Anda di halaman 1dari 13

Tafsir Lathaif Al Isyarah Karya Imam Al-Qusyairi

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Mabahist Kutub 1
Nama Dosen
Andi haryono,

Disusun Oleh
Rapita Lisa (19010017)
Rizka Amalia Khasanah (19010019)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN AL-LATHIFIYYAH
PALEMBANG
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat Nabi SAW yakni kalam Allah yang
isinya mengandung ajaran-ajaran Islam semua yang tersusun dalam al-Qur’an
merupakan petujuk bagi manusia untuk meraih kebahagiaan didunia maupun diakhirat.
Selain dari pada itu, alQur’an mempunyai beberapa kekhususan yang
membedakannya dengan kitab-kitab lainnya. Ia merupakan kitab ilahi, kitab yang
dijadikan mukjizat, kitab yang jelas dan mudah, kitab yang terjaga, kitab semua
agama, kitab untuk semua zaman.
al-Qur’an adalah bentuk pembicaraan yang mulia dengan sifat rububiyah
multak. Ia adalah pesan azali atas nama kekuasaan ilahi yang komprehensif dan agung.
Yang disampaikan memalui lisan alam gaib di alam indrawi dengan keindahan
susunan al-Qur’an, kerapian teksnya, dan keistimewaan gaya bahasanya, lalu dapat
mengantarkan pada sebuah komunikasi antara manusia pada tuhannya melalui
informasi makna yang terdapat didalamnya.
al-Qur’an manjadi minhaj yang praktis yang mencakup prinsip-prinsip yang
membimbing kehidupan individu, hubungannya dengan Robb, hubungannya dengan
alam, hubungannya dengan kehidupan sekitar, hubungannya dengan diri sendiri,
hubungannya dengan keluarga dan hubungannya pada masyarakat.
Oleh karena itu dapat memicu para ahli untuk memproduksi dari makna-
makna ayat yang tersirat maupun tersurat, sehingga berbagai karya tafsir dihasilkan
dengan berbagai perbedaan dalam sistem penafsirannya. Perbedaan metode penafsiran
ini terkait dengan kemampuan dan keilmuan setiap mufassirnya. Dalam suatu
penafsiran, sosok mufassir memiliki pengaruh yang besar, sebagaimana
kecenderungan gerakan sufi akan menghasilkan penafsiran ayat Al-Qur’an dengan
corak sufi isyari. Diantara tafsir corak isyari yang sudah dihasilkan seperti tafsir karya
Sahal Al-Tustari yang ditulis tangan, kemudian tafsir isyari lainnya karya Al-Alusi,
Ibnu Arabi, hingga tafsir karya Al-Qusyairi ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi penulisan Tafsir Lathaif al Isyarah ?
2. Bagaimana penafsiran Imam Qusyairi ?

