Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Al-Qur´an adalah (kalâmullâh) yang diwahyukan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw melalui perantaraan (rûh al-amîn) Jibrîl selama kurang lebih dua
puluh dua tahun proses pewahyuannya. Kesadaran terhadap hakikat Al-Qur´an
sebagai wahyu Allah (kalâmullâh) merupakan landasan yang fundamental dalam
bebagai konsep kehidupan umat Islam, baik secara normatif- ideologis, sosiologis-
antropologis, filosofis-interpretatif ataupun praksis-implementatif. Kesadaran ini
telah dimulai sejak wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad saw. Kitab suci
ini juga dipergunakan oleh kaum Muslimin untuk mengabsahkan perilaku,
melandasi berbagai aspirasi umat, memelihara berbagai harapan. Seiring dengan
berjalannya waktu , lambat laun berkembang berbagai ilmu tafsir dan menjadi
referensi umat Islam dalam menjawab berbagai persoalan yang mengitarinya.
Makalah ini akan mencoba untuk mengurai salah satu tafsir anak zamannya,
yaitu Ma’âlim al-Tanzîl karya al-Baghawī. Tafsir ini, selain posisinya cukup unik
karena merupakan ringkasan (mukhtashar) dari al-Kasyf wa al-Bayân ‘an Tafsīr Al-
Qur´ân karya al-Tsa’labī, juga karena tafsir ini balum mendapatkan perhatian yang
semestinya dari para pengkaji Al-Qur´an dan tafsir. Dengan demikian, tulisan ini
hendak memberikan kontribusi tentang siapa dan bagaimana al-Baghawî sebagai
pengarang Ma’âlim al-Tanzîl ini sebenarnya, serta menelisik tentang metodologi
yang digunakan al-Baghawî dalam menafsirkan Al-Qur´an.

B. Tujuan
1. Memaparkan biografi al-Baghawi.
2. Memamarkan latar belakang sosial dan karir intelektul al-Baghawi.
3. Memaparkan karya-karya al-Baghowi.
4. Mengenalkan kitab tafsir Ma’anil at-Tanzil.
5. Memaparkan contoh Tafsir al – Baghawi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi al-Baghawî
Pengarang tafsir Ma’âlim al-Tanzīl adalah Abû Muhammad al-Husayn ibn
Mas’ûd ibn Muhammad al-Farrâ´ al-Baghawî, seorang mufassir sekaligus
muhaddits yang mencapai gelar al-hâfizh, ahli fikih (faqīh) Syafî’î dan mujtahid.1
al-Baghawi dilahirkan di Baghsyur, yaitu kota kecil yang terletak antara Hazzah,
Moro, dan al-Rudz dari kota Khurasan2. Menurut ‘Abd Allâh ibn Ahmad ibn ‘Alî
al-Zayd, pengarang Mukhtashar Tafsîr al-Baghawî, al-Baghawî dilahirkan pada
tahun-tahun awal abad ke-4 yang termasuk ke dalam generasi ke-5 H. Sementara
Yâqût, dalam Mu’jam al-Buldân, berpendapat bahwa al-Baghawî dilahirkan pada
tahun 433 H, sedangkan menurut al-Zirkilî tahun kelahirannya adalah 426 H.3
Menurut ‘Abd Allâh ibn Ahmad ibn ‘Alî Al-Zayd, di penghujung akhir
usianya, yaitu pada 6 tahun terakhir kehidupannya atau antara tahun 510 – 516 H,
al-Baghawî menetap di Marwa al-Rûdz, sebuah tempat yang menjadi tanah air
kedua baginya.4 al-Baghawi sendiri wafat di Marwa pada bulan syawwal tahun 516
H = 1112 M di usia ke delapan puluh tahun dan dimakamkan disebelah makam
gurunya yaitu Al-Qodhi Husain Ibn Muhammad Marw Ar-Rud5 di permakaman al-
Thâliqân, sebuah pemakaman yang terkenal di daerah tersebut. Namun ada juga
yang meriwayatkan bahwa Al-Baghawi wafat pada tahun 510 H=1117 M.6

