Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Studi kitab “Mafatihul Ghaib li Ar-Razi” karya


Ibn Jarir ath-Thabary
Makalah digunakan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kitab Tafsir

Dosen Pengampu : Addin Kholisin, M.Ag

Disusun oleh :
\Ahmad Alfaidh Nasution (210204110097)
Ahmad Mush’ab Kamil Al’Hazmi (210204110084)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat, serta pertolongan-Nya, sehingga penulis berhasil
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Studi Kitab Tafsir yang berjudul “Studi
Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib li Ar-Razi karya FakhruddīnAr-Rāzi” dengan baik
dan lancar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Bapak ADDIN
KHOLISIN,M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Kitab Tafsir Prodi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang yang telah membantu dan memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah ini.

Harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat diambil manfaat dan
memberikan pengetahuan baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan.Penulis
menyadari keterbaasan yang penulis miliki.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan dan menerima segala bentuk kritik yang membangun beserta saran
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Malang, 19 September 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang Al Quran, berarti membahas tentang suatu kitab yang
suci nan sakral. Al-Quran sebagai rahamat linnas wa rahmatal lil ‘alamiin,
menjadikan kitab suci ini sebagai landasan dan huda dalam menapak jejak
kehidupan di dunia ini. Dalam Al-Quran yang menjadi mukjizat Rasulullah Saw,
didalamnya banyak terkandung hikmah dan interpretasi yang luas, sehingga ketika
membaca Al-Quran maka kita akan mendapatkan makna-makna yang lain ketika
kita membacanya lagi. Inilah yang menjadikan Al Quran terasa nikmat ketika
dibaca dan terasa tenang dihati ketika mendengarnya, walaupun yang
mendengarnya itu seorang ‘Ajami yang tidak paham bahasa Al-Quran.
Dalam bermua’malah dengan Al-Quran, terkadang kita mendapatkan ayat-
ayat yang sulit untuk dipahami maksudnya. kita memerlukan sebuah perangkat
untuk memahami kandungan Al-Quran, yang kita kenal dengan istilah tafsir.
Bahkan sahabat nabi terkadang masih sulit untuk memahami Al-Quran. Sehingga
ketika para sahabat tidak mengetahui makna atau maksud suatu ayat dalam Al-
Quran, mereka langsung merujuk kepada Rasulullah dan menanyakan hal
tersebut.
Sebagai umat Islam yang baik, tentunya kita tidak pernah luput dalam bersentuhan
dengan Al-Quran, setidaknya dengan senantiasa membacanya. Namun apakah
cukup hanya dengan membacanya saja? tentunya untuk meningkatkan kualitas
kita dalam bergaul dengan Al-Quran, dan untuk merasakan mukjizat Al-Quran
lebih dalam lagi, adalah disamping kita membacanya, kita juga membaca dan
menelaah tafsir-tafsir sebagai bayan atau yang menjelaskan dari Al-Quran itu
sendiri.
Salah satu jalan yang harus ditempuh dalam bergelut dalam dunia tafsir,
setidaknya dengan mengetahui pengarang dan metodologi yang dipakai dalam
menginterpretasi Al- Quran. Pada makalah yang singkat ini, penulis mencoba
memaparkan salah satu mufassir terkenal, mufassir yang keilmuannya tidak ada
yang menandingi pada zamannya, dialah Fakhruddin Ar Razi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi penulis kitab Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib li Ar-Razi
karya FakhruddīnAr-Rāzi?
2. Bagaimana Metode dan Corak Penulisan Kitab Tafsir tersebut?
3. Bagaimana Sistematika Penulisan Kitab tersebut serta Berikan
Contohnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi dari penulis kitab tafsir Mafatihul Ghaib li Ar-Razi
karya FakhruddīnAr-Rāzi.
2. Mengetahui metode dan corak penulisan kitab tafsir tersebut
3. Mengetahui sistematika penulisan kitab tafsir tersebut
1.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi
 Biografi Fakhruddin Ar-Razi
Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al-Husain bin al-Hasan
bin Ali al-Taimi al-Bakri al-Thibristani, terkenal dengan nama Fakhruddin
al-Razi. Diberi julukan Ibn Khatib al-Ray karena ayahnya, Dhiya adDin
Umar, adalah seorang khatib di Ray. Ray merupakan sebuah desa yang
banyak ditempati oleh orang ajam (selain Arab). Di Herat Fakhruddin
mendapat julukan Syaikh al-Islam. Al-Razi merupakan anak keturunan
Quraisy yang nasabnya bersambung kepada Abu Bakr ash-Shiddiq.
Fakhruddin Ar-Razi lahir pada 25 Ramadhan 543 H/1149 M,
tepatnya di kota Ray yaitu sebuah kota terkenal di negara Irak dekat kota
Khurasan, sementara ada sumber lain yang mengatakan bahwa beliau lahir
pada tahun 544 H/1150 M.1
Sejak kecil Imām FakhruddīnAr-Rāzi sudah dididik oleh ayahnya
sendiri, syikh Dhiyauddīn, ulama terkemuka pada masanya yang juga
dijuluki khatib Ar-Ray, beliau adalah seoramg tokoh, ulama dan pemikir
yang dikagumi oleh masyarakat Ray, disitulah Ar-Rāzi berkembang
menjadi orang yang soleh dan pencinta ilmu, setelah beliau berguru pada
ayahnya barulah beliau melakukan perjalanan ke berbagai kota seperti
Khurasan, dimana disana banyak ulama besar yang berasal dari negeri itu
seperti ‘Abdullah bin mubārak, Imām Bukhāri, Imām Tirmiżi dan ulama
besar lainnya, Dari Khurasan atau lebih dikenal lagi dengan Bukhara,
beliau melanjutkan perjalanannya ke Irak lalu ke Syam, namun lebih
banyak waktunya digunakan di Khawarzimi untuk belajar memperbanyak
ilmunya, kemudian terakhir beliau berangkat ke sebuah kota di daerah
Afganistan untuk belajar mengajar.