2
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Qusyairi


Nama lengkapnya adalah al-Imam Abu al-Qasim Abdul Karim bin Hawazin
bin Abdul Malik bin Talhah bin Muhammad al-Istiwai al-Qusyairi al-Naisaburi al-
Syafi’I, , lahir pada tahun 986 M/376 H di Istiwa. Beberapa gelar yang disandang al-
Qusyairi, yaitu: pertama, al-Naisaburi, sebuah gelar yang dinisbatkan pada nama kota
Naisabur atau Syabur, salah satu ibu kota terbesar negara Islam pada abad
pertengahan, di samping kota Balkh Harrat dan Marw. Kedua, al-Qusyairi, nama
Qusyairi adalah sebutan marga Sa’adal-Asyirah al-Qathaniyah, mereka adalah
sekelompok orang yang tinggal di pesisiran Hadramaut. Ketiga, al-Istiwa, orang-
orang yang datang dari bangsa Arab yang memasuki daerah Khurasan dari daerah
Ustawa, yaitu sebuah negara besar di wilayah pesisiran Naisabur, yang berhimpitan
dengan batas wilayah Nasa. Keempat, al-Syafi’i sebuah penisbatan nama pada
mazhab Syafi’i yang didirikan oleh al-Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i pada
tahun 150-204 H/767-820 M. Kelima, al-Qusyairi memiliki gelar kehormatan, antara
lain: al-Imam, al-Ustadz, al-Syaikh, Zainul Islam, al-Jami’ baina Syari’ati wa al-
Haqiqah (perhimpunan antara nilai syari’at dan hakikat), gelar-gelar ini diberikan
sebagai wujud penghormatan atas kedudukan yang tinggi dalam bidang tasawuf dan
ilmu pengetahuan di dunia Islam. 1
Perjalanan hidup Qusyairi diawali dengan kesedihan, hal ini karena sejak
beliau kecil, Qusyairi sudah ditinggal oleh ayahnya, sehinga sejak sepeninggal
ayahnya tersebut Beliau terbiasa untuk bekerja membantu ibunya. Qusyairi kecil
hidup pada masa kesulitan ekonomi yang melanda seluruh pemerintahan Islam karena
pertikaian politik yang terus terjadi. Hal inilah yang mendorongnya untuk
mempelajari ilmu hitung seperti yang diinginkan keluarga besarnya, disamping fiqh,
tafsir dan bahasa arab di kota Nisabur (Basyuni, 1992: 10-11). Hingga kemudian,
beliau hidup bersama pamanya Abul Qasim al-Yamani, di tempat Abul Qasim inilah
Qusyairi belajar bahasa Arab. Setelah berguru kepada Abu Qasim, ia melanjutkan
belajar dengan para guru-guru pemuka agama serta petinggi para ulama diantaranya
Abu ‘Abd Rahman bin al-Husain bin Muhammad al-Azdi al-Sulami al-Naisaburi (325
H/936 M sd 412 H) seorang sejarawan, ahli sufi dan Ulama terkemuka. Dalam bidang

1Irwan Muhibudin, TAFSIR AYAT-AYAT SUFISTIK (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-QUSYAIRI


DAN AL-JAILANI), UAI Press 2018. Hlm 24

3
Ilmu fiqih Qushairi belajar kepada dua guru besar Fiqih di zamannya yaitu Abu Bakar
Muhammad bin Abu Bakar al-Tusi (385 H/990 M – 460 H/1067 M) dan Abu al-
’Abbas bin Sharih. Khusus di bidang mazhab Shafi’i al-Qusyairi berguru kepada Abu
Mansur ‘Abd al-Qahir bin Muhammad al-Baghdadi al-Tamimi al-Afrayaini (w. 429
H). Ilmu Usuluddin Qusyairi belajar kepada Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin
Mahran al-Asfarayaini (w. 418 H/ 1027 M) seorang guru besar sunni. Ilmu kalam
Qusyairi (1977: 14-15) belajar kepada Abu Bakr Muhammad bin al-Husain bin Farak
al-Ansari al-Shabani (w. 406 H/1015 M) seorang imam usul fiqh dan ilmu kalam. 2
Guru yang sangat berpengaruh bagi Imam Qusyairi ialah Abu Ali al-Hasan bin
Ali al-Naisaburi al-Daqaq (w.1023 H/ 412 M), Abu Aliq merupakan seorang guru
yang mempunyai ketakwaan yang tinggi, karena setiap kata-katanya terkesan indah
selalu mengajak kembali kepada Allah swt (Halim, 2003, p. 180). Beliau juga dikenal
sebagai seorang sufi yang sangat terkenal di zamanya, al-Daqaq sendiri dalam ilmu
tasawufnya beliau mengikuti tarekat tasawuf Imam Junaid, mengambil madzhab
Imam Syafi‟i dan belajar dengan Imam al-Qaffal dan Imam al-Hasyari. Di samping
seorang sufi, al-Daqaq juga merupakan seorang yang handal dalam bidang fiqih dan
ushul fiqih serta sastra Arab. Sosok gurunya itulah yang mempengaruhi kepribadian
Qusyairi, hingga pada madzhab fiqih dan kalamnya, Qusyairi (Al-Qushairi, 1977, p.
12) juga ikut mengikuti jejak sang guru. Hal ini membuat Qusyairi menjadi pembela
paling tangguh dalam madhzabnya (Bangun Nasution, 2013, p. 220). Melihat al-
Qusyairi yang demikian, akhirnya al-Daqaq menikahkan Qusyairi dengan puterinya
(Halim, 2003, p. 180) yang bernama Fatimah. Beliau hidup bersamanya semenjak
tahun 405 H/1014 M - 412 H/1021 M dan menghasilkan enam orang putra dan
seorang putri.3
Ada dua orang ulama yang sangat erat hubungannya dengan al-Qusyairi yaitu
Abu Abdul Rahman al-Sulami, tokoh sufi dari aliran Malamatiyah yang banyak
memberikan informasi aliran itu kepadanya dan Abu al-Ma’ali al-Juwaini, seorang
ahli fikih dan ilmu kalam terkemuka yang pada umur 20 tahun telah mewarisi
pengajian ayahnya Abu Muhammad dan kemudian setelah empat tahun menetap di
Nijaz, mengajar dan mengembangkan ilmunya disana sehingga digelari Imam al-
Haramain, ia diangkat menjadi Syaikh pada madrasah Nizamiyah Naisabur yang