B. Latar Belakang Sosial dan Karir Intelektul al-Baghawi


Al-Baghawi dilahirkan di desa Bagha dan belajar di desa Ar-Rudz.
Sebagian besar kehidupannya dihabiskan untuk melakukan pengembaraan
intelektual (rihlah fî thalab al-‘ilm) dari satu negeri ke negeri yang lain, seperti

1
http://lamyamumtazah.blogspot.com/2010/08/mengenal-tafsir-maalim-al-tanzil.htmldi
akses pada /14/03/2015/14:01
2
http://www.faquha.com/2012/06/tafsir-al-baghawi-biografi-pengarang.htmldi akses pada
/ 24/ 03/ 2014/14:04
3
http://lamyamumtazah.blogspot.com/2010/08/mengenal-tafsir-maalim-al-tanzil.html/di
akses pada /14/03/2015/14:01
4
Ibid
5
http://nana-salsabila.blogspot.com/2012/06/al-khazin-lubab-al-tawil-fi-maani-
al.html/diaksespada/25/03/2015/15:42
6
http://www.faquha.com/2012/06/tafsir-al-baghawi-biografi-pengarang.htmldi akses pada
/ 24/ 03/ 2014/14:04
2
menghadiri sejumlah halaqah keilmuan, melakukan kunjungan sekaligus belajar
kepada sejumlah syaykh, sebuah karakter tradisi intelektual yang biasa dilakukan
oleh sarjana Muslim klasik-besar dalam peradaban Islam dan pada zamannya.7 Al-
Baghawi belajar fiqih kepada Al-Qodhi Husain Ibn Muhammad Marw Ar-Rud
yaitu pengarang kitab At-Ta’liqah yang terkenal dalam bidang fiqih dan
periwayatan. Beliau adalah murid istimewa dari Al-Qodhi. Beliau mendengarkan
riwayat dari jalur sanad para sahabat, seperti: Marwa Abi Umar, Abdul Wahid Ibn
Ahmad Al-Maliki, Abi Hasan Ad-Dawudi, Abu Bakar Ya’qub Ibn Ahmad As-
Shairafi Al-Nasaiburi wafat pada tahun 466 H, Abu Hasan Ali Ibn Yusuf Al-
Juwaini yang terkenal dengan gelar syaikh al-Hijaz wafat pada tahun 463H, dan
dari selain mereka periwayatan yang beliau dengar ialah sebanyak 460 hadits,
beliau juga meriwayatkannya secara berjama’ah.8
Beliau tumbuh dewasa dengan menekuni mazhab Syafii’, karena hidup di
lingkungan Syafii’ dan menimba ilmu dengan ulama-ulama pengikutnya. Beliau
punya peniggalan yang berharga dalam mazhab Syafi’i karena telah mengarang
kitab al-Tahdib. Dalam kitab itu beliau mengarah kepada arahan orang-orang yang
ahli dalam mentarjih, menguji dan mentashih, tidak fanatik terhadap madzhabnya,
tidak menghantam dengan madzhab lainya, tujuanya hanya ingin orang lebih dekat
dengan nash-nash dan lebih sesuai dengan dasar-dasar agama.9 Al – Baghwi adalah
serang yang mengajak umat kembali kepada al-Quran dan Sunnah, menyebarkan
ilmu keduanya, menjelaskan hukum-hukum yang dikandungnya. Oleh karena itu, ia
mengarang sejumlah karya yang besar manfaatnya, orang yang menguasainya
berhak mendapatkan gelar “Muhyi al-Sunnah” yaitu pengamal as-sunnah.
Al-Subki berkata bahwa: Imam Baghawi dikenal sebagai penghidup,
pengamal sunnah dan pembela agama, sayag beliau tidak datang ke Baghdad, jika
ia pernah kesana, niscaya biografinya bertambah luas dan tinggi kedudukannya
baik dalam ilmu-ilmu agama, tafsir, maupun hadis, lingkaran pengaruh
keilmuannya meluas terutama dalam transfer ilmu hadis. 10