1
Muhammad al-Hilawi, Mereka Bertanya Tentang Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1998),
Selain sebagai seorang mufasir, beliau juga seorang pakar fiqh dan
ushul fiqh, ilmu kalam, ilmu kedokteran dan filsafat. Dan ia telah menulis
beberapa kitab terkait ilmu tersebut, dan kitab-kitanya menjadi rujukan
banyak ulama-ulama sesudahnya. Beliau sangat unggul dalam berbagai
disiplin ilmu, sehingga banyak orang-orang yang datang dari belahan
penjuru negri untuk meneguk sebagian dari keluasan ilmu beliau.
Meski pernah menulis karya tafsir yang sangat terkenal, Ar-Rāzi
lebih dikenal sebagai ahli fiqh dan filsafat. Beberapa karya dibidang
filsafatnya ialah Syariḥ al-Isyaraḥ, yang berisi komentarnya mengenai
kitab Al-Isyaraḥ wa At-Tanbihat karya Ibnu Sina. Sedangkan di bidang
ushul fiqh karya besarnya berjudul Al-Maul fi ‘Ilmi Al-Uṣul, yang
merangkum empat kitab besar dalam madzhab Syafi’i dan pendapat para
ahli ilmu kalam.2
Di masa tuanya, Ar-Razi menetap di Herat, Afghanistan. Di tempat
itu ia membangun masjid, mengajar dan menulis beberapa kitab hingga
ajal menjemput nyawanya pada hari Senin tanggal 1 Syawwal 606 H/1209
M tepat pada hari raya Idul Fitri pada usia 60 tahun. Sesuai dengan
amanatnya, Ar-Razi dimakamkan di gunung Mushaqib di desa
Muzdakhan, sebuah desa yang terletak tidak jauh dari Herat.3
 Karya-karya Fakhruddin Ar-Razi
Fakhruddin Ar-Razi adalah seorang ulama yang sangat produktif dan
memiliki wawasan yang cukup luas, tidak hanya terbatas pada bidang
hukum dan metodologinya, tetapi juga dalam bidang filsafat, teologi (ilmu
kalam), tafsir al-qur’an, tasawwuf, mantiq dan bahasa arab. Diantara karya
yang dimaksud adalah :

