Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELAS 2C
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
Rahmat, Taufik, Hidayah, serta Inayahnya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah mengenai “PERUMPAMAAN (AMTSAL) DALAM AL-
QUR’AN”. Dan tak lupa selawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
jujungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk dijadikan
pembelajaran Studi Al-Qur’an. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif dan bermakna dalam proses belajar dan pembelajaran.
Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
dari makalah ini baik dari susunan kalimat maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami menerima dengan ikhlas segala kritik maupun saran dari pembaca. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Apabila ada informasi
yang salah dan kurang lengkap kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Penyusun
(Kelompok 9)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an.................................................................................3
B. Macam-macam Amtsal.......................................................................................6
C. Urgensi Amtsal Dalam Al-Qur’an........................................................................11
D. Faedah Amtsal Dalam Al-Qur’an.........................................................................14
E. Peranan Amtsal Al-Qur’an Dalam Pendidikan.....................................................19
BAB III PENUTUP........................................................................................................23
A. Kesimpulan..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berlaku untuk semua zaman atau
tempat. Al-Qur’an melalui tafsirnya memiliki peran yang sangat penting
untuk selalu ditampilkan sebagai petunjuk yang dapat dirasakan dengan
aktual, segar, dan up to date. Hal ini, agar Al-Qur’an tidak kehilangan
universalitasnya, maka Al-Qur’an mampu berbicara dan memberikan solusi
dalam menjawab berbagai masalah yang ada dalam kehidupan manusia.
Selain itu, Al-Qur’an sendiri juga memberikan peluang yang sebesar-
besarnya kepada para mufassir.
1
memahaminya secara baik dan benar memerlukan pemikiran yang cermat dan
mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan stilitik (ilmu Balaghah).
Nilai sastra yang tertuang di dalam untaian bahasa Al-Qur’an yang berupa
amtsal adalah merupakan salah satu kemukjizatan dari sekian banyak segi
kemukjizatan Al-Qur’an. Oleh karena itu, nilai kegunaan sastra Al-Qur’an
tidak dapat ditandingi oleh siapa pun dan kapanpun juga, karena memang Al-
Qur’an bukan produk insani.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Amtsal?
2. Apa saja macam-macam Amtsal?
3. Bagaimana urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an?
4. Apa faedah Amtsal dalam Al-Qur’an?
5. Bagaimana peranan Amtsal Al-Qur’an dalam pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari Amtsal;
2. Untuk mengetahui macam-macam Amtsal;
3. Untuk menjelaskan urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an;
4. Untuk mengetahui faedah Amtsal dalam Al-Qur’an;
5. Untuk menjelaskan peranan Amtsal Al-Qur’an dalam pendidikan.
1
Shalih, Shubhi, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Beirut, Dar al Ilmi Li al Milayin, 1972, 313
2
Amin, Ahmad,Fajrul Islam, Maktabah al Nahdhah al Mishriyah, Kairo, 1975, ………., 60.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian secara bahasa Amtsal diambil dari bahasa Arab kalimat
jamak dari matsal, mitsal dan matsil sama dengan syabah, syibah dan syabih
(semakna). Matsal dimaknai dengan keadaan, kisah, dan sifat yang menarik
perhatian, menakjubkan, sedangkan dalam perspektif ulama menjelaskan
bahwa ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan
keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju. Menurut istilah
ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan majas yang disamakan dengan
asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan penampakan yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena
dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun majas mursal. Para ulama lain
memberikan definisi matsal ialah mengungkapkan suatu makna abstrak yang
dapat didefinisikan dengan bentuk yang elok dan indah. Maksudnya, matsal itu
menyerupakan hal-hal yang abstrak disamakan dengan hal-hal yang konkret.