2 Luthfi Maulana,Studi Tafsir Sufi: Tafsir Latha’If Al-Isyarat Imam Al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal
Ilmu Al-Qur’An Dan Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018. Hlm 07
3 Luthfi Maulana,Studi Tafsir Sufi: Tafsir Latha’If Al-Isyarat Imam Al-Qusyairi,,,.Hlm 08

4
sengaja dibangun untuknnya. Al-Juwaini lebih muda darinya dan cenderung dianggap
sebagai muridnya, terutama dalam bidang kerohanian, namun al-Qusyairi
menghormatinya sebagai ahli ilmu kalam yang terampil dalam berdebat
mempertahankan kalam sunni. 4
Dalam berteologi, al-Qusyairi bermazhab al-Asy’ari, sedang dalam fikih,
bermazhab al-Syafi’i. selain menafsir al-Qur’an, ia juga aktif meriwayatkan hadis,
sehingga ia memperoleh berbagai predikat: al-Mufassir, al-Muhaddis, al-Faqih al-
Syafi’I, al-Mutakallim al-Ushuli al-Adib al-Nahwi, al-Katib al-Sya’ir al-Sufi (mufasir,
ahli hadis, ahli fikih Syafi’i, ahli ilmu kalam, sastrawan, ahli gramatika bahasa arab,
penulis, penyair dan sufi). Ia menggabungkan antara ilmu-ilmu syari’at, hakikat dan
adab, bersama Imam Abu Muhammad al-Juwaini dan Ahmad bin al-Husain al-
Baihaqi ia pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Ia juga
menyelenggarakan majelis imla’(pembacaan atau pendiktean) dalam hadis. Pada
kesempatan ini ia banyak membacakan hadis, bahkan sering kali disertai
penjelasannya.5
Dalam hal menulis, al-Qusyairi mempunyai pola yang elegan dan menawan.
Abu Hasan al-Bakharji pernah menulis biografi dalam bukunya Damyah al-Qashr wa
‘Usrah Ahl al-Ashr, Al-Bakharji berkata: ”al-Qusyairi menggabungkan berbagai
macam kebaikan, hampir tak ada kecacatan nilai padanya. Seandainya ia membentak
cadas yang keras dengan suara peringatannya yang lantang, niscaya cadas itu akan
meleleh dan seandainya iblis diikat di majelis zikirnya, pastilah iblis itu akan bertobat.
Bicaranya fasih dan jelas sarat dengan logika yang tajam. Mahir bicara soal ilmu
kalam mazhab al-Asy’ari. Keluasaan ilmunya melampaui batas yang dimiliki manusia
biasa. Kata-katanya penuh hikmah dan faidah bagi orang yang mendengarnya. Di
kalangan ‘Arifin (para ahli makrifat) ia merupakan panutan yang diteladani. Apabila
berada di tengah para guru sufi, ia tampak menonjol. Mereka mengakui
keutamaannya dan melihat kedekatannya dengan al-Haqq. Mereka merasa begitu
kecil dihadapannya, merendahkan diri kepadanya seraya mengharap limpahan ilmu
dan pengetahuan darinya. Mereka duduk bersimpuh mengelilinginya, sambil meresapi
kata-kata yang diucapkannya. Sesekali mereka memandang wajahnya, ia juga

