Anda di halaman 1dari 12

AL-BALAGHAH DALAM ILMU RETORIKA ATAU KEINDAHAN

BAHASA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Ilmu balaghah sebagai salah satu cabang ilmu dalam bahasa Arab pun mengalami fase
kemunculan, perkembangan, dan seterusnya. Ilmu bahasa Arab yang memiliki tiga cabang
ini, yaitu ilmu ma’ani, bayan, dan badi’, tidaklah ada dari awal dalam sistematika seperti
yang kita kenal sekarang ini. Dahulu, sama sekali tak dikenal istilah balaghah sebagai sebuah
ilmu.
Pengetahuan tentang sisi sejarah balaghah perlu dipahami agar muncul kesadaran bahwa
ilmu ini memang bukan benda mati yang yang tidak dapat diperbarui. Kesadaran inilah yang
dapat menjamin perkembangan ilmu ini yang lebih maju, tidak mengalami kejumudan atau
bahkan kepunahan. Kemajuan yang dimaksud di sini meliputi berbagai segi, entah dari segi
pengajarannya yang lebih mudah, cakupan materi yang lebih luas, ataupun hasil penerapan
dari ilmu itu sendiri yang memuaskan, atau bahkan munculnya ilmu baru dari ilmu yang telah
ada.
llmu Balaghah adalah ilmu yang mengungkapkan metode untuk mengungkapkan bahasa
yang indah, mempunyai nilai estetis (keindahan seni), memberikan makna sesuai dengan
muktadhal hat (situasi dan kondisi), serta memberikan kesan sangat mendalam bagi
pendengar dan pembacanya.
Posisi ilmu Balaghah dalam tatanan kelompok ilmu-ilmu Arab persis seperti posisi ruh
dari jasad. Keberadaan ilmu Balaghah dan kaidah-kaidah yang tertuang didalamnya sangat
urgen.
Di dalam makalah ini akan membahas lebih jelas lagi tentang, sejarah munculnya Al-
Balaghah, pengertian dari Al- Balaghah dalam ilmu retorika atau keindahan bahasa, dan
Urgensi Ilmu Balaghah.

B.     Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalh ini antara lain yaitu:
1.      Bagaimana sejarah munculnya Al- Balaghah?
2.      Apa maksud atau pengertian dari Al- Balaghah dalam ilmu retorika atau keindahan bahasa?
3.      Apa Urgensi Ilmu Balaghah?
C.    Tujuan Makalah
Adapun yang menjadi tujuan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui sejarah munculnya Al- Balaghah
2.      Untuk maksud atau pengertian dari Al- Balaghah dalam ilmu retorika atau keindahan bahasa
3.      Untuk mengetahui Urgensi Ilmu Balaghah