7
http://nana-salsabila.blogspot.com/2012/06/al-khazin-lubab-al-tawil-fi-maani-
al.html/diaksespada/25/03/2015/15:42
8
http://deehilwa.blogspot.com/2012/08/tafsir-al-
baghawi.html/diaksespada/25/03/2015/15:55
9
Ibid
10
http://www.faquha.com/2012/06/tafsir-al-baghawi-biografi-pengarang.htmldi akses pada
/ 24/ 03/ 2014/ 14 : 04
3
Babarapa pengakuan terhadap integritas kecendekiawanan al-Baghawî
adalah sebagai berikut:11
1. Al-Suyûthî menyatakan, “Imâmân fî al-tafsîr, imâmân fî al-hadîts wa
imâmân fi al-fiqh.”
2. Ibn Khalikân mengilustrasikan dengan pernyataan, “Kâna bahrân fî al-
‘ulûm.”
3. Abû Bakar Muhammad ibn ‘Abd al-Ghannî menyatakan dengan
perkataan, “Imâmun min a´imat ahl al-naql”.
4. Tâj al-Dîn al-Subkî menyatakan dengan ungkapan, “Kâna imâmâm
jalîlân wa wara’ân, zâhidân, faqîhân, muhadditsân, mufassirân jâmî’ân
bayna al-‘ilmi wa al-’amali, sâlikân sabîl al-salafi.”
5. Ibn al-Wardī menyebutnya dengan pernyataan, “Al-Faqîh, al-muhaddits,
al-mufassir bahr al-‘ulûm.”
6. Al-Dzahabî dengan, “Kâna Sayyidân Imâmân, ‘âlimân ‘alâmatan,
zâhidân, qâni’ân bi al-yasīr bûrika lahu fî tashânîfihi wa ruziqa fîhâ bi
al-qubûli al-tâmi li husni qashdihi wa shidqi niyyatihi.”
7. Al-Zarqânî menandaskannya dengan, “Imâmân fi al-tafsîr wa al-
hadîts.”
Menurut Ibnu Ahwal, al-Bhagawi adalah orang yang menguasai berbagai
disiplin ilmu dan karya tulisnya yang bermanfaat. Selain itu al-Baghawi dikenal
sebagai orang yang zuhud, wara’, dan qana’ah. Diantara bukti kezuhudannya
adalah makannya hanya roti, ketika ia bosan makan roti semata, dicampurnya
dengan minyak.12
Asy-Syaikh Taqiuddin Al-Subki berkata: “Sedikit sekali kami melihatnya
memilih sesuatu kecuali apabila ditelitinya maka ia akan menemukan yang lebih
kuat dari yang lainnya, selain itu ia juga dapat mengungkapkannya dengan
ringkas. Hal tersebut menunjukan bahwa ia diberikan kecerdasan yang luar biasa
dan berhati-hati dalam menulis tafsir ini.”13

11
http://lamyamumtazah.blogspot.com/2010/08/mengenal-tafsir-maalim-al-tanzil.htmldi
akses pada /14/03/2015/14:01
12
http://www.faquha.com/2012/06/tafsir-al-baghawi-biografi-pengarang.htmldi akses pada
/ 24/ 03/ 2014/14:04
13
Ibid
4
C. Karya-Karya al-Baghowi
Ia adalah seorang yang telah menghimpun Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Sunnah
dan Fiqih. Semangat keilmuannya yang besar ini sungguh telah menghasilkan
sejumlah karangan yang berharga, diantaranya:
1. Kitab kumpulan fatwa yang dihimpunnya dari fatwa-fatwa gurunya Abi
Ali Al-Husain Ibn Muhammad Al-Marwazi.
2. Kitab At-Tahdzib yang membahas tentang Fiqih Imam Sya-fi’i. Kitab ini
adalah karangan yang bebas, telah dikoreksi, dan biasanya telah memuat
dalil-dalilnya.
3. Kitab Syarh As-Sunnah yang membahas keshahihan dan kecacatan
sanad dan matan hadis, menjelaskan makna-maknanya, dan
14
mengeluarkan hukum dan hikmahnya.
4. Kitab Ma’alim At-Tanzil, yaitu kitab Tafsir yang terkenal.15Al –
Anwaarfi syamaail an – Nabi al - Munkhtar16
Dalam hal tafsir, al-Baghawi sangat selektif dalam memilih masalah yang
terbaik dan menafsirkannya dengan tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek,
karena beliau berpedoman pada: 17
1. Atsar As-Shahabi baik perkataan atau riwayat dari kalangan para
sahabat dan tabi’in. Seperti, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
2. Hukum-hukum kebahasaan yang terdapat dalam Al-Qur’an, dalil-dalil
kebahasaan (kitab kebahasaan) dan juga syair-syair untuk menjelaskan
makna ayat.
3. Sejarah Nabi dan,
4. Ia mengambil banyak dari para ulama qiro’at.

