MAKALAH
Oleh:
Kelompok 8
Dosen Pemandu:
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Yang membuat Alqur’an menjadi bentuk yang mengagumkan yaitu
hakikatnya yang sama mengenai arti dan tujuan. Sighatnya itu dicetak dalam acuan
yang baik sehingga menghadirkan orang kepada pemahaman-pemahaman dan
mengkiaskannya kepada apa yang telah diketahui dengan yakin.Tamsil
(perumpamaan, membuat permisalan), merupakan kerangka yang dapat menampilkan
makna-makna dalam bentuk yang hidup di dalam pikiran. Betapa banyak makna yang
baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah,
tamsil dianggap lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang
dimaksudkan, dan membuat akal merasa puas. Tamsil adalah salah satu metode
Alqur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya.
Term al-Amtsal terdapat dalam ‘Ulum al-Qur’an, khususnya pengantar Ilmu
Tafsir. Amtsal adalah “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal
hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang
inderawi (konkret)”. Sayyid Quthub mengatakan bahwa, amtsal dalam Alqur’an
merupakan sarana untuk mengabarkan kondisi bangsa-bangsa pada masa lampau dan
untuk mengabarkan akhlaknya yang sudah sirna.1
Oleh karena itu, penulis ingin membahas sedikit tentang “Amtsalul Qur’an”,
semoga dengan tamsil-tamsil Alqur’an ini kita dapat mengambil pelajaran yang
berharga yang dapat kita jadikan landasan dalam menjalani hidup didunia ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka terdapat beberapa sub
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana defenisi Amtsal?
2. Apa saja unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam Amtsal Al-Qur’an?
4. Apa shighat Amtsal al-qur’an?
5. apa kegunaan Amsal Al-Qur’an?
1
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alqur’an, (Jakarta: Amzah, 2005), hlm. 24.
1
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui defenisi al-Qur’an secara etimologi dan terminologi.
2. Untuk mengetahui sejarah diturunkannya al-Qur’an.
3. Unbtuk mengetahui sejarah pengumpulan dan penulisan al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Amtsal
Amtsal dalam Alqur’an mengandung makna tasybih, yaitu penyerupaan
sesuatu dengan sesuatu yang serupa lainnya, dan membuat setara antara keduanya
dalam hukum. Amtsal yang seperti ini lebih dari 40 (empat puluh) buah
jumlahnya. Dalam Alqur’an, Allah menampilkan sejumlah amtsal dalam rangka
menggugah akal manusia, diantaranya dalam surat Al-Hasyr ayat 21:
َلْو َأنَز ْلَنا َٰه َذ ا ٱْلُقْر َء اَن َع َلٰى َجَبٍل َّلَر َأْيَت ۥُه َٰخ ِش ًعا ُّم َتَص ِّدًعا ِّم ْن َخ ْش َيِة ٱِهَّللۚ َو ِتْل َك ٱَأْلْم َٰث ُل
َنْض ِر ُبَها ِللَّناِس َلَع َّلُهْم َيَتَفَّك ُروَن
2
Syaikh Manna’ Alqathan, op. cit, 2006. hlm. 353
3
4
hanyalah orangorang yang berilmu dan orang yang mau menggunakan nalarnya.
Seperti firman Allah dalam surat Al-‘Ankabuut ayat 43:3
َو ِتْلَك اَأْلْم َثاُل َنْض ِر ُبَها ِللَّناِسۖ َو َم ا َيْع ِقُلَها ِإاَّل اْلَع اِلُم ون
َو َلَقْد َض َر ْبَنا ِللَّناِس ِفى َٰه َذ ا ٱْلُقْر َء اِن ِم ن ُك ِّل َم َثٍل َّلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُروَن
maknanya, yang berarti perumpamaan, ibarat, tamsil, contoh, ‘ibrah, dan lain
sebagainya. Menurut terminologinya ada tiga pengertian5
1. Menurut ulama ahli adab, amtsal berarti “Ucapan yang banyak
mengumpamakan keadaan sesuatu, diceritakan dengan sesuatu yang dituju”.
2. Menurut ulama ahli bayan, amtsal adalah “Ungkapan majaz yang disamakan
dengan asalnya karena adanya persamaan (daam ilmu balaghah disebut
tasybih)”.
3. Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah “Menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.”
Dasar pengembangan ilmu amtsalul qur’an adalah hadits Rasul yang
diriwayatkan oleh Baihaqi: “Sesungguhnya Alqur’an diturunkan atas lima cara, 1.
