Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUDI AL-QUR’AN

“USHLUB AL-QUR’AN”
DOSEN PENGAMPU: IBU NELVA WITA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11

1. DEVHITA HEMADWI CAHYA (12010524351)


2. DILLA NURSEPITA (12010524293)
KELAS 2C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU
2021/1442
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ushlub Al-Qur’an”.
Pada makalah ini saya banyak mengambil dari berbagai sumber, referensi dan pengarahan dari
berbagai pihak.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok dari Mata Kuliah
Studi Al-Qur’an. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Nelva Wita selaku Dosen Mata Kuliah
Studi Al-Qur’an yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ushlub Al-
Qur’an. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pangkalan Kerinci, 28 Maret 2020

Penyusun

i|Uslub Al-Qur’an
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Amtsal Al-Qur’an ......................................................................................... 3
1) Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an .......................................................... 5
2) Fungsi Perumpamaan dalam Al-Qur’an ................................................. 7
B. Aqsam Al-Qur’an ......................................................................................... 8
1) Unsur-Unsur Aqsam Ai-Qur’an ............................................................... 9
2) Macam-Macam Aqsam Al-Qur’an .......................................................... 9
3) Faedah-Faedah Aqsam ........................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 12
B. Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

ii | U s l u b A l - Q u r ’ a n
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Arab pada masa Nabi
Muhammad Saw. Kemukjizatan yang dihadapkan kepada mereka ketika itu bukan dari
segi isyarat ilmiah dan pemberitaan gaib, karena dua aspek ini berada di luar jangkauan
pemikiran mereka. Mereka memiliki keahlian dalam bidang bahasa dan sastra Arab,
sehingga pada masa itu banyak diadakan perlombaan dalam menyusun syair, petuah dan
nasihat. Syair-syair yang indah digantung di Ka’bah sebagai penghormatan terhadap
penggubahnya, sekaligus untuk dinikmati khalayak umum. Mereka akan dinilai sebagai
pembela kaum karena dengan syair, mereka mengangkat reputasi kaumnya.1 Nilai sastra
begitu melekat pada diri mereka, sehingga penyair mendapat kedudukan yang sangat
istimewa dalam masyarakat Arab.
Dalam bahasa Arab, gaya bahasa disebut dengan istilah uslub yang secara
etimologi berarti jalan di atas pepohonan, seni, bentuk, madzhab, dan seterusnya.
Adapun secara terminologis, Uslub Al-Qur’an atau gaya bahasa Al-Qur’an berarti metode
yang digunakan al-Qur’an dalam menyusun ujaran-ujaran serta memilih kosa kata yang
digunakannya.2 Menurut Wahbah al-Zuhaili yang dikutip Ahmad Muzakki dalam bukunya
Stilistika Al-Qur’an, ia berpendapat bahwa karakteristik Uslub Al-Qur’an di antaranya
adalah susunan kalimat yang indah, berirama dan bersajak yang mengagumkan sehingga
dapat dibedakan dengan ungkapan-ungkapan lainnya, baik dalam bentuk syair, prosa,
maupun pidato dengan pemilihan lafal, struktur, dan ungkapannya yang indah.
Kelembutan suara dalam menyusun huruf, dan kesesuaian lafal dan makna. 3 Para ahli
bahasa berbeda-beda dalam mendefinisikan uslub, akan tetapi semua itu masih tetap
dalam jalur yang satu bahwa uslubadalah sebuah susunan kalimat yang memiliki
keindahan sastra.
Dengan demikian, dalam memahami Al Qur’an sangatlah dibutuhkan ilmu
tersendiri, yang dikenal dengan ulumul Qur’an. Dimana dalam ilmu ini salah satu
disiplinnya adalah ilmu amtsalul Qur’an. Atas dasar hal tersebut penulis bermaksud
mengeksplor amtsal al Qur’an untuk dari segi macam-macam dan fungsinya dalam rangka
lebih memperdalam upaya pemahaman Al Qur’an.

