Anda di halaman 1dari 28

PERUMPAMAAN (AMTSAL) DALAM AL-QUR’AN

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Mata Kuliah : Studi Al-Qur’an

Dosen Pengampu :

Machfud Bachtiyar, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1). Aisiyah Nur Rahmawati (08040120077)

2). Ega Ayu Ovian S.J.P (08040120089)

3). Shelvia Agustine Rahmadhani (08040120102)

KELAS 2C

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
Rahmat, Taufik, Hidayah, serta Inayahnya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah mengenai “PERUMPAMAAN (AMTSAL) DALAM AL-
QUR’AN”. Dan tak lupa selawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
jujungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk dijadikan
pembelajaran Studi Al-Qur’an. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif dan bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran.

Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
dari makalah ini baik dari susunan kalimat maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami menerima dengan ikhlas segala kritik maupun saran dari pembaca. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Apabila ada informasi
yang salah dan kurang lengkap kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Sidoarjo, 01 Mei 2021

Penyusun

(Kelompok 9)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an.................................................................................3
B. Macam-macam Amtsal.......................................................................................6
C. Urgensi Amtsal Dalam Al-Qur’an........................................................................11
D. Faedah Amtsal Dalam Al-Qur’an.........................................................................14
E. Peranan Amtsal Al-Qur’an Dalam Pendidikan.....................................................19
BAB III PENUTUP........................................................................................................23
A. Kesimpulan..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berlaku untuk semua zaman atau
tempat. Al-Qur’an melalui tafsirnya memiliki peran yang sangat penting
untuk selalu ditampilkan sebagai petunjuk yang dapat dirasakan dengan
aktual, segar, dan up to date. Hal ini, agar Al-Qur’an tidak kehilangan
universalitasnya, maka Al-Qur’an mampu berbicara dan memberikan solusi
dalam menjawab berbagai masalah yang ada dalam kehidupan manusia.
Selain itu, Al-Qur’an sendiri juga memberikan peluang yang sebesar-
besarnya kepada para mufassir.

Al-Qur’an menyampaikan pesan-pesannya kepada manusia menggunakan


uslub yang beraneka ragam. Hal ini dimaksudkan agar petunjuk dan
bimbingannya dapat dengan mudah diterima manusia. Di antara keunikan
Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan ialah model
penyampaian pesan yang singkat, mudah, dan jelas untuk dipahami. Salah
satu metode tersebut adalah melalui ungkapan amtsal (perumpamaan).

Amtsal sebagai salah satu gaya bahasa Al-Qur’an dalam menyampaikan


pesan-pesannya, menggugah manusia agar selalu menggunakan akal
pikiranya secara jernih dan tepat. Berdasarkan hal tersebut, diantara para
ulama banyak yang berusaha memfokuskan perhatianya untuk mengkaji gaya
bahasa dan redaksi Al-Qur’an dalam bentuk amtsal tersebut serta mencari
rahasia dibalik ungkapan itu.

Amtsal dalam Al-Qur’an merupakan visualisasi yang abstrak yang


dituangkan dalam berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan
sesuatu dengan hal yang serupa dan sebanding, maka untuk dapat

1
memahaminya secara baik dan benar memerlukan pemikiran yang cermat dan
mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan stilitik (ilmu Balaghah).

Nilai sastra yang tertuang di dalam untaian bahasa Al-Qur’an yang berupa
amtsal adalah merupakan salah satu kemukjizatan dari sekian banyak segi
kemukjizatan Al-Qur’an. Oleh karena itu, nilai kegunaan sastra Al-Qur’an
tidak dapat ditandingi oleh siapa pun dan kapanpun juga, karena memang Al-
Qur’an bukan produk insani.1

Menurut Ahmad Amin, pada dasarnya membuat perumpamaan-


perumpamaan berupa ungkapan-ungkapan singkat dan padat dalam
memberikan nasihat sebagai hasil perenungan yang cermat merupakan tradisi
orang-orang Arab pra Islam.2 Dari hasil kajian dan penelitian para ulama
terhadap amtsal Al-Qur’an tersebut telah melahirkan suatu disiplin ilmu yang
disebut dengan Ilmu Amtsal Al-Qur’an, yang merupakan bagian dari ilmu-
ilmu Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Amtsal?
2. Apa saja macam-macam Amtsal?
3. Bagaimana urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an?
4. Apa faedah Amtsal dalam Al-Qur’an?
5. Bagaimana peranan Amtsal Al-Qur’an dalam pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari Amtsal;
2. Untuk mengetahui macam-macam Amtsal;
3. Untuk menjelaskan urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an;
4. Untuk mengetahui faedah Amtsal dalam Al-Qur’an;
5. Untuk menjelaskan peranan Amtsal Al-Qur’an dalam pendidikan.

