KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang memberikan segala
nikmat-Nya hingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang “Sejarah
Perkembangan Tafsir” tepat pada waktunya.
Tanpa bantuan dari Allah SWT, penulis bukanlah siapa-siapa. Shalawat beseta
salam tak lupa kita hadiahkan kepada junjungan umat yakninya nabi Muhammad
salallahu’alaihi wassalam
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah
“Ilmu Tafsir” Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi tahun 2019.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka dengan ini, pemakalah mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Dini Mardina yang telah membimbing selama
penyusunan makalah ini. Dan juga kepada teman-teman yang telah mendukung
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kritik dan
saran yang membangun dibutuhkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca terutama bagi pembaca dalam
memahami makalah ”Sejarah Perkembangan Tafsir”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………1
BAB I PENDAHULUAN
wassalam……………………………………………..…..4
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................15
3.2 Saran......................................................................15
DAFTARPUSTAKA...............................................................16
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia dan paling tinggi
kedudukannya, karena pembahasannya berkaitan dengan Kalamullah yang
merupakan petunjuk dan pembeda dari yang haq dan bathil.Ilmu tafsir
telah dikenal sejak zaman Rasulullah Saw.dan berkembang hingga di
zaman modern sekarang ini. Adapun perkembangan ilmu tafsir dibagi
menjadi limaperiode yaitu: pada masa nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wassalam, pada masa sahabat, pada masa Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in, pada
masa klasik dan pada masa modern.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan tafsir pada masa Rasul?
2. Bagaimana perkembangan tafsir pada masa Sahabat?
3. Bagaimana Perkembangan tafsir pada masa Tabi’in dan Tabi’
Tabi’in?
4. Bagaimana perkembangan tafsir pada masa klasik?
5. Bagaimana perkembangan tafsir pada masa modern?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa Rasul.
2. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa sahabat.
3. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa tabi’in
Dan Tabi’ Tabi’in
4. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa klasik.
5. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa modern.
2
PEMBAHASAN
A. Penafsiran Pada Masa Nabi Muhammad Shalallahu ‘laihi wassallam
1. Kondisi Penafsiran Pada masa Nabi Muhammad Saw.
Beliau berfungsi sebagai mubayyin atau mufassir (pemberi penjelasan)
kepada para sahabat-sahabatnya tentang kandungan dari Al-Qur`an khususnya
tentang ayat-ayatnya belum dipahami.1
ِ غض
َوب َعلَي ِه ْم َوال ُ مت َعلَي ِه ْم َغ ِري امل
َ َأنع
َ ين
َ ) ِصَرا َط الَّ ِذ6( الصَرا َط املستَ ِقيم ِ
ِّ اهدنَـ ــا
َ ُ
)7( ني َ ِّالضَّال
Artinya:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurka dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat.”
ني ِ ِّ ول فَُأولَـِئك مع الَّ ِذين َأْنعم اللّه علَي ِهم ِّمن النَّبِيِّني و َّ َو َمن يُ ِط ِع اللّهَ َو
َ الصدِّيق ََ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ الر ُس
ك َرفِي ًقا
َ ني َو َح ُس َن ُأولَـِئِوالشُّه َداء و َّ حِل
َ الصا َ َ َ
Artinya:
“Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi,
para Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya”.
b. Menafsirkan al-Qur`an dengan Ilmu Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw.adalah Nabi dan Rasul Allah Swt. Seluruh
perbuatan dan perkataan beliau dijaga dan selalu dalam bimbingan Allah Swt. Hal
ini dipertegas oleh Allah Swt. dalam QS. an-Najm [53] : 3-4
ِإ ِإ ِ
َ ُ) ْن ُه َو اَّل َو ْح ٌي ي3( َو َما يَنط ُق َع ِن اهْلََوى
)4( وحى
Artinya:
“Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya (Muhammad). Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”
Hal ini juga menjadi dasar bahwa walaupun penjelasan yang berasal dari
beliau sendiri juga mendapat petunjuk dari Allah Swt. Beberapa contoh dari
penafsiran
Beliau adalah penjelasan beliau tentang tata cara shalat sebagaimana
diperintahkan Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah [2] : 43
2
Al-Qur’an
4
Artinya:
“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat
manusia pada Haji Akbar.”
Kemudian, apabila mereka tidak menemukan ayat Al-Qur’an dan hadis
Nabi Saw yang bisa menafsiri, mereka melakukan penalaran dan ijtihad dengan
segala kemampuan yang dimiliki mereka. Dalam berijtihad, sahabat telah
memiliki beberapa sumber yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk melakukan
ijtihad. Di antaranya adalah:
1. Pengetahuan yang memadai tentang kosa kata, gramatikal dan sastra bahasa
Arab. Hal ini dapat membantu mereka guna mengetahui tafsir sebuah ayat yang
ada kaitannya dengan pemahaman akan kebahasaan.
2. Pengetahuan akan adat istiadat dan moral bangsa Arab yang bisa membantu
dalam menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kebiasaan dan akhlak
mereka,seperti penafsiran QS. alBaqarah [02]: 189
5
artinya:
وت ِمنَ ُس الْرِب ُّ بَِأ ْن تَْأُت ْواْ الُْبي ِ ِ ُ ِاألهلَّ ِة قُ ْل ِهي َم َواق ِ يسَألُونَك ع ِن
َ يت للنَّاس َواحْلَ ِّج َولَْي َ َ َ َْ
وت ِم ْن َْأب َواهِبَا َو َّات ُقواْ اللّهَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن ِ
َ ُظُ ُهو ِر َها َولَـك َّن الْرِب َّ َم ِن َّات َقى َوْأتُواْ الُْبي
kepada Ahli kitab, sahabat hanya menanyakan ayat-ayat yang masih ada kaitannya
dengan kitab Taurat mupun Injil, seperti ayat-ayat yang berisi cerita-cerita nabi
dan umat-umat terdahulu yang memang di dalam Al-Qur’an dan hadis tidak
dijelaskan secara rinci3.
Kendati demikian, sahabat tidak terlalu banyak merujuk kepada pendapat
Ahli kitab dan tetap memilah-milah apa yang mereka dengar dari Ahli kitab,
apakah sesuai dengan akidah dan syariat Islam atau tidak. Rujukan terhadap Ahli
kitab ini dilakukan hanya untuk mengambil aspek nasehat (al-‘Izhzhah) dan
pelajaran (al-‘Ibrah) yang ada di dalam ayat itu saja.
Dari kalangan sahabat, hanya sedikit yang terkenal sebagai ahli tafsir
(mufassir). Hal ini bisa dimaklumi karena mereka lebih mengandalkan Nabi Saw.
untuk menafsirkan sebuah ayat. Kondisi yang ada saat itu juga tidak terlalu
menuntut adanya penafsiran yang berlebih, yang mencakup semua ayat-ayat yang
terdapat dalam al-Qur’an. Semua itu bisa dilihat dari sedikitnya jumlah ayat-ayat
yang ditafsirkan dan sahabat yang meriwayatkan tafsir pada masa ini. Beberapa
sahabat yang dikenal sebagai ahli tafsir adalah al-Khulafa al-Arba’ah, yakni: Abu
Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Talib,
Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, Abu
Musa al-Asy’ari, Abdullah bin Zubair. Selain kesepuluh orang sahabat tersebut,
ada beberapa sahabat yang pernah meriwayatkan tafsir meskipun sedikit sekali
dan penafsirannya pun tidak setenar kesepuluh orang di atas. Di antara mereka
adalah: Anas bin Malik, Abi Hurairah, Abdullah bin Umar, Jabir bin ‘Abdullah,
Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, ‘Aisyah binti Abu Bakar.
Hakikat penafsiran yang dilakukan para sahabat memiliki ciri tersendiri.
Beberapa ciri tersebut di antaranya adalah:
a. Mereka tidak menafsirkan semua ayat-ayat Al-Qur’an. Yang mereka tafsir
adalah ayat-ayat yang masih samar, tidak jelas dan sulit dipahami.
b. Perbedaan dalam pemahaman makna di antara mereka relatif sedikit.
3
Muhamad Ali Mustofa Kamal,”Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir
Klasik”,dalammaghza:Jurnal Sejarah Perkembangan tafsir volume 01,nomor 01, Januari-juni
2016, (Wonosobo, Jawa tengah: UNSIQ Jawa tengah), Hal. 70
7
c. Mereka mayoritas merasa cukup atas makna-makna yang global dan tidak
terlalu mendalami makna secara terperinci.
d. Mereka membatasi dan mencukupkan diri dengan penjelasan makna bahasa
yang mereka pahami, dengan bahasa yang lebih ringkas.
e. Sedikit sekali penalaran ilmiah yang mereka lakukan dalam masalah hukum-
hukum fikih dan tidak ada motif kefanatikan terhadap mazhab-mazhab agama,
karena belum ada istilah mazhab pada masa ini.
f. Tafsir pada masa ini belum sampai ke taraf pembukuan.
g. Pada masa ini tafsir masih berbentuk riwayat seperti halnya hadis.
C. Penafsiran Pada Masa Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in
Sebagaimana tokoh-tokoh sahabat banyak yang dikenal dalam lapangan
tafsir, maka sebagian tokoh tabi’in yang menjadi murid dan belajar kepada
mereka pun terkenal di bidang tafsir.Para tabi’in berpegang teguh pada sumber-
sumber yang ada pada masa sahabat.
a. bil Ma’tsur
b. bil Ra’yi
c. bil Isyaari.
6
Muhamad Amin,”Konstribusi Tafsir Kontemporer”,dalam menjawab persoalan umat:jurnal
subtantia volume 15 nomor 01, April 2013,(Banda Aceh:Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh), hal.3
11
c.Tafsir sebagai sebuah pemikiran manusia yang tentatif dan relatif maka harus
ada kesesuaian antara tafsir dengan fakta empiris.
d.Tafsir sebagai sebuah produk ilmiah maka harus ada kesesuaian antara hasil
tafsir dengan proposisi-proposisi yang dibangun sebelumnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uztadz Muhammad Husain az-Zahabi berkata:Dalam memahami
kitabullah, para tabi’in berpegang kepada apa yang ada pada Al-Qur’an itu
sendiri, keterangan yang mereka yang mereka riwayatkan dari para
sahabat yang berasal dari Rasulullah, penafsiran yang mereka terima dari
para sahabat berupa penafsiran mereka sendiri, keterangan yang diterima
7
Eni Zulaiha,”Tafsir kontemporer:Metodologo, paradigma, dan Standar Vasidalitasnya”, dalam
Sejarah Perkembangan Tafsir :jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, volume 02, nomor 01,
Juni 2013,(Bandung:UIN Sunan Gunung Djati Bandung),Hal.91.
13
para tabi’in dari Ahli Kitab yang bersumber dari isi kitab itu sendiri, dan
ijtihad serta pertimbangan nalar mereka terhadap kitabullah sebagaimana
yang telah dianugrahkan Allah kepada mereka.
Kitab–kitab tafsir menginformasikan kepada kita pendapat tabi’in
tentang tafsir yang mereka hasilkan melalui ijtihad, dan penafsiran mereka
ini tidak sedikitpun bukan berasal dari Rasulullah dan sahabat.
B. Saran
Demikian pokok pembahasan sejarah perkembangan tafsir, besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi , penulis meyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Zulaiha, Eni. 2017. Tafsir Kontemporer, Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial
Budaya. Jawa Barat: UIN Sunan Gunung Djati