D. Mengenal Kitab Tafsir Ma’anil at-Tanzil


Kitab tafsir Ma’anil al-Tanzil lebih populer dengan nama Tafsir al-
Baghawi,18 yaitu nama belakang pengarangnya. Basuni Faudah dalam karyanya,

14
Mujiono Nurkholis, Metodologi Syarah Hadist, (Bandung: Fasygil Grup, 2003),hlm. 3
15
http://deehilwa.blogspot.com/2012/08/tafsir-al-baghawi.html/di akses pada /2 / 03/
2015/15:55
16
https://orgawam.wordpress.com/2012/10/28/imam-al-baghawi-436-516-h/di akses pada/2
/ 03/ 2015/16:03
17
http://deehilwa.blogspot.com/2012/08/tafsir-al-
baghawi.html/diaksespada/25/03/2015/15:55
18
Hermawan Acep, Ulumul Quran, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm: 114
5
menggolongkan Ma’âlim al-Tanzîl sebagai sebagai salah satu kitab tafsir bercorak
bi al-ma´tsûr terpenting, termasyhur serta banyak dikenal orang. Meskipun
demikian, lanjut Faudah, al-Baghawī tidak membatasi metode tafsirnya dengan
hanya menyandarkan terhadap validitas riwayat semata, tetapi menggabungkan
antara corak bi al-ma´tsûr dengan bi al-ra´yi sekaligus yang disertai dengan
melakukan ijtihad yang terkategori maqbûl. Namun, sebagaimana yang ditegaskan
Faudah, corak yang paling dominan dari Ma’âlim al-Tanzîl adalah bi al-ma´tsûr-
nya. Sebagai sebuah tafsir yang lahir pada zamannya, tidak dapat dipungkiri bahwa
Ma’âlim al-Tanzîl bukan merupakan karya orisinal al-Baghawî semata, tetapi
banyak terilhami oleh karya-karya tafsir sebelumnya. Karakteristik penulisan kitab
tafsir al – Baghawi salah satunya adalah dalam setiap jilidnya, tafsir ini
mencantumkan daftar isi berupa surat dan ayat serta halaman yang terdapat
priwayatan hadits-hadits Nabi. Hadits-hadits tersebut berisi tentang keutaman-
keutamaan Al-Qur’an. Selain itu, dalam penafsiran kitab ini Al-Baghawi juga
menggunakan kata-kata yang ringkas, sehingga tidak terlalu panjang dan tidak
terlalu pendek yang mencakup lima jilid. Tafsir ini termasuk dalam tafsir tahlili
dikarenakan ditulis dengan tartib mushafi, yaitu ditulis dari surat Al-Fatihah sampai
surat An-Nas.19
Metode penafsiran yang digunakan dalam kitab ini adalah bil ma’stur.
Kitab ini berukuran sedang namun cukup komperhensip, dan merupakan kutipan
dari para mufassir di kalangan sahabat dan tabii’n. Penulisan kitab ini tidak disertai
dengan sanad, akan tetapi di bagian pendahuluannya al-Baghawi telah menuturkan
sanadnya sampai kepada setiap periwayat yang menjadi sumber riwayatnya.
Menurut Ibn Taimiyyah tafsir al-Baghawi lebih dekat kepada al-Qur’an dan
al-Sunnah, karena menurutnya kitab ini merupakan kitab yang paling selamat dari
bid’ah dan hadis-hadis dhai’f. Hanya saja kitab ini memiliki kecenderungan yang
kuat terhadap tafsir al-Tsa’labi dengan membuang sanad-sanad dha’if, bid’ah, dan
hal-hal yang tidak perlu yang ada di dalamnya. Kitab ini telah diringkas oleh al-
Syaikh Tajuddin Abu Nashri Abdul Wahab ibn Muhammad al-Husaini yang wafat
pada tahun 875 H dan dicetak beriringan dengan kitab tafsir Ibn Katsir.
Sekalipun metode penafsirannya adalah bil ma’tsur, namun coraknya terdiri
dari ma’ani, ilmu Qiraat, ahkam fiqh, untaian hikmah, isyarat, serta beberapa