1
Shalih, Shubhi, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Beirut, Dar al Ilmi Li al Milayin, 1972, 313
2
Amin, Ahmad,Fajrul Islam, Maktabah al Nahdhah al Mishriyah, Kairo, 1975, ………., 60.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an


Amtsal adalah bentuk jamak dari mitsal. Dilihat dari segi bahasa, kata
amtsal merupakan bentuk jamak dari matsal, mitsal dan matsil yang berarti
sama dengan syabah, syibah dan syabih, yang sering kita artikan dengan
perumpamaan, sedangkan dilihat dari segi istilahnya, matsal adalah
menonjolkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta
mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun
perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).

Dengan demikian secara bahasa Amtsal diambil dari bahasa Arab kalimat
jamak dari matsal, mitsal dan matsil sama dengan syabah, syibah dan syabih
(semakna). Matsal dimaknai dengan keadaan, kisah, dan sifat yang menarik
perhatian, menakjubkan, sedangkan dalam perspektif ulama menjelaskan
bahwa ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan
keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju. Menurut istilah
ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan majas yang disamakan dengan
asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan penampakan yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena
dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun majas mursal. Para ulama lain
memberikan definisi matsal ialah mengungkapkan suatu makna abstrak yang
dapat didefinisikan dengan bentuk yang elok dan indah. Maksudnya, matsal itu
menyerupakan hal-hal yang abstrak disamakan dengan hal-hal yang konkret.

Dalam sastra, amtsal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan


dan sudah populer dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam
perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan.
Maksudnya adalah menyerupakan sesuatu (seseorang, keadaan) dengan apa
yang dia kandung dalam perkataan itu.

3
Sebagai contoh dalam Al-Qur’an dalam surat al-‘Ankabut ayat 42 dan 43
sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru


selain Allah. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan
perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia, dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Q.S. Al-Ankabut: 42-43).

Dalam tafsiran ayat 42 dan 43, surat ini dijelaskan oleh Thabathaba’i dalam
tafsir M. Quraish Shihab, cenderung memahami ayat di atas dalam arti “Allah
mengetahui apa yang mereka sembah selain Allah, bukannya tidak tahu”. Ini
adalah perumpamaan yang benar dan tepat, tidak seperti dugaan kaum
musyrikin. Ulama ini mengukuhkan pendapat tersebut dengan penutup ayat di
atas yang mengatakan bahwa Allah Maha Perkasa, tidak ada yang dapat
mengalahkan-Nya. Tidak juga satu pun sekutu bagi-Nya dalam mengatur dan
mengendalikan kerajaan-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
penciptaan dan Dia Maha Bijaksana melakukan yang paling baik dan paling
tepat dalam perbuatan dan pengaturan-Nya, dan dengan demikian dia tidak
perlu menyerahkan pengaturan segala ciptaan-Nya kepada siapapun 3.

Penafsiran Firman Allah ini berbicara tentang amtsal Al-Qur’an sebagai


“tiada ada yang memahaminya kecuali orang-orang alim”. Ini mengisyaratkan
bahwa perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an mempunyai makna-
makna yang dalam, bukan terbatas pada pengertian kata-katanya saja. Masing-
masing orang sesuai kemampuan yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih
mendalam dari orang lain. Ini juga berarti bahwa perumpamaan yang
dipaparkan di sini bukan sekedar perumpamaan yang bertujuan sebagai hiasan
kata-kata, tetapi ia mengandung makna serta pembuktian yang sangat jelas4.

3
Shihab, Muhammad Quraish, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2007), 501.
4
Ibid,.

4
Adapun pendapat menurut para tokoh, Amtsal adalah sebagai mana yang
diungkapkan oleh Zamakhsyari telah mengisyaratkan arti dalam kitabnya yang
bernama al-Kasysyaf. Ia berkata Matsal menurut asal perkataan mereka berarti
al-mitsl dan an-nazir (yang serupa, yang sebanding). Kemudian setiap
perkataan yang berlaku populer, yang menyerupakan sesuatu (orang, keadaan
dan sebagainya) dengan “murid” atau (apa yang dikandung di dalam)
perkataan itu disebut matsal.5

Beberapa pendapat lain mengatakan menurut ulama ahli Adab, matsal


adalah upacara yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan
dengan sesuatu yang dituju. Menurut Ibnu Qayyim, amstal ia definisikan
dengan menyerupakan sesuatu dengan susuatu yang lain dalam hal hukumnya,
dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan indrawi (mahsus), atau
mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain.