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Munculnya Al- Balaghah


Sebuah ilmu tidaklah muncul sekaligus sempurna dalam satu masa. Ilmu mengalami fase
sejarah dimana ia muncul, berkembang, dan maju, hingga bisa jadi mengalami kepunahan.
Ilmu balaghah sebagai salah satu cabang ilmu dalam bahasa Arab pun mengalami fase
kemunculan, perkembangan, dan seterusnya. Ilmu bahasa Arab yang memiliki tiga cabang
ini, yaitu ilmu ma’ani, bayan, dan badi’, tidaklah ada dari awal dalam sistematika seperti
yang kita kenal sekarang ini. Dahulu, sama sekali tak dikenal istilah balaghah sebagai sebuah
ilmu.
Pembahasan tentang sejarah balaghah menurut Amin Al-Khuli meliputi tiga segi, yaitu:
1.      Sejarah tentang materi balaghah dan ketentuan-ketentuannya, meliputi masalah awal
kemunculan, tahapan perkembangan, dan bagaimana ilmu ini pada akhirnya;
2.      Kajian tentang tokoh-tokoh ilmu balaghah;
3.      Kajian tentang khazanah tulisan atau karangan dalam ilmu balaghah. Ketiga segi di atas
terkadang sulit dipisahkan satu per satu dalam kajian yang beruntun. Hal ini karena ketiganya
saling berkaitan erat satu sama lain.
Pengetahuan tentang sisi sejarah balaghah perlu dipahami agar muncul kesadaran bahwa
ilmu ini memang bukan benda mati yang yang tidak dapat diperbarui. Kesadaran inilah yang
dapat menjamin perkembangan ilmu ini yang lebih maju, tidak mengalami kejumudan atau
bahkan kepunahan.
Kemajuan yang dimaksud di sini meliputi berbagai segi, entah dari segi pengajarannya
yang lebih mudah, cakupan materi yang lebih luas, ataupun hasil penerapan dari ilmu itu
sendiri yang memuaskan, atau bahkan munculnya ilmu baru dari ilmu yang telah ada.
Ilmu-ilmu bahasa Arab berkembang pesat tak lepas dari faktor turunnya Al-Quran dalam
bahasa Arab. Al-Quran sebagai kitab samawi pegangan umat Islam merupakan inspirator
bagi para ahli bahasa Arab untuk mengkonsep berbagai macam pengetahuan yang dapat
digunakan untuk menjaga keasliannya, membantu memahaminya, dan menemukan sisi-sisi
keindahannya.
Para pakar bahasa ketika menghendaki menafsirkan satu ayat atau menetapkan makna
dari satu kata yang sulit dipahami, maka mereka mendatangkan syair jahiliy yang memuat
kata tersebut beserta makna dan gaya bahasanya. Hal ini khususnya bagi tafsir yang banyak
menggunakan pemaknaan secara bahasa, misal Tafsir Al-Kasysyaf karya Az-Zamakhsyari.
Interaksi para pakar dengan syair dan produk kesusastraan (adab) lainnya inilah yang
menjadikan mereka menulis berjilid-jilid buku tentang kumpulan syair, makna kosakata,
khithobah, dan khazanah sastra lainnya. Mereka menulisnya salah satunya demi khidmah
kepada Al-Quran.
Dari sinilah kemudian ilmu-ilmu yang berhubungan dengan kata-kata muncul dan
berkembang. Ilmu-ilmu ini lebih dari dua puluh macam, seperti nahwu, sharaf, isytiqaq,
ma’ani, bayan, badi’, ‘arudl, dan lain-lainnya. Secara historis istilah balaghah muncul
belakangan setelah benih-benih ilmu ini telah muncul dengan berbagai istilahnya sendiri.
Bahkan, sebelum ilmu-ilmu tersebut dikenal, esensinya telah mendarah daging dalam praktek
berbahasa orang-orang Arab dulu. Berbagai macam pengetahuan manusia, mulai dari ilmu,