19
http://deehilwa.blogspot.com/2012/08/tafsir-al-
baghawi.html/diaksespada/25/03/2015/15:55
6
pemikiran inovatif, dan juga hadis-hadis yang sebelumnya terdapat dalam tafsir al-
Tsa’labi.
Dalam metode penafsirannya, al-Baghawî merumuskan sejumlah langkah,
yaitu:20
1. Menafsirkan dengan bahasa yang mudah, tidak bertele-tele, membahas
kata-kata gharīb sampai kepada pengertian yang dimaksud dengan cara
merujuk derivasi kata yang disertai dengan cross check dalam Al-Qur´an
dan Hadis serta penafsiran sahabat, tabi’in dan para ahli linguistik.
2. Menggunakan metode Al-Qur´ân bi Al-Qur´ân dan atau bi al-hadîts aw
bi awqâl al-shâhabah dalam menjelaskan makna. Tidak ketinggalan
pula selalu berpedomen kepada aqwâl al-tabi’în wa al-mujtahidîn.
Metode ini merupakan eksplorasi dari teori anna Al-Qur´ân yufassiru
ba’dhuhu ba’dhân sehingga ayat yang bersifat mujmal di satu tempat,
di-tafshîl di tempat lain atau men-takhsîsh ayat yang bersifat ‘umûm
dengan ayat yang lain.
3. Melakukan klarifikasi atas qira´ât tertentu yang dirasanya menyebabkan
perubahan makna.
4. Merujuk pendapat-pendapat Ahl Sunnah dalam menolak pendapat-
pendapat yang bertentangan dengannya sekaligus membela pendapat Ahl
Sunnah, baik dengan cara manqûl atau ma´qûl.
5. Memberikan penjelasan fiqhiyyah terhadap ayat-ayat yang berkaitan
dengannya. Bahkan, menurut muhaqqiq, kebanyakan melakukan
klarifikasi ulang pendapat-pendapat ahli fikih sekaligus mentarjihkan
dengan pandangan-pandangan Syâfī’î. Tetapi, terkadan al-Baghawî juga
membiarkannnya tanpa melakukan pentarjihan.
6. Terkadang dalam penfsirannya al-Baghawi juga menyebutkan cerita-
cerita Isrâ´îliyyât.
7. Dalam jalur riwayat, al-Baghawî memperbanyak pula jalur dari al-
Kalabî.
Imam al-Baghawi telah benar-benar mempersiapkan tafsirnya dari segi
bahasa. Karena sebagian orang menyangka bahwa mengenal tafsir cukup dengan

20
http://lamyamumtazah.blogspot.com/2010/08/mengenal-tafsir-maalim-al-tanzil.htmldi
akses pada /14/03/2015/14:01

7
kebahasaan, menurut al-Baghawi mereka keliru. Karena menafsirkan al-Quran
membutuhkan aspek-aspek lain, diantaranya: mengetahui sunah Nabi saw.
Penulisan kitab tafsir al-Baghawi ini dilatar belakangi oleh beberapa hal,
yakni:21
1. Permintaan sejumlah sahabat
2. Melaksanakan wasiat Rasulullah saw.
3. Mengikuti ulama salaf yang terdahulu dalam melestarikan ilmu tafsir,
sekalipun tidak banyak tambahannya. Akan tetapi suatu keniscayaan
dalam setiap zaman untuk melakukan pentajdidan (pembaharuan),
selama memungkinkan dan begitu besarnya permintaan.

