam memberikan bimbingan manusia
lebih menitik beratkan kepada dua hal (keadaan) yang saling berlawanan dari pesan
yang disampaikan, misalnya perumpamaan iman dan kufur, orang-orang yang
mendustakan agama (al-mukazdzdibun) dan orang-orang yang membenarkan agama
(al-mushaddiqun), air dan api, yang haq dan yang batil, yang buruk (al-khabits) dan
yang baik (al-Thayyib), mukmin dan kafir dan lain sebagainya.
Jika penulis perhatikan beberapa amtsal al-Qur’an yang disebutkan oleh para
pengarang ulumul Qur’an, ternyata merangkum ayat-ayat al-Qur’an yang
mempersamakan keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik yang berbentuk
isti’arah, tasybih, ataupun yang berbentuk majaz mursal, yang tidak ada kaitannya
dengan asal cerita. Jadi, beberapa amtsal di dalam al-Qur’an, tidak selalu ada asal
ceritanya (musyabbah bih) nya, tidak seperti apa yang terdapat di dalam al-Qur’an,
tidak selalu ada asal ceritanya (muyabbah bih) nya, tidak seperti apa yang terdapat
pada amtsal dari para ahli bahasa, para ahli bayan dan sebagainya.
Para ahli bahasa Arab mensyaratkan sahnya amtsal harus memenuhi empat
syarat, sebagai berikut :
a. Bentuk kalimatnya harus ringkas
b. Isi maknanya harus mengena dengan tepat
c. Perumpamaannya harus baik.
d. Kinayahnya harus indah.
B. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, mengenai amtsal al-Qur’an dapat ditarik kesimpulan
bahwa itu, tamtsil (membuat parmisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang
dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap dalam
pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang nyata, yang
abstrak dengan yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang
serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik, dan
mempesona oleh tamsil. Karena itulah maka tamsil lebih dapat mendorong jiwa
untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal merasa puas
dengannya. Dan tamsil adalah salah satu uslub al-Qur’an dalam mengungkapkan
berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatan.
Al-Qaththan, Manna Khalil. terj. Drs. Mudzakir, MA. Studi Ilmu-ilmuQur’an, Jakarta
: Lentera Antar Nusa.
Bin Syarif, Mahmud. Tth. Al-Amtsl Fil Qur’an . Makkah : Dar al-Ma’arif.
Syadzali, Drs. H. Ahmad, MA. Dan Drs. H. Ahmad Rofi’i. Tth. Ulumul Qur’an I.
Bandung : Pustaka setia.
http://myrealblo.blogspot.co.id/2015/11/ulumul-quran-ilmu-amtsalil-quran.html?=1