BAHASA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Al- Balaghah dalam Ilmu Retorika atau Keindahan Bahasa
Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan
pembelajaran untuk bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang
berdasarkan kepada kejernihan dan ketelitian dalam menangkap keindahan. Mampu
menjelaskan perbedaan yang ada di antara macam-macam uslub (ungkapan). Dengan
kemampuan menguasai konsep-konsep balaghah, bisa diketahui rahasia-rahasia bahasa Arab
dan seluk beluknya serta akan terbuka rahasia-rahasia kemu’jizatan Al-Quran dan Al-Hadits.
Balaghah merupakan kajian teoretik yang membahas bentuk-bentuk pengungkapan dilihat
dari tujuannya. Sebagai wilayah kajian, ilmu ini terkait dengan makna, sehingga selalu
bersinggungan dengan semantik. Semantik berarti teori makna atau teori arti. Ilmu ini
merupakan cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti emantik mempunyai
objek berupa hubungan antara objek dan simbol linguistik. Selain itu ilmu ini membahas
perubahan makna kata emantik sebagai ilmu untuk mengungkapkan makna mempunyai
beberpa teori, di antaranya: conceptual theory, reference atau corespondence theory, dan
field theory.
Ilmu balaghah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah kalimat,
yaitu mengenai maknanya, susunannya, pengaruh jiwa terhadapnya serta keindahan dan
kejelian pemilihan kata yang sesuai dengan tuntutan. Ada tiga sub ilmu balaghah:
1. Ilmu ma’aani
ilmu ma' ani adalah ilmu untuk mengetahui kejelasan ucapan Arab sesuai dengan situasi
kondosinya. Ilmu Ma'ani merupakan pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk
pemakaian kata sesuai muqtadal hal. Jelasnya Ilmu Ma'ani itu adalah suatu peraturan tentang
pemberian makna yang tepat sesuai dengan redaksi kalimat. Dalam kelompok ilmu Ma' ani
ini akan dibahas mengenai :
a) Kalam khabari dan insya
f) Zikru dan Hazfu
c) Taqdim dan ta'hir
d) Qashar
e) Washal dan fashal
f) Ijaz dan Musawah
2. Ilmu Bayan:
Ilmu Bayan adalah ilmu yang menjelaskan seluk beluk bahasa Arab dimulai dari
mengetahui uslub (ragam bahasa) puisi dan prosa. Ilmu Bayan untuk mengungkapkan suatu
makna dengan berbagai uslub. Ilmu ini objek pembahasannya berupa uslub-uslub yang
berbeda untuk mengungkapkan suatu ide yang sama. Ilmu bayan berfungsi untuk mengetahui
macam-macam kaidah pengungkapan, sebagai ilmu seni untuk meneliti setiap uslub dan
sebagai alat penjelas rahasia balaghah. Keterangan ringkas mengenai pembahasan ilmu
Bayan :
a. Tasybih
Secara harfiyah : “perbandingan atau perumpamaan kata dengan kata lain, seperti : Wajah
gadis cantik dengan rembulan”. Menurut Istilah ilmu retorika, ialah ; “suatu ungkapan
mengenai sesuatu yang mempunyai persamaan sifat atau persamaan yang lainnya, dengan
menggunakan kata “ka” (seperti atau laksana atau bagaikan)”. Contoh teks al-Tasbih : “Anda
seperti matahari bercahaya. Meskipun anda telah melampau bintang zuhal”.
Secara umum tujuan tasybih ialah untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera.
Adapun secara terperinci tujuan-tujuan tasybih ialah :
1) Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
2) Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
3) Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
4) Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
5) Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
6) Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah
Jika dilihat dari asal kata, tasybih berasal dari kata Syabbaha, mengingat masamuda,
mensifatkan kecantikan gadis. Dari segi ilmu Balaghah adalah menyempakan sesuatu kepada
sesuatu yang lain dalam bahasa arab itu ditujukan supaya dapat menggambarkan hal rang
tersembunyi, hal yang jauh, dan yang dekat, menambah ketinggian derajat, memuji
keindahan, kelebihan seseorang atau kelompok, sehingga menyentuh perasaan orang.
Arkanutasybih (rukun-rukun tasybih) yaitu:
a) Musyabbah : yaitu suatu yang dipersamakan
b) Musyabbah bih : yaitu yang diumpamakan
c) Adat Tasybih : yaitu lapaz yang dipergunakan untuk membuat suatu perumpamaan
d) Wajah syabah : suatu sisi yang dipersamakan.
Dilihat dari struktur pembagianTasybih ditilik dari keadaan Wajah Syabah nya:
Tasybih Mujmal
Yaitu: yang wajah syabahnya tidak disebutkan.
Tasybih Mufasshol
Yaitu: yang wajah syabahnya perlu dijelaskan.
Contoh: Gusinya dan air mataku, sama bersihnya laksana mutiara.