4 Irwan Muhibudin, TAFSIR AYAT-AYAT SUFISTIK (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-QUSYAIRI


DAN AL-JAILANI),,,.hlm. 25-26
5 Hafizzullah, Dkk.Tafsir Lathâif Al-Isyârât Imam Al-Qusyairy, Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan

Dan Kemasyarakatan,Vol. 04 No. 02, Juli-Desember 2020,Hlm 149.

5
mempunyai sya’ir yang merupakan mahkota keindahan kata-kata dan kemuliaan
perilakunya”.6
Di antara karya Imam Al-Qusyairy yang terkenal adalah sebagai berikut:
Pertama, Al-Risâlah al-Qusyairiyah. Buku ini ditulis pada tahun 473 H. dan diajarkan
kepada umat islam di negeri Islam saat itu, buku ini ditulis sebagai pelurusan Aqidah
yang melenceng saat itu. Secara ringas buku Al-risalah adalah kitab yang membahas
tetang Ilmu tasawuf dari berbagai sudut pandang baik dari para tokoh sufi, maqâm
dan ahwâl, hingga tahapan seorang murid untuk menjalani setiap maqâm dan ahwâl. 9
Kedua, Lathâif al-Isyârât. Buku ini lebih dikenal juga dengan Tafsir Al-Qusyairiy,
sebuah karya tafsir yang dihasilkan oleh seorang sufi sehingga corak penafsiran tafsir
ini bercorak Tafsir Al-Isyariy. Untuk melihat tafsir tersebut dapat ditemukan di
Maktabah Al-Haiah Al-Mashriyah Al-Ammah Lilkitab yang terdapat di Mesir. Tafsir
tersebut telah di tahqiq oleh Ibrahim Al-Basyuniy, yang menghabiskan waktunya
untuk mengadakan studi selama 5 (lima) tahun, sebab manuskrip tafsir Lathâif Al-
Isyârât berada di wilayah jajahan Uni Soviet seperti Kazakhstan dan Uzbekistan.
Sebab ia menulis kitab ini ialah: hubungan antara ilmu dan amal tidak dapat dilakukan
tanpa pembersihan hati, kemudian mensucikan hati dari kekeruhan hati, dengan
demikian hal ini (penafsiran dengan isyariy) adalah hal yang penting untuk
mempelajari kalamullah dan Allah akan memberi fadhilah-Nya kepada siapa yang Ia
dikehendaki. 7
Di antara karya Al-Qusyairy yang lainnya adalah: Al-Taysir Fi al-Tafsir,Hayat
al-Arwah wa Dalil ‘Ala Thariq al-Shalah wa al-Falah, Al-Mi’raj, Syikayah
Ahlussunnah, Al-Fushul, Al-Tauhid AlNabawiy, Al-Lama’, Syarah Asma’ Al-Husna
Qhashidah Al-Shufiyah, Al-Arba’ina Haditsan, dan Al-Tamyiz Fi ‘Ilmi Tadzkir.
Semua karya tersebut menunjukkan bahwa pengarang adalah orang yang telah
menguasai ilmu syari’at dan hakikat serta pengalaman pengalaman di bidang hadits.
Ilmu hakikat yang diungkapkannya tidak lain hanyalah sebuah pengamalan dari ilmu
syariat. Dan ilmu syariat yang dia ajarkan tidak lain hanyalah sebuah penjelasan dari
ilmu tasawuf atau ilmu hakikat. Imam Al-Qusyairi meninggal dunia pada hari ahad 16

