Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN AMTSAL DALAM AL-QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Ahmady.,S.Th.I.,M.Hum.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Rizki Eka Lestari (2020080067)


2. Fani Nur Fadilah (2020080071)
Kelas : IQT 2 C

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN WONOSOBO
JAWA TENGAH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Pancasila. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh
bantuan dari beberapa pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan ini sangat
penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin .

Wonosobo, 27 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Amtsal-amtsal Al-Qur’an
2.2 Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
2.3 Faedah-faedah Amtsalul Qur’an
2.4 Hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejak jaman jahiliyah atau sebelum kedatangan rasul masyarakat Arab


sudah gemar berpantun dan bersyair. Semakin indah pantun dan syair
seseorang maka semakin tinggi pula status sosial seseorang. Ketika Allah
SWT yang maha mengetahui mengutus seorang rasul dengan dibekali firman-
firman dari Allah yang kemudian dibukukan menjadi sebuah kitab dengan
bahasa dan sastranya tidak bisa ditandingi oleh siapapun.

Disamping bahasa dan sastranya yang indah, Al-Qur’an juga


menggunakan perumpamaan-perumpamaan (amtsal) yang sangat indah dan
logis, yang mampu diterima oleh masyarakat. Namun karena begitu indahnya
terkadang ‘ulama pun akan kesulitan dalam menafsirkan perumpamaan-
perumpamaan tersebut.

Dengan analogi yang benar, kita akan lebih mengetahui ilmu yang kita
yakini. Tamtsil (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat
menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup didalam pikiran.
Biasanya dilakukan dengan mempersonifikasikan sesuatu yang ghoib dengan
yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, atau menganalogikan hal
dengan sesuatu yang sama. Dengan tamtsil betapa banyak makna yang baik,
dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Amtsal-amtsal Al-Qur’an?
2. Ada berapa macam-macam Amtsal Al-Qur’an ?
3. Apakah Faedah-faedah Amtsalul Qur’an ?

3
4. Bagaimana hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Amtsal-amtsal Al-Qur’an
2. Menjelaskan macam-macam Amtsal-amtsal Al-Qur’an
3. Menjelaskan Faedah-faedah Amtsalul Qur’an
4. Menjelaskan hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an

4
BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian Amtsal
Secara bahasa (etimologi) kata Amtsal adalah bentuk jamak dari
matsal, mitsul dan matsil1 Kata ini memiliki makna kata syabah, syibah dan
syabih baik secara lafal maupun maknanya2 Bentuk tersebut di ungkapkan
sebanyak 19 kali di berbagai ayat dan surat dalam Al-Qur’an. Sedang dalam
bentuk lain di ungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat
dalam Al-Qur’an3 Pengertian Amtsal secara bahasa ada tiga macam yaitu:
1. Perumpamaan, gambaran atau perserupaan
2. Cerita atau kisah, jika keadaannya sangat menakjubkan
3. Sifat, keadaan atau tingkah laku.

Sedangkan menurut istilah (terminologi) Amtsal mempunyai beberapa


definisi diantaranya sebagai berikut:

1. Menurut ulama ahli ilmu adab:

َ ‫ب قَوْ ٌل ُمحْ ِك ٌّي َساَِئ ٌر يُ ْْق‬


ُ‫ص ُد بِ ِه تَ ْشبِ ْيه‬ ِ ‫في ْااَل َد‬
ِ ‫َو ْال َمثَ ُل‬

‫ِ حا ِل ْالََّ ِذي ُح ِك َي فِ ْي ِه بِ َح ِل ْالََّ ِذي قِ ْي َل اِل ًجْ لِه‬


َ

Artinya: “Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang


seringkali disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang
dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan sesuatu yang
diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju”.

1
Ahmad Warson al-munawwir, Qamus al-munawir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah
Keagamaan Pondok Pesantren Krapyak, 1984,h.1404

2
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013,h.402
3
Muhammad Fu’ad Abd al Baqi ,al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral
Kutub,t.t.,h.659-661

5
Maksud dari definisi diatas adalah Amtsal itu bertujuan untuk
menyamakan hal yang akan di ceritakan dengan asal ceritanya (asal mula
cerita). Contohnya yaitu ucapan orang arab.

‫رُبَّ َر ِميَّ ٍة ِمن َغي ِْر َر ٍْام‬

Artinya: ” Banyak panahan yang tidak ada panahanya”

Maksudnya, betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran yang


dilakukan oleh seorang pelempar yang biasanya tidak tepat lemparannya.

B. Macam-macam Amtsalul Qur’an

Amtsal dalam al qur’an ada tiga macam yaitu4

1. Amtsal Musharrahah yaitu amtsal yang tegas dan jelas menggunakan


kata-kata perumpamaan.Didalamnya ada lafadz matsal atau yang
menunjuk kepada tasybih. Contohnya: Firman Allah tentang orang-orang
munafik (QS.Al Baqarah 17-20).
Dalam ayat ini Allah SWT membuat dua perumpamaan bagi orang
munafik yaitu matsal yang berkenaan dengan api. Allah SWT menyebut
orang munafik “….adalah seperti orang yang menyalakan api….”
Untuk penerangan dan manfaat, mengingat mereka memperoleh
manfaat materi dengan sebab masuk islam. Namun disisi lain, Islam tidak
memberikan pengaruh cahayanya kepada hati mereka. Kenapa? karena
Allah SWT menghilangkan cahaya dalam api itu”. Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka…” dan perumpamaan yang kedua yaitu matsal
yang berkenaan dengan air…” atau seperti (orang-orang yang ditimpa)
hujan lebat dari langit…” Allah SWT menyerupakan orang munafik
dengan keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita,

4
Liliek chana dan Syaiful Hidayat,Ulumul Qur’an dan pembelajaranya (Surabaya: Kopertais IV
Perss,2014) h.365

6
gemuruh dan kilat. Sehingga rusaklah segenap kekuatan orang itu dan ia
meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata
karena takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan
segala peringatan, perintah, larangan dan kitabnya bagi orang munafik tak
ubahnya seperti petir yang sambar-menyambar.

2. Amtsal Kaminah yaitu amtsal yang tersembunyi.


Maksudnya,lafadz tamsil (pemisalanya ) tidak ditegaskan tetapi menunjuk
kepada makna-makna yang indah ,menarik dan mempunyai pengaruh
tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya
sbb:

Ayat –ayat yang senada dengan perkataan:

(sebaik-baiknya urusan adalah pertengahanya) yaitu:

a. FirmanAllahSWTmengenai sholat )QS.Al-Isra’110)Artinya: “…


Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
shalatmudan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu…”
b. Firman Allah SWT mengenai sapi betina (QS.Al Baqarah 68)
Artinya: “…Bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua
dan tidak muda:pertengahan antara itu…”
c. Firman Allah SWT mengenai sapi betina (QS.Al Baqarah 68)
Artinya: “…Bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua
dan tidak muda:pertengahan antara itu…”
d. Firman Allah SWT mengenai harta (QS.Al-Furqon 67) Artinya:
“Dan orang-orang yang membelanjakan (harta), mereka tidak

