Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ULUM AL-QUR’AN

AMTSALIL QUR’AN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘Ulum Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Wandi Normansyah, M.Pd.I.

Disusun Oleh :
AHMAD SYUKRON MUGHNI
21.1.12.034
NURUL AFIFAH AINUN
21.1.12.030

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SANGATTA
KUTAI TIMUR 2022

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Zakat ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua
umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah Ulumul Qur’an
ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.

Sangatta, 05 Juni 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ II


BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 5
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an .................................................................................................... 5
B. Sejarah Perkembangan Amtsal Al-Qur’an................................................................................ 5
D. Shighot Amsalil Qur’an ............................................................................................................. 7
f. Fungsi Amsalil Qur’an ........................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 11
SIMPULAN ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna yang mengandung semua
hal dalam kehidupan manusia, baik kehidupan dunia yang berupa tuntunan
ibadah, pergaulan dalam keluarga dan masyarakat, cerita-cerita umat
terdahulu, maupun kehidupah akhirat berupa hari kiamat, surga, neraka dan
lainnya. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-
hal yang samar dan abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya
mengandalkan akalnya saja. Sehingga sering kali ayat-ayat tersebut
diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu
memahaminya.
Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu
adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar
manusia mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan
tersebut. Karena itulah penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut,
yaitu Ilmu Amtsal al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Amtsal Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah terjadinya Amstsal Al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam Amtsal Al-Qur’an?
4. Apa saja sighat-sighat Amtsal Al-Qur’an?
5. Apa fungsi mempelajari Amtsal Al-Qur’an?
6. Bagimana pendapat para ulama tentang Amtsal Al-Qur’an?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an


Amtsal adalah bentuk jamak dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah sama
dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.[1]
Amsal menurut pengertian istilah (terminologi) dirumuskan oleh para ulama yaitu:
1. Menurut Rasyid Ridha
Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan menggerakkan hati
nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
2. Menurut Ibn Al-Qayyim
Mendefinisikan amtsal Qur’an dengan ”menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain
dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu
yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan yang lainnya.”
3. Menurut Muhammad Bakar Isma’il
Amtsal Al-Qur’an adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik
dengan jalan isti’arah, kinayah, atau tasybih.

B. Sejarah Perkembangan Amtsal Al-Qur’an


Orang yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur
Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam
Abdul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan
Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754
H).

C. Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an


Amtsal didalam Al-Qur’an ada tiga macam yaitu berikut ini.
1. Amtsal Musharrahah
Yang dimaksudkan dengan amsal musharrahah adalah amsal yang jelas, yakni yang
jelas menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata yang menunjukkan penyerupaan
(tasybih),[2] contohnya:

5
َ ‫س ْي ُل َز َبدًا َرا ِب ًيا ۚ َو ِم َّما يُوقِد‬
‫ُون‬ ْ َ‫سا َلتْ أ َ ْو ِد َيةٌ ِبقَد َِر َها ف‬
َّ ‫احت َ َم َل ال‬ َ َ‫اء َما ًء ف‬ ِ ‫س َم‬َّ ‫أ َ ْن َز َل ِم َن ال‬
‫اط َل ۚ فَأ َ َّما‬
ِ َ‫ق َوا ْلب‬َّ ‫َّللا ُ ا ْل َح‬
َّ ‫ب‬ ْ َ‫علَ ْي ِه فِي النَّ ِار ا ْبتِغَا َء ِح ْليَ ٍة أ َ ْو َمتَاعٍ َزبَ ٌد ِمثْلُهُ ۚ َك َٰذَ ِلكَ ي‬
ُ ‫ض ِر‬ َ
‫َّللاُ ْاْل َ ْمث َال‬
َّ ‫ب‬ ُ ‫ض ِر‬ ْ َ‫ض ۚ َك َٰذَ ِلكَ ي‬ ِ ‫ُث فِي ْاْل َ ْر‬ ُ ‫اس فَيَ ْمك‬ َ َّ‫ب ُجفَا ًء ۖ َوأ َ َّما َما يَ ْنفَ ُع الن‬ ُ ‫الزبَ ُد فَيَ ْذ َه‬
َّ
Artinya:
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-
lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari
apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada
harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d : 17)
Wahyu yang diturunkan untuk menghidupkan hati diumpamakan dengan air yang
turun untuk menghidupkan bumi. Hati diumpamakan sebagai bumi, sedangkan
kehidupan diumpamakan sebagai tumbuh-tumbuhan di bumi. Air yang mengalir di
lembah-lembah selalu menimbulkan buih. Begitulah petunjukan dan cahaya apabila
melewati hati yang dicemari oleh syahwat. Inilah perumpamaan air. Adapun
perumpamaan api terlihat pada wa mimma yuqidun. Apabila logam dipanaskan, kulitnya
akan terkelupas sehingga terlihatlah permata yang diakibatkan proses pemanasan.
Demikian pulalah, hati seorang mukmin yang akan membuang jauh-jauh dorongan
syahwat.[3]
2. Amtsal Kaminah
Yang dimaksud dengan amtsal kaminah adalah amtsal yang tidak menyebutkan
dengan jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan,tetapi kalimat yang
menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan reaksinya dan
mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contoh amtsal kaminah diantaranya:
Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: yang artinya sebaik-baik urusan adalah
pertengahannya.