6 Irwan Muhibudin, TAFSIR AYAT-AYAT SUFISTIK (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-QUSYAIRI


DAN AL-JAILANI),,,.hlm. 27-28
7 Hafizzullah, Dkk.Tafsir Lathâif Al-Isyârât Imam Al-Qusyairy, Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan

Dan Kemasyarakatan,Vol. 04 No. 02, Juli-Desember 2020,Hlm 150

6
Rabi’ul Awal tahun 465 H di kota Naisabur. Imam Al-Qusyairiy dikebumikan di
samping kuburan gurunya yang bernama Abu Ali Al- Daqaq.8

B. Corak Kitab Lathâif Al-Isyârât


Karya ini merupakan karya tafsir yang kental dengan corak sufistik. Karya ini
dihasilkan melalui taqarrub dan mujahadah yang dilakukan oleh Imam al-Qusyairi
kepada Allah SWT. Dilihat dari pengertiannya, Lathaif merupakan bentuk jama‟ dari
kata lathif yang berarti lembut dan halus, sedangkan al-Isyarat berasal dari kata asyara
yang bermakna tanda, isyarat, petunjuk tidak secara langsung. Nama karya kitab
tersebut jelas menggambarkan sebuah sisi religiusitas al-Qusyairi yang tinggi, yang
mengungkap makna isyarat-isyarat Allah SWT.9
Melalui karya tafsirnya ini, beliau hendak membuka isyarat-isyarat yang ada
di dalam al-Quran sebagai pendidikan rohani bagi hati dan jiwa umat manusia. Isyarat
yang dijelaskan alQusyairi dalam tafsirnya ini merupakan isyarat ruhiyah yang
membimbing seseorang menuju tingkatan ruhiyah yang lebih tinggi, sesuai dengan
kedekatan seorang hamba kepada Tuhan-Nya melalui jalan istiqomah serta mengikuti
metode yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam beribadah kepada Allah SWT.
Hal ini sebagaimana ungkapan al-Qusyairi (Al-Qushairi, 1977, p. 1) dalam
mukadimah kitabnya10

Dari kata pengantar tersebut, al-Qusyairi menjelaskan, bahwa apa yang


alQusyairi tulis dalam karya tafsirnya tersebut, merupakan ungkapan isyarat-isyarat

8 Hafizzullah, Dkk.Tafsir Lathâif Al-Isyârât Imam Al-Qusyairy, Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan
Dan Kemasyarakatan,Vol. 04 No. 02, Juli-Desember 2020,Hlm 150
9 Luthfi Maulana,Tafsir Latha’if al-Isyarat Imam al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018,Hlm:08.


10 Luthfi Maulana,Tafsir Latha’if al-Isyarat Imam al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018,Hlm:09.

7
alQuran yang ditangkap oleh para ahli ma‟rifat. Isyarat tersebut berisi ungkapan yang
mendalam, wakaupun tidak dijelaskan dengan panjang lebar. Meskipun al-Qusyairi
menjelaskan tentang hakikat, namun al-Qusyairi menegaskan, bahwa ia tidak
meneyelisihi syariat sedikitpun. Untuk lebih jelasnya kita bisa melihat lebih jauh
ungkapan beliau dalam menafsirkan al-Quran. Secara ekplisit, al-Qusyairi seakan
menumpahkan semua ilmu dan pengetahuannya tentang Islam dan tasawuf. Ia banyak
menggunakan terminologi tasawuf dalam menjelaskan suatu ayat. Sebagaimana
dalam keterangan tafsirnya pada Surah al-Baqarah ayat 3.11
ّ ‫الّذ ين يؤمنون بالغيب ويقيمون ال‬
‫صالة وم ّما رزقناهم ينفقون‬
Dalam menafsirkan kata ‫صالة‬
ّ ‫ ويقيمون ال‬diatas Qusyairi mengatakan :