1
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: DiTinjau dari Aspek Kebahasaan,Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib,
(Bandung: Mizan, 2006), h. 112
2
Abd. Rahman, Komunikasi dalam al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 89
3
Ahmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an: Gaya Bahasa al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi, (Malang: UIN Malang
Press, 2009), h. 38

1|Uslub Al-Qur’an
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Uslub Al-Qur’an?
2. Apa pengertian, unsur, dan jenis-jenis Amtsal Al-Qur’an?
3. Apa pengertian, unsur, dan jenis-jenis Aqsam Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui Makna Uslub Al Qur’an
2. Mengetahui Makna Amtsal Al-Qur’an
3. Mengetahui Makna Aqsam Al-Qur’an

2|Uslub Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Amtsal Al-Qur’an
Dalam mengimplementasikan fungsi hudan li al nas, Al-Qur’an mengandung
pokok-pokok ajaran yang bermanfaat dan dibutuhkan manusia yang mencakup metode
pengajaran dan penyampaian kedalam hati manusia secara mudah dan jelas. Di antara
bentuk pengajarannya adalah dengan menerangkan berbagai perumpamaan.
Perumpamaan itu digunakan oleh Allah swtberbagai masalah seperti tauhid dan orang-
orang yang konsisten dengannya, masalah syirik dan para pelakunya, dan berbagai
perbuatan mulia dimata masyarakat umum.
Bila kita kaji secara seksama amtsal atau perumpamaan Al-Qur’an yang
mengandung penyerupaan (tasybih) sesuatu dengan hal serupa lainnya dan penyamaan
antara keduanya dalam hukum, maka amtsal tersebut mencapai jumlah lebih dari 40
buah. Sebagaimana Allah swt. telah mengemukakan dalam kitabnya bahwa Ia telah
membuat sejumlah amtsal:
Surat al-Hasyr ayat 21:

Artinya : “...Dan perumpamaan itu dibuatnya untuk manusia supaya mereka berfikir”

Surat al-Ankabut ayat 43 :

Artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia dan tidak ada
yang memahami kecuali orang-orang yang berilmu”.

Oleh karena itu, tamtsil (membuat permisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang
dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap dalam pikiran,
dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan
yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa
banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik, dan mempesona oleh tamtsil.
Dengan demikian tamtsil adalah salah satu uslubal-Qur’an dalam mengungkapkan
berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatanya.

3|Uslub Al-Qur’an
Secara etimologi, ‫ االمثال‬adalah bentuk jamak dari ‫مثل‬, kata ‫ المثل‬, ‫ المثل‬dan ‫ المثيل‬adalah sama
dengan ‫ الشبه‬,‫ الشبه‬dan ‫ الشيبه‬baik lafadh maupun maknanya, yang artinya adalah
perumpamaan.4

Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang mendefinisikan amtsal yaitu :
1. Menurut ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan
sesuatu yang diceritakan sesuatu yang dituju, maksudnya merupakan sesuatu
(seseorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dengan perkataan itu. Contoh :
‫غي رام‬
‫رب رمية من ر‬
“Betapa banyak lemparan panah yag mengena tanpa sengaja”
2. Menurut istilah ulama ahli bayan, amtsaladalah ungkapan majaz yang disamakan
dengan asalnya karena adanya persamaan, yang dalam ilmu balaghoh disebut tasybih.
Contoh : ‫ماىل راك تقدم رجال وتؤخر اخر‬
“Mengapa aku lihat engkau melangkahkan satu kaki dan mengundurkan kaki yang
lain”.
3. Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakan pengertian yang abstrak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa, baik dengan
bentuk tasybih maupun majaz mursal.5

Amtsal Al-Qur’an tidak dapat diartikan dengan arti etimologi, al-syabih dan al-nadhir, juga
tidak dapat diartikan dengan pengertian yang lain seperti kitab-kitab kebahasaan yang
dipakai oleh para penggubah matsal-matsal, sebab amtsal al-Qur’an bukanlah perkataan-
perkataan yang dipergunakan untuk menyerupakan sesuatu dengan isi perkataan itu.
Juga tidak tepat diartikan dengan arti matsal menurut ulama bayan, karena diantara
amtsal al-Qur’an ada yang bukan isti’arah dan penggunaannya pun tidak begitu populer.

Adapun Ibnu al-Qoyyim mendefinisikan amtsal al-Qur’an, sebagai yaitu :menyerupakan


sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya,dan mendekatkan sesuatu yang
abstrak (ma’qul) dengan sesuatu hal yang inderawi (mahsus), atau mendekatkan dari dua
mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain. Ia
mengemukakan contoh sebagai berikut :

a. Sebagaian besar berupa penggunaan tasybih sharih, seperti firman Allah swt.
dalam surat Yunus ayat 24 : ‫انما مثل الحيوة الدنيا كماء انزلنه من الشماء‬
Artinya : “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunai itu adalah sepereti air
(hujan) yang kami turunkan dari langit”.