Apabila kita simpulkan, matsal-matsal Al-Qur’an yang disebutkan oleh


pengarang, kita akan dapat mereka mengemukakan ayat-ayat yang berisi
penggambaran keadaan suatu hal dengan keadaan hal lain, baik penggambaran
itu dengan cara isti’arah maupun dengan tasybih sharih (penyerupaan yang
jelas), atau ayat-ayat yang menunjukkan makna yang menarik dengan redaksi
ringkas dan padat atau ayat-ayat yang dapat dipergunakan bagi sesuatu yang
menyerupai dengan apa yang berkenan dengan ayat itu. Sebab Allah
mengungkapkan ayat-ayat itu secara langsung, tanpa sumber yang
mendahuluinya. Untuk itu, kesimpulan terakhir amtsal Al-Qur’an adalah
menonjolkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta
mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun
perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).6 Ini juga senada dengan yang
diungkapkan Asy-Syuyuthi dalam kitabnya “Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an”
menyatakan bahwa ungkapan amtsal dalam Al-Qur’an adalah kalimat-kalimat
atau ayat-ayat yang memiliki perumpamaan yang menunjukkan banyak makna
diantaranya adalah, peringatan, pembelajaran, instruksi, menghilangkan

5
Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, Terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-
ilmu Qur’an, (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2004), 402.
6
Ibid, 403.

5
penyakit hati, ungkapan yang indah, ketetapan dan pendekatan hati yang dapat
menggugah hati serta akal manusia secara mendalam.7

Dengan demikian tujuan amtsal dalam Al-Qur’an di antaranya adalah


sebagai berikut:

1. Segala hal yang dijadikan perumpamaan akan dikaitkan dengan kehidupan


sehari-hari sehingga manusia akan mendapatkan gambaran dan akan
mengingatnya dengan lebih kuat.
2. Melatih cara berpikir manusia dengan analogi-analogi dari Al-Qur’an,
manusia akan menyimpulkan sesuatu dengan benar. Mengajak manusia
untuk melihat yang abstrak menjadi konkrit.
3. Manusia akan mampu mengambil pelajaran yang telah tertuang dalam Al-
Qur’an.
4. Menyingkap sesuatu yang tak tampak menjadi tampak dengan
perumpamaan-perumpamaan.
5. Untuk memuji orang dalam bahasa yang indah.
6. Mendorong manusia untuk berbuat sesuai dengan yang diamtsalkan.

B. Macam-macam Amtsal
Al-Qur’an ada tiga macam, amtsal musharrahah, amtsal kâminah, dan
amtsal mursalah. Akan tetapi Asy-Syuyuthi sendiri hanya membagi kedalam
dua macam saja, yaitu zhahir musharrahah dan kaminah. dengan alasan
bahwa perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dapat terlihat pada
yang zahir saja dan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kalimat Al-
Qur’an untuk mempertajam atau sindiran yang bertujuan untuk mematahkan
kesombongan atau kefakiran.
1. Amtsal musharrahah adalah suatu yang dijelaskan dengan lafadz matsal
atau sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan) yang tergambar
dalam surat al-Baqarah ayat 17-20 sebagai berikut:

7
Asy-Syuyuthi, Jamaluddin Abdurrahman Ibn Bakri, Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, (Bairut: Darul ‘Ilmi,
1316), 365.

6
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta. dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami
orang-orang yang Mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu
sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab:
"Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu. Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran
Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan
kedengkian, iri hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan
orang-orang Islam. Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi
bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir
untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam. (Q.S. Al-
Baqarah/1:17-20).
Di dalam ayat inilah Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi
orang munafik, matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-
firmanNya “adalah seperti orang yang menyalakan api…” karena di
dalam api terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan
dengan air “atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari
langit…,” karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Wahyu yang
turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan
menghidupkannya. Dalam ayat ini juga Allah menyeburkan kondisi