filsafat, seni, dan lainnya telah ada di akal dan lisan manusia dalam kehidupannya jauh
sebelum diajarkan dan dikodifikasikan.
Tidak terkecuali ilmu balaghah, ilmu yang terkait ketepatan dan keindahan berbahasa ini
sebagai sebuah pengetahuan telah menghiasi berbagai perkataan orang Arab, baik dalam puisi
maupun prosa, bahkan jauh sebelum Al-Quran turun. Setiap bangsa pasti akan memilih yang
bagus dari seni berbahasa mereka. Membedakan antara bahasa yang baik dan buruk telah
menjadi kemampuan fitrah mereka sebagai pemilik bahasa tersebut. Mereka pun telah
menggunakan berbagai macam gaya bahasa yang indah. Tak terkecuali bangsa Arab dan
bahasa mereka.
Sebagaimana telah disampaikan di depan, Al-Quran adalah salah satu faktor munculnya
berbagai ilmu bahasa. Keindahan bahasa Al-Quran yang tak tertandingi menjadikannya
sebagai puncak tertinggi dalam hal ketepatan dan keindahan berbahasa Arab. Para pakar yang
biasa berbangga dengan keindahan syair dan juga terbiasa saling mengkritisi syair satu sama
lain mulai menghadapkan Al-Quran dengan pengetahuan mereka tentang keindahan
berbahasa. Dari sinilah mulai berkembang benih-benih ilmu balaghah.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin luasnya percampuran orang Arab dengan non-
Arab seiring kemajuan peradaban Islam menjadikan perlu disusunnya sebuah ilmu pengukur
ketepatan dan keindahan berbahasa Arab. Hal ini karena mereka orang-orang non-Arab tidak
dapat mengetahui keindahan bahasa Arab kecuali jika terdapat kaidah ataupun pembanding.
Hal ini penting terutama karena mereka punya keinginan besar untuk mengetahui
kemukjizatan Al-Quran.
Tema-tema ilmu balaghah mulai muncul belakangan setelah muncul dan mulai
berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf. Tema-tema ini yang dulunya dikenal sebagai kritik
sastra (naqd al-adab) semakin berkembang lebih dari pada masa jahiliyah. Mulai dari masa
khilafah Umawiyah, sebenarnya para ulama pakar sastra mulai bicara tentang makna
fashahah dan balaghah dan berusaha menjelaskannya dengan contoh dan bukti-bukti dari apa
yang diriwayatkan dari orang-orang sebelum mereka. Dari sinilah kemudian mulai muncul
balaghah ‘arabiyyah dari berbagai segi. Disusunlah buku-buku yang berbicara tentangnya
hingga sampailah fase pengajaran dari sebuah ilmu.
Kitab yang pertama kali disusun dalam bidang balaghah adalah tentang ilmu bayan, yaitu
kitab Majazul Qur’an karangan Abu ‘Ubaidah Ma’mar bin Al-Mutsanna, murid Al-Khalil.
Sedangkan ilmu ma’ani, maka tidak diketahui pasti orang pertama kali yang menyusun
tentang ilmu tersebut. Namun, ilmu ini sangat kental dalam pembicaraan para ulama,
terutama al-Jahidz dalam I’jazul Quran-nya.
Adapun penyusun kitab tentang ilmu badi’ pada masa awal, yang dianggap sebagai
pelopor, adalah Abdullah Ibn al-Mu’taz (w. 296 H) dan Qudamah bin Ja’far dengan Naqd
asy-Syi’r dan Naqd an-Natsr. Itulah ilmu balaghah pada masa awal kemunculannya. Yaitu
terutama pada masa- masa abbasiy kedua (232-334 H). Dalam fase tersebut, balaghah dengan
tiga cabangnya masih belum jelas keterkaitannya dalam kesatuan balaghah hingga nantinya
memasuki masa perkembangannya di abad kelima hijriyah.

