Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR AYAT TENTANG KONSEP KETUHANAN

MAKALAH
Dosen Pengampu : Ahmad Asrof Fitri, S.H.I., M.E.Sy.

Disusun oleh :
Annisa Nurbaitillah (1180302010)
Dini Salsabilla (1180302014)
Wulan Nuryati (1180302047)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSITUT AGAMA ISLAM AZ-ZAYTUN INDONESIA
(IAI AL-AZIS)
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun makalah ”Tafsir Ayat Tentang Ketuhanan” ini diselesaikan dengan
tujuan penyelesaian salah satu tugas dari mata kuliah Tafsir Dakwah, Prodi
Komunikasi Penyiaran Islam Insitut Agama Islam Az-Zaytun Indonesia.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimkasih kepada Ustadz
Ahmad Asrof Fitri, S.H.I., M.E.Sy selaku dosen pengampu mata kuliah
Tafsir Dakwah, saya juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan
yang telah berpartisipasi dalam menyelasaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelasaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Indramayu, 17 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
PEMBAHASAN.....................................................................................................1
1.1 Q.S Al-Ikhlas...................................................................................................1
1.2. Q.S. An Nisa : 36............................................................................................4
1.3. QS Al-Baqarah ayat 256.................................................................................8
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................10

3
PEMBAHASAN

1.1 Q.S Al-Ikhlas

َ ‫قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ‬
‫َح ٌد‬

1. Qul huwallahu ahad(un)


“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”

َّ ُ‫اللَّه‬
‫الص َم ُد‬

2. Allahush-shamad(u)
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”

‫مَلْ يَلِ ْد َومَلْ يُولَ ْد‬

3. Lam yalid walam yuulad


“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”

‫َح ٌد‬
َ ‫َومَلْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ‬
4. Walam yakul(n) lahu kufuwan ahad(un
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”

Penjelasan :

َ ‫قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ‬
‫َح ٌد‬

Katakanlah (Hai Muhammad) kepada orang yang bertanya kepadamu


mengenai sifat Tuhan, “Allah itu esa, Maha suci dari bilangan dan susunan.
Sebab, jika zat itu berbilang, maka berarti Tuhan membutuhkan semua bentuk
kumpulan tersebut, sedang Allah tidak membutuhkan sesuatu apapun”.

َّ ُ‫اللَّه‬
‫الص َم ُد‬

Allah-lah yang menjadi tempat bergantung semua hamba-hamba-Nya, dan


mereka juga menghadapkan dirinya kepadaNya untuk meminta agar permintaan
mereka itu dikabulkan tanpa perantara atau koneksi. Dengan demikian, tampak
salah akidah agama-agama lain yang mempunyai kedudukan khusus disisi Tuhan,
yaitu mereka diangkat khusus untuk menjadi perantara antara dengan Tuhan
dalam memenuhi kehendak mereka. Karenanya, mereka minta kepada para
perantara – baik masih hidup atau sudah mati – dengan khusyu’ dan merendahkan

4
diri. Mereka berziarah ke kubur-kubur para perantara itu, seperti khusyu’nya
mereka menghadap Tuhan, bahkan lebih takut dibanding takutnya kepada Tuhan.

‫مَلْ يَلِ ْد‬


Maha suci Allah dari mempunyai anak. Ayat ini merupakan jawaban terhadap
kaum musyrik Arab yang mempunyai dugaan bahwa malaikat itu adalah anak
perempuan Allah juga merupakan bantahan untuk orang-orang Nasrani yang
mengatakan bahwa Isa Al-Masih itu Anak Allah.

‫َومَلْ يُولَ ْد‬


Tidak diperannakan. Sebab, jika Allah itu diperannakan, berati sama dengan
selain Allah. Berarti Allah itu tadinya tidak ada menjadi ada Maha suci Allah dari
semuanya itu.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan bahwa tafsir ayat ini ialah;
Allah tidak melahirkan seperti Maryam dan tidak dilahirkan seperti Isa dan
‘Uzair.
Ayat ini merupakan jawaban terhadap keyakinan kaum Nasrani yang
mengatakan bahwa Isa Al-Masih adalah anak Allah juga merupakan bantahan
terhadap keyakinan kaum Yahudi yng mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak
Allah.