7
orang munafik dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang
yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan, dalam hal ini
mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam.
Namun tidak memberikan pengaruh terhadap hati mereka karena Allah
menghilangkan cahaya (nur) yang ada dalam api, “Allah menghilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka” kemudian membiarkan unsur api
“membakar” yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang
berkenaan dengan api.8 Tafsir ayat ini menjelaskan bahwa kata matsal
pada ayat ini digunakan dalam arti perumpamaan yang aneh atau
menakjubkan.9
2. Amtsal Kaminah.
Amtsal Kaminah adalah yang di dalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamtsilnya, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah,
menarik, dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh
tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.10
Amtsal kaminah memiliki ciri pada ayat yang senada dengan
ungkapan “sebaik-baik perkara adalah yang tidak berlebihan, adil, dan
seimbang. Contohnya:
a) Firman Allah tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda”. Artinya pertengahan di antara itu.” (Q.S. Al-Baqarah:
68).
b) Firman Allah tentang salat: “Dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam salammu dan jangan pula merendahkannya, dan
carilah jalan tengah di antara keduanya itu.” (Q.S. Al-Isra: 110).

c) “Seperti yang kamu lakukan, maka seperti itu kamu akan dibalas”.
Misalnya firman Allah “Barang siapa mengerjakan kajahatan,
niscaya akan diberikan pembalasan dengan kejahatan itu.” (Q.S.
8
Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, ter. Aunnur Rafiq El-Mazni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), 356.
9
Shihab, Muhammad Quraish, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2007), 133.
10
Ibid, 358.

8
An-Nisa’:123).

Artinya : (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu


yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barang
siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula)
penolong baginya selain dari Allah. (Q.S. An-Nisa’: 123).
Amtsal kaminah adalah yang di dalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamtsilnya, untuk itu perlu kajian yang mendalam melalui
tafsir, ilmu bahasa, ilmu balagah, dan lain-lain. Salah satu contoh ayat di
atas menjelaskan bahwa Allah tidak akan menjatuhkan sanksi setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat. Demikian juga angan-angan yang
ditumbuh suburkan syaitan ke dalam hati-hati orang Yahudi dan Nasrani,
seperti bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan dan kekasih-Nya, atau
terhadap orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa “kami memiliki
lebih banyak harta dan anak sehingga kami tidak akan disiksa”. Untuk
membatalkan semua angan-angan itu, ditegaskannya bahwa pahala dari
Allah bukanlah dari angan-angan kamu yang kosong, wahai masyarakat
musyrik atau umat Islam yang belum menghayati agamanya dan tidak
pula menurut angan-angan ahli kitab, yakni orang Yahudi dan Nasrani.
Yang benar adalah barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan sesuai dengannya. yakni dengan kejahatan dan
kadarnya. Balasan itu boleh jadi hanya di dunia berupa penyakit atau
petaka apa pun.11

3. Amtsal Mursalah.
Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak
menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku
11
Ibid, 595.

9
sebagai matsal. Seperti firman Allah dalam surat Yusuf ayat 51, An-
Najm ayat 58, Al-Baqarah ayat 216, Al-Muddatsir ayat 38, dan lain-lain.

Artinya: Raja Berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana


keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
(kepadamu)?" mereka berkata: "Maha Sempurna Allah, kami tiada
mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". Berkata isteri Al Aziz:
"Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk
menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang benar." (Q.S. Yusuf: 51).
Tetapi khusus mengenai amtsal mursalah, para ulama berbeda
pendapat dalam menanggapinya. Sebagian ulama menganggap amtsal
mursalah telah keluar dari etika Al-Qur’an. Menurut Ar-Razi ada
sebagaian orang-orang menjadikan ayat lakum dinukum wa liyadin
sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah
Allah. Ar-Razi lebih lanjut mengatakan bahwa hal tersebut tidak boleh
dilakukan sebab Allah tidak menurunkan ayat ini untuk dijadikan
perumpamaan, tetapi untuk diteliti, direnungkan dan kemudian
diamalkan. Sebagian ulama lain beranggapan bahwa mempergunakan
amtsal mursalah itu boleh saja karena amtsal, termasuk amtsal mursalah
lebih berkesan dan dapat mempengaruhi jiwa manusia. Seseorang boleh
saja menggunakan amtsal dalam suasana tertentu.12

C. Urgensi Amtsal Dalam Al-Qur’an


Apa saja yang tercantum di dalam Al-Qur’an tidak ada satupun yang
tidak penting untuk dikaji, dipelajari, dan direnungkan oleh manusia baik dari
isi kandungannya. Dari perspektif ini manusia akan mengetahui betapa
pentingnya arti bimbingan dan petunjuk dari Al-Qur’an, termasuk di

