Anda di halaman 1dari 12

AMSTALUL QUR’AN

MAKALAH
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mata Kuliah “Ulumul Qur’an”

Oleh:

Fayyad Mahmudi
NIM : 202212701200834

Dosen Pengampu
Siti Aminah, M. Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITU PESANTREN SUNAN DRAJAT
LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur semuanya patut kita haturkan kehadirat Allah SWT. Berkat
kesempatan dan limpahan kasih sayangnya, penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Amstalul Qur’an” untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Qur’an.

Dukungan materi dan non materi yang diberikan dalam penyusunan


makalah ini, kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu
Siti Aminah, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an. Terima
kasih pula kami ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu menyelasikan
makalah ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari sisi dan tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini kepadanya.

Lamongan, 10 Januari 2023

penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... I


KATA PENGANTAR .................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Pengertian Amtsal .............................................................................. 2
B. Unsur – unsur Amtsal Al-Qur’an ..................................................... 2
C. Macam – macam Amtsal Al-Qur’an ................................................ 3
D. Sighat Amtsal Al-Qur’an ................................................................... 4
E. Kegunaan Amtsal Al-Qur’an ............................................................ 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8
A. Kesimpulan ......................................................................................... 8
B. Saran.................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman jahiliyah atau sebelum kedatangan rasul masyarakat Arab
sudah gemar berpantun dan bersyair. Semakin indah pantun dan syair seseorang
maka semakin tinggi pula status sosial seseorang. Ketika Allah SWT yang maha
mengetahui mengutus seorang rasul dengan dibekali firman-firman dari Allah
yang kemudian dibukukan menjadi sebuah kitab dengan bahasa dan sastranya
tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
Disamping bahasa dan sastranya yang indah, Al-Qur’an juga menggunakan
perumpamaan-perumpamaan (amtsal) yang sangat indah dan logis, yang mampu
diterima oleh masyarakat. Namun karena begitu indahnya terkadang ‘ulama pun
akan kesulitan dalam menafsirkan perumpamaan-perumpamaan tersebut.
Dengan analogi yang benar, kita akan lebih mengetahui ilmu yang kita
yakini. Tamtsil (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan
makna-makna dalam bentuk yang hidup didalam pikiran. Biasanya dilakukan
dengan mempersonifikasikan sesuatu yang ghoib dengan yang hadir, yang abstrak
dengan yang konkrit, atau menganalogikan hal dengan sesuatu yang sama.
Dengan tamtsil betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik
dan mempesona.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari amtsal al-qur’an?
2. Apa saja unsur-unsur amtsal al-qur’an?
3. Apa saja macam-macam amtsal al-qur’an?
4. Apa saja sighat amtsal al-qur’an?
5. Apa saja kegunaan amtsal al-qur’an?
C. Tujuan Makalah
1. Mengatahui pengertian dari amtsal al-qur’an.
2. Mengatahui unsur-unsur amtsal al-qur’an.
3. Mengatahui-macam-macam amtsal al-qur’an.
4. Mengatahui sighat amtsal al-qur’an.

1
5. Mengatahui kegunaan amtsal al-qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal,
mitsl dan matsil serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun
maknanya. Amsal dalam sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan
keadaan yang lain, demi tujuan yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan
yang aslinya.
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak
dari mitsl dan matsal yang berarti serupa atau sama. Namun, dapat juga diartikan
sebagai contoh, teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan. 1
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat. Menurut istilah ulama
ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang
diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan penampakan yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal. 2
B. Unsur – Unsur Amtsal Al-Quran
Didalam matsal haruslah terdapat empat unsur yaitu:
1. Ada yang disempurnakan (musyabbah), yaitu sesuatu yang akan
diperumpamakan.
2. Ada asal ceritanya (musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan
perumpamaan.
3. Ada persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu segi perumpamaan.
4. Ada alat Tasybih, yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang
menunjukkan makna perserupaan.

1
Ahmad Al-Hasyim, Jawahir al-Adab, Bairut: Dar el-fikri, 1993. Hlm. 107.
2
Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1997. hlm. 35