B.     Pengertian Al- Balaghah dalam Ilmu Retorika atau Keindahan Bahasa
Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan
pembelajaran untuk bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang
berdasarkan kepada kejernihan dan ketelitian dalam menangkap keindahan. Mampu
menjelaskan perbedaan yang ada di antara macam-macam uslub (ungkapan). Dengan
kemampuan menguasai konsep-konsep balaghah, bisa diketahui rahasia-rahasia bahasa Arab
dan seluk beluknya serta akan terbuka rahasia-rahasia kemu’jizatan Al-Quran dan Al-Hadits.
Balaghah merupakan kajian teoretik yang membahas bentuk-bentuk pengungkapan dilihat
dari tujuannya. Sebagai wilayah kajian, ilmu ini terkait dengan makna, sehingga selalu
bersinggungan dengan semantik. Semantik berarti teori makna atau teori arti. Ilmu ini
merupakan cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti emantik mempunyai
objek berupa hubungan antara objek dan simbol linguistik. Selain itu ilmu ini membahas
perubahan makna kata emantik sebagai ilmu untuk mengungkapkan makna mempunyai
beberpa teori, di antaranya: conceptual theory, reference atau corespondence theory, dan
field theory.
Ilmu balaghah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah kalimat,
yaitu mengenai maknanya, susunannya, pengaruh jiwa terhadapnya serta keindahan dan
kejelian pemilihan kata yang sesuai dengan tuntutan. Ada tiga sub ilmu balaghah:
1.      Ilmu ma’aani
ilmu ma' ani adalah ilmu untuk mengetahui kejelasan ucapan Arab sesuai dengan situasi
kondosinya. Ilmu Ma'ani merupakan pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk
pemakaian kata sesuai muqtadal hal. Jelasnya Ilmu Ma'ani itu adalah suatu peraturan tentang
pemberian makna yang tepat sesuai dengan redaksi kalimat. Dalam kelompok ilmu Ma' ani
ini akan dibahas mengenai :
a)      Kalam khabari dan insya
f)       Zikru dan Hazfu
c)      Taqdim dan ta'hir
d)     Qashar
e)      Washal dan fashal
f)       Ijaz dan Musawah
2.      Ilmu Bayan:
Ilmu Bayan adalah ilmu yang menjelaskan seluk beluk bahasa Arab dimulai dari
mengetahui uslub (ragam bahasa) puisi dan prosa. Ilmu Bayan untuk mengungkapkan suatu
makna dengan berbagai uslub. Ilmu ini objek pembahasannya berupa uslub-uslub yang
berbeda untuk mengungkapkan suatu ide yang sama. Ilmu bayan berfungsi untuk mengetahui
macam-macam kaidah pengungkapan, sebagai ilmu seni untuk meneliti setiap uslub dan
sebagai alat penjelas rahasia balaghah. Keterangan ringkas mengenai pembahasan ilmu
Bayan :
a.       Tasybih
Secara harfiyah : “perbandingan atau perumpamaan kata dengan kata lain, seperti : Wajah
gadis cantik dengan rembulan”. Menurut Istilah ilmu retorika, ialah ; “suatu ungkapan
mengenai sesuatu yang mempunyai persamaan sifat atau persamaan yang lainnya, dengan
menggunakan kata “ka” (seperti atau laksana atau bagaikan)”. Contoh teks al-Tasbih : “Anda
seperti matahari bercahaya. Meskipun anda telah melampau bintang zuhal”.
Secara umum tujuan tasybih ialah untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera.
Adapun secara terperinci tujuan-tujuan tasybih ialah :
1)      Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
2)      Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
3)      Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
4)      Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
5)      Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
6)      Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah
Jika dilihat dari asal kata, tasybih berasal dari kata Syabbaha, mengingat masamuda,
mensifatkan kecantikan gadis. Dari segi ilmu Balaghah adalah menyempakan sesuatu kepada
sesuatu yang lain dalam bahasa arab itu ditujukan supaya dapat menggambarkan hal rang
tersembunyi, hal yang jauh, dan yang dekat, menambah ketinggian derajat, memuji
keindahan, kelebihan seseorang atau kelompok, sehingga menyentuh perasaan orang.
Arkanutasybih (rukun-rukun tasybih) yaitu:
a)      Musyabbah : yaitu suatu yang dipersamakan
b)      Musyabbah bih : yaitu yang diumpamakan
c)      Adat Tasybih : yaitu lapaz yang dipergunakan untuk membuat suatu perumpamaan
d)     Wajah syabah : suatu sisi yang dipersamakan.
Dilihat dari struktur pembagianTasybih ditilik dari keadaan Wajah Syabah nya:
         Tasybih Mujmal
Yaitu: yang wajah syabahnya tidak disebutkan.
         Tasybih Mufasshol
Yaitu: yang wajah syabahnya perlu dijelaskan.
Contoh: Gusinya dan air mataku, sama bersihnya laksana mutiara.
         Tasybih Khofi (samar-samar)
Yaitu: yang wajah syabahnya sulit dipahami, kecusli oleh orang yang cerdik, seperti
menyerupakan orang-orang yang setara derajatnya dengan kalung yang direndam, yang tidak
diketahui ujungmya.
Contoh: Mereka itu tak udahnya seperti seuntai kalung yang direndam, yang tidak diketahui
yang manakah ujungnya.
         Tasybih Tamtsil
Yaitu: yang di dalam wajah syabahnya, terdapat sebutuan yang bertentangan dari orang yang
memperhitungkan.
Contoh: Sesungguhnya aku melihatmu seakan memajukan sebelah kaki sambil memundurkan
yang sebelah lagi.