1. Al-Tafsīr al-Kabīr: Mafātih al-Ghaib


2. Tafsīr al-Fatīnah
3. Al-Tafsīr al-Shagīr: Asrār al-Tanzīl wa anwār al-Ta’wīl

2
Hafidh Fadlurrohman “Tafsir Mafatihul Ghaib” Blogspot, 14 April 2019, diakses 28 September
2022 https://hafidh-fr.blogspot.com/2019/04/makalah-tentang-tafsir-mafatihul-ghaib.html
3
Firdaus, “Jurnal Al-Mubarak Jurnal Al-Mubarak” 3, no. 20 (2018): 52–61.
4. Nihāyat al-‘Uqūl
5. Al-Maṣul fi Ilm uṣul al-Fiqh
6. Al-Mabāhit al-Masraqiyah
7. Lubāb al-Isharāt
8. Al-Maṭālib al-‘Aliyah fi ilm al-Kalām
9. Al-Ma’ālim fi uṡul al-Fiqh
10. Al-Ma’ālim fi uṡul al-Dīn
11. Tanbīh al-isharah fi al-Uṣul
12. Al-arba’īn fi uṡul al-Dīn
13. Sirāj al-Qulūb
14. Zubdāt al-Afkār wa ‘umdāt al-Nażār
15. Sharh al-Isharat
16. Manāqib al-Imām al-Syafi’i
17. Tafsīr asmaillāh al-Husnā4
 Aliran Kalam dan Fiqih
Dalam aliran kalam, Ar-Razi mengikuti aliran kalam Asy„ariyah.
Ia banyak dipengaruhi al-Gazali dan al-Haramain. Fakhruddin Ar-Razi
menjelaskan konsep ketuhanan di dalam bukunya yang berjudul al-Masâil
al-Khamsûn fi ushûl al-Dîn. Pandangannya tentang ketuhanan dipengaruhi
oleh mazhab Asy'ariyah. Ia meyakini bahwa Tuhan dapat dikatakan
sebagai sesuatu. Kata "sesuatu" digunakannya hanya untuk menjelaskan
tentang keniscayaan tentang adanya Allah dan tidak mempunyai arti
lainnya.5
Fakhruddin Al-Razi dalam bidang fikih bermazhab pada Mazhab
Imam Al-Syafi’i. Al-Razi belajar fiqh kepada ayahnya dan kepada al-
Kamal Al-Simnani. Meskipun bermadzhab Syafi’i, Ar-Razi tidak selalu
konsisten dalam bermadzhab. Ia tidak jarang menyalahi pendapat al-Syafi’
i, misalnya dalam hal wajibnya witir, wajibnya zakat buah dan tanaman

4
Hafidh Fadlurrohman “Tafsir Mafatihul Ghaib” Blogspot, 14 April 2019, diakses 28 September
2022 https://hafidh-fr.blogspot.com/2019/04/makalah-tentang-tafsir-mafatihul-ghaib.html
5
Wikipedia “Fakhruddin Ar-Razi”. 7 Januari 2022, diakses 28 September 2022
https://id.wikipedia.org/wiki/Fakhruddin_Ar-Razi
serta bolehnya minum khamr jika tidak ada air, ia mengikuti Imam Abu
Hanifah.