12
Ibid, 260.

10
dalamnya terdapat bentuk amtsal baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, menurut hasil analisis para ulama bahwa diantara
urgensi dari amtsal Al-Qur’an, yakni :
1. Menonjolkan sesuatu yang bersifat rasional yang hanya dapat dijangkau
oleh nalar (akal) dalam format yang konkrit yang dapat dirasakan oleh
indera manusia, yang pada akhirnya akal akan dapat dengan mudah
menerimanya. Sebab pengertian yang bersifat abstrak tidak akan bisa
tertanam atau setidak-tidaknya agak sulit diterima oleh benak hati nurani
manusia, kecuali bila dituangkan dalam bentuk yang sifatnya indrawi
yang dekat dengan daya pemahaman. Adapun contohnya seperti, Allah
membuat amtsal bagi orang-orang yang menafkahkan hartanya dengan
riya, di mana ia tidak akan mendapatkan balasan pahala sedikitpun dari
perbuatannya itu, sesuai dengan firman Allah QS. Al Baqarah ayat 264
yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan
(si penerima), seperti seorang yan menafkahkan hartanya karena riya
kepada orang lain (manusia) dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaanya seperti batu licin yang diatasnya
ada tanah, kemudianbatu tersebut ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah
dia bersih (tidak bertanah), mereka tidak menguasai sedikitpun dari apa
yang telah diusahakanya, dan Allah tidak akan memberikan petunjuk
kepada orang-orang kafir”.
2. Dengan adanya amtsal dapat disimpulkan hakekat-hakekat dan dapat
mengemukakan sesuatu yang tidak nampak, seakan-akan sesuatu tampak
jelas. Sebagaimana perumpamaan yang dibuat oleh Allah di dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah
disebabkan karena mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama

11
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…”
3. Dapat menyimpulkan makna yang menarik dan indah di dalam suatu
ungkapan yang padat, sebagaimana yang telah dicontohkan dalam amtsal
Al-Kaminah dan amtsal Al-Mursalah diatas.
4. Dapat mendorong orang untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang
sesuai dengan isi amtsal atau amtsal itu sendiri, jika hal itu merupakan
sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat amtsal bagi
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Hal itu dapat
memberikan kebaikan kepadanya. Sebagaimana telah disebutkan Al-
Qur’an dalam ungkapan yang indah dalam surat Al-Baqarah ayat 261
yang artinya :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir terdiri dari
seratus biji, Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia
kehendaki.Dan Allah Maha luas karunia- Nya lagi Maha Mengetahui”.
5. Dapat menjauhkan sesuatu yang dilarangan untuk tidak dilakukan, jika
amtsal itu berupa sesuatu hal yang tidak diinginkan atau dibenci oleh
jiwa. Misalnya larangan yang ada di dalam Al-Qur’an untuk tidak
menggunjing orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam surat Al-Hujarat ayat
12 yang artinya :
“…Danjanganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain,
sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentu kamu merasakan jijik…”
6. Dalam memuji seseorang yang menjadi sasaran amtsal itu sendiri, serta
sebagaimana yang dapat digambarkan di dalam kitab Taurat dan kitab
Injil, mereka (para sahabat Rasul) juga diibaratkan seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman menjadi
kuat, lalu menjadi besarlah ia dan tegas lurus di atas pokoknya. Tanaman
itu menyenangkan hati para penanamnya, dikarenakan Allah hendak
menjengkelkan hati-hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang

12
mukmin. (Q.S. Al Fath ayat 29). Begitulah keadaan para sahabat. Pada
mulanya mereka adalah golongan minoritas, kemudian tumbuh
berkembang sehingga keadaan makin kuat dan mengagumkan hati karena
kebesaran mereka.
7. Dengan adanya amtsal dapat digambarkan jika sesuatu memiliki sifat
yang dipandang buruk oleh orang banyak. Adapun contohnya, mengenai
amtsal tentang keadaan orang yang dikaruniai kitab Allah tetapi ia
tersesat jalan sehingga pada akhirnya ia tidak mau mengamalkan isi kitab
itu. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam surat Al A’raf ayat 175-176
yang artinya:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kamu
berikan pengetahuan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang
isi al Kitab), kemudia dia melepaskan dir dari ayat- ayat itu, lalu dia
diikuti oleh Syetan (sampai dia tergoda) maka jadilah ia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan jika Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaanya seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka ia
ulurkan lidahnya dan bila kamu membiarkanya dia mengulurkan
lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah….”
8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan
nasihat, lebih kuat (pengaruhnya) dalam memberikan peringatan dan
lebih dapat memuaskan hati. Sehingga Allah pun banyak membuat
perumpamaan (amtsal) itu sendiri di dalam Al-Qur’an surat al Ankabut
ayat 43 yang artinya:
“Perumpamaan-perumpamaan (amtsal) itu kami buat untuk
manusia, dan tidak ada yang dapat memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu pengetahuan”
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa begitu urgenya
amtsal dalam mempercepat pemahaman seseorang mengenai sesuatu hal,
maka para ulama ataupun para da’i pun sering mengikuti alur Al-Qur’an agar

13
apa yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh orang menjadi
obyek atau sasaran dakwah itu. Pengungkapan matsal atau tamstil seperti
yang disebutkan di atas menurut Jalaluddin al Suyuthi diharapkan dapat
menampilkan makna dalam bentuk yang hidup dan dapat diyakini dalam
pikiran pendengarnya, dengan cara mengedepankan sesuatu yang yang tidak
tampak dengan yang tampak, yang abstrak dengan yang konkrit, sehingga
jiwa si pendengar dapat menangkap makna-makna tersebut secara
proporsional.13

D. Faedah Amtsal Dalam Al-Qur’an


Adapun faedah amtsal Al-Qur’an yang diutarakan oleh Manna khalil Al-
Qattan dalam kitabnya Mabahis fi Ulumil Quran yang mengatakan sebagai
berikut :

a. Menampilkan suatu yang abstrak (yang ada hanya dalam pikiran)


keadaan suatu yang konkrit yang dapat diintrakan manusia, sehingga akal
dapat menerimanya. Misalnya, Allah membuat masal bagi keadaan orang
yang manfkahkan harta dengan riya’ di mana ia tidak akan mendapatkan
pahala sedikitpun dari perbuatannya itu. Allah berfirman dalam surat Al-
Baqarah ayat 264 sebagai berikut :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu

13
Mahbub Nuryadien, “Metode Amtsal : Metode Al-Qur’an Membangun Karakter”, Jurnal Al
Tarbawi Al Hadistsah Vol 1 N0. 1, 14.

14
licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,
lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir (mereka Ini tidak mendapat
manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat
pahala di akhirat). (Q.S. Al-Baqarah: 264).
b. Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal yang ghaib
melalui paparan yang nyata. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 275:

Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orangorang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al-Baqarah: 275).14
c. Mengumpulkan arti yang indah dalam ungkapan yang singkat
sebagaimana terlihat pada amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman ayat 60 :

Hafifuddin, "Bukti Keautentikan Sastra Amtsal dalam Al-Qur'an", Jurnal Tarbiyah, Vol. XXIV,
14

No. 1, (Januari-Juni, 2017), 114.

15
Artinya: Tidak ada balasankebaikan kecuali kebaikan (pula) (Q.S. Ar-
Rahman: 60).
d. Mendorong orang yang diberi matsal (perumpamaan) untuk berbuat
sesuai dengan matsal, artinya Membuat si pelaku amtsal menjadi senang
dan bersemangat bahkan sampai luluk hanya untuk melakukan yang baik
tersebut atau sebaliknya menjauhi hal yang dilarang dalam matsal
tersebut. Sebagai mana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 261
:

Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang


yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan
Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-
Baqarah: 261).
e. Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenanginya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12 :15

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-


sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
15
Ibid, 115.

16
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Al-Hujarat: 12).
f. Memberikan pujian bagi sepalaku matsal, sebagaimana Allah berfirman
dalam surat Al-Fath ayat 29 :

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang


bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak
pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu
Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orangorang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan
dan pahala yang besar (Q.S. Al-Fath: 29).
g. Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam Al-
Qur’an . Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 175-
176 :16

16
Ibid, 117.

17
Artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah kami
berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),
Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-
orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir (Q.S. Al-A’raf: 175-176).
h. Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati lebih
mantap dalam menyampaikan nasehat dan lebih kuat pengaruhnya.17
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 27 :

Artinya: Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al


Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran
(Q.S. Az-Zumar: 27).
Manfaat amstal dalam Al-Qur’an dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang konkrit
yang dapat ditangkap dengan indera manusia.

17
Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, Terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-
ilmu Qur’an, (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2004), 411.