3
Sebagai contoh dalam Al-Qur’an dalam surat al-‘Ankabut ayat 42 dan 43
sebagai berikut:
Dalam tafsiran ayat 42 dan 43, surat ini dijelaskan oleh Thabathaba’i dalam
tafsir M. Quraish Shihab, cenderung memahami ayat di atas dalam arti “Allah
mengetahui apa yang mereka sembah selain Allah, bukannya tidak tahu”. Ini
adalah perumpamaan yang benar dan tepat, tidak seperti dugaan kaum
musyrikin. Ulama ini mengukuhkan pendapat tersebut dengan penutup ayat di
atas yang mengatakan bahwa Allah Maha Perkasa, tidak ada yang dapat
mengalahkan-Nya. Tidak juga satu pun sekutu bagi-Nya dalam mengatur dan
mengendalikan kerajaan-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
penciptaan dan Dia Maha Bijaksana melakukan yang paling baik dan paling
tepat dalam perbuatan dan pengaturan-Nya, dan dengan demikian dia tidak
perlu menyerahkan pengaturan segala ciptaan-Nya kepada siapapun 3.
3
Shihab, Muhammad Quraish, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2007), 501.
4
Ibid,.
4
Adapun pendapat menurut para tokoh, Amtsal adalah sebagai mana yang
diungkapkan oleh Zamakhsyari telah mengisyaratkan arti dalam kitabnya yang
bernama al-Kasysyaf. Ia berkata Matsal menurut asal perkataan mereka berarti
al-mitsl dan an-nazir (yang serupa, yang sebanding). Kemudian setiap
perkataan yang berlaku populer, yang menyerupakan sesuatu (orang, keadaan
dan sebagainya) dengan “murid” atau (apa yang dikandung di dalam)
perkataan itu disebut matsal.5
5
Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, Terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-
ilmu Qur’an, (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2004), 402.
6
Ibid, 403.
5
penyakit hati, ungkapan yang indah, ketetapan dan pendekatan hati yang dapat
menggugah hati serta akal manusia secara mendalam.7
B. Macam-macam Amtsal
Al-Qur’an ada tiga macam, amtsal musharrahah, amtsal kâminah, dan
amtsal mursalah. Akan tetapi Asy-Syuyuthi sendiri hanya membagi kedalam
dua macam saja, yaitu zhahir musharrahah dan kaminah. dengan alasan
bahwa perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dapat terlihat pada
yang zahir saja dan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kalimat Al-
Qur’an untuk mempertajam atau sindiran yang bertujuan untuk mematahkan
kesombongan atau kefakiran.
1. Amtsal musharrahah adalah suatu yang dijelaskan dengan lafadz matsal
atau sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan) yang tergambar
dalam surat al-Baqarah ayat 17-20 sebagai berikut:
7
Asy-Syuyuthi, Jamaluddin Abdurrahman Ibn Bakri, Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, (Bairut: Darul ‘Ilmi,
1316), 365.
6
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta. dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami
orang-orang yang Mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu
sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab:
"Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu. Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran
Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan
kedengkian, iri hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan
orang-orang Islam. Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi
bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir
untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam. (Q.S. Al-
Baqarah/1:17-20).
Di dalam ayat inilah Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi
orang munafik, matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-
firmanNya “adalah seperti orang yang menyalakan api…” karena di
dalam api terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan
dengan air “atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari
langit…,” karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Wahyu yang
turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan
menghidupkannya. Dalam ayat ini juga Allah menyeburkan kondisi
7
orang munafik dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang
yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan, dalam hal ini
mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam.
Namun tidak memberikan pengaruh terhadap hati mereka karena Allah
menghilangkan cahaya (nur) yang ada dalam api, “Allah menghilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka” kemudian membiarkan unsur api
“membakar” yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang
berkenaan dengan api.8 Tafsir ayat ini menjelaskan bahwa kata matsal
pada ayat ini digunakan dalam arti perumpamaan yang aneh atau
menakjubkan.9
2. Amtsal Kaminah.
Amtsal Kaminah adalah yang di dalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamtsilnya, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah,
menarik, dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh
tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.10
Amtsal kaminah memiliki ciri pada ayat yang senada dengan
ungkapan “sebaik-baik perkara adalah yang tidak berlebihan, adil, dan
seimbang. Contohnya:
a) Firman Allah tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda”. Artinya pertengahan di antara itu.” (Q.S. Al-Baqarah:
68).
b) Firman Allah tentang salat: “Dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam salammu dan jangan pula merendahkannya, dan
carilah jalan tengah di antara keduanya itu.” (Q.S. Al-Isra: 110).
c) “Seperti yang kamu lakukan, maka seperti itu kamu akan dibalas”.
