‘’MADZAHIB TAFSIR’’
Dosen pengampu :
Di susun oleh :
Nim :
202112134124
JURUSAN USHULUDDIN
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam studi al-qur’an nama Al- baidlawi di kenal sebagai salah
seoarang mufasir yang cukup terkenal dengan tafsirnya Anwar Al-Tanzil
wa Asrar Al- ta’wil. Kitab ini sangat popular baik di kalangan umat islam
maupun non-islam. Popularitas kitab tafsir Al-Baidlawiy di dunia barat
konon menyamai populernya kitab tafsir jalalain karya jalaludin Al-
suyuti dan jalaludin Al- Mahalli di kalangan umat islam. Beberapa bagian
dari tafsir Al- Baidlawiy ini telah di terjemahkan ke dalam bahasa inggris
dan prancis. Bahkan kitab ini lebih luas daripada kitab tafsir jalalain itu,
serta mendalam dan meyakinkan ( matin wa mutaqin) sehingga sering di
jadikan sandaran oleh para pencari ilmu terutama ketika berkaitan dengan
pembentukan kata (Al-Shina’iyyat al-Lafdhiyyah). Dan atas karunia
Allah SWT kitab ini di terima dengan baik di kalangan jumhur. Di antara
mereka ada yang menjadikannya sebagai pijakan dengan melakukan
kajian kritis dan mengerumuninya untuk mengkaji dan membuat hasyiyah
(komentar)terhadapnya, ada yang membuat hasyiyah secara lengkap ada
juga yang membuatnya untuk sebagian dari kitab tafsir tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana biografi imam Al- Badlawiy
2. Bagaimana sejarah dan corak penafsiran Anwar Al-Tanzil wa Asrar
Al-Ta’wil ?
BAB II
PENDAHULUAN
1. Beliau belajar dari ayahnya sendiri, Imam Abu al- Qasim ‘umr bin
Muhammad bin ‘ali al- Baidhawi (w. 675 H) seorang ahli fiqih
penganut mazhab syafi’i. Beliau banyak belajar kepada ayahnya
dalam masalah fiqih dan penganutan mazhab.
2. Beliau juga pernah belajar kepada seorang alim ulama syaikh syarif
al- Din ‘umr al- Busyakaniy al-Zakiy (w. 680H), yang merupakan
salah satu ulama besar di daerah itu.
3. Selama di Syiraz ia menuntul ilmu kepada seorang guru yang bernama
Syaikh Muhammad bin muhammad al- kahtai al- Shufi sahabat al-
Baidhawi sendiri, beliau banyak belajar darinya tentang zuhud dan
ibadah. Al-Kahtai banyak memberi bimbingan dalam penulisan tafsir
yang di buatnya.
b. Murid-murid al-Baidhawi
Al-Baidhawi memiliki banyak murid yang belajar padanya, muridnya
yang terkenal adalah sebagai berikut :
1. Syaikh Imam Fakr al- Din Abu al-Mukaram Ahmad bin Hasan al-
Harirdi (W. 746H), beliau mensyarahkan kitab manahij fi ushul
fiqih karya al-Baidhawi.
2. Syaikh Jamal al-Din Abu al-Qasim ‘umar bin Ilyas bin Yunus al-
Maraghi Abu al-Qasim al-Shufi (lahir 643H dan wafat sekitar
tahun 732 H ), beliau belajar dari al-Baidhawi tentang kitab al-
manahij, al-Ghayahal- Qushwa dan kitab Thawali Anwar.
3. Syaikh Jamal al-Din Muhammad bin Abu bakr bin Muhammad al-
Maqra’i
4. Syaikh Ruh al-Din al- Thayar.
5. Qadhi Ruzain Ali bin Ruzaiha bin Muhammad al-Khanji (w. 707
H) beliau merupakan seorang ulama yang wara dan salih, beliau
mensyrahkan kitab milik gurunya Al-Ghayah al-Qushwa.
6. Al- Qadhi ruh al-Din Abu al-Ma’ali (w. 707 H), beliau juga
mensyarahkan kitab Al-Ghayah al-Qushwa.
7. Taj al- Din al-Hanki.
C. Corak penafsiran
Sebagaimana yang al-Zahabi kutip dari shahib al-kasyf al-Zunun, bahwa
al-Baidawi dalam menulis tafsirnya merujuk pada al-Zamakhsyari dalam
hal I’rab, Ma’ani, dan Bayan, al-Razy dalam hal filsafat dan kalam, juga
pada al-Ashfahani dalam hal asal-usul kata.
Dalam hal penetapan hukum, tafsirnya dipengaruhi oleh teologi ahlus-
sunnah, yakni dipengaruhi oleh tafsir Mafatih al-Ghaibi karya Imam
Fakhruddin ar-Raziy. Walaupun begitu tafsir ini merupakan ringkasan
dari tafsir Al-Kasysyaf, namun beliau meninggalkan aspek-aspek
kemuktazilahannya. Namun kadang dalam beberapa hal, beliau
sependapat juga dengan pendapat penulis al-Kasysyaf.
Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, al-Baidhawi sebenarnya tidak
memiliki kecenderungan khusus untuk menggunakan satu corak yang
spesifik secara muthlak, misalnya fiqh, aqidah atau yang lainnya.