4
Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an,Beirut, Libanon, h. 282
5
Ahmad Syadzali. dan Ahmad Rofi’i,Ulumul Qur’an I, (Bandung: ,Pustaka setia, ) Cet. I, h. 35

4|Uslub Al-Qur’an
b. Sebagian lagi berupa tasybih dhimni (penyerupaan secara tidak langsung, tidak
tegas) seperti pada surat al-Hujurat, ayat 12 :
Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain,
sukakah kamu sebagian salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya
yang sudah mati ?, maka kamu tentunya merasa jijik kepadanya”.

1. Macam-macam Amtsal (perumpamaan) dalam Al-Qur’an.


Macam-macam amtsal dalam al Qur’an terdiri dari 3, yaitu:6

1. Amtsal mushorrohah, Yaitu amtsal yang penjelasannya menggunakan lafadh mitsl


(‫ ) مثل‬atau sesuatu yang menunjukan tasybih. Amtsal ini banyak ditemukan dalam Al-
Qur’an seperti :
Firman Allah swt. mengenai orang-orang munafiq yaitu :
Artinya : “perumpamaan (matsal) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah swt. menghilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, dan tidak dapat
melihat. Mereka tuli dan buta,tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)
atau seperti (oang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita,
guruh dan kilat... ... –sampai dengan-sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu (al-Baqarah ayat 17-20).

Dalam ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi orang munafiq, matsal
yang berkenaan dengan api, karena di dalam api terdapat unsur cahaya, dan matsal
yang berkenaan dengan air atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari
langit, karena di dalam air terdapat unsur kehidupan. Dan wahyu yang turun dari
langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan kehidupannya. Allah swt.
menyebutkan juga keadaan dan fasilitas orang-orang munafiq dalam dua keadaan.

Disatu sisi mereka bagaikan orang-orang yang menyalakan api untuk penerangan dan
kemanfaatan mengingat mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab
masuk Islam. Namun disisi lain Islam tidak memberikan pengaruh “nur-Nya” terhadap
hati mereka. Karena Allah swt menghilangkan cahaya (yang menyinari mereka) dan
membiarkan unsur membakar yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang
berkenaan dengan api. Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air , Allah
swt. menyerupakan mereka dengan keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang
disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia

6
Muhammad Alawy al-Hasany, Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an,(Jeddah: Shorco, tt), h. 129-132

5|Uslub Al-Qur’an
meletakan jarinya untuk menutup telinga dan memejamkan mata karena takut petir
menimpanya. Inilah mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala peringatan, larangan.
Dan kitabnya mereka tidak ubahnya dengan petir yang sambar-menyambar.
2. Amtsal kaminah, yaitu amtsal yang didalamnya tidak disebutkan kata tamsil, tetapi
menunjukan makna yang tercakup dan rungkas, contohnya :
a. Ayat-ayat yang senada dengan perkataan, (sebaik-baik urusan adalah
pertengahannya). Yaitu seperti dalam firman Allah, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Surat al-Baqarah ayat 68 tentang sapi betina. Artinya:”Sapi betina yang tidak
tua dan tidak muda, pertengahan antara itu “.
2) Surat al-Furqan ayat 67 tentang nafkah. Artinya : “Dan mereka yang apabila
membelanjakan (harta) mereka tidak lebih-lebihan dan tidak pula kikir dan
pembelanjaan itu ditengah-tengah antara yang demikian itu”
b. Ayat-ayat yang senada dengan perkataan. Seperti : (khabar itu tidak sama dengan
menyaksikan sendiri ), misal firman Allah swt. tentang Ibrahim dalam surat Al-
Baqarah ayat 260. Artinya : ”Allah berfirman, apakah kamu belum percaya
?Ibrahim menjawab ; saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah teguh hati
saya.
c. Ayat yang senada dengan perkataan (sebagaiman kamu menghutangkan, maka
kamu akan dibayar), seperti firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 123. Artinya :
“Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu.
3. Amtsal Mursalah yaitu, kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadh
tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku secara matsal, seperti firman
Allah swt. yaitu:
a. Surat Yusuf ayat 51. Artinya : “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu “.
b. Surat Al-Najm ayat 58 Artinya : “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya
hari itu selain dari Allah”.
c. Surat Yusuf ayat 41. Artinya : “ Telah diputuskan perkara yang kamu berdua
menanyakannya kepadaku”7