Menurut al-Qusyairi (Al-Qushairi, 1977, p. 23), mendirikan sholat ialah


mendirikan dan mengerjakan seluruh rukun dan sunahnya, serta merasakan kehadiran
Dzat yang disembah (Allah SWT), sehingga seseorang tersebut dapat menjaga semua
perintah yang diberikan oleh-Nya. Hingga pada akhirnya itulah yang dinamakan
dengan mahwun (dalam istilah sufi, mahwun adalah suatu waktu dimana seseorang
meninggalkan perbuatan dosa dan menggantikannya dengan perbuatan yang terpuji).
Mendirikan sholat yaitu menghadapkan diri ke arah kiblat dan menenggelamkan
hatinya ke dalam hakikat hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Terdapat dua
istilah yang merupakan istilah-isitlah sufi dalam penafsiran Qusyairi tersebut. Yang
pertama adalah ‫محو‬. Secara bahasa, istilah ini berarti penghapusan. Namun, dalam
istilah sufi, istilah ini bermakna suatu waktu dimana seseorang meninggalkan
perbuatan dosa dan menggantikannya dengan perbuatan terpuji. Sedangkan, istilah
kedua ialah ‫مستغرقة‬adalah salah satu tingkatan yang dilalui oleh pelaku sufi.
Maknanya adalah menenggelamkan diri dalam kecintaan kepada Allah SWT dan
mendekatkan diri kepadanya dengan jiwa, diri dan hatinya. Setelah melihat

11Luthfi Maulana,Studi Tafsir Sufi: Tafsir Latha’If Al-Isyarat Imam Al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal
Ilmu Al-Qur’An Dan Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018. Hlm 09.

8
pemaparan penafsiran yang dilakukan oleh al-Qusyairi, maka penafsiran al-Qusyairi
nampak sangat menjaga dan menjauhkan diri dari penafsiranpenafsiran batil yang
jauh diluar jangkauan manusia. Inilah beberapa hal dan sebab kitab tafsir Lathaif al-
Isyarat karya Imam Qusyairi ini dikategorikan dalam tafsir sufi isyari akhlaqi bukan
nazari. Kitab tafsir Lathaif al-Isyarat merupakan, kitab yang terdiri dari 6 jilid yang
masing-masing berisi sekitar 300 halaman. Kitab tafsir ini pertamakali diterbitkan
oleh maktabah At-Tauqifiyah yang berada diwilayah Kairo Mesir.12
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa penulisan kitab Lathâif Al-Isyârât
yang ditulis oleh Imam Abu al-Qasim Al-Qusyairiy bertujuan untuk menyampaikan
isyarat-isyarat alQur’an menurut ahli ma’rifah. Dengan bahasa yang efektif tidak
membosankan. Kemudian penulis menyebutkan bahwa kitabnya dikarang pada tahun
434 H.13
Tafsir Lathaif al-Isyaraf ini tergolong dalam corak tafsir sufi, dimana tafsir ini
merupakan produk penafsiran berdasarkan suatu keadaan jiwa seorang sufi (penafsir)
serta pemikiran penafsir yang berada dalam situasi/maqam sufi tertentu. Setelah
mendapat bentuk yang jelas dari ayat al-Quran yang dianggap sebagai simbol
(tanda/ishari) baru kemudian dituangkan ke dalam bentuk tertentu secara sadar dalam
bentuk karya tafsir.14
Karakteristik Penafsiran Diantara karakteristik kitab tafsir Lathaif Al-Isyarat
sebagai berikut:15
1. Kitab tafsir ini menjelaskan berbagai isyarat ayat berdasarkan paham ahli
makrifat, baik dari perkataan ataupun pendapatnya. Yang dimaksud isyarat dalam
kitab ini adalah penjelasan rahasia dibalik ayat dengan dasar hakikat. Hal ini
dihasilkan dengan pengalaman spiritual yang bersandar penuh pada pemberian
Allah.
2. Dalam kitab ini sepenuhnya menggunakan penafsiran isyari berbeda dengan kitab
sufi lainnya seperti Al-Alusi yang tidak menafsirkan dengan isyari seluruhnya,
namun Al-Alusi memadukan dengan kajian kebahasaan.