a) Firman Allah mengenai sapi betina:


“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…” (QS Al-
Baqarah:68)

6
b) Firmannya tentang nafkah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula
merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu..” (QS Al-Isra’:110)
c) Firmannya mengenai infaq:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan (pula)
terlalu mengulurkannya..” (QS Al-Isra’:29)
3. Amtsal Mursalah
Yang dimaksud amtsal mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak
menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai
masal.[4]
Contoh amtsal mursalah diantaranya:
a) “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS Yusuf:51)
b) “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah.”
(QS An-Najm:58)
c) “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).”
(QS Yusuf:41)
d) “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri.” (QS Fatir:43)
e) “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah.” (QS Al-
Hasyr:14)

D. Shighot Amsalil Qur’an


Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk :
a. Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, didalamnay terungkap kata-kata
mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus : Artinya
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan)
yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti perumpamaan.
b. Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung atau tersembunyi, di
dalam perumpamaan itu tidak terdapat kaa al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui
dari segi artinya.
Contoh QS. Al Hujarat ayat 12 yang berarti :

7
“Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka
tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti
itu jelas menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan menggunjing orang
lain yang disamakan dengan makan daging bangkai teman sendiri.
c. Sighat majaz mursal,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal
ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al_hajj yang artinya
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali – kali tidak
dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakanya.
Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat
merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah
(pulalah) yang disembah .”
d. Sighat majaz Murakkab,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya diambil
dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah perserupamaan yang telah biasa
digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya
seperti melihat orang yang ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat
kamu itu maju mundur saja
Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al – jum’at ayat 5 :
“seperti keledai yang membawa buku tebal-tebal” disini keadaan keledai yang tidak
bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku yang tebal-
tebal itu.
e. Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah
dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik bentuk ini hamper sama dengan
majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya seperti sebelum
memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an seperti
daam ayat 24 QS Yunus yang artinya “Seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin”.

Faedah-Faedah Amtsal Al-Qur’an yaitu:


a. Pengungkapan pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap indera
itu mendorong akal manusia dapat mengerti ajaran-ajaran Al-Qur’an. Contohnya