18
2. Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal yang
abstrak.
3. Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan
yang singkat dan padat.
4. Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam Al-
Qur’an.
5. Menghindarkan diri dari perbuatan tercela.18

E. Peranan Amtsal Al-Qur’an Dalam Pendidikan


Dalam mengarahkan pendidikan kepada manusia, menghadapi, dan
memperlakukanya sejalan dengan unsur penciptaanya yaitu jasmani, akal
dan jiwa. Oleh karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan Al-
Qur’an hampir selalu mengarah kepada pendidikan jiwa, akal dan raga
manusia itu sendiri. Proses penyampaian suatu informasi dalam kegiatan
proses belajar mengajar, akan lebih menarik dan efisien jika dituangkan
dalam sebuah cerita dan ungkapan yang indah. Salah satu strateginya adalah
menggunakan amtsal yang secara etimologi berarti perumpamaan atau
penyerupaan. Dalam konteks sastra amtsal adalah ungkapan yang
disampaikan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam
suatu ucapan dengan keadaan yang karenanya perkataan itu diungkapkan.
Sehingga matsal sering digunakan untuk menunjuk kualitas hasil, yang
diharapkan dapat diambil pelajaran bagi pendengarnya. Dalam dunia
pendidikan (Islam) amtsal yan ditampilkan Al-Qur’an sering digunakan
sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam proses belajar
mengajar. Metode pendekatan ini digunakan untuk memperjelas sasaran
utama maksud dan tujuan pembicara dalam menyampaikan materi
pendidikan. Hal ini mengandung makna komunikasi. Komunikasi tersebut
tidak dapat berlangsung dalam ruang hampa, melainkan dalam suasana
mengandung tujuan, juga harus diusahakan pencapaianya.
Amtsal Al-Qur’an selain berisikan nasihat, peringatan dan menjelaskan
konsep-konsep abstrak dengan makna-makna yang kongkrit untuk difahami
dan direnungkan oleh manusia, yang dalam dunia pendidikan ia merupakan

18
Ibid,.

19
jembatan berfikir dari yang kongkrit ke alam ide yang bersifat abstrak.
Dengan demikian, amtsal Al-Qur’an itu, manusia diajak berfikir dan
merenung tentang sesuatu yan berada diluar dirinya bahkan kadang-kadang
di luar alam kongkrit agar ia dapat difungsikan sebagai media pendidikan,
yang pada akhirnya diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak didik.
Dengan metode visual amtsal Al-Qur’an, penyampaian materi pendidikan
akan lebih berkesan, lebih berpengaruh kepada jiwa dan juga lebih merasuk
ke dalam relung hati sanubari. Keberadaan dan atau peranan amtsal Al-
Qur’an terhadap penafsiran dan dalam dunia pendidikan cukup jelas dan
mudah difahami. Artinya, bahwa para pendidik dan anak didik sangat
mebutuhkanya, sebab disamping memberikan informasi kepada
penerimanya mengenai sesuatu yang belum penah diketahuinya, juga dapat
membantu memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima oleh
keterbatasan akal manusia. Dari berbagai modelnya, amtsal dalam
pendidikan ada beberapa faktor yang dikehendaki, diantaranya :
1. Untuk mengkonkritkan bentuk empiric agar mudah diterima indera,
karena sesuatu yang abstrak sulit ditanamkan dalam benak manusia.
Hal ini dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 264 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu, seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah)” (QS. Al Baqarah:264).
2. Untuk menghadirkan sesuatu yang ghaib, sehingga seolah-olah hadir.
Hal ini dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

20
sama dengan riba. Dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (QS. Al Baqarah:275)
3. Untuk mendorong orang yang memberimau’idhah untuk bertindak
sebagai uswatun hasanah.Hal ini dapat dilihat dalam surat Al Baqarah
ayat 261 yang artinya :
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir; seratus
biji.Dan Allah melipatgandakan kepada orang yang dikehendaki.Dan
Allah sangat luas rizkinya lagi maha Mengetahui”. (QS. Al
Baqarah:261)
4. Untuk memuji orang tetapi orang yang dipuji tidak merasa berbangga
diri.Hal ini dapat dilihat dalam surat al Fath ayat 29 yang artinya :
“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat- sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak
lurus di atas pokoknya”… (QS. Al Fath:29)
5. Untuk menunjuk suatu kejahatan agar ditinggalkan.Hal ini dapat
dilihat dalam surat al A’raf ayat 176 yang artinya :
“Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaanya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkanya lidahnya dan jika
kamu membiarkanya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami…” (QS. Al A’raf:176)
6. Untuk memberikan nasihat yang mudah diresapi dan diterima. Hal ini
dapat dilihat dalam surat Az Zumar ayat 27 yang artinya:
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”(QS.
Al Zumar:27).