E. Contoh Tafsir al – Baghawi22

              

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di


jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,
tetapi kamu tidak menyadarinya”.(Q.S Al-Baqarah: 154)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mati syahid pada
perang Badar. Dari kaum Muslimin berjumlah 14 orang laki-laki: 6 orang dari
kaum Muhajirin dan 8 orang dari kaum Anshar. Orang mengatakan jika ada yang
terbunuh dijalan Allah: telah meninggal si fulan dari kenikmatan dunia dan
kesenangnnya. Sebagaimana Allah berfirman tentang orang-orang yang mati syahid
dalam perang Uhud:

              

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah


itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (Q.S
Ali Imran: 169)

21
ibid
22
http://deehilwa.blogspot.com/2012/08/tafsir-al-
baghawi.html/diaksespada/25/03/2015/15:55

8
Al-Hasan Berkata: “Sesungguhnya orang yang mati syahid mereka hidup
di sisi Allah SWT. Rizqi mereka didatangkan di ruh-ruh mereka maka sampailah
pada mereka perasaan senang dan gembira sebagaimana api nereka di datangkan
kepada ruh-ruh keluarga fir’aun di waktu pagi dan sore maka sampai pada mereka
perasaan sakit.”

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengarang tafsir Ma’âlim al-Tanzīl adalah Abû Muhammad al-Husayn ibn
Mas’ûd ibn Muhammad al-Farrâ´ al-Baghawî, seorang mufassir sekaligus
muhaddits yang mencapai gelar al-hâfizh, ahli fikih (faqīh) Syafî’î dan mujtahid. al-
Baghawi dilahirkan di Baghsyur, yaitu kota kecil yang terletak antara Hazzah,
Moro, dan al-Rudz dari kota Khurasan. al-Baghawi wafat di Marwa pada bulan
syawwal tahun 516 H = 1112 M di usianya yang ke – 80 tahun. Namun ada juga
yang meriwayatkan bahwa Al-Baghawi wafat pada tahun 510 H=1117 M. Metode
yang di gunakan al – Baghowi dalam menafsirkan al – Qur’an adalah bil ma ‘tsur.
Karya – karya al – Baghowi di antaranya adalah Kitab kumpulan fatwa, Kitab At-
Tahdzib, Kitab Syarh As-Sunnah, dan Ma’alim al – Tanzil .
Kitab tafsir Ma’anil al-Tanzil lebih populer dengan nama Tafsir al-
Baghawi. Karakteristik penulisan kitab tafsir al – Baghawi salah satunya adalah
dalam setiap jilidnya, tafsir ini mencantumkan daftar isi berupa surat dan ayat serta
halaman yang terdapat priwayatan hadits-hadits Nabi. Adapaun yang melatar
belakangi penulisan tafsir Ma’alim al – Tanzil atau tafsir al – Baghwi adalah
karena Permintaan sejumlah sahabat , melaksanakan wasiat Rasulullah saw. Serta
mengikuti ulama salaf yang terdahulu dalam melestarikan ilmu tafsir.

B. Saran
Figur al-Baghowi merupakan satu dari banyak ulama yang memiliki
kapasitas intelektual yang tinggi. Dengan adanya tafsir Ma’alim al – Tanzil atau
tafsir al – Baghwi diharapkan kepada calon ahli tafsir terutama, untuk selalu
mengekploitasi daya pikirnya sehingga paling tidak bisa sejajar dengan intelektual
al-Baghowi, atau bisa menggali pemahaman-pemahaman al-Baghowi dalam kitab
tafsirnya. Sehingga, pada akhirnya dapat menyalurkan ilmunya untuk kepentingan
Agama dan bangsa.

10
DAFTAR PUSTAAKA

Hermawan Acep, Ulumul Quran, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011)


http://deehilwa.blogspot.com/2012/08/tafsir-al-
baghawi.html/diaksespada/25/03/2015/15:55
http://lamyamumtazah.blogspot.com/2010/08/mengenal-tafsir-maalim-al-tanzil.htmldi
akses pada /14/03/2015/14:01
http://nana-salsabila.blogspot.com/2012/06/al-khazin-lubab-al-tawil-fi-maani-
al.html/diaksespada/25/03/2015/15:42
http://www.faquha.com/2012/06/tafsir-al-baghawi-biografi-pengarang.htmldi akses pada /
24/ 03/ 2014/14:04
https://orgawam.wordpress.com/2012/10/28/imam-al-baghawi-436-516-h/di akses pada/2 /
03/ 2015/16:03
Mujiono Nurkholis, Metodologi Syarah Hadist, (Bandung: Fasygil Grup, 2003)

11

Anda mungkin juga menyukai