7
Manna al-Qaththan, Ibid, h. 284-286

6|Uslub Al-Qur’an
2. Fungsi perumpamaan dalam al Qur’an.
Ungkapan-ungkapan dalam bentuk amtsal dalam al-qur’an mempunyai beberapa
fungsi diantaranya :
a. Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang konkrit yang dapat
ditangkap dengan indera manusia, misal dalam firman Allah swt. dalam surat al-
Baqarah ayat 264 ; Artinya :“Maka perumpamaan itu seperti batu licin yang
diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpakan hujan lebat, lalu menjadilah
ia bersih atau tidak bertanah, mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan”.
b. Dapat mengungkapan kenyataan dan mengkonkritkan hal yang abstrak, seperti
dalam firman Allah swt. dalam surat al-Baqarah ayat 275. Artinya : “Meraka yang
memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila”
c. Dapat mengungkapkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang
singkat dan padat. Seperti pada amtsal kaminahdan amtsal mursalah dalam ayat-
ayat diatas.
d. Dapat mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam al-Qur’an,
seperti firman Allah swt. pada surat al-Baqarah ayat 261; Artinya : “ Perumpamaan
(nafkah yang keluarkan) oleh orang-orang yang menafkahkan harta mereka
dijalan Allah swt. adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan pahala bagi siapa
yang dikehendaki. Dan Allah maha luas karunia-Nya lagi maha mengetahui”.
e. Menghindarkan diri dari perbuatan tercela, misal firman Allah tentang larangan
bergunjing, dalam surat al-Hujurat ayat 12.8 Artinya : “Dan janganlah sebagian
kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentunya kamu merasa
jijik”.

8
Abdul Djalal H A, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, , 1998.

7|Uslub Al-Qur’an
B. Aqsam Al-Qur’an
Menurut bahasa aqsam adalah jama’ dari qasam adalah sinonim dari al-hilf dan al-yamin
‫ى‬
yang mempunyai arti “sumpah” ‫واليمي‬ ‫ى‬
‫بمعن الحلف‬ ‫ االقسام جمع قسم‬Menurut Louis Ma’luf
‫ى‬
qasam berarti bersumpah dengan Allah atau lainnya ( ‫اليمي باهلل تعا ىل اوغيه‬ ).

Ada yang berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara qasam dengan “half” dalam Al-
Qur’an, kata “half” disebutkan 13 kali. Sedangkan kata “qasam” disebutkan sebanyak 24
kali. Sedangkan menurut M. Quraish Shihab, dari segi bahasan, kata qasam, yamin dan
half sama saja.

Dari definisi menurut bahasa ini kita dapat menyimpulkan bahwa secara umum segala
perbuatan atau tingkahlaku yang kita lakukan dengan pemberian penguatan, entah
penguatan itu kita sandarkan kepada Allah SWT atau yang lain maka ini di namakan”
sumpah”. Contoh demi langit, demi ibuku, demi Allah dan seterusnya.

Adapun Pengertian qasam menurut istilah adalah sebagai berikut. Menurut Imam Az-
Zarqani, yang dimaksud sumpah adalah ‫(جعله يؤكدبهاالخيي‬kalimat untuk mentaukidkan
menguatkan suatu pemberitaan). Ibn Al-Qayyim, dalam bukunya Al-Tibyan, memberikan
definisi sumpah dengan kalimat ‫( تحقيق الحيوتاكيده‬untuk mentahqiq perintah dan
mentaukidkannya). Sedangkan menurut Manna’ Al-Qattan, sumpah ialah:
‫ى‬
‫بمعن معظم عند الحالف حقيقة او اعتقادا‬ ‫شء او االقدام عليه‬
‫ربط النفسو باالمتناع عن ي‬
Artinya: Untuk menguatkan jiwa agar orang tidak melaksanakan sesuatu, atau
melakukan sesuatu, dengan sesuatu yang diagungkan/dimuliakan, baik dalam wujudnya
yang hakiki, maupun hanya dalam keyakinan.

Adapun menurut Ridwan Nasir, secara istilah qasam berarti ikatan jiwa untuk melakukan
sesuatu perbuatan, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang
bersumpah, baik secara nyata maupun hanya keyakinan saja. Dari berbagai macam dan
perbedaan definisi tersebut secara garis besar qasam dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sumpah adalah ikataan jiwa (hati) untuk tidak melakukan atau melakukan suatu
perbuatan, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah,
baik secara nyata ataupun keyakinan saja. Hal ini dapat menunjukkan pada kita bahwa
dalam bersumpah itu ada keyakinan untuk memenuhi sumpah tersebut dan tidak ada
peluang untuk mengingkari karena ada ikatan keyakinan dengan yang diagungkan
(dimuliakan).