Halal, 2. Haram, 3. Muhkam, 4. Mutasyabih, 5. Amtsal. Oleh karena itu pelajari
yang halal dan hindari yang haram, ikuti yang muhkam dan berimanlah dengan
mutasyabih, dan ambil pelajaran dari amtsal” (HR. Baihaqi).
Amtsal juga digunakan untuk mengungkapkan suatu keadaan dan kisah yang
menakjubkan, dengan makna inilah lafadz amtsal ditafsirkan dalam banyak ayat. 6
Contohnya:
َم َثُل اْلَج َّنِة اَّلِتي ُو ِع َد اْلُم َّتُقوَن ۖ ِفيَها َأْنَهاٌر ِم ْن َم اٍء َغْيِر آِس ٍن َو َأْنَهاٌر ِم ْن َلَبٍن َلْم َيَتَغَّيْر
َطْع ُم ُه َو َأْنَهاٌر ِم ْن َخ ْم ٍر َلَّذ ٍة ِللَّش اِر ِبيَن َو َأْنَهاٌر ِم ْن َع َسٍل ُمَص ًّفىۖ َو َلُهْم ِفيَها ِم ْن ُك ِّل
الَّثَم َر اِت َو َم ْغ ِفَر ٌة ِم ْن َر ِّبِهْم ۖ َك َم ْن ُهَو َخاِلٌد ِفي الَّناِر َو ُس ُقوا َم اًء َحِم يًم ا َفَقَّطَع َأْمَع اَء ُهْم
١٥
5
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Alqur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2011),
ٱَأْلْر ِض ِمَّم ا َيْأُك ُل ِإَّنَم ا َم َثُل ٱْلَح َيٰو ِة ٱلُّد ْنَيا َك َم ٓاٍء َأنَز ْلَٰن ُه ِم َن ٱلَّس َم ٓاِء َفٱْخ َتَلَط ِبِهۦ َنَباُت
َأْهُلَهٓا َأَّنُهْم َٰق ِد ُروَن
ٱلَّناُس َو ٱَأْلْنَٰع ُم َح َّتٰٓى ِإَذ ٓا َأَخ َذ ِت ٱَأْلْر ُض ُزْخ ُر َفَها َو ٱَّز َّيَنْت َو َظَّن
َع َلْيَهٓا َأَتٰى َهٓا َأْم ُرَنا َلْياًل َأْو َنَهاًرا َفَجَع ْلَٰن َها َحِص يًدا َك َأن َّلْم َتْغ َن ِبٱَأْلْم ِسۚ َك َٰذ ِلَك ُنَفِّص ُل
ٱْل َء اَٰي ِت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن
7
Syaikh Manna’ Alqathan, op. cit, 2006. hlm. 354-355.
7
َّم َثُل ٱَّلِذ يَن َكَفُرو۟ا ِبَر ِّبِهْم ۖ َأْعَٰم ُلُهْم َك َر َم اٍد ٱْش َتَّد ْت ِبِه ٱلِّر يُح ِفى َيْو ٍم َعاِص ٍف ۖ اَّل
َيْقِد ُروَن ِمَّم ا َك َس ُبو۟ا َع َلٰى َش ْى ٍء ۚ َٰذ ِلَك ُهَو ٱلَّض َٰل ُل ٱْلَبِع يُد
8
Muhammad Shalahuddin Hamid, op.cit. hlm. 317.