Misalnya firman Allah “Barang siapa mengerjakan kajahatan,
niscaya akan diberikan pembalasan dengan kejahatan itu.” (Q.S.
8
Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, ter. Aunnur Rafiq El-Mazni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), 356.
9
Shihab, Muhammad Quraish, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2007), 133.
10
Ibid, 358.
8
An-Nisa’:123).
3. Amtsal Mursalah.
Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak
menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku
11
Ibid, 595.
9
sebagai matsal. Seperti firman Allah dalam surat Yusuf ayat 51, An-
Najm ayat 58, Al-Baqarah ayat 216, Al-Muddatsir ayat 38, dan lain-lain.
12
Ibid, 260.
10
dalamnya terdapat bentuk amtsal baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, menurut hasil analisis para ulama bahwa diantara
urgensi dari amtsal Al-Qur’an, yakni :
1. Menonjolkan sesuatu yang bersifat rasional yang hanya dapat dijangkau
oleh nalar (akal) dalam format yang konkrit yang dapat dirasakan oleh
indera manusia, yang pada akhirnya akal akan dapat dengan mudah
menerimanya. Sebab pengertian yang bersifat abstrak tidak akan bisa
tertanam atau setidak-tidaknya agak sulit diterima oleh benak hati nurani
manusia, kecuali bila dituangkan dalam bentuk yang sifatnya indrawi
yang dekat dengan daya pemahaman. Adapun contohnya seperti, Allah
membuat amtsal bagi orang-orang yang menafkahkan hartanya dengan
riya, di mana ia tidak akan mendapatkan balasan pahala sedikitpun dari
perbuatannya itu, sesuai dengan firman Allah QS. Al Baqarah ayat 264
yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan
(si penerima), seperti seorang yan menafkahkan hartanya karena riya
kepada orang lain (manusia) dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaanya seperti batu licin yang diatasnya
ada tanah, kemudianbatu tersebut ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah
dia bersih (tidak bertanah), mereka tidak menguasai sedikitpun dari apa
yang telah diusahakanya, dan Allah tidak akan memberikan petunjuk
kepada orang-orang kafir”.
2. Dengan adanya amtsal dapat disimpulkan hakekat-hakekat dan dapat
mengemukakan sesuatu yang tidak nampak, seakan-akan sesuatu tampak
jelas. Sebagaimana perumpamaan yang dibuat oleh Allah di dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah
disebabkan karena mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama
11
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…”
3. Dapat menyimpulkan makna yang menarik dan indah di dalam suatu
ungkapan yang padat, sebagaimana yang telah dicontohkan dalam amtsal
Al-Kaminah dan amtsal Al-Mursalah diatas.
4. Dapat mendorong orang untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang
sesuai dengan isi amtsal atau amtsal itu sendiri, jika hal itu merupakan
sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat amtsal bagi
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Hal itu dapat
memberikan kebaikan kepadanya. Sebagaimana telah disebutkan Al-
Qur’an dalam ungkapan yang indah dalam surat Al-Baqarah ayat 261
yang artinya :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir terdiri dari
seratus biji, Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia
kehendaki.Dan Allah Maha luas karunia- Nya lagi Maha Mengetahui”.
5. Dapat menjauhkan sesuatu yang dilarangan untuk tidak dilakukan, jika
amtsal itu berupa sesuatu hal yang tidak diinginkan atau dibenci oleh
jiwa. Misalnya larangan yang ada di dalam Al-Qur’an untuk tidak
menggunjing orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam surat Al-Hujarat ayat
12 yang artinya :
“…Danjanganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain,
sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentu kamu merasakan jijik…”
6. Dalam memuji seseorang yang menjadi sasaran amtsal itu sendiri, serta
sebagaimana yang dapat digambarkan di dalam kitab Taurat dan kitab
Injil, mereka (para sahabat Rasul) juga diibaratkan seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman menjadi
kuat, lalu menjadi besarlah ia dan tegas lurus di atas pokoknya. Tanaman
itu menyenangkan hati para penanamnya, dikarenakan Allah hendak
menjengkelkan hati-hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
12
mukmin. (Q.S. Al Fath ayat 29). Begitulah keadaan para sahabat. Pada
mulanya mereka adalah golongan minoritas, kemudian tumbuh
berkembang sehingga keadaan makin kuat dan mengagumkan hati karena
kebesaran mereka.