Tasybih Khofi (samar-samar)
Yaitu: yang wajah syabahnya sulit dipahami, kecusli oleh orang yang cerdik, seperti
menyerupakan orang-orang yang setara derajatnya dengan kalung yang direndam, yang tidak
diketahui ujungmya.
Contoh: Mereka itu tak udahnya seperti seuntai kalung yang direndam, yang tidak diketahui
yang manakah ujungnya.
Tasybih Tamtsil
Yaitu: yang di dalam wajah syabahnya, terdapat sebutuan yang bertentangan dari orang yang
memperhitungkan.
Contoh: Sesungguhnya aku melihatmu seakan memajukan sebelah kaki sambil memundurkan
yang sebelah lagi.
Tasybih Jali
Yaitu: yang wajah syabahnya gampang dimengerti.
Contoh: Zaid seperti singa (dalam keberaniannya).
Tasybih Ghairu Tamtsil
Yaitu: yang wajah syabahnya tidak diambil dari wajah syabah yang banyak.
Contoh: Orang yang baik-baik di zaman ini, tah ubahnya seperti belirang merah (tentang
kelangkaannya).
b. Majaz
Secara harfiyah : “jalan atau perjalanan atau kebolehan atau kiyasan”. Menurut Istilah
ilmu retorika, ialah ; “kata yang digunakan dalam kalimat bukan menurut arti yang
sebenarnya, karena ada ‘alaqah atau hubungan atau qarinah atau bukti atau sebab yang
menghalangi arti yang dimaksud menurut yang sebenarnya” (al-lafzhu al-musta’malu fi
ghairiha ma wudhiha lahu au fi ghairi ma’naha). Majaz ada dua macam :
1. Majaz Mursal : majaz yang tidak dibangun diatas tasybih.
2. Isti’arah : majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna
haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai tersebut
dan makna haqiqinya. Isti’arah dibagi beberapa macam, seperti:
Isti’arah Tashrihiyah : mengemukakan maksud musyabbah dengan menggunakan lafazh
musyabbah bih, dan setiap orang mesti akan memahami bahwa maksud yang sebenarnya
ialah musyabbah berdasarkan konteks kalimatnya. Dalam hal ini sang penutur menggunakan
musyabbah bih dengan menghilangkan musyabbahnya. Konteks kalimat harus benar-benar
menunjukkan bahwa musyabbah bih tidaklah digunakan dalam makna hakikinya, tetapi
sebaliknya yakni mengandung makna musyabbah. Indikasi yang demikian ini disebut sebagai
qarinah al-isti’arah.
Isti’arah Makniyah : Dalam isti’arah ini, musyabbah bih tidak muncul dengan jelas akan tetapi
sedikit samar. Lafazh yang menunjukkan isti’arah dengan demikian bukanlah lafazh
musyabbah bih melainkan lafazh-lafazh yang mengiringinya atau lafazh-lafazh yang
menunjukkan sifat-sifatnya. Lafazh-lafazh ini dinisbatkan kepada musyabbah bih. Jadi,
tasybih yang ditimbulkan bersifat mudhmar didalam pikiran. Apabila suatu isti’arah
makniyah menyerupakan sesuatu dengan manusia maka ia disebut tasykhish (personifikasi).
Majaz juga dikenal dalam bahasa Indonesia yang berarti makna kiasan atau figuratif
meaning (pemakian kata – kata yang bukan pada arti yang sebenarnya). Contoh:
seorang pemberani berpidato di depan kita
Ini adalah suatu kitab yang telah kami turunkan kepadamu supaya kamu membawa manusia
dari kegelapan ke cahaya
Ditinjau dari padanan peristilahan semantik bahasa Indonesia majaz ini termasuk gaya
bahasa hiperbola dalam kelompok gaya bahasa pertentangan.
c. Al-Hakiki (makna yang sebenarnya)
Secara harfiyah : “makna yang selayaknya atau yang sebenarnya”. Menurut Istilah ilmu
retorika, ialah ; “kata yang dipakai dalam kalimat menurut arti yang sebenarnya” (al-kalimatu
al-musta’malatu fi al-kalami fi ma’naha al-haqiqi).
Contoh teks al-Hakiki :
ﺣﻣﺩﺍﻟﮑﺗﺎﺏ ﺍ ﻗﺮﺃ
Artinya : “Ahmad membaca buku”.
d. Kinayah
Kinayah menurut bahasa ialah perkataan tidak jelas maksudnya, seperti halnya kiasan,
sedangkan kinayah menurut istilah ialah: lafal yang dengannya itu menghendaki yang lazim
makna aslinya bersama pelampuan dari yang diinginkannya (dimaksudkannya).
Contoh: Zaid itu panjang sarung goloknya.
Yang dimaksudkan ialah: Zaid itu jangkung. Lazimnya ialah: Tinggi bentuk tubuhnya.