9
َم َثُلُهۡم َك َم َثِل اَّلِذ ى اۡس َتۡو َقَد َناًرا ۚ َفَلَّم ۤا َاَض ٓاَء ۡت َم ا َح ۡو َلٗه َذ َهَب ُهّٰللا ِبُن ۡو ِر ِهۡم
ۙ ُص ٌّۢم ُبۡك ٌم ُع ۡم ٌى َفُهۡم اَل َيۡر ِج ُع ۡو َن١٧ َو َتَر َك ُهۡم ِفۡى ُظُلٰم ٍت اَّل ُيۡب ِص ُر ۡو َن
َاۡو َك َص ِّيٍب ِّم َن الَّس َم ٓاِء ِفۡي ِه ُظُلٰم ٌت َّو َر ۡع ٌد َّو َب ۡر ٌۚق َيۡج َع ُل ۡو َن َاَص اِبَع ُهۡم١٨
َيَك اُد١٩ ِفۤۡى ٰا َذ اِنِهۡم ِّم َن الَّص َو اِع ِق َح َذ َر اۡل َم ۡو ِت ؕ َو ُهّٰللا ُمِح ۡي ٌۢط ِب اۡل ٰك ِفِر ۡي َن
اۡل َبۡر ُق َيۡخ َط ُف َاۡب َص اَر ُهۡم ؕ ُك َّلَم ۤا َاَض ٓاَء َلُهۡم َّم َش ۡو ا ِفۡي ِۙه َو ِاَذ ۤا َاۡظ َلَم َع َلۡي ِهۡم
َقاُم ۡو اؕ َو َلۡو َش ٓاَء ُهّٰللا َلَذ َهَب ِبَس ۡم ِع ِهۡم َو َاۡب َص اِر ِهۡم ؕ ِاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ۡى ٍء
٢٠ َقِد ۡي ٌر
َۚأنَز َل ِم َن ٱلَّس َم ٓاِء َم ٓاًء َفَس اَلْت َأْو ِدَيٌۢة ِبَقَد ِر َها َفٱْح َتَم َل ٱلَّسْيُل َز َبًدا َّراِبًيا
َو ِمَّم ا ُيوِقُد وَن َع َلْيِه ِفى ٱلَّناِر ٱْبِتَغٓاَء ِح ْلَيٍة َأْو َم َٰت ٍع َز َبٌد ِّم ْثُلُهۥۚ َك َٰذ ِلَك َيْض ِر ُب
ٱُهَّلل ٱْلَح َّق َو ٱْلَٰب ِط َل ۚ َفَأَّم ا ٱلَّز َبُد َفَيْذ َهُب ُج َفٓاًء ۖ َو َأَّم ا َم ا َينَفُع ٱلَّناَس َفَيْم ُكُث ِفى
ٱَأْلْر ِضۚ َك َٰذ ِلَك َيْض ِر ُب ٱُهَّلل ٱَأْلْم َثاَل
Artinya: Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu
membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka
lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Q.S. Ar-Ra’d: 17).
Wahyu yang diturunkan Allah dari langit untuk menghidupkan
hati diserupakan dengan air hujan yang diturunkannya untuk
menghidupkan bumi dan tumbuh-tumbuhan. Hati diserupakan dengan
lembah, arus air yang mengalir di lembah akan menghanyutkan buih
dan sampah. Begitu pula hidayah dan ilmu bila mengalir di hati akan
berpengaruh terhadap nafsu syahwat, dengan menghilangkannya.
Inilah matsal الماءdalam firmanNya “Allah telah menurunkan air
(hujan) dari langit.” Demikianlah Allah membuat matsal bagi yang
9
Manna’ Khalil Al-Qattan,op. cit., 2011, hlm. 405.
12
haq dan yang bathil. Mengenai matsal النار, dalam firmanNya “Dan dari
apa (logam) yang mereka lebur dalam api.”. Logam, baik emas, perak,
tembaga, maupun besi,ketika dituangkan ke dalam api, maka api akan
menghilangkan kotoran dan karat yang melekat padanya,
memisahkannya dari substansi yang dapat dimanfaatkan, sehingga
karat itu hilang dengan sia-sia. Begitu pula syahwat akan dilemparkan
dan dibuang dengan sia-sia oleh hati orang mukmin seperti arus air
menghanyutkan sampah atau api yang melemparkan karat logam.
Menurut As-Suyuthi10 firman Allah “Allah telah menurunkan air
(hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya”. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan melalui jalur ‘Ali, dari
Ibnu Abbas yang berkata: “Ayat ini merupakan perumpamaan tentang
hati yang mengemban (suatu beban) menurut ukuran keyakinan atau
keraguannya. Dalam hal ini, ayat “Adapun buih itu, akan hilang
sebagai sesuatu yang tak ada harganya…” merupakan sebuah
perumpamaan tentang keraguan (syakk). Sedangkan ayat “adapun
yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi”
merupakan perumpamaan tentang keyakinan. Kemudian sebagaimana
halnya perhiasan yang dimasukkan ke dalam api, yang murni akan
diambil, sedangkan kerak atau kotorannya akan ditinggalkan dalam
api; demikian pula Allah hanya akan menerima keyakinan dan akan
meninggalkan keraguan.” Selanjutnya dalam sebuah riwayat, Imam
‘Atha’ menegaskan bahwa ayat tersebut mengandung perumpamaan
yang dibuat oleh Allah bagi Mukmin dan kafir.
2. Amtsal kaminah
Yaitu perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas (samar), atau yang
didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil, tetapi ia
10
Syaikh Manna’ Alqathan, op. cit, 2006. hlm. 357.