‫َح ٌد‬
َ ‫َومَلْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ‬
Tidak ada yang menyamai Allah, Ayat ini merupakan jawaban terhadap
keyakinan orang-orang yang bodoh, yang beranggapan bahwa Allah itu ada yang
menyamainya dalam seluruh perbuatan-Nya. Keyakinan seperti ini juga dianut
oleh kaum musyrik Arab yang mengatakan bahwa para malaikat itu adalah sekutu
Allah.
Kesimpulan : Surat ini mengandung nilai sanggahan terhadap keyakinan
kaum musyrik dengan seluruh aneka keyakinan. Allah mensucikan diri-Nya dari
berbagai sifat yang menjadi keyakinan kaum musyrik melalui firman-Nya
“Allohu Ahad”. Allah juga mensucikan diri-Nya dari segala bentuk kebutuhan
firman-Nya “Allohu Shamad”. Allah juga mensucikan diri-Nya dari hal yang baru
dilahirkan dan berawal melalui firman-Nya “Lam Yalid”. Allah mensucikan
dirinya pula pada friman-Nya “Walam Yuulad”. Allah juga mensucikan diri dari
adanya sekutu melalui firman-Nya “Lam Yakun Lahu Kufuan Ahad”.
Tafsir Al-Azhar
 Tafsir :
Ayat 1 : Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengenal
bahwa yang diperTuhan itu Allah namanya. Dan itu adalah nama dari satu saja.
Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Esa, mutlak esa tidak berskutu yang lain
dengan Dia. Kepercayaan itu yang dinamai tauhid, berarti menyusun fikiran yang
suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak mungkin Tuhan itu lebih dari satu, tidak ada

5
yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan mustahil Allah itu
berbilang sebab kekuasaannya akan terbagi artinya samsama kurang berkuasa.
Ayat 2 : Bahwa segala sesuatu ini adalah Dia yang menciptakan, sebab itu
maka segala sesuatu itu itu kepada-Nyalah bergantung, ada atas kehendaknya.
Kata Abu Hurairah : “Arti ash-Shamadu ialah segala sesuatu memerlukan dan
berkehendak kepada Allah, berlindung kepadaNya, sedang Dia tidaklah
berlindung kepada sesuatu jua pun.”
Ayat 3 : Mustahil dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk
bernyawa yang menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya.
Seorang yang hidup di dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak
keturunan. Karena dengan keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung.
Orang yang tidak beranak kalau mati, selesailah sejarahnya hingga itu. Tetapi
orang yang beranak akan ada yang menyambungkan hidupnya. Mustahil jika
Allah itu memerlukan anak. Sebab Allah hidup terus, tidak akan pernah mati-mati.
Dahulunya tidak berpemulaan dan akhirnya tidak berkesudahan. Dia hidup terus
kekal, sehingga tidak memerlukan anak untuk melanjutkan kekuasaanNya sebagai
seorang raja yang meninggalkan putera mahkota.
Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperannakan. Tegasnya tidaklah Dia berbapa.
Karena kalau Dia berbapa, teranglah bahwa si anak kemudian lahir ke dunia dari
ayahnya, dan kemudiam ayah itupun mati. Si anak menyambung kuasa. Kalau
seperti orang Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu beranak dan anak itu
ialah Nabi Isa Al-Masih, yang menurut susunan kepercayaan mereka sama dahulu
tidak berpemulaan dan sama akhir yang tidak berkesudahan diantara sang bapa
dengan sang anak , maka bersamaanlah wujud diantara si ayah dengan si anak,
sehingga tidak perlu ada yang bernama bapak dan ada pula yang bermama anak.
Dan kalau anak itu kemudian baru lahir, nyatalah anak itu suatu kekuasaan atau
ketuhanan yang tidak perlu, kalau diakui bahwa si Bapak kekal dan tidak mati-
mati, sedang si anak tiba kemudian.[ CITATION Ham18 \l 1033 ]
“ Dan tidak ada bagiNya yang setara, seorang jua pun” ayat 4. Keterangan :
Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal waktu tua. Dia
memerlukan anak untuk menyulihkan kekuasaanNya.
Kalau diakui diperannakan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda
yaitu sebelum Bapanya mati. Kalau diakui bahwa dia berbilang, ada bapa ada
anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran yang sihat yang mana jua pun akan
mengatakan bahwa “keduanya” akan sama-sama kurang kekuasaanya. Kalau ada
dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi pangkatnya atas alam, tidak ada fikiran
sihat yang akan dapat menerima kalau dikatakan bahwa keduanya itu berkuasa
mutlak. Dan kalau keduanya sama tarafnya yang berarti sama-sama kurang
kuasaNya, yakni masing-masing mendapat separuh, maka tidaklah ada yang
sempurna ketuhanan keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah Tuhan. Itu masih
alam, itu masih lemah.
Di tempat bergantung, tempat berlindung ; bukan dia yang mencari
perlindungan kepada yang lain, dia tetap ada dan kekal dalam kesempurnaannya,
tidak pernah berkurang dengan penegasan “Tidak beranak”, ditolaklah
kepercayaan setengah manusia bahwa malaikat itu adalah anak Allah atau Isa Al