B. Sekilas Profil Mafatih Al-Ghaib


Ar-Razi menulis tafsirnya dari tahun 595 H, dan selesai pada tahun
663 H. Konon, Ar-Razi belum sempat menyelesaikan kitabnya, tetapi sampai
dimana beliau menulis tafsirnya dan siapa yang menyempurnakan masih
menjadi persoalan yang sulit ditemukan jawabannya.
Ada perbedaan di kalangan ulama mengenai penulisan kitab ini. Adz-
Dzahabi mengemukakan pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa yang
menyempurnakan tafsir Fakhr ad-Din al-Razi adalah Ahmad bin Muhammad
bin Abi al-Hazm Makkiy Najm al-Din alMahzumi al-Qamuli (w. 727 H).
Sedangkan Musthafa Ibnu Abdullah (pengarang kitab Kasyf al-Zunun) berkata
bahwa Syihab al-Din bin Khalil al-Khufi al-Dimasyqi (w. 639) yang
melanjutkan penulisan kitab tafsir al-razi, kemudian al-Syaikh Najm ad-Din
Ahmad bin Muhammad al-Qamuli (w. 727 H) yang menyelesaikannya.6
Mengenai sampai mana Ar-Razi menyelesaikan penulisannya, ada tiga
pendapat. Pertama, Sebagian ulama mengatakan bahwa al-Razi menyelesaikan
penulisan kitab tafsirnya sampai pada surat al-Anbiya’. Pendapat ini terdapat
keterangannya pada catatan kaki kitab Kashfu al-Zhunun yang memuat tulisan
Sayyid al-Murtada salinan dari syarah kitab Shifa’ karya Shihabuddin al-
Khawbiy. Kedua, Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Razi menulis kitab
tafsirnya hanya sampai pada surat al-Waqi’ah. Pendapat ini dikuatkan oleh
seringnya al-Razi mengutip ayat 24 surat al-Waqi’ah dalam penafsirannya.
Ketiga, Sebagian ulama mengemukakan bahwa Fakhruddin al- Raz
menyelesaikan penulisan kitab tafsirnya sampai dengan surat alBayyinah.
Pendapat ini didasarkan pada penjelasan al-Razi tentang perihal orang yang
menyembah Allah dengan ikhlas ketika menafsirkan ayat 5 surat al-Bayyinah.
C. Metodologi dan corak tafsir

6
Firdaus, “Jurnal Al-Mubarak Jurnal Al-Mubarak.”
Secara umum metodologi tafsir yang digunakan al- Razi dalam kitab
tafsir Mafatihul Ghaib adalah:
1) Dilihat dari segi pendekatan, kitab Tafsir Mafatihul Ghaib
menggunakan pendekatan tafsir bil al-Ra’yi (logika). Dibuktikan
dengan cara penafsiran dan argumentasi yang digunakan dalam
menjelaskan ayat al-Qur’an yang banyak menggunakan dalil-dalil
aqliyah (pendapat rasional). Dengan demikian, realitas dari Fakhruddin
al-Razi menurut para ulama di kategorikan sebagai pelopor tafsir bil
Ra‟yi (rasional) bersama dengan Zamakhshari dengan kitab Tafsirnya
al-Kasysyaf
2) Dilihat dari corak penafsirannya, Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib
menggunakan metode tafsir Ilmi, Falsafi dan Adabi wal Ijtima‟,
dengan rincian:
a) Digunakannya metode tafsir Ilmi ini dapat dilihat dari banyaknya
al-Razi menggunakan teori ilmu pengetahuan modern untuk
mendukung argumentasinya dalam menafsirkan ayat-ayat
alQur‟an, terutama ayat- ayat Qauniyah yang menyangkut masalah
astronomi.
b) Digunakannya metode tafsir Falsafi dapat dibuktikan dari
banyaknya Fakhruddin al-Razi mengemukakan pendapat ahli
filsafat dan ahli kalam, serta dipergunakannya metode filsafat
dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an. Metode Falsafi ini
dipergunakan terutama untuk menentang konsep-konsep pemikiran
teologi rasionalis Mu’tazilah.
c) Digunakannya metode tafsir Adabi dalam tafsir Mafatihul Ghaib
dapat dibuktikan dengan banyaknya Fakhruddin al-Razi
menggunakan analisis-analisis kebahasaan dalam menjelaskan dan
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an terutama dalam segi Balaghah dan
Qawaid al-Lughahnya.
3) Dilihat dari ragam atau model penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an, maka
kitab Tafsir Mafatihul Ghaib menggunakan metode Tahlili dan metode
Muqarran, dengan rincian:
a) Digunakan metode tafsir Tahlili dalam kitab tafsir Mafatihul Ghaib
dapat dilihat dari urutan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an,
yaitu dilakukan secara berurutan menurut kronologi ayat dari setiap
surat sebagaimana yang tertulis dari Mushab Usmani atau
menafsirkan ayat dan surat secara berurutan mulai dari surat al-
Fatihah sampai dengan surat an-Nas. Namun demikian patut
dicatat, bahwa walaupun al-Razi menafsirkan dengan
menggunakan metode tafsir tahlili, namun apabila menafsirkan
suatu topik atau persoalan tertentu maka al-Razi juga berusaha
mengumpulkan ayat-ayat yang sejenisnya dengan topik atau
persoalan yang ditafsirkan tersebut.
b) Digunakan metode tafsir Muqarran dalam kitab Tafsir Mafatihul
Ghaib ini terbukti dari banyaknya Fakhruddin al-Razi
mengemukakan dan membandingkan pendapat ulama dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pendapat yang dibandingkan
tersebut baik yang berasal dari ulama mufassir maupun ulama
dalam bidang-bidang yang lain, seperti ulama fiqih, ulama kalam,
ulama hadits dan sebagainya. Diantara ulama tafsir yang sering
pendapatnya dinukilkan oleh al-Razi adalah Muqatil bin Sulaiman
al-Mawarzi, Abu Ishaq al- Tha‟labi, Abu Hasan Ali bin Ahmad al-
Wahidi, Ibnu Qutaibah, Ibnu Jarir al- Thabari dan Abu Bakar al-
Baqilani. Sedangkan untuk ulama kalam yang sering beliau
nukilkan pendapat mereka adalah Abu Hasan al- Ash’ari, Abu
Muslim al-Ashfahani, al-Qadi Abdul Jabbar dan Zamakhsyari.
Sementara itu masih banyak lagi ulama dari berbagai latar
belakang keilmuan yang beliau nukilkan dan diperbandingkan oleh
Fakhruddin al- Razi ketika menafsirkan ayat-ayat al- Qur’an.
D. Karakteristik Tafsir Mafatihul Ghaib
Kitab tafsir ini mempunyai tiga nama yaitu tafsir al-Kabir, tafsir al-
Razi dan Mafâtih al-Ghaib. Penamaan kitab tafsir al-Kabir didasarkan pada
kebesaran kitab tersebut, sedangkan nama Tafsir Ar-Razi disandarkan pada
julukan pengarangnya yaitu Fakhruddin Ar-Razi dan penamaan Mafatih al-
Ghaib diilhami oleh sebuah istilah dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 59