8|Uslub Al-Qur’an
1. Unsur-unsur dalam Aqsam
a. Fi’il transitif dengan huruf ‫ب‬
Bentuk asal aqsam adalah fi’il aqsama atau ahlaha yang transitif
dengan ‫ ب‬kemudian disusul dengan muqsam bih dan muqsam alaih yang
dinamakan juga jawab aqsam, missal:
Artinya : “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang
benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.
b. Muhkam bih adalah sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah
Di dalam al-Qur`an Allah terkadang bersumpah dengan dirinya sendiri terkadang
pula dengan sifat-sifatnya. Sumpahnya dengan sebagian makhluknya menunjukkan
bahwa makhluk itu merupakan salah satu dari keagungannya. Di dalam al-Qur`an,
Allah bersumpah dengan dirinya sendiri, missal :
Artinya : “Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu
adalah benar-benar (akan terjadi) seperti Perkataan yang kamu ucapkan”.
c. Muqsam alaih (Jawab Qasam)
Muqsam alaih yaitu sesuatu yang dilakukan sumpah, atau kata lain terhadapnya,
sesuatu yang diperkuat dengan sumpah. Untuk itu, tidak tepat difungsikan, kecuali
menyangkut hal-hal berikut :
1) Hendaklah yang disumpah atasnya memiliki kepentingan tersendiri.
2) Hendaklah lawan bicara berada dalam kondisi meragukan ini pembicaraan.
3) Lawan bicara tidak percaya terhadap ini pembicaraan.

2. Macam-macam Aqsam Al-Qur’an


a. Qasam dhahir (nampak/ jelas).
Yaitu qasam yang fi’il qasamnya disebutkan bersama dengan muqsam bih-nya (al
maarij). Seperti ayat berikut :
ُ َ ُ‫ث ه‬ُ َ َْ َ ْ َ َْ َ ْ َ ‫ََ ْ َ ُ ْ ه‬
٣٨ :‫ ( النحل‬....‫اّلل َمن ي ُموت‬ ‫اّلل جهد أيم ِان ِهم ال يبع‬
ِ ‫) وأقسموا ِب‬
Artinya: “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-
sungguh: ‘Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati”.

Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasam-nya, dan dicukupkan dengan huruf
“ba’”, “wawu”, dan ta’”. Seperti :
َ َ َّ َ ُّ
٢-١ : ‫ َوالل ْي ِل ِإذا َس ََح ( الضَح‬.‫) َوالضَح‬
Artinya : “Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah
sunyi (gelap).”

9|Uslub Al-Qur’an
b. Qasam Mudhmar (tersimpan atau samar)
Yaitu qasam yang didalamnya tidak dijelaskan atau disebutkan fi’il qasam dan
muqsam bih-nya. Tetapi yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah qasam
adalah kata-kata setelahnya yang diberi lam taukid yang masuk kedalam jawab
qasamnya. Seperti :
ِ ُ‫) لَت ُ ْبلَ ُونَّ فِي أَ ْم َوا ِل ُك ْم َوأَنف‬
١٨٦ : ‫( آل عمران‬...‫س ُك ْم‬
Artinya : “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”

3. Faedah-faedah Aqsam Al-Qur’an


a. Memperkuat informasi yang hendak disampaikan.
b. Menyempurnakan hujjah atau argumentasi.

Faedah qasam menurut Ridwan Nasir ada 3 yaitu:


1) Menyempurnakan bukti. Digunakan untuk memperkuat dalil yang disampaikan
bagi orang yang mengingkarinya.
2) Menegaskan kebenarannya. Sehingga dapat menghilangkan keragu-raguan
terhadap kebenaran yang telah nyata.
3) Untuk memperkuat pembicaraan agar dapat diterima dan dipercaya oleh
pendengarnya. Pendengar berita itu dapat bersikap dengan 3 kemungkinan, yaitu:
a. Orang netral. Orang yang netral apabila diberi kabar tanpa penguat sudah
merasa yakin . Atau dengan kata lain apabila mukhatabnya merupakan orang
yang belum mempunyai persepsi akan pernyataan yang diterangkan padanya,
maka perkataan yang disampaikan padanya tidak perlu memakai penguat
(ta’kid).
b. Orang ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu apabila diberi khabar perlu sedikit
penguat (disebut Kalam Thalaby, Al-Hadid:8). Yang dimaksud dengan
perjanjianmu ialah Perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia
bahwa Dia mengakui (naik saksi), bahwa Tuhan-nya ialah Allah, seperti
tersebut dalam ayat 172 surat Al-A´raaf.
c. Orang Ingkar. Orang yang inkar saat diberi khabar akan menyangkal berita itu
sehingga perlu ada penguat berupa kalam ingkar sebagai Ta’kid kebenaran
berita (Kalam Inkari: Al-Nisa’: 40). Maksudnya: Allah tidak akan mengurangi
pahala orang-orang yang mengerjakan kebajikan walaupun sebesar zarrah,
bahkan kalau Dia berbuat baik pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah.