         Tasybih Jali
Yaitu: yang wajah syabahnya gampang dimengerti.
Contoh: Zaid seperti singa (dalam keberaniannya).
         Tasybih Ghairu Tamtsil
Yaitu: yang wajah syabahnya tidak diambil dari wajah syabah yang banyak.
Contoh: Orang yang baik-baik di zaman ini, tah ubahnya seperti belirang merah (tentang
kelangkaannya).
b.      Majaz
Secara harfiyah : “jalan atau perjalanan atau kebolehan atau kiyasan”. Menurut Istilah
ilmu retorika, ialah ; “kata yang digunakan dalam kalimat bukan menurut arti yang
sebenarnya, karena ada ‘alaqah atau hubungan atau qarinah atau bukti atau sebab yang
menghalangi arti yang dimaksud menurut yang sebenarnya” (al-lafzhu al-musta’malu fi
ghairiha ma wudhiha lahu au fi ghairi ma’naha). Majaz ada dua macam :
1.      Majaz Mursal : majaz yang tidak dibangun diatas tasybih.
2.      Isti’arah : majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna
haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai tersebut
dan makna haqiqinya. Isti’arah dibagi beberapa macam, seperti:
  Isti’arah Tashrihiyah : mengemukakan maksud musyabbah dengan menggunakan lafazh
musyabbah bih, dan setiap orang mesti akan memahami bahwa maksud yang sebenarnya
ialah musyabbah berdasarkan konteks kalimatnya. Dalam hal ini sang penutur menggunakan
musyabbah bih dengan menghilangkan musyabbahnya. Konteks kalimat harus benar-benar
menunjukkan bahwa musyabbah bih tidaklah digunakan dalam makna hakikinya, tetapi
sebaliknya yakni mengandung makna musyabbah. Indikasi yang demikian ini disebut sebagai
qarinah al-isti’arah.
  Isti’arah Makniyah : Dalam isti’arah ini, musyabbah bih tidak muncul dengan jelas akan tetapi
sedikit samar. Lafazh yang menunjukkan isti’arah dengan demikian bukanlah lafazh
musyabbah bih melainkan lafazh-lafazh yang mengiringinya atau lafazh-lafazh yang
menunjukkan sifat-sifatnya. Lafazh-lafazh ini dinisbatkan kepada musyabbah bih. Jadi,
tasybih yang ditimbulkan bersifat mudhmar didalam pikiran. Apabila suatu isti’arah
makniyah menyerupakan sesuatu dengan manusia maka ia disebut tasykhish (personifikasi).
Majaz juga dikenal dalam bahasa Indonesia yang berarti makna kiasan atau figuratif
meaning (pemakian kata – kata yang bukan pada arti yang sebenarnya). Contoh:
  seorang pemberani berpidato di depan kita
  Ini adalah suatu kitab yang telah kami turunkan kepadamu supaya kamu membawa manusia
dari kegelapan ke cahaya
Ditinjau dari padanan peristilahan semantik bahasa Indonesia majaz ini termasuk gaya
bahasa hiperbola dalam kelompok gaya bahasa pertentangan.
c.       Al-Hakiki (makna yang sebenarnya)
Secara harfiyah : “makna yang selayaknya atau yang sebenarnya”. Menurut Istilah ilmu
retorika, ialah ; “kata yang dipakai dalam kalimat menurut arti yang sebenarnya” (al-kalimatu
al-musta’malatu fi al-kalami fi ma’naha al-haqiqi).
Contoh teks al-Hakiki :
‫ﺣﻣﺩﺍﻟﮑﺗﺎﺏ ﺍ ﻗﺮﺃ‬
Artinya : “Ahmad membaca buku”.
d.      Kinayah
Kinayah menurut bahasa ialah perkataan tidak jelas maksudnya, seperti halnya kiasan,
sedangkan kinayah menurut istilah ialah: lafal yang dengannya itu menghendaki yang lazim
makna aslinya bersama pelampuan dari yang diinginkannya (dimaksudkannya).
Contoh: Zaid itu panjang sarung goloknya.
Yang dimaksudkan ialah: Zaid itu jangkung. Lazimnya ialah: Tinggi bentuk tubuhnya.
Maka, setiap orang yang jangkung, biasanya goloknya pun panjang. Kalaupun demikian,
dapat pula diartikan dengan makna aslinya.
Kinayah adalah lafal yang dengannya itu dapat diketahui maknanya yang dimaksudkan,
di atas maksud makna asalnya yang dikehendaki bersamanya. Kinayah itu datang untuk:
  Pengkhususan (penentuan) sifat untuk maushuf, seperti: Adanya kebaikan itu dalam uzlah,
wahai, ahli, tasawuf. Yang dimaksudkan ialah: Bahwa ketentuan bagi para ahli sufi adalah
baruzlah)
Contoh lainnya:
  Keagungan ada di antara kedua bajunya.
  Kemuliaan ada di antara kedua baju dinginnya.
Maksudnya adalah bahwa untuk menentukan orang tertentu dengan keagungan dan
kemuliaan.
  Untuk menentukan zat maushuf, seperti:
Contoh: Telah datang penjamu.
Maksudnya ialah Zaid, sebab dia sering menjamu tamunya, sehingga tampaknya hanya Zaid
sajalah tukang menjamu.
  Untuk menentukan dzat sifat,
Sedangkan tujuan kinayah adalah:
  Menjelaskan, seperti: bagi orang yang tinggi.
 Mempersingkat (ikhtisar), seperti: Si fulan itu kurus anak sapinya. Maksudnya adalah sebai
kinayah dari seringnya menyembelih induk sapi untuk suatu penjamuan, sampai-sampai anak
sapinya kurus, karena kurang menyusu.
 Memelihara kehormatan
 Menghilangkan lafal sebab dipandang jelek dan sebagainya, seperti: menyapu dan
mendatangi (bersetubuh) (dalam ayat Al qur’an).”
3.      Ilmu Badi’
Membahas tata cara memperindah suatu ungkapan, baik pada aspek lafal maupun pada
aspek makna. Ilmu ini membahas dua bidang utama, yaitu muhassinaat lafdziyyah dan
muhassinaat ma’nawiyyah. Muhassinaat lafdziyyah meliputi jinas, iqtibas, dan saja’.
Muhassinaat ma’nawiyyah meliputi tauriyah, tibaq, muqaabalah, husn at-ta’lil, ta’kid al madh
bima yusybih al-dzamm dan uslub alhakiim.