8
seperti dalam ayat 264 surah Al-Baqarah yang menggambarkan batalnya pahala
sedekah yang diserupakan dengan hilangnya debu di atas batu akibat disiram air hujan
deras.
b. Matsalil Qur’an dapat mengungkapkan kenyataan dan bisa mengkonkretkan hal yang
abstrak. Contohnya seperti dalam ayat 275 surah Al-Baqarah yang mengumpamakan
orang-orang makan riba yang ditipu oleh hawa nafsunya, itu diserupakan dengan orang
yang sempoyongan karena kesurupan setan.
c. Matsalil Qur’an dapat mengumpulkan makna indah yang menarik dalam ungkapan
yang singkat padat. Contohnya seperti dalam ayat 53 surah Al-Mu’minin : “Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka”.
d. Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang
menarik dalam Al-Qur’an. Contohnya seperti dalam ayat 261 surah Al-Baqarah, yang
bisa mendorong orang giat bersedekah atau memberi nafkah.
e. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam Al-
Qur’an, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut. Contohnya ayat 12 surah Al-
Hujarat, yang bisa menghindarkan orang dari menggunjing orang lain. “ Dan janganlah
sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik
kepadanya.
f. Memberikan pujian kepada pelaku, seperti disebutkan dalam firman Allah pada surat
Al-Fath (48) ayat 29
“Demikianlah perumpamaan (masal) mereka dalam taurat dan perumpamaan
(masal) mereke dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas
pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin).” (QS Al-Fath:29).
g. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,lebih kuat
dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak
menyebut amtsal di dalam Al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman:
“Dan sungguh kami telah membuat bagi manusia di dalam Qur’an ini setiap macam
perumpamaan (masal) supaya mereka mendapat pelajaran.” (QS Az-Zumar:27)
“Dan perumpaman-perumpaman (amtsal) itu kami buat untuk manusia dan tidak
ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS Al-Ankabut:43

9
f. Fungsi Amsalil Qur’an
Dari berbagai faedah dan ayat-ayat amtsal Al-Qur’an maka dapat dikatakan
bahwa tujuan dari amtsal adalah :
a. Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh
yang baik.
b. Untuk dijadikan sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat
mungkin dihindari.
c. Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka
terbimbing ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

g. Pandangan Para Ulama


Di dalam Amtsalil Qur’an terdapat beberapa pendapat para ulama di antaranya[5]:
a. Menurut ulama ahli ‘Adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan
sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
b. Menurut ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan
asalnya karena adanya persamaan, yang dalam ilmu balaghoh disebut tasyabih.
c. Menurut ulama ahli tafsir adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa.
Dan khusus mengenai amtsal mursalah, para ulama berbeda pendapat dalam
menanggapinya.[6]
a. Sebagian para ulama menganggap amtsal mursalah telah keluar dari etika al-qur’an.
Menurut Ar-Razi ada sebagian orang-orang yang menjadikan ayat lakum dinukum
waliyadin sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah
Allah. Bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah tidak menurunkan ayat ini
untuk dijadikan perumpamaan tetapi untuk diteliti, direnungkan dan diamalkan.
b. Sebagian ulama lain beranggapaan bahwa mempergunakan amtsal mursalah itu boleh
saja karena amtsal, termasuk amtsal mursalah lebih berkesan dan dapat mempengaruhi
jiwa manusia.

10
BAB III
SIMPULAN

Amtsal adalah bentuk jamak dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah sama
dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.
Orang yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur
Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam
Abdul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan
Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754
H).
Ada beberapa Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an yaitu amtsal musharrahah,
amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
Shighot shighot amtsal Al-Qur’an yaitu Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-
sharih), Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni), Sighat majaz mursal,
Sighat majaz Murakkab, dan Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah.
Faedah Faedah amtsal Al-Qur’an yaitu
Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti
contoh yang baik.
Untuk dijadikan sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat
mungkin dihindari.
Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga
mereka terbimbing ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Al-Qur’an, Pustaka Al-Kutsar: Jakarta


Timur, 2006
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung. 2000
Al-Khattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,PustakaLitera AntarNusa:
Jakarta.2001
http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/10/ilmu-amtsal-al-
qur%E2%80%99an/

[1] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Pustaka Litera


AntarNusa, Jakarta, 2001, hlm 401-402
[2] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 93-94
[3] Ibid, hlm 95-96
[4] Manna’ Khalil al-Qattan, Op.cit, hlm 407-408
[5] http://ruhmannisamufarrahah.blog.com/2010/12/10/ilmu-amtsal-al-
qur%E2%80%99an/
[6] Op.cit hlm. 403-404

12

Anda mungkin juga menyukai