12 Luthfi Maulana,Studi Tafsir Sufi: Tafsir Latha’If Al-Isyarat Imam Al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal
Ilmu Al-Qur’An Dan Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018. Hlm 10.
13 Hafizzullah, Dkk.Tafsir Lathâif Al-Isyârât Imam Al-Qusyairy, Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan

Dan Kemasyarakatan,Vol. 04 No. 02, Juli-Desember 2020,Hlm 153


14
Luthfi Maulana,Tafsir Latha’if al-Isyarat Imam al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018,Hlm:14.
15Nida Amalia Kamal dan Siti Madinatul Munawwaroh,Jurnal Iman dan Spiritualitas eISSN:
2775-4596, Vol 1, No 1, 2021, Hlm:42

9
3. Al-Qusyairi dalam teologinya mengikuti aliran sunni dan menolak faham yang
menyamakan sifat bentuk Allah sama dengan manusia.

C. Sistematika Penafsiran:16
1. Menjelaskan keutamaan surat yang akan ditafsirkan, kemudian menjelaskan ayat
per ayatnya dalam surat tersebut.
2. Setiap penjelasan suratnya mengandung nilai sufi.
3. Al-Qusyairi tidak memperdebatkan penafsiran mengenai basmalah.
4. Sebelum menafsirkan dari sisi tasawuf, ia menjelaskan sisi dzahir ayat terlebih
dahulu.
5. Dalam penafsirannya berupaya menghadirkan kajian fiqih dan tasawuf

D. Metode
Penulisan ini menggunakan metode tafsir tahlili. Yaitu model penafsiran
dengan cara memberi penjelasan dari ayat perayat. Menyebutkan makna terkait,
asbabun nuzul jika diperlukan, memberikan penjelasan arti secara mendalam. Untuk
kaitannya dengan tafsir al-Qusyairi ini, nampak bahwa penafsiran beliau dimulai dari
surat al-Fatihah hingga beberapa ayat yang dijelaskannya secara terperinci. Tentu
karena sumber penafsirannya menggunakan bi al-isyarah, maka nuansa sufistiknya
lebih mendalam dan mendominasi kajiannya17
Selalu menampilkan makna-makna isyarat dalam ayat yang ditafsirkan Lathaif
al-Isyarat adalah kitab tafsir bercorak sufi isyari sehingga dalam menafsirkan ayat, al-
Qusyairi tidak lupa memberikan makna isyarat dalam ayat tersebut setelah
menjelaskan makna dzahir ayat. 18
Tujuan penyusunan kita lathaif al-Isyarat memang dikhususkan untuk
menguak isyarat-isyarat dan rahasia-rahasia di balik ayat-ayat al-Qur’an, oleh
karenanya dalam permasalahan hukum syariat dan fiqih. Apabila bersinggungan

16Nida Amalia Kamal dan Siti Madinatul Munawwaroh,Jurnal Iman dan Spiritualitas eISSN:
2775-4596, Vol 1, No 1, 2021, Hlm:42
17Luthfi Maulana,Tafsir Latha’if al-Isyarat Imam al-Qusyairi,Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir Volume 12 Nomor 1 2018,Hlm:15.
18Nida Amalia Kamal dan Siti Madinatul Munawwaroh,Jurnal Iman dan Spiritualitas eISSN:
2775-4596, Vol 1, No 1, 2021, Hlm:43