yang berbunyi: ِ ‫ َو ِع ْن َد هُ َم َف اتِ ُح الْغَ ْي‬.


‫ب اَل َي ْع لَ ُم َه ا ِإ اَّل ُه َو‬ 7

Kitab ini terdiri dari 16 jilid. Dalam tafsir ini Ar-Razy berupaya
mencurahkan segenap ilmunya, sehingg tafsir ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya. Melalui ayat-ayat yang berkaitan
filsafat, beliau tuangkan bahasa-bahasa yang bersifat falsafi. Sementara ayat-
ayat yang berhubungan dengan bidang Teologis beliau curahkan segala
kemampuannya dengan bidang Teologis, Ayat-ayat yang bernuansa teologis ia
gunakan visi kalam Asy’ari. sedangkan untuk ayat-ayat yang berhubungan
dengan fiqih beliau berusaha menyajikan perbincangan-perbincangan
mengenai fiqih cenderung membela mazhab syafi’iyah demikian pula dengan
ayat-ayat yang menyangkut  bidang kesehatan, kedokteran, phenomena fisika
dan sebagainya.8

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Tafsir aar-Razy, yaitu menyebut nama surat,


tempat turunnya, bilangan ayatnya, perkataan-perkataan yang terdapat
didalamnya, kemudian menyebut satu atau beberapa ayat, lalu mengulas
munasabah antara satu ayat dengan ayat sesudahnya, sehingga pembaca dapat
terfokus pada satu topic tertentu pada sekumpulan ayat. Namun ar-Razi tidak
hanya munasabah antara ayat saja, ia juga menyebut munasabah antara surat.