Karyanya ini justru mencakup berbagai corak, baik kebahasaan, akidah,
filsafat, fiqh, bahkan tasawuf. Tentunya ini didukung oleh basis awal
keilmuan beliau dan juga aspek-aspek yang mempengaruhi beliau dalam
penafsiran, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Yang jelas, sebagai
seorang Sunni, penafsiran al-Baidhawi memang cenderung kepada
madzhab yang dianutnya tersebut. Dan secara otomatis, kitab tafsir ini
lebih kental nuansa teologisnya.
Salah satu ciri yang menjadi karakter dari kitab tafsir Al Baidhawi ini
adalah bahwa penulisannya senantiasa menggunakan bahasa yang
ringkas, singkat dan pendek. Keringkasan penggunaan bahasa dalam
kitab tafsir ini secara nyata tampak dari jumlahnya yang hanya dua jilid.
Meski disiplin keilmuan yang digunakan dan sumber penafsiran hampir
sama dengan kitab Mafatihul Ghaib dan Al Kasyaf, namun kedua kitab
ini lebih tebal. Selain itu banyaknya syarah atau hasyiyah mungkin bisa
disebut sebagai salah satu indikasi sangat ringkasnya kitab tafsir ini.
Dalam hal penetapan hukum, tafsirnya dipengaruhi oleh teologi ahlus-
sunnah, yakni dipengaruhi oleh tafsir Mafatih al-Ghaibi karya Imam
Fakhruddin ar-Raziy. Walaupun begitu tafsir ini merupakan ringkasan
dari tafsir Al-Kasysyaf, namun beliau meninggalkan aspek-aspek
kemuktazilahannya. Namun kadang dalam beberapa hal, beliau
sependapat juga dengan pendapat penulis al-Kasysyaf. Seperti halnya
ketika beliau menafsirkan surat Al-Baqarah: 275;
2
Abu Syuhbah, Muhammad ibn Muhammad, al-Isrā´īliyyāt wa al-Mawdhū’āt fī Kutub al-Tafsīr, (Mesir:
Maktabah al-Sunnah, 1408 H), cet. IV.
Dalam hal ini beliau memberikan penjelasan tentang apa yang disebut
dengan syihab (bola api) dalam ayat tersebut. Al-Baidhawi menyebutkan
bahwa ”Dikatakan bahwa bola api itu adalah uap yang menguap
kemudian menyala.
Dari segi sistematika penyusunan, kitab tafsir yang terdiri dari jilid ini,
diawali dengan menyebutkan basmalah, tahmid, penjelasan tentnag
kemukjizatan Al-Qur’an, signifikansi ilmu tafsir, latar belakang penulisan
kitab, baru kemudian diuraikan penafsirannya terhadap Al-Qur’an. Di
akhir kitab tafsirnya, al-Baidhawi berupaya untuk ”mempromosikan”
keunggulan dan kehebatan tafsirnya yang dikemas dengan menggunakan
bahasa yang singkat dan praktis dengan harapan agar dapat dikonsumsi
secara mudah oleh para pemabaca. Bacaan tahmid dan shalawat menjadi
penutup kitab tafsir ini. Tafsir ini memperlihatkan kepenguasaan dan
kedalaman ilmu pengarangnya, tetapi juga bercorak ringkas. Beliau tidak
mencantumkan satu kata pun jika tanpa adanya pertimbangan. Karena itu
banyak ditulis catatan pinggir (hasyiyah) untuk menerangkan kepelikan-
kepelikannya dan menguraikan rumusan-rumusannya. Diantara catatan-
catatan pinggir tersebut adalah catatan pinggir Imam Syihab al-Khalaji,
hasyiyah Zadah, dan hasyiyah Al-Nawawi. Banyaknya hasyiyah ini
mengindikasikan sangat ringkasnya kitab tafsir al-Baidhawi ini.3
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kitab tafsir ini dikenal dengan sebutan Tafsir al-Baidhawi. Tafsir ini
merupakan salah satu kitab yang populer di dunia Islam, yang memiliki
banyak manfaat, gaya bahasa yang indah, perumpamaan yang manis, dan
banyak diminati para pakar dan cendekiawan terkemuka untuk mengkaji
dan memberi catatan pinggir (komentar) terhadapnya, kitab yang terkenal
memberikan catatan pinggir terhadap Tafsir al-Baidhawi di antaranya
adalah catatan pinggir Syekh Zadah dan Syihab al-Khaffaji (‘Inâyat al-
3
Muhammad Yusuf Dkk, Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks Yang Bisu. Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2004
Qâdhi). Tafsir Anwar al- Tanzil wa Asrar al-ta’wil milik al- Baidhawi
menggunakan metode tahlili serta menggunakan pendekatan ma’tsur dan
bi al’ra’yi sekaligus.
Penafsiran yang dilakukan al-Baidhawi dalam hal gramatika bahasa,
ma’ani, dan bayan merujuk pada kitab Al-Kasysyâf karya Az-
Zamakhsyari, sampai-sampai dikategorikan sebagai “ikhtishâr al-
Kasysyâf” karena itu. Akan tetapi, al-Baidhawi meninggalkan
pandangan-pandangan Mu’tazilahnya dan berpegang pada madzhab
Asy’ariyah dalam masalah teologi dan kalam, demikian menurut adz-
Dzahabi. Selain itu, juga merujuk pada kitab At-Tafsîr al-Kabîr milik Ar-
Razi dalam kaitannya dengan hikmah dan kalam, serta Jâmi’ at-Tafsîr
karya Ar-Raghib al-Ashfahani dalam kaitannya dengan pembentukan
kata, makna intrinsik, dan isyarat-isyarat batin dari ayat.
DAFTAR PUSTAKA