10 | U s l u b A l - Q u r ’ a n
Al-Bukhari dalam bukunya, Mahasin AL-Islam wa Syara’I Al-Islam telah menuturkan
rahasia-rahasia dibalik penyebutan nama Allah dalam bersumpah, diantaranya :
1) Melalui sumpah seseorang mengepresikan pemuliaan hatinya trehadap Allah
dengan menyebut namanya.
2) Menghiasi pembicaraan dengan menyebut nama Allah.
3) Huruf yang diperkenankan untuk dipakai ketika bersumpah adalah ‫ب‬,‫ت‬, dan ‫و‬.
4) Terkadang Allah bersumpah dengan menggunakan huruf naif (negatif).
5) Seandainya seseorang bersumpah untuk tidak mengerjakan shalat dan puasa
ramadhan, maka batalllah sumpahnya. Hal ini karena, sumpahnya itu tidak dapat
dijadikan alasan untuk meninggalkan kedua kewajiban itu.

11 | U s l u b A l - Q u r ’ a n
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, mengenai amtsal al-Qur’ an dapat disimpulkan bahwa tamtsil
(membuat parmisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan
makna-makna dalam bentuk yang hidup dan ataupun yang mati, dengan cara
menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan yang konkrit,
dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang
baik, dijadikan lebih indah, menarik, dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah maka
tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk lebih mudah memahami dan menerima makna
yang dimaksudkan.

Dan tamsil adalah salah satu uslub al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan
dan segi-segi kemukjizatan.Disamping itu tamtsil atau amtsal al-Qur’an banyak
mengandung pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik sebagai bahan perenungan
dalam menghayati arti hidup menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Tentang definisi
amtsal al-Qur’an, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian serta
membaginya dalam tiga macam seperti yang telah dipaparkan di atas.
1. Amtsal al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang
indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun
majaz mursal (ungkapan bebas).
2. Macam-macam amtsal al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan
lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa menggunakan
lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih.
3. Faedah mempelajari amtsal al-Qur’an yang terpenting adalah mendorong manusia
untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci
oleh agama serta menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar
pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia
mengambil pelajaran dari al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik dan
menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.
4. Amtsal al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak
diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.

12 | U s l u b A l - Q u r ’ a n
Dari uraian mengenai aqsam al-Qur’an, kesimpulannya yaitu :
Sumpah yang diucapkan oleh Allah SWT sangat berbeda dengan sumpah makhluknya,
Allah boleh bersumpah demi seluruh apapun makhlukny, karena Allah yang menciptakan
segalanya, sedangkan manusia hanya boleh bersumpah demi Tuhannya.

Allah mengucapkan sumpah berarti memperingati manusia agar benar-benar memahami


peringatan Allah, dan bersiap-siap dengan balasan yang terdapat pada jawaban sumpah
tersebut.

B. Saran

13 | U s l u b A l - Q u r ’ a n
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalal H A, Ulumul Qur‟an, Surabaya: Dunia Ilmu, 1998.


Manna Khalil al-Qaththan, terj. Drs.Mudzakir, MA. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Jakarta:
Lentera Antar Nusa, 2000.
Syadzali Ahmad, MA-Rofi’i Ahmad, Ulumul Qur‟an I, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Manna’ al-Qaththan, Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, Beirut Lebanon, 1976.
Mahmud Bin Syarif, Al-Amtsal Fil Qur‟an, Makkah: Dar al-Ma’arif, tt.
Muhammad Alawy al-Hasany, Al-Itqan fi „Ulumil Qur‟an, Jeddah: Shorco, tt.
Nor Ichwan, Memahami Bahasa al Qur‟an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

14 | U s l u b A l - Q u r ’ a n

Anda mungkin juga menyukai