2
Contoh tamtsil dalam Al-Qur’an:
َ‫اصفٍ ال َي ْقد ُِرون‬
ِ ‫ع‬َ ‫الري ُح فِي َي ْو ٍم‬ ْ ‫َمثَ ُل ا َّلذِينَ َكف َُروا ِب َر ِب ِه ْم أَ ْع َمالُ ُه ْم ك ََر َما ٍد ا ْشتَد‬
ِ ‫َّت ِب ِه‬
ُ‫يءٍ ذَلِكَ ه َُو الضَّال ُل ا ْل َب ِعيد‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ع َلى‬
َ ‫سبُوا‬ َ ‫ِم َّما َك‬
Artinya: “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka
adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin
kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah
mereka usahakan . Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”
Dari contoh tersebut wajhul syabbahnya adalah “kesia-siaan”(tidak
bermanfaat) dan alat tasybihnya menggunakan
kata mitsil (‫)مثل‬. Sedangkan musyabbah dan musyabbah bihnya adalah amalan
orang kafir dan abu. 3
C. Macam – macam Amtsal Al-Quran
Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Amtsal Musarrahah adalah amtsal yang didalamnya dijelaskan dengan
lafaz matsal . Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah :17

ِ ُ‫َللاُ بِن‬
‫ور ِه ْم‬ َ ‫َب‬َ ‫ت َما َح ْولَهُ ذَه‬ َ َ‫َارا فَلَ َّما أ‬
ْ ‫ضا َء‬ ً ‫َمثَلُ ُه ْم َك َمثَ ِل الَّذِي ا ْست َْوقَدَ ن‬
‫ْص ُرون‬ ِ ‫ت ال يُب‬ ُ ‫َوت ََر َك ُه ْم فِي‬
ٍ ‫ظلُ َما‬
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya mereka,
dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
2. Amtsal Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas
lafaz tamtsil tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam
kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan
kepada yang serupa dengannya. Contoh pada al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
68 :

‫ض َوال بِ ْك ٌر‬ َ ‫قَالُوا ادْعُ لَنَا َربَّكَ يُبَيِ ْن لَنَا َما ِه‬
ِ َ‫ي قَا َل ِإنَّهُ يَقُو ُل ِإنَّ َها بَقَ َرة ٌ ال ف‬
ٌ ‫ار‬
َ‫ع َوا ٌن بَيْنَ ذَلِكَ فَا ْفعَلُوا َما تُؤْ َم ُرون‬
َ

3
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung, 2000. hlm. 93-94

3
Artinya : Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar
Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang
tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu". (al-Baqarah : 68)
Ayat tersebut yang senada dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara
yang tidak berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu seperti firman Allah diatas
yang artinya : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di antara
itu”
3. Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku
sebagai matsal. Contoh pada al-Qur’an surat al-Mudatstsir ayat 38
ٌ‫ت َر ِهينَة‬ َ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس بِ َما َك‬
ْ َ‫سب‬
Artinya:”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” 4

D. Sighat Amtsal Al-Qur’an


Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain :
1. Sighat tasybih ash-sharih (tasybih yang jelas)
Yaitu bentuk perumpamaan yang jelas dimana didalamnya terungkap kata-
kata mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus:

‫اء‬ َّ ‫إِنَّ َما َمثَ ُل ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َك َماءٍ أَ ْنزَ ْلنَاهُ مِنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti
air (hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti
perumpamaan.
2. Sighat tasybih adh-dhimni (tasybih yang terselubung)
Yaitu bentuk perumpamaan yang tersembunyi, didalam perumpamaan itu
tidak terdapat kata al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi
artinya. Contoh QS. Al Hujarat ayat 12:

4
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000. Hlm. 309-3010

4
‫سوا َوال‬ ُ ‫س‬ َّ ‫الظ ِن إِثْ ٌم َوال تَ َج‬
َّ ‫ض‬ َّ َ‫يرا مِن‬
َ ‫الظ ِن إِ َّن بَ ْع‬ ً ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكث‬
‫َللا‬ َ َ‫ضا أَي ُِحبُّ أَ َحدُ ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل ل‬
َ َّ ‫حْم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ َواتَّقُوا‬ ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬
ُ ‫يَ ْغتَبْ بَ ْع‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
‫َللا ت ََّوابٌ َر ِحي ٌم‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka,
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi
arti itu jelas menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan
menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai
saudaranya sendiri. 5
3. Sighat majaz mursal
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas dan tidak
terikat dengan asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al hajj

‫َللا لَ ْن َي ْخلُقُوا‬ ِ ‫ب َمثَ ٌل فَا ْستَ ِمعُوا لَهُ ِإ َّن الَّذِينَ تَدْعُونَ ِم ْن د‬
ِ َّ ‫ُون‬ َ ‫ض ِر‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬
ُ ‫اس‬
‫ب‬ َّ ‫ف ال‬
ُ ‫طا ِل‬ َ ُ‫ش ْيئًا ال َي ْستَ ْن ِقذُوهُ ِم ْنه‬
َ ُ‫ضع‬ ُ ‫ذُ َبابًا َولَ ِو ا ْجتَ َمعُوا لَهُ َو ِإ ْن َي ْسلُ ْب ُه ُم الذُّ َب‬
َ ‫اب‬
ُ ُ‫طل‬
‫وب‬ ْ ‫َو ْال َم‬
Artinya: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah
olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain
Allah sekali – kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun
mereka bersatu untuk menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas
sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat
itu. Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah .”