10
dengan ayatayat hukum, al-Qusyairi menganjurkan pembacanya untuk menggali lebih
dalam dan mengetahui dasarnya. 19
ada 7 (tujuh) karakteristik dalam metode ijmâli yang diterapkan oleh Imam
Al-Qusyairiy pada saat menafsirkan alQuran, yaitu sebagai berikut: 20
1. Imam al-Qusyairiy selalu menafsirkan basmalah perkata dan huruf. Ia
berpendapat bahwa basmalah adalah ayat al-qur’an bukan sekedar tabaruk, dan ia
berpendapat tidak adanya tikrâr(pengulangan tanpa faedah) dalam al-qur’an,
karena tikrâr tersebut hanya layak bagi makhluk, bukan khaliq. Sebagaimana
yang dilakukannya pada saat menafsirkan basmalah pada surat Alfatihah ayat 1.
2. Imam Al-Qusyairiy mengunakan Ma’rifah Al-Bathiniyah saat ia menafsirkan
ayat. Hal tersebut dapat ditemukan saat ia menafsirkan firman Allah Imam al-
Qusyairiy menukil makna zhahir kemudian menukil makna bathin dari ayat
tersebut.
3. Imam al-Qusyairiy juga menukil pendapat gurunya yang dianggap mampu
membantu dalam menafsirkan ayat al-Qur’an.
4. Imam Al-Qusyairiy tidak menyantumkan pembahasan terkait masalah fiqhiyah,
baik itu ahkam al-fiqhiah, qawaid al-ubudiyah maupun sanadsanad. Dengan
tujuan ia menafsirkan ayat berdasarkan pemahaman shufi dan amalan yang
dilakukan oleh para shufi dan secara tidak lansung kitab Lathâif Al-Isyârât ini
adalah aplikasi/penerapan (tamtsilan) dari kitabnya ArRisalah al-Qusyairiyah
5. Imam al-Qusyairiy juga menyelipkan tafsir bercorak Al-Adabiy pada penafsiran
ayat-ayat AlQur’an Al-Karim.
6. Imam al-Qusyairiy dalam menafsirkan huruf al-Muqatha’ah tetap menegaskan
bahwa penafsiran ayat tersebut tidak dapat diketahui kecuali yang Maha Tahu
yaitu Allah Subhanah Wa Ta’ala.
7. Imam al-Qusyairiy juga menyantumkan syi’ir ketika menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an untuk membantu penafsiran dari segi bahasa.

19 Nida Amalia Kamal dan Siti Madinatul Munawwaroh,Jurnal Iman dan Spiritualitas eISSN:
2775-4596, Vol 1, No 1, 2021, Hlm:45.
20 Hafizzullah, Dkk.Tafsir Lathâif Al-Isyârât Imam Al-Qusyairy, Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan

Dan Kemasyarakatan,Vol. 04 No. 02, Juli-Desember 2020,Hlm 154

11
PENUTUP
Kesimpulan
Imam Al-Qusyairi Nama lengkapnya adalah al-Imam Abu al-Qasim Abdul
Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talhah bin Muhammad al-Istiwai al-
Qusyairi al-Naisaburi al-Syafi’I, lahir pada tahun 986 M/376 H di Istiwa.
Lathâif al-Isyârât. Buku ini lebih dikenal juga dengan Tafsir Al-Qusyairiy,
sebuah karya tafsir yang dihasilkan oleh seorang sufi (dihasilkan melalui taqarrub dan
mujahadah yang dilakukan oleh Imam al-Qusyairi kepada Allah SWT) sehingga corak
penafsiran tafsir ini bercorak Tafsir Al-Isyariy. Lathaif merupakan bentuk jama‟ dari
kata lathif yang berarti lembut dan halus, sedangkan al-Isyarat berasal dari kata asyara
yang bermakna tanda, isyarat, petunjuk tidak secara langsung. Penulisan kitab ini
menggunakan metode tafsir tahlili, sedangkan untuk metode penafsirannya
menggunakan metode ijmali.

12

Anda mungkin juga menyukai