6
Masih adalah anak Allah. Tegasnya dari Allah itu tidak ada timbul apa yang
dinamai anak, karena tidak ada sesuatu pun yang mendekati jenis Allah itu, untuk
jadi jodoh dan “teman hidupnya”, yang dari pergaulan berdua timbulah anak.

7
1.2. Q.S. An Nisa : 36
Ayat tentang menyekutukan Allah
 Ayat
ِ ِ‫۞ و ْاعبُ ُدوا اللَّهَ واَل تُ ْش ِر ُكوا بِِه َشْيئًا ۖ وبِالْوالِ َديْ ِن إِ ْحسانًا وبِ ِذي الْ ُقرىَب ٰ والْيَتَ َام ٰى والْمساك‬
ٰ ‫ني َواجْلَا ِر ِذي الْ ُق ْرىَب‬ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ
ِ
ُّ ‫ت أَمْيَانُ ُك ْم ۗ إِ َّن اللَّهَ اَل حُي‬ ِ ‫ب بِاجْلَْن‬ ِ
‫ورا‬
ً ‫ب َم ْن َكا َن خُمْتَااًل فَ ُخ‬ ْ ‫السبِ ِيل َو َما َملَ َك‬
َّ ‫ب َوابْ ِن‬ ِ ‫الصاح‬
َّ ‫ب َو‬ ِ ُ‫واجْلَا ِر اجْلُن‬
َ
 Terjemah :
Sembahlah olehmu akan Allah, janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, karib kerabat,
anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekan dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnus sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri.
 Tafsir :
Mengabdi dan menyembah kepada Allah dinamakan ibadah. Beribadah
dengan penuh keikhlasan hati, mengakui keesaan Nya dan tidak
mempersekutukan Nya dengan sesuatu. Kewajiban manusia kepada tuhan yaitu
beribadah kepada Nya dengan melalukan kewajiban yang ditetapkan oleh Allah
dan menjauhkan segala larangan Nya. Dalam mengerjakan ibadah, haruslah
dengan ikhlas, memurnikan ketaatan kepada Nya dan tidak mempersekutukannya
dengan yang lain.
Ada berbagai mancam pekerjaan manusia yang dapat menyebabkan dirinya
menjadi musyrik, diantaranya : menyembah berhala sebagai perantara agar
permohonannya disampaikan kepada tuhan. Mereka bersembah sujud dihadapan
berhala untuk menyampaikan hajat dan maksud mereka. Perbuatan yang seperti
ini banyak disebutkan Allah dalam Al- Qur’an : “Dan mereka menyembah selain
dari allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan
tidak (pula) kemanfaatan”. Dan mereka berkata : mereka itu adalah pemberi
syafaat kepada kami disisi Allah. Katakanlah : apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik langit dan tidak (pula) dibumi.
Maha suci Allah dan maha tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan(itu)”.

‫ا اَل َي ْعلَ ُم‬CCَ ‫ُٔو َن ٱللَّهَ مِب‬Cُ‫ل أَُتنَبِّٔـ‬Cْ Cُ‫د ٱللَّ ِه ۚ ق‬Cَ C‫ َف ٰ َٓعُؤنَا ِعن‬C‫و َن ٰ َٓهُؤٓاَل ِء ُش‬CCُ‫م َو َي ُقول‬Cْ ‫ُّر ُه ْم َواَل يَن َفعُ ُه‬C‫ض‬ ِ ِ ‫دو َن ِمن د‬Cُ C‫ويعب‬
ُ َ‫