C.    Urgensi Ilmu Balaghah


Posisi ilmu Balaghah dalam tatanan kelompok ilmu-ilmu Arab persis seperti posisi ruh
dari jasad. Keberadaan ilmu Balaghah dan kaidah-kaidah yang tertuang didalamnya sangat
urgen. Urgensitas tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1.      Ilmu Balaghah merupakan perangkat media yang dapat menghantarkan seseorang kepada
pengetahuan tentang ke-I’jaz-an al-Qur’an;
2.      Ilmu Balaghah merupakan salah satu instrument yang dapat membantu seorang yang bergelut
dengan diskursus al-Qur’an terutama mufassir dalam memahami kandungan isi al-Qur’an dan
pesan-pesan yang tertuang didalamnya. Hal ini diperjelas oleh pernyataan al-Zamakhsyari
dalam al-Kasysyaf yang artinya:
“Sesungguhnya ilmu yang paling sarat dengan noktah-noktah rahasia yang rumit di tempuh,
paling padat dengan kandungan rahasia yang pelik, yang membuat watak dan otak manusia
kewalahan untuk memahaminya adalah ilmu tafsir, yakni ilmu yang sangat sulit untuk
dijangkau dan diselidiki oleh orang yang berstatus alim sekalipun. Dan tidak akan mampu
untuk menyelam kekedalaman hakekat pemahaman tersebut kecuali seseorang yang memiliki
kompetensi dan kredibilitas dalam dua spesifik ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an, yaitu
ilmu Ma’ani dan ilmu Bayan”.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
llmu balaghah yang semula oleh sementara orang dikategorikan kepada ilmu sastra, tetapi
ilmu balaghah itu adalah sintaksis Arab. Sebagai ilmu semantik tentu ia berkaitan erat dengan
ilmu Sintaksis ilmu Nahwu dan ilmu sarf. Keberadaan ilmu balaghah sebagai ilmu bahasa
Arab akan terlihat dengan jelas jika dipergunakan kaca mata balaghah, dengan demikian akan
mudah pula untuk mengerti pesan yang terkandung dalam serangkaian kalimat, baik
berbentuk sastra ataupun yang bukan sastra.
Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan
pembelajaran untuk bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang
berdasarkan kepada kejernihan dan ketelitian dalam menangkap keindahan. Mampu
menjelaskan perbedaan yang ada di antara macam-macam uslub (ungkapan). Dengan
kemampuan menguasai konsep-konsep balaghah, bisa diketahui rahasia-rahasia bahasa Arab
dan seluk beluknya serta akan terbuka rahasia-rahasia kemu’jizatan Al-Quran dan Al-Hadits.
Al Balaghah dibagi menjadi beberapa kelompok seperti: Ilmu Ma’ani : ilmu yang
mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukan maknanya, ilmu yang mengajarkan cara
menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadhaa al-haal, Ilmu Bayan : ilmu yang
mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif, Ilmu Badii’ : ilmu yang mempelajari
karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau kesesuaian makna.
Urgensitas disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah Ilmu Balaghah merupakan
perangkat media yang dapat menghantarkan seseorang kepada pengetahuan tentang ke-I’jaz-
an al-Qur’an dan Ilmu Balaghah merupakan salah satu instrument yang dapat membantu
seorang yang bergelut dengan diskursus al-Qur’an terutama mufassir dalam memahami
kandungan isi al-Qur’an dan pesan-pesan yang tertuang didalamnya.
B. SARAN

Setiap orang akan merasa kesukaran apabila menggunakan bahasa yang bukan bahasa
ibunya. Kendala untuk mengerti ilmu Balaghah atau bahasan mengenai sastra akan lebih sulit
dimengerti apabila tidak mempunyai dasar pengetahuan awal. Sebagai staf pengajar penulis
menyarankan agar setiap, mahasiswa mempelajari tentang ilmu nahwu dan Morfologi Arab
dengan baik agar lebih mudah menyerap, terutama ilmu balaghah yang dianggap sulit itu
akan lenyap sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://skyaddictshozza.blogspot.com/2010/12/ilmu-balaghah.html

sastra-sastraarab.blogspot.com

Akhdhori Imam, (2010), Terjemah Jauharul Maknum, Al Hidayah Surabaya

Anda mungkin juga menyukai