7
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan pembelanjaan itu
ditengah antara yang demikian”.
3. Amtsal Mursalah yaitu amtsal yang terlepas .
Maksudnya, kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara
jelas. Contoh:
ُ ‫ص ْال َح‬
a. “Sekarang jelaslah kebenaran ini’’ (QS.Yusuf 51) ‫ق‬ َ ‫ْالَئنَ َحصْ َح‬
b. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah”
(QS. Al- Hasyr 14) ‫تَحْ َسبُهُ ْم َج ِم ْي َعا َوقُلُوْ بُهُ ْم َشتَّي‬
c. “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya itu selain Allah” (QS.
An-Najm 58) ‫ْس لَهَا ِم ْن ُدوْ ِن هللاِ َكا ِشفَه‬
َ ‫لَي‬
Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ayat-yat yang mereka
namakan amtsal mursallah ini apa atau bagaimana hukum menggunakanya
sebagai matsal. Sebagian ahli ilmu memandang hal demikian telah keluar dari
adab Al-Qur’an, Ar-Razy berkata ketika menafsirkan ayat َ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِيَˆˆ ِد ْين‬
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS.Al- Kafirun 6).
Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk membela,
membenarkan perbuatanya ketika meninggalkan agama/murtad) padahal hal
demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Al-Qur’an bukan untuk
dijadikan matsal,tetapi untuk di renungkan dan kemudian di amalkan isi
kandungannya.

C. FAEDAH AMTSALUL QUR’AN

Beberapa faedah dari adanya Amtsalul Al-Qur’an adalah: [5]

1. Memperjelas pengertian yang abstrak dengan menggunakan bentuk


yang kongkrit, akan mudah ditangkap oleh indera dan mendorong
akal manusia untuk memahami ajaran Al-Quran. Seperti gambaran
Al-Qur’an dalam surat Al Baqarah 264 yang menggambarkan

8
hilangnya pahala sedekah yang diserupakan dengan hilangnya
debu diatas batu akibat tersiram air hujan deras.
2. Dapat mengungkapkan realitas perkara dan mengkongkritkan hal
yang abstrak. Contoh surat Al Baqarah 275 Artinya: “Orang-orang
yang maakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila”. Ayat ini mengumpamakan orang yang makan riba
adalah orang yang tertipu oleh hawa nafsunya, diserupakan dengan
orang yang sempoyongan karena kesurupan syaitan.
3. Dapat mengumpulkan makna yang indah ,menarik,dengan
ungkapan yang singkat dan padat. Contoh surat Al-Mu’minun 53.
Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada sisi mereka (masing-masing)”.
4. Mendorong manusia giat beribadah, beramal dengan melakukan
hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang sangat menarik dalam
Al-Quran. Contoh: Surat Al-Baqarah 261, Artinya: “…
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji.Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia
kehendaki”.
Perumpamaan diatas dapat mendorong orangn untuk lebih banyak
beramal sedekah dikarenakan besarnya pahala bagi yang
mengerjakanya karena terdorong oleh perumpamaan tersebut.
5. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan
perumpamaan dalam alquran,setelah ia memahami kejelekan dari
perbuatan tersebut. Contoh: Surat Al-Hujurat ayat 12, Artinya: “…
Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang

9
lain. Apakah senang jika salah seorang diantara kamu suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya”.
Manusia akan merasa jijik dan tidak suka memakin bangkai, karena
itu Allah SWT menyamakan perbuatan menggunjing orang lain
dengan tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu.
6. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah
kepada sahabatnya Rasulullah dalam Surat Al-Fath 29 Artinya: “…
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka
dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah
dia dan tegak lurus di atas pohonnya, tanamn itu menyenangkan
hati penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-
orang kufur (dengan kekuatan mu’min)…”
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa pada permulaan islam,
kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari10.
Namun dalam waktu yang terbilang singkat 23 tahun, para sahabat
jumlahnya menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum
musyrikin dalam peristiwa Fatkhul Makkah.
7. Digunakan untuk mencela ,ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi
perumpamaan adalah hal yang di anggap buruk oleh manusia.
Seperti dalam Surat Al-A’raf 176, Artinya: “Dan kalau kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan
hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkanya lidahnya dan jika kamu
membiarkanya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…”

10
Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap
cenderung pada kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsunya,
Allah menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu
menjulurkan lidahnya.
8. Pesan yang disampaikan melalui Amtsal lebih mengena
dihati ,lebih mantap dalam menyampaikan nasehat atau larangan
serta lebih kuat pengaruhnya. Dalam kaitanya ini Allah berfirman
di surat Az-Zumar 27, Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan
bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan
supaya mereka dapat pelajaran”.