13
2) Ayat yang senada dengan perkataan )ليس كالمعاينة الخبرKabar itu tidak
sama dengan menyaksikan sendiri), seperti firman Allah tentang Ibrahim
dalam surat Al-Baqarah ayat 260:
11
Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Samudra Ilmu-ilmu Alqur’an: Ringkasan Kitab
AlItqan Fi Ulum Alqur’an Karya Al-Imam Jalal Al-Din Al-Suyuthi, (Bandung: Mizan Pustaka,
2003), cet.1, hlm. 249.
14
َو ِاۡذ َقاَل ِاۡب ٰر ٖه ُم َر ِّب َاِر ِنۡى َك ۡي َف ُتۡح ِى اۡل َم ۡو ٰت ىؕ َق اَل َاَو َلۡم ُت ۡؤ ِم ۡن ؕ َق اَل َبٰل ى
ؕ …َو ٰل ـِكۡن ِّلَيۡط َم ِٕٮَّن َقۡل ِبۡى....”
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab:
"Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan
imanku)” …;
3) Ayat yang senada dengan perkataan )كما تدان تدين Sebagaiman kamu
telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar), contohnya dalam surat
An-Nisa’ ayat 123, yang artinya:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong
dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan
itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya
selain dari Allah.”
ُقل اَّل َيْسَتِو ى ٱْلَخ ِبيُث َو ٱلَّطِّيُب َو َلْو َأْع َجَبَك َك ْثَر ُة ٱْلَخ ِبيِثۚ َفٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َٰٓيُأ۟و ِلى
ٱَأْلْلَٰب ِب َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن
Artinya: “Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah
kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan."
Para ulama berbeda pendapat tentang ayat-ayat yang mereka namakan
amtsal mursalah, apa atau bagaimanakah hukum mempergunakannya
sebagai matsal?12
Pertama, sebagian ahli ilmu memandang hal demikian sebagai telah
keluar dari adab Alquran. Berkata Ar-Razi ketika menafsirkan surat Al-
Kafirun ayat 6:
12
Manna’ Khalil Al-Qattan,op. cit., 2011, hlm. 407.
16
Artinya: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain
Allah.” (Q.S. An-Najm: 58).
Atau ia diajak berbicara oleh penganut ajaran sesat yang berusaha
membujuknya agar mengikuti ajaran mereka, maka ia menjawab:
“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Q.S.Al-Kafirun: 6).
“Tetapi berdosa besar bagi seseorang yang dengan sengaja berpura-pura
pandai lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal, sampai-sampai ia
terlihat bagai sedang bersenda gurau.”13
Contoh QS. Al Hujarat ayat 12 yang berarti: “Dan janganlah sebagian dari
kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian
memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kalian merasa
jijik kepadanya.”
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi
arti itu jelas menerangkan perumpaman, yaitu mengumpamamakan
menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai teman
sendiri.
c. Sighat majaz mursal,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan
asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al_hajj yang artinya:
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali –
kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”
d. sighat majaz Murakkab,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya
diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah perserupamaan
yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari
isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang ragu-ragu akan
pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu maju mundur saja.
Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al – jumu’ah ayat 5: “seperti
keledai yang membawa buku tebal-tebal” disini keadaan keledai yang tidak
bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku yang
tebal-tebal itu.
e. Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah,
18
dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik bentuk ini hamper sama
dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya
seperti sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya
dalam al-qur’an seperti dalam ayat 24 QS Yunus yang artinya “Seakan-akan
belum pernah tumbuh kemarin”.
ٰۤي
ـَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا اَل ُتۡب ِط ُلۡو ا َص َد ٰق ِتُك ۡم ِباۡل َم ِّن َو اَاۡلٰذ ۙى َك اَّلِذ ۡى ُيۡن ِفُق َم اَلٗه ِر َئٓاَء
الَّناِس َو اَل ُيۡؤ ِم ُن ِباِهّٰلل َو اۡل َيۡو ِم اٰاۡل ِخ ِر ؕ َفَم َثُلٗه َك َم َثِل َص ۡف َو اٍن َع َلۡي ِه ُتَر اٌب َفَاَص اَبٗه
َو اِبٌل َفَتَر َك ٗه َص ۡل ًدا ؕ اَل َيۡق ِدُر ۡو َن َع ٰل ى َشۡى ٍء ِّمَّم َك َس ُبۡو ا َؕوُهّٰللا اَل َيۡه ِد ى اۡل َقۡو َم
٢٦٤ اۡل ـٰك ِفِر ۡي َن
14
Muhammad Al-Khidr Husain, Balaghatul Qur’an, hlm. 33
19
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.
2. Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal-hal yang abstrak.
3. Mengumpulkan/ menghimpun makna yang menarik lagi indah dalam satu
ungkapan yang singkat dan padat, seperti amtsal kaminah dan amtsal mursalah
dalam ayat-ayat diatas.
4. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai isi matsal, jika ia
merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya, Allah membuat matsal bagi
keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu akan
memberikan kepadanya kebaikan yang banyak. Perumpamaan ini tertuang
dalam surat Al-Baqarah ayat 261:
َم َث ُل ا َّلِذ يَن ُيْن ِف ُقوَن َأْم َو ا َل ُه ْم ِف ي َس ِب ي ِل ال َّلِه َك َم َث ِل َح َّبٍة َأْن َب َتْت َسْبَع َس َن ا ِبَل
ِف ي ُك ِّل ُس ْن ُب َلٍة ِم اَئ ُة َح َّبٍة ۗ َو ال َّلُه ُيَض ا ِع ُف ِل َم ْن َي َش ا ُء ۗ َو ال َّلُه َو ا ِس ٌع َع ِل ي ٌم
َي ا َأُّيَه ا ا َّلِذ يَن آ َم ُنوا ا ْج َت ِنُبوا َك ِث ي ًر ا ِم َن ال َّظ ِّن ِإ َّن َبْعَض ال َّظ ِّن ِإ ْث ٌم ۖ َو اَل
َت َج َّسُس وا َو اَل َي ْغ َت ْب َبْعُض ُك ْم َبْعًض اۚ َأ ُيِح ُّب َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن َي ْأ ُك َل َل ْح َم َأ ِخ ي ِه َم ْي ًتا
ٌَف َك ِر ْه ُتُم و ُهۚ َو ا َّتُقوا ال َّلَه ۚ ِإ َّن ال َّلَه َت َّو ا ٌب َر ِح يم
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Demikianlah keadaan para sahabat, pada mulanya mereka hanya golongan
minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat
dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
7. Dengan matsal tersebut, untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat
yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya perumpaman tentang orang
yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga ia tidak
mengamalkannya, diterangkan dalam surat Al-A’raaf ayat 175-176:
و َا ْت ُل َع َلْي ِهْم َن َب َأ ا َّل ِذ ي آَت ْي َن ا ُه آ َي ا ِت َن ا َف ا ْن َس َلَخ ِم ْن َه ا َف َأْت َبَع ُه الَّش ْي َط اُن َف َك اَن
١٧٥ ِم اْل َغا ِو ين
َٰل
َو َل ْو ِش ْئ َن ا َل َر َف ْع َن ا ُه ِب َه ا َو ِك َّن ُه َأ ْخ َل َد ِإ َل ى ا َأْل ْر ِض َو ا َّتَب َع َه َو ا ُهۚ َفَم َث ُل ُه َك َم َث ِل
ا ْل َك ْل ِب ِإ ْن َت ْح ِم ْل
َٰذ
َع َلْي ِه َي ْل َه ْث َأ ْو َتْت ُر ْك ُه َي ْل َه ْث ۚ ِل َك َم َث ُل ا ْل َق ْو ِم ا َّل ِذ يَن َك َّذ ُبوا ِب آ َي ا ِت َن اۚ َف ا ْق ُص ِص
ا ْل َق َص
َل َع َّلُه ْم َي َت َف َّك ُر و
Artinya: “(175) Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian
dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia
tergoda),maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (176) Dan kalau
Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
22
8. Untuk memberikan rasa berkesan dan membekas dalam jiwa, karena amtsal
lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan
peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Diantaranya, Allah banyak
menyebut amtsal di dalam Alqur’an untuk peringatan dan pelajaran. Allah
berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 27:
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini
A. Simpulan
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah “Menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa,
baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.”
Tidak ada satu kitab pun didunia ini yang mampu membuat tamsil yang
kesempurnaannya sebanding dengan Alqur’an, apalagi melebihi Alqur’an. Tamsil
yang dibuat Alqur’an mampu menembus waktu dan tabir alam, yang bersifat rasional
dan ilmiah.
23
24
atau celaan bagi yang diperumpamakan, dan untuk menciptakan rasa yang berkesan
serta membekas dalam jiwa.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alqur’an, Jakarta: Amzah, 2005.
Diponegoro, 2005.
=lihathadits&id=50.
Jakarta, 2001,