Maka, setiap orang yang jangkung, biasanya goloknya pun panjang. Kalaupun demikian,
dapat pula diartikan dengan makna aslinya.
Kinayah adalah lafal yang dengannya itu dapat diketahui maknanya yang dimaksudkan,
di atas maksud makna asalnya yang dikehendaki bersamanya. Kinayah itu datang untuk:
Pengkhususan (penentuan) sifat untuk maushuf, seperti: Adanya kebaikan itu dalam uzlah,
wahai, ahli, tasawuf. Yang dimaksudkan ialah: Bahwa ketentuan bagi para ahli sufi adalah
baruzlah)
Contoh lainnya:
Keagungan ada di antara kedua bajunya.
Kemuliaan ada di antara kedua baju dinginnya.
Maksudnya adalah bahwa untuk menentukan orang tertentu dengan keagungan dan
kemuliaan.
Untuk menentukan zat maushuf, seperti:
Contoh: Telah datang penjamu.
Maksudnya ialah Zaid, sebab dia sering menjamu tamunya, sehingga tampaknya hanya Zaid
sajalah tukang menjamu.
Untuk menentukan dzat sifat,
Sedangkan tujuan kinayah adalah:
Menjelaskan, seperti: bagi orang yang tinggi.
Mempersingkat (ikhtisar), seperti: Si fulan itu kurus anak sapinya. Maksudnya adalah sebai
kinayah dari seringnya menyembelih induk sapi untuk suatu penjamuan, sampai-sampai anak
sapinya kurus, karena kurang menyusu.
Memelihara kehormatan
Menghilangkan lafal sebab dipandang jelek dan sebagainya, seperti: menyapu dan
mendatangi (bersetubuh) (dalam ayat Al qur’an).”
3. Ilmu Badi’
Membahas tata cara memperindah suatu ungkapan, baik pada aspek lafal maupun pada
aspek makna. Ilmu ini membahas dua bidang utama, yaitu muhassinaat lafdziyyah dan
muhassinaat ma’nawiyyah. Muhassinaat lafdziyyah meliputi jinas, iqtibas, dan saja’.
Muhassinaat ma’nawiyyah meliputi tauriyah, tibaq, muqaabalah, husn at-ta’lil, ta’kid al madh
bima yusybih al-dzamm dan uslub alhakiim.
A. KESIMPULAN
llmu balaghah yang semula oleh sementara orang dikategorikan kepada ilmu sastra, tetapi
ilmu balaghah itu adalah sintaksis Arab. Sebagai ilmu semantik tentu ia berkaitan erat dengan
ilmu Sintaksis ilmu Nahwu dan ilmu sarf. Keberadaan ilmu balaghah sebagai ilmu bahasa
Arab akan terlihat dengan jelas jika dipergunakan kaca mata balaghah, dengan demikian akan
mudah pula untuk mengerti pesan yang terkandung dalam serangkaian kalimat, baik
berbentuk sastra ataupun yang bukan sastra.
Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan
pembelajaran untuk bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang
berdasarkan kepada kejernihan dan ketelitian dalam menangkap keindahan. Mampu
menjelaskan perbedaan yang ada di antara macam-macam uslub (ungkapan). Dengan
kemampuan menguasai konsep-konsep balaghah, bisa diketahui rahasia-rahasia bahasa Arab
dan seluk beluknya serta akan terbuka rahasia-rahasia kemu’jizatan Al-Quran dan Al-Hadits.
Al Balaghah dibagi menjadi beberapa kelompok seperti: Ilmu Ma’ani : ilmu yang
mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukan maknanya, ilmu yang mengajarkan cara
menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadhaa al-haal, Ilmu Bayan : ilmu yang
mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif, Ilmu Badii’ : ilmu yang mempelajari
karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau kesesuaian makna.
Urgensitas disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah Ilmu Balaghah merupakan
perangkat media yang dapat menghantarkan seseorang kepada pengetahuan tentang ke-I’jaz-
an al-Qur’an dan Ilmu Balaghah merupakan salah satu instrument yang dapat membantu
seorang yang bergelut dengan diskursus al-Qur’an terutama mufassir dalam memahami
kandungan isi al-Qur’an dan pesan-pesan yang tertuang didalamnya.
B. SARAN
Setiap orang akan merasa kesukaran apabila menggunakan bahasa yang bukan bahasa
ibunya. Kendala untuk mengerti ilmu Balaghah atau bahasan mengenai sastra akan lebih sulit
dimengerti apabila tidak mempunyai dasar pengetahuan awal. Sebagai staf pengajar penulis
menyarankan agar setiap, mahasiswa mempelajari tentang ilmu nahwu dan Morfologi Arab
dengan baik agar lebih mudah menyerap, terutama ilmu balaghah yang dianggap sulit itu
akan lenyap sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://skyaddictshozza.blogspot.com/2010/12/ilmu-balaghah.html
sastra-sastraarab.blogspot.com