5
Wahab Abdul Lathif, Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo, 1993. hlm. 203

5
4. Sighat majaz Murakkab
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi
persamaanya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah
perserupamaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang
berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang
ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu maju
mundur saja. Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al – jumu’ah
ayat 5

َ ْ‫ارا بِئ‬
‫س‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّذِينَ ُح ِملُوا التَّ ْو َراةَ ث ُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوهَا َك َمثَ ِل ْال ِح َم‬
ً َ‫ار يَحْ ِم ُل أَ ْسف‬
َّ ‫َللاُ ال يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم ال‬
َ‫ظا ِلمِين‬ َّ ‫َللا َو‬
ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫َمثَ ُل ْالقَ ْوالَّذِينَ َكذَّبُوا بِآيَا‬
Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang
mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim."
disini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik,
padahal dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu. 6
5. Sighat isyti’arah
Dengan bentuk perumpamaan sampiran. Bentuk ini hampir sama
dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya
seperti sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya.
Contohnya dalam al-qur’an seperti daam ayat 24 QS. Yunus:

‫ض ِم َّما‬ ِ ‫األر‬ َ َ‫اختَل‬


ْ ُ‫ط ِب ِه نَ َبات‬ ْ َ‫اء ف‬ َّ ‫ِإ َّن َما َمثَ ُل ْال َح َيا ِة الدُّ ْن َيا َك َماءٍ أَ ْنزَ ْلنَاهُ مِنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
‫ظ َّن أَ ْهلُ َها‬
َ ‫َت َو‬ َّ ‫ض ُز ْخ ُرفَ َها َو‬
ْ ‫ازيَّن‬ ُ ‫األر‬ ْ ‫ت‬ ِ َ‫اس َواأل ْن َعا ُم َحتَّى ِإذَا أَ َخذ‬ ُ َّ‫َيأْ ُك ُل الن‬

6
Chairuddin Hadiri, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta : Gema Insani, 2005. hlm.
73

6
ِ ‫ارا فَ َجعَ ْلنَاهَا َح‬
َ‫صيدًا َكأ َ ْن لَ ْم تَ ْغن‬ ً ‫علَ ْي َها أَتَاهَا أَ ْم ُرنَا لَيْال أَ ْو نَ َه‬
َ َ‫أَنَّ ُه ْم قَاد ُِرون‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرون‬ ِ َ‫بِاأل ْم ِس َكذَلِكَ نُف‬
ِ ‫ص ُل اآليَا‬

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah


seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia
dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya,
dan memakai perhiasannya , dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka
pasti menguasasinya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu
malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah
disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir”. 7

E. Kegunaan Amtsal Al-Qur’an


1. Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang
dapat ditangkap dengan indera manusia.
2. Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang
singkat dan padat.
3. Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-
Qur’an.
4. Menghindarkan dari perbuatan tercela.
5. Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para
cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah
nilai-nilai universalnya. 8

7
ibid, hlm. 75

8
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang,1977. hlm. 102

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amsal adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi
tujuan yang sama. Unsur-Unsur Amtsal Al-Qur’an diantaranya
adalah musyabbah, musyabbah bih, wajhul musyabbah, dan alat Tasybih,
Sedangkan Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam,
yaitu: Amtsal Musarrahah, Amtsal Kaminah, Amtsal Mursalah.
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain : Sighat tasybih
ash-sharih, Sighat tasybih adh-dhimni, Sighat majaz mursal, Sighat majaz
Murakkab, Sighat isyti’arah.
Sementara kegunaan amtsal al-qur’an adalah Pengungkapan pengertian
yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera
manusia, Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan
yang singkat dan padat, mendorong giat beramal, menghindarkan dari perbuatan
tercela, Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para
cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-
nilai universalnya.

B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari makalah ini dari penulis
menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari materi ini maka saran –
saran kritik yang membangun dari pembaca adalah penutup dari semua
kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan motivasi
untuk kita.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyim, Ahmad. 1993. Jawahir al-Adab. Bairut: Dar el-fikri.


Abdul Lathif, Wahab. 1993. Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo.
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1977. Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang.
Hadiri, Chairuddin. 2005. Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani.
Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung.
Djalal, Abdul, 2000.Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu.
Rofi’I, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai