MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah I’jaz al-Qur’an
DOSEN PENGAMPU
Ridwan Mansur, S. Pd. I., M. Ag.
Oleh:
FAJAR FATIH SBILI
IRVANA NURBAEHAKKI
HERU DANDI HASIM
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Devinisi dari pembahasan Ijaz tasyri?
2. Bagaimanan aspek aqidah I’jaz al-Qur’an dalam Asfek Tasyri’?
3. Bagaimana apek syariah I’jaz al-Qur’an dalam Asfek Tasyri’?
4. Bagaimana aspek akhlak I’jaz al-Qur’an dalam Asfek Tasyri’?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penjelasan mengenai ijaz tasyri
2. Mengetahui penjelasan mengenai aspek aqidah
3. Mengetahui penjelasan mengenai aspek syariah
4. Mengetahui penjelasan mengenai aspek akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ijaz tasyri
i’jaz, secara terminology ilmu al-Qur’an adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh beberapa ahli berikut:
1. Manna al-Qathan; “I’jaz (kemukjizatan) adalah menampakkan
kebenaran nabi Saw.-dalam pengakuan orang lain-sebagai seorang rasul
utusan Allah Swt. dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk
menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Qur’an dan
kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.1
2. Muhammad Bakar Ismail; “I’jaz (mukjizat) adalah perkara luar
biasa yang disertai-dan diikuti-dengan tantangan yang diberikan oleh Allah
Swt. kepada nabi-nabi-Nya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan
kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari Allah Swt.
3. Muhammad Ali al-Shabuny; “I’jaz ialah menetapkan
kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk
menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan yang
datangnya dari Allah Swt. yang diberikan kepada hamba-Nya untuk
memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabiannya.2
Dari ketiga definisi di atas dapat dipahami antara i’jaz dan mukjizat itu dapat
diakatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz di atas
mengesankan batasan yang lebih bersifat spesifik, yaitu hanya al-Qur’an. Sedangkn
pengertian mukjizat, mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa
al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau oleh segala
daya dan kemampuan manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, dalam konteks
ini antara pengertian i’jaz dan mukjizat itu saling isi mengisi dan saling lengkap
melengkapi, sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak dengan jelas
keistimewaan dari ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-
Nya, sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawa itu.
Tasyri berasal dari kata Syara’a – Yusyarri’u-Tasyri’an yang berarti
memberlakukan sebuah metode ataupun jalan. Sedangkan menurut istilah, Tasyr’I
ialah penetapan atau pemberlakuan syariat yang berlangsung sejak diutusnya
Rasulullah SAW. Dan berakhir hingga wafat.
Bila digabungkan dari definisi - definisi diatas, maka Ijaz Tasyri’ memiliki
makna mukjizat yang berkaitan atau berhubungan dnegan syariat. Syariat ini artinya
hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia.
Dalam I’jaz Tasyri’ ada beberapa aspek, diantaranya :
1. Aspek Dalam Akidah
Al-qur'an telah datang dengan aqidah yang mudah dan tidak rumit tentang
keyakinan yang sesuai untuk fitrah manusia yang mengisi jiwa dengan
kedamaian dan kepuasan. dan hati yang bercahaya serta kelapangan dan akal
yang sehat.3
1
Manna al-Qathan, “Mabahits fi Ulum al-Qur’an” diterjemahkan oleh Aunur Rafiq El-Mazni,
Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Pusstaka Al-kautsar, 2010), cet. Ke-10, h. 323
2
Muhammad Ali al-Shabuny, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970), h. 91
3
Mustofa Muslim , Mabahitsul fii l'jazi Al - Qur'an , ( Ar - riyyad : Daarul Muslim
1996 ) hlm 251
Sungguh allah telah menjaga alqur'an yang menjelaskan akidah islam dengan
cara yang sesuai dan menarik yang tidak dapat diikuti atau didengar kecuali untuk
menanggapi panggilan naluri dan perkataan yang benar karena alquran turun dari dzat
yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti:
َت ِمنَ ْال َح ِّي ٰۗذلِ ُك ُم هّٰللا ُ فَا َ ٰنّى تُْؤ فَ ُكوْ ن
ِ ِّت َو ُم ْخ ِر ُج ْال َمي
ِ ِّي ِمنَ ْال َمي ُ ِاِ َّن هّٰللا َ فَال
َّ ق ْال َحبِّ َوالنَّ ٰو ۗى ي ُْخ ِر ُج ْال َح
هّٰللا ۚ هّٰللا
َصفُوْ ن ِ ْلَوْ َكانَ فِ ْي ِه َمٓا ٰالِهَةٌ اِاَّل ُ لَفَ َس َدتَا فَ ُسب ْٰحنَ ِ َربِّ ْال َعر
ِ َش َع َّما ي
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai' Arsy dari
pada apa yang mereka sifatkan (al anbiya ayat 22)
b. Dan Al-Qur'an memberikan pesan-pesan dalam tujuan, tempat, dan sarana
walau berbeda dalam hal hukumnya, sebagaimana firman Allah SWT :
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar. untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan
orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata. karena dengki antara mereka sendiri.
Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang
hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Al Baqoroh ayat 213).
Dan Al-Qur'an menjelaskan pemilihan rasul-rasul dari pada kalangan manusia
dan dari ras, serta lisan - lisan kaumnya yang telah menjadi ketentuan allah dalam
pesan-pesan jika terealisasikan tujuan mengirim mereka dalam bentuk yang ideal
hanya dalam spesifikasi 2 tersebut sebagaimana dukungan mereka kepada mukjizat-
mukjizat itu perlu sesuatu sebagai argumen kepada manusia.sebagaimana firman allah
:
ُضلُّ هّٰللا ُ َم ْن يَّ َش ۤا ُء َويَ ْه ِديْ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۗ َوهُ َو ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم
ِ َو َمٓا اَرْ َس ْلنَا ِم ْن َّرسُوْ ٍل اِاَّل بِلِ َسا ِن قَوْ ِم ٖه لِيُبَيِّنَ لَهُ ْم ۗفَي
ق لِّ َما َم َع ُك ْم لَتُْؤ ِمنُ َّن بِ ٖه َ ب َّو ِح ْك َم ٍة ثُ َّم َج ۤا َء ُك ْم َرسُوْ ٌل ُّم
ٌ ص ِّد َ َواِ ْذ اَ َخ َذ هّٰللا ُ ِم ْيثَا
ٍ ق النَّبِ ٖيّنَ لَ َمٓا ٰاتَ ْيتُ ُك ْم ِّم ْن ِك ٰت
ص ُرنَّهٗ ۗ قَا َل َءاَ ْق َررْ تُ ْم َواَخ َْذتُ ْم ع َٰلى ٰذلِ ُك ْم اِصْ ِريْ ۗ قَالُ ْٓوا اَ ْق َررْ نَا ۗ قَا َل فَا ْشهَ ُدوْ ا َواَن َ۠ا َم َع ُك ْم ِّمنَ ال ٰ ّش ِه ِدي َ…ْن ُ َولَتَ ْن
Dan (ingatlah) , ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh ,
apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang
kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu
akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman:
"Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?
"Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah
(hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
Dan Al-Qur'an juga menyatakan bahwasanya beriman kepada para rasul dan
juga dengan sesuatu yang telah datang kepada rasul dari Allah SWT dari pada rukun-
rukun iman dan landasan-landasannya sebagaimana firman allah SWT dalam surah
albaqarah ayat 136 :
Katakanlah (hai orang - orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa
yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya , dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta
apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
c. Dan alquran juga menyatakan tentang keyakinan bahwasanya adanya hari
kebangkitan setelah mati dan hisab.hari pembalasan pada hari kiamat yang
menjelaskan keputusan dan penyelesaian, Maka hari itu adalah hari terakhir
daripada kebutuhan mutlak akan keadilan ilahi, maka harus ada perbedaan
antara yang orang baik dan buruk serta orang sholeh dan jahat.dan ketika
dibangkitkan setelah mati tentang perkara-perkara yang ghaib yang tidak
ditemukan pengaruhnya justru terdapat banyak di dalam alquran daripada
contoh-contoh dan argumen yang rasional serta qiyas atas perkara-perkara
yang konkrit .