7
Firdaus.
8
Mahbub Nuryadien “Analisis metode tafsir dalam kitab Mafatihul Ghaib” Syekhnurjati, 9 April
2021, diakses 28 September 2022 https://web.syekhnurjati.ac.id/lp2m/2021/04/09/analisis-
metode-tafsir-dalam-kitab-mafatih-al-ghoib/
Setelah itu ar-Razi mulai menjelaskan masalah dan jumlah masalah
yang terdapat pada ayat tersebut tersebut, misalnya ia mengatakan bahwa
dalam sebuah ayat al-Qur’an terdapat beberapa yang jumlahnya mencapai
sepuluh atau lebih. Lalu menjelaskan masalah tersebut dari sisi nahwunya,
ushul, sabab al-nuzul, dan perbedaan qiraat dan lain sebagainya. Sebelum ia
menjelaskan suatu ayat, ar-Razi terlebih dahulu mengungkapkan penafsiran
yang bersumber dari Nabi, Sahabat, tabi’in ataupun memaparkan masalah
antara nasikh dan mansukh, bahkan jarh wat ta’dil barulah ia menafsirkan ayat
disertai argumentasi ilmiyahnya dibidang ilmu pengetahuan, filsafat, ilmu
alam maupun yang lainnya.

F. Sumber Tafsir

Kitab tafsir Mafatihul ghoib tergolong tafsir bi al-rayi atau bil ijtihad,
al-dirayah atau bi al-maqul, karena penafsirannya didasarkana atas sumber
ijtihad dan pemikiran terhadap tuntutan kaidah bahasa arab dan kesusastraan,
serta teori ilmu pengetahuan. Karena didalam karya ini fakhruddin ar-razi
banyak mengemukakan ijtihadnya mengenai arti yang terkandung dalam ayat-
ayat al-Quran disertai dengan penukilan dari pendapat-pendapat ulama dan
fuqaha.9

Pendapat-pendapat ulama yang dinukil oleh Fakhruddin Ar-Razi


dalam kitab Mafatihul Ghaib ini antara lain seperti Ibnu Abbas, Ibnu al-
Kalabiy, Mujahid, Qatadah, al-Saddiy, dan sa’id bin Jubair. Dan dalam bidang
bahasa, al-Razi menukil pendapat dari perawi-perawi besar, seperti al-
Ashamiy, Abi Ubaidah, dan dari golongan ulama seperti al-Farra, al-Zujjaj,
dan al-Mubarrad. Sedangkan dalam bidang tafsir beliau menukil pendapat
Muqatil bin Sulaiman al-Marwaziy, Abu Ishak al-Tsa’labiy, Abu al-Hasan
‘Ali bin Ahmad al-Wahidi, Ibnu Qutaibah, Muhammad bin Jarir al-Thabariy,
Abu Bakar al-Baqillaniy, Ibnu Furak (guru al-Razi), al-Quffal al-Syasyi
alkabir, dan Ibnu Urfah.

9
Hafidh Fadlurrohman “Tafsir Mafatihul Ghaib” Blogspot, 14 April 2019, diakses 28 September
2022 https://hafidh-fr.blogspot.com/2019/04/makalah-tentang-tafsir-mafatihul-ghaib.html
Adapun Ulama Mu’tazilah yang dinukil pendapatnya oleh al-Razi,
diantaranya Abu Muslim al-Isfahaniy, al-Qadiy ‘Abd al-Jabbar, al-
Zamakhsyari. Adapun pandangan alZamakhsyari, al-Razi menukilnya dalam
rangka menolaknya dan membatalkan kehujjahannya. Pendapat-pendapat para
ulama tersebut memperkaya kitab tafsir al-Razi.10

G. Contoh Penafsiran

Pada pembahasan Q.S. Thaha ayat 5 tersebut, ar-Razi mengawali


tafsirnya dengan mengatakan bahwa pada ayat tersebut terdapat beberapa
permasalahan. Di sini pemakalah hanya menukil sebagian kecil dari
penafsiran beliau terhadap ayat ini. Permasalahan pertama berkenaan dengan
corak kebahasaan yang merupakan salah satu ciri khas kitab tafsirnya.