21
Berdasarkan penjelasan beberapa ayat di atas, dapat dideskripsikan
bahwa proses pengajaran yang menggunakan metode perumpamaan,
dimaksudkan untuk membentuk berbagai premis yang diharapakan peserta
didik mampu untuk merumuskan istinbathnya secara logis. Sehingga dari
amtsal yang disampaikan tersebut peserta didik mampu mengambil
hikmahnya secara jernih dan seterusnya dapat diamalkan dalam kehidupan
riilnya. Di antara keunikan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan
kehidupan menggunakan model penyampaian pesan yang singkat, mudah,
dan jelas, untuk dipahami. Dan salah satu metodenya adalah melalui
ungkapan amtsal (perumpamaan). Amtsal digunakan untuk menjelaskan
hal-hal yang sangat mendasar dan bersifat abstrak. Dari beberapa contoh
yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat bagaimana hebatnya Al-Qur’an
membuat perumpamaan yang sangat indah dan sesuai dengan tipe-tipe hati
manusia dengan tipe-tipe tanah. Demikian juga kesesuaian perumpamaan
antara wahyu dengan diturunkan air hujan dari langit. 19

19
Mahbub Nuryadien, “Metode Amtsal : Metode Al-Qur’an Membangun Karakter”, Jurnal Al
Tarbawi Al Hadistsah Vol 1 N0. 1, 10.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Amtsal adalah menampakkan penampakan yang abstrak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa,
baik dalam bentuk tasybih maupun majas mursal.

Al-Qur’an ada tiga macam, amtsal musharrahah, amtsal kâminah, dan


amtsal mursalah. Akan tetapi Asy-Syuyuthi sendiri hanya membagi
kedalam dua macam saja, yaitu zhahir musharrahah dan kaminah.

Urgensi dari amtsal Al-Qur’an, yakni menonjolkan sesuatu yang


bersifat rasional yang hanya dapat dijangkau oleh nalar (akal) dalam
format yang konkrit yang dapat dirasakan oleh indera manusia, yang pada
akhirnya akal akan dapat dengan mudah menerimanya, dengan adanya
amtsal dapat disimpulkan hakekat-hakekat dan dapat mengemukakan
sesuatu yang tidak nampak, seakan-akan sesuatu tampak jelas, dan lain-
lain.

Berbagai macam faedah-faedah amtsal Al-Qur’an, seperti yang


diutarakan oleh Manna khalil Al-Qattan dalam kitabnya Mabahis fi Ulumil
Quran yang mengatakan sebagai contoh untuk menampilkan suatu yang
abstrak (yang ada hanya dalam pikiran) keadaan suatu yang konkrit yang
dapat diintrakan manusia, sehingga akal dapat menerimanya, dan
sebagainya.

Dalam dunia pendidikan (Islam) amtsal yan ditampilkan Al-Qur’an


sering digunakan sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam
proses belajar mengajar. Metode pendekatan ini digunakan untuk
memperjelas sasaran utama maksud dan tujuan pembicara dalam

23
menyampaikan materi pendidikan. Hal ini mengandung makna
komunikasi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil.2004.Mabahis fi ‘Ulumil Quran,


Terj.Mudzakir AS., Studi Ilmu-ilmu Qur’an.Jakarta: PT. Mitra Kerjaya
Indonesia.
Amin, Ahmad,Fajrul Islam.1975.Maktabah al Nahdhah al Mishriyah.Kairo.
Asy-Syuyuthi, Jamaluddin Abdurrahman Ibn Bakri.1316.Itqan fi ‘Ulumil
Qur’an.Bairut: Darul ‘Ilmi.
Hafifuddin.2017."Bukti Keautentikan Sastra Amtsal dalam Al-Qur'an", Jurnal
Tarbiyah, Vol. XXIV, No. 1.
Nuryadien, Mahbub. “Metode Amtsal : Metode Al-Qur’an Membangun
Karakter”, Jurnal Al Tarbawi Al Hadistsah Vol 1 N0. 1.
Shalih, Shubhi.1972.Mabahits fi Ulum Al-Qur’an.Beirut.Dar al Ilmi Li al Milayin.
Shihab, Muhammad Quraish.2007.Pengantin Al-Qur’an.Jakarta.Lentera Hati.

25

Anda mungkin juga menyukai