D. HUKUM MEMBUAT AMTSAL DENGAN AL-QUR’AN


Para sastrawan biasa menggunakan matsal di tempat-tempat yang
kondisinya serupa atau sesuai dengan isi matsal tersebut. Jika hal ini di
benarkan dalam ungkapan manusia, maka para ulama tidak menyukai
penggunaan ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Sebab Allah menurunkan Al-
Qur’an bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan di
amalkan isi kandunganya,demikian menurut Ar-Razi. Mereka tidak
memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu ayat matsal dalam
kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi. Hal ini demi menjaga
keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang mukmin.
Ulama lain berpendapat, tak ada halangan bila seseorang
mempergunakan Alqur’an sebagai matsal dalam keadaan sungguh-sungguh.
Misalnya, ia merasa sangat sedih dan berduka karena tertimpa bencana,
sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah terputus dari
manusia, lalu ia mengatakan: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya
hari itu selain Allah” (Q.S.An-Najm 58).

11
Kata Abu Ubaid, “Demikianlah,seseorang yang ingin bertemu
dengan sahabatnya atau ada kepentingan denganya tiba-tiba sahabat itu datang
tanpa di minta,maka ia berkata kepadanya sambil bergurau:

ٍ ‫ِجْئتَ َعلَئ قَد‬


‫َر يَا ُموْ َسئ‬

Artinya’’ Kamu datang menurut waktu yang di tetapkan hai Musa.’’(QS.Toha


ayat 40). Berdosa besar bagi seseorang yang dengan sengaja berpura-pura
pandai, lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal sampai – sampai ia
terlihat bagai sedang bersenda gurau”.

Perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap Al-Qur’an. Ibnu


Syihab Az-zuhri berkata, “Janganlah kamu menyerupakan sesuatu dengan
Kitabullah dan Sunnah Rasululloh”. Maksudnya kata Abu Ubaid, “janganlah
kamu menjadikan bagi keduanya sesuatu perumpamaan, baik berupa ucapan
dan perbuatan”.[6]

BAB III

12
PENUTUP

A. KESIMPULAN
uraian di atas tentang Amtsalul Al-Qur’an maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Amtsal Al-Qur’an adalah perumpamaan dalam Al-Qur’an yang
menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan
singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun
majaz mursal ungkapan bebas.
2. Macam-macam amtsal al-quran adalah amtsal yang jelas dengan
menggunakan lafazh dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa adat
tasybih.
3. Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah untuk
mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal
yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.
Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan
mengambil hal hal yang baik dan menjauhi hal hal yang buruk demi
mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
4. Para ulama tidak menyukai ayat-ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Mereka
tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu matsal
dalam kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi.Hal ini demi
menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang
mukmin.Dasar pengembangan ilmu amtsalul qur an diriwayatkan oleh
Baihaqi: “Sesungguhnya Al-qur an diturunkan atas lima cara 1.Halal
2.Haram 3.Muhkam 4.Mutasyabih 5.Amtsal.Oleh karena itu, pelajari yang
halal dan hindari yang haram,ikuti yang muhkam dan berimanlah dengan
mutasyabih,dan ambil pelajaran dari amtsal” (HR.Baihaqi)

DAFTAR PUSTAKA

13
Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Qamus al –munawwir. Yogyakarta: Unit
Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan, Pondok Pesantren Krapyak

Channa, Liliek dan Hidayat ,Syaiful. 2014. Ulumul Qur’an dan Pembelajaranya.
Surabaya: Kopertais IV Press

Fu’ad, Muhammad. al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral Kutub

Radhiati. Makalah Amstalul Qur’an. 2013. http://Radhiatiali, blogspot.com

14

Anda mungkin juga menyukai