Menurut ar-Razi, lafaz ‫ الرمحن‬jika dibaca majrur, maka akan menjadi sifat dari
lafaz ‫ خل ق من‬yang disifati. Namun pada kenyataannya, lafaz dalam ayat ini

10
Firdaus, “Jurnal Al-Mubarak Jurnal Al-Mubarak.”
dibaca marfu’, sehingga faedahnya tidak hanya digunakan sebagai suatu sifat
pemurah saja, tetapi juga sebagai bentuk lafaz pemujaan dan pujian serta
memuliakan Allah swt. sebagai Sang Pencipta.
Permasalahan kedua adalah pembahasan tentang akidah. Menurut ar-
Razi, jika ayat tersebut dipahami secara lahir teks bahwa Zat Allah swt.
sedang duduk di Arsy, sungguh ini merupakan pemahaman yang batil dan
tidak bisa diterima oleh akal maupun dalil dari segala sisi. Pemahaman seperti
ini bertentangan dengan doktrin-doktrin Asy’ariyah dan sangat mustahil.
Kemudian ar-Razi mengemukakan beberapa argumen.
Pertama, bahwa Allah swt. itu ada tanpa tempat, termasuk Arsy. Allah
swt. tidak membutuhkan tempat ketika Dia menciptakan makhluk-Nya.
Bahkan, Dia Maha Kaya dari segala-galanya. Kedua, jika Allah swt.
bertempat dan duduk di Arsy, maka ada bagian dari Arsy yang digunakan
harus utuh berbentuk yang terdiri dari beberapa hal (murakkab). Sesuatu hal
yang tersusun dan terdiri dari sesuatu membutuhkan yang menyusun dan
menciptakan, sedangkan Allah swt. mustahil demikian. Ketiga, jika suatu
objek menempati suatu tempat duduk, pasti ia memiliki hukum
mutamakkinan, yaitu berpindah, bergerak dari waktu awal ke waktu
berikutnya. Ini merupakan ciri dari sifat perbuatan dan gerak bentuk baru.
Sedangkan Allah swt. yang bersifat al-Qadim dan al-Qiyam bi al-Nafs sangat
mustahil memiliki sifat kekurangan tersebut.11
H. Kelebihan dan kekurangan kitab Tafsir Mafatihul Ghaib

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam


kitab Tafsir Mafatihul Ghaib diantaranya sebagai berikut.

 Kelebihan

11
M Rifki et al., “Diajukan Oleh : Kelompok 2 Ulil Azmi Musawir Khairun Nuzula FAKULTAS
USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM - BANDA
ACEH 2021 M / 1443 H,” 2021.
1. Mengutamakan munasabah surah-surah Al-Qur’an dan ayat-ayatnya
sehingga dijelaskan hikmah-hikmah yang terdapat dalam urutan Al-
Qur’an dan ayat dengan keilmuan yang berkembang.
2. Mengemukakan banyak pendapat para ahli, baik ahli filsafat, ilmu
kalam, fiqh, dan lain-lain.
3. Menyebutkan semua mazhab fuqaha’ ketika menafsirkan ayat hukum.
Akan tetapi, ia lebih cenderung kepada mazhab syafi’i yang
merupakan pegangannya.
4. Menambahkan penjelasan tentang ilmu ushul al-fiqh, balaghah, nahwu
dan ilmu lainnya sekalipun tidak dibahas secara panjang lebar.
5. Keteguhan membela Ahl al-Sunnah dan menentang mu’tazilah.
Dikatakan bahwa ar-Razi begitu kuat meneguhkan pandangan musuh,
sehingga jika musuh itu mencoba meneguhkannya, ia tidak akan
mampu melakukannya seperti ar-Razi.12
 Kekurangan
1. Abu Hayyan berkata, sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Zahabi
bahwa dengan luasnya bahasan dan argumentasi yang dipaparkan oleh
al-Razi ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an maka mengakibatkan
seringkali jauh dari persoalan yang sebenarnya. Disamping itu Ar-Razi
dinilai dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an terlalu banyak
mengumpulkan masalahmasalah yang tidak ada sangkut pautnya
dengan al-Qur’an,
2. Manna’ al-Qaththan mengatakan bahwa ilmu akal mendominasi isi
kitab tafsir ini, sehingga dikatakan telah keluar dari makna Al-Qur’an
dan ruh ayat-ayatnya.
3. Karena kecendrungannya terhadap mazhab tertentu, dalam hal ini
Sunni, maka pemikiran-pemikirannya dalam memberikan argumentasi
ketika menafsirkan al- Qur’an terlihat sulit dipahami, terutama