Sesungguhnya percaya kepada hari kebangkitan setelah mati , hisab dan
pembalasan adalah unsur penting dalam penilaian perilaku manusia dalam kehidupan
dunia dan dorongan menuju kualitas mental dan kebajikan serta menjauh dari sifat
buruk , sebagaimana ini juga menjadi hiburan bagi orang - orang baik dan soleh
bahwa mereka telah kehilangan kebaikan ataupun mendapat keburukan dalam
kehidupan dunia ini .
Dan Al-Qur'an juga mensifati bahwasanya orang yang tidak percaya kepada hari
kebangkitan adalah orang yang merugi, sebagaimana meruginya orang-orang kafir
yang menganggap dengan akal serta pemahamannya bahwa hari kebangkitan itu tidak
ada dan tidak ada hikmah atas penciptaannya.mereka kehilangan kenyamanan jika
celaka di kehidupan dunia, dan mereka kehilangan apa yang telah dipersiapkan bagi
orang-orang yang beriman pada hari kebangkitan.
2. Aspek Syariat
Dalam menetapkan hukum al-Qur`an menggunakan cara-cara sebagai
berikut;
Pertama, secara mujmal. Cara ini digunakan dalam banyak urusan ibadah
yaitu dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula tentang
mu’amalat badaniyah al-Qur`an hanya mengungkapkan kaidah-kaidah secara kuliyah.
sedangkang perinciannya diserahkan pada as-Sunah dan ijtihad para mujtahid.
Kedua, hukum yang agak jelas dan terperinci. Misalnya hukum jihad,
undang-undang peranghubungan umat Islam dengan umat lain, hukum tawanan dan
rampasan perang. Seperti QS. alTaubah 9:41:
َاِ ْنفِرُوْ ا ِخفَافًا َّوثِقَااًل َّو َجا ِه ُدوْ ا بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنفُ ِس ُك ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ٰۗذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن
“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Ketiga, jelas dan terpeinci. Diantara hukum-hukum ini adalah masalah
hutang-piutang QS. Al-Baqarah,2:282. Tentang makanan yang halal dan haram, QS.
An-Nis` 4:29. Tentang sumpah, QS. AnNahl 16:94. Tentang perintah memelihara
kehormatan wanita, diantara QS. Al-Ahzab 33:59. dan perkawinan QS. An-Nisa`
4:22.
Yang menarik diantara hukum-hukum tersebut adalah bagaimana Tuhan
memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan baik untuk jasmani
dan rohani, individu maupun sosial sekaligus ketuhanan. Misalnya shalat yang
hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah aqil-balig dan tidak boleh
ditinggalkan atau diganti dengan apapun.
Dari segi gerakan banyak penelitian yang ternyata gerakan shalat sangat
mempengaruhi saraf manusia, yang intinya kalau shalat dilakukan dengan benar dan
khusuk (konsentrasi) maka dapat menetralisir dari segala penyakit yang terkait dengan
saraf, kelumpuhan misalnya.
Juga shalat yang kusuk merupakan bentuk meditasi yang luar biasa, sehingga
apabila seseorang melakukan dengan baik maka jiwanya akan selamat dari
goncangan-goncangan yang mengakibatbatkan sters hingga gila.
Dalam konteks sosial shalat mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar
seperti dijelaskan dalam QS. Al-‘Ankabut 29:45:
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
3. Aspek Akhlak
Contoh lain misalnya al-Qur`an Ali Imran [2;159] yang menanamkan sistem
hukum sosial dengan berdasar pada azaz musyawarah.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Ayat di atas menganjurkan untuk menyelesaikan semua problem sosial
dengan azaz musyawarah agar dapat memenuhi keadilan bersama dan tidak ada yang
dirugikan. Nilai yang dapat diambil adalah bagaimana manusia harus mampu
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, karena hasil keputusan
dengan musyawarah adalah keputusan bersama. Dengan demikian keutuhan
masyarakat tetap terjaga. Ayat selanjutnya apabila sudah sepakat dan saling
bertanggung jawab maka bertawakkal kepada Allah. Hal ini mengindikasikan harus
adanya kekuasaan mutlak yang menjadi sentral semua hukum dan sistem tata nilai
manusia.
BAB III
PENUTUP