7. Dengan adanya amtsal dapat digambarkan jika sesuatu memiliki sifat
yang dipandang buruk oleh orang banyak. Adapun contohnya, mengenai
amtsal tentang keadaan orang yang dikaruniai kitab Allah tetapi ia
tersesat jalan sehingga pada akhirnya ia tidak mau mengamalkan isi kitab
itu. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam surat Al A’raf ayat 175-176
yang artinya:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kamu
berikan pengetahuan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang
isi al Kitab), kemudia dia melepaskan dir dari ayat- ayat itu, lalu dia
diikuti oleh Syetan (sampai dia tergoda) maka jadilah ia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan jika Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaanya seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka ia
ulurkan lidahnya dan bila kamu membiarkanya dia mengulurkan
lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah….”
8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan
nasihat, lebih kuat (pengaruhnya) dalam memberikan peringatan dan
lebih dapat memuaskan hati. Sehingga Allah pun banyak membuat
perumpamaan (amtsal) itu sendiri di dalam Al-Qur’an surat al Ankabut
ayat 43 yang artinya:
“Perumpamaan-perumpamaan (amtsal) itu kami buat untuk
manusia, dan tidak ada yang dapat memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu pengetahuan”
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa begitu urgenya
amtsal dalam mempercepat pemahaman seseorang mengenai sesuatu hal,
maka para ulama ataupun para da’i pun sering mengikuti alur Al-Qur’an agar
13
apa yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh orang menjadi
obyek atau sasaran dakwah itu. Pengungkapan matsal atau tamstil seperti
yang disebutkan di atas menurut Jalaluddin al Suyuthi diharapkan dapat
menampilkan makna dalam bentuk yang hidup dan dapat diyakini dalam
pikiran pendengarnya, dengan cara mengedepankan sesuatu yang yang tidak
tampak dengan yang tampak, yang abstrak dengan yang konkrit, sehingga
jiwa si pendengar dapat menangkap makna-makna tersebut secara
proporsional.13
13
Mahbub Nuryadien, “Metode Amtsal : Metode Al-Qur’an Membangun Karakter”, Jurnal Al
Tarbawi Al Hadistsah Vol 1 N0. 1, 14.
14
licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,
lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir (mereka Ini tidak mendapat
manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat
pahala di akhirat). (Q.S. Al-Baqarah: 264).
b. Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal yang ghaib
melalui paparan yang nyata. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 275:
Hafifuddin, "Bukti Keautentikan Sastra Amtsal dalam Al-Qur'an", Jurnal Tarbiyah, Vol. XXIV,
14
15
Artinya: Tidak ada balasankebaikan kecuali kebaikan (pula) (Q.S. Ar-
Rahman: 60).
d. Mendorong orang yang diberi matsal (perumpamaan) untuk berbuat
sesuai dengan matsal, artinya Membuat si pelaku amtsal menjadi senang
dan bersemangat bahkan sampai luluk hanya untuk melakukan yang baik
tersebut atau sebaliknya menjauhi hal yang dilarang dalam matsal
tersebut. Sebagai mana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 261
:
16
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Al-Hujarat: 12).
f. Memberikan pujian bagi sepalaku matsal, sebagaimana Allah berfirman
dalam surat Al-Fath ayat 29 :
16
Ibid, 117.
17
Artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah kami
berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),
Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-
orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir (Q.S. Al-A’raf: 175-176).
h. Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati lebih
mantap dalam menyampaikan nasehat dan lebih kuat pengaruhnya.17
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 27 :
17
Al-Qaththan, Syaikh Manna Khalil, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, Terj. Mudzakir AS., Studi Ilmu-
ilmu Qur’an, (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2004), 411.
18
2. Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal yang
abstrak.
3. Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan
yang singkat dan padat.
4. Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam Al-
Qur’an.
5. Menghindarkan diri dari perbuatan tercela.18
18
Ibid,.
19
jembatan berfikir dari yang kongkrit ke alam ide yang bersifat abstrak.
Dengan demikian, amtsal Al-Qur’an itu, manusia diajak berfikir dan
merenung tentang sesuatu yan berada diluar dirinya bahkan kadang-kadang
di luar alam kongkrit agar ia dapat difungsikan sebagai media pendidikan,
yang pada akhirnya diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak didik.
Dengan metode visual amtsal Al-Qur’an, penyampaian materi pendidikan
akan lebih berkesan, lebih berpengaruh kepada jiwa dan juga lebih merasuk
ke dalam relung hati sanubari. Keberadaan dan atau peranan amtsal Al-
Qur’an terhadap penafsiran dan dalam dunia pendidikan cukup jelas dan
mudah difahami. Artinya, bahwa para pendidik dan anak didik sangat
mebutuhkanya, sebab disamping memberikan informasi kepada
penerimanya mengenai sesuatu yang belum penah diketahuinya, juga dapat
membantu memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima oleh
keterbatasan akal manusia. Dari berbagai modelnya, amtsal dalam
pendidikan ada beberapa faktor yang dikehendaki, diantaranya :
1. Untuk mengkonkritkan bentuk empiric agar mudah diterima indera,
karena sesuatu yang abstrak sulit ditanamkan dalam benak manusia.
Hal ini dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 264 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu, seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah)” (QS. Al Baqarah:264).
2. Untuk menghadirkan sesuatu yang ghaib, sehingga seolah-olah hadir.
Hal ini dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang artinya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
20
sama dengan riba. Dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (QS. Al Baqarah:275)
3. Untuk mendorong orang yang memberimau’idhah untuk bertindak
sebagai uswatun hasanah.Hal ini dapat dilihat dalam surat Al Baqarah
ayat 261 yang artinya :
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir; seratus
biji.Dan Allah melipatgandakan kepada orang yang dikehendaki.Dan
Allah sangat luas rizkinya lagi maha Mengetahui”. (QS. Al
Baqarah:261)
4. Untuk memuji orang tetapi orang yang dipuji tidak merasa berbangga
diri.Hal ini dapat dilihat dalam surat al Fath ayat 29 yang artinya :
“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat- sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak
lurus di atas pokoknya”… (QS. Al Fath:29)
5. Untuk menunjuk suatu kejahatan agar ditinggalkan.Hal ini dapat
dilihat dalam surat al A’raf ayat 176 yang artinya :
“Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaanya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkanya lidahnya dan jika
kamu membiarkanya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami…” (QS. Al A’raf:176)
6. Untuk memberikan nasihat yang mudah diresapi dan diterima. Hal ini
dapat dilihat dalam surat Az Zumar ayat 27 yang artinya:
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”(QS.
Al Zumar:27).
21
Berdasarkan penjelasan beberapa ayat di atas, dapat dideskripsikan
bahwa proses pengajaran yang menggunakan metode perumpamaan,
dimaksudkan untuk membentuk berbagai premis yang diharapakan peserta
didik mampu untuk merumuskan istinbathnya secara logis. Sehingga dari
amtsal yang disampaikan tersebut peserta didik mampu mengambil
hikmahnya secara jernih dan seterusnya dapat diamalkan dalam kehidupan
riilnya. Di antara keunikan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan
kehidupan menggunakan model penyampaian pesan yang singkat, mudah,
dan jelas, untuk dipahami. Dan salah satu metodenya adalah melalui
ungkapan amtsal (perumpamaan). Amtsal digunakan untuk menjelaskan
hal-hal yang sangat mendasar dan bersifat abstrak. Dari beberapa contoh
yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat bagaimana hebatnya Al-Qur’an
membuat perumpamaan yang sangat indah dan sesuai dengan tipe-tipe hati
manusia dengan tipe-tipe tanah. Demikian juga kesesuaian perumpamaan
antara wahyu dengan diturunkan air hujan dari langit. 19
19
Mahbub Nuryadien, “Metode Amtsal : Metode Al-Qur’an Membangun Karakter”, Jurnal Al
Tarbawi Al Hadistsah Vol 1 N0. 1, 10.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amtsal adalah menampakkan penampakan yang abstrak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa,
baik dalam bentuk tasybih maupun majas mursal.
23
menyampaikan materi pendidikan. Hal ini mengandung makna
komunikasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
25