12
Rifki et al.
berkaitan dengan orang yang tidak sepaham dengannya. Hal ini
mengakibatkan penafsirannya dipandang menjadi kurang objektif.13

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Nama lengkap Fakhruddin ar-Razi adalah Muhammad bin ‘Umar bin
al-Husain bin al-Hasan bin ‘Ali at-Tamimi al-Bakri ath-Thuburustani ar-Razi.
Kuniyah beliau adalah Abu Abdillah dan laqab beliau adalah Fakhruddin.
Beliau juga diberi laqab Syaikh al-Islam. Beliau dilahirkan di kota Ray, sebuah
kota kecil di Iran pada tanggal 15 Ramadhan tahun 544 H atau 1149 M. Sejak
kecil ar-Razi telah bergelut dengan ilmu pengetahuan melalui didikan ayahnya
dan guru-gurunya yang lain. Beliau pun menguasai berbagai disiplin keilmuan,
baik ilmu keislaman hingga ilmu kedokteran dan filsafat. Beliau banyak
melakukan perjalanan, baik dalam mencari ilmu maupun menyebarkannya.
Menjelang akhir hayat, beliau menetap di Harrah dan mengajar di sana. Beliau
menghembuskan nafas terakhirnya di sana pada hari Senin, 10 Syawal tahun
606 H atau 29 Maret tahun 1210 M.
Kitab tafsir yang dikarang oleh ar-Razi bernama Mafatih al-Ghaib.
Kitab ini juga dinamakan al-Tafsir al-Kabir. Ar-Razi menggunakan metode
tahlili dalam menyusun kitab tafsirnya. Sekilas, juga tampak metode muqaran
dalam kitabnya tersebut. Corak penafsirannya beraneka ragam, namun yang
mendominasi adalah corak teologis-filosofis dan corak fiqh. Kelebihan dari
kitab tafsir ini adalah menjelaskan banyak ilmu pengetahuan dalam
menafsirkan Al-Qur’an, seperti balaghah, nahwu, dan sebagainya. Munasabah
juga menjadi perhatian ar-Razi dalam kitab tafsirnya. Namun demikian,
kritikan dari para ulama juga diberikan terhadap kitab tafsir Mafatih al-Ghaib
ini. Kritikan-kritikan tersebut kebanyakan disebabkan keluasan pembahasan
yang dipaparkan oleh ar-Razi dalam kitab tafsirnya.
13
Moch Cholik Chamid Muttakin, “Konsep Poligami Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparasi
Pemikiran Ar- Razi & M Quraish Shihab),” 2001, 42–78.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus. “Jurnal Al-Mubarak Jurnal Al-Mubarak” 3, no. 20 (2018): 52–61.


Moch Cholik Chamid Muttakin. “Konsep Poligami Perspektif Al-Qur’an (Studi
Komparasi Pemikiran Ar- Razi & M Quraish Shihab),” 2001, 42–78.
Rifki, M, Mahasiswa Fakultas, Program Studi, Ilmu Al- Qur, Mata Kuliah, Studi
Kitab, and Tafsir Ii. “Diajukan Oleh : Kelompok 2 Ulil Azmi Musawir
Khairun Nuzula FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM -
BANDA ACEH 2021 M / 1443 H,” 2021.
Fadlurohman, Hafidh “Tafsir Mafatihul Ghaib” Blogspot, 14 April 2019, diakses
28 September 2022 https://hafidh-fr.blogspot.com/2019/04/makalah-tentang-
tafsir-mafatihul-ghaib.html
Nuryadien, Mahbub “Analisis metode tafsir dalam kitab Mafatihul Ghaib”
Syekhnurjati, 9 April 2021, diakses 28 September 2022
https://web.syekhnurjati.ac.id/lp2m/2021/04/09/analisis-metode-tafsir-dalam-
kitab-mafatih-al-ghoib/
Wikipedia “Fakhruddin Ar-Razi”. 7 Januari 2022, diakses 28 September 2022
https://id.wikipedia.org/wiki/Fakhruddin_Ar-Razi
al-Hilawi , Muhammad, Mereka Bertanya Tentang Islam, (Jakarta: Gema Insani,
1998),

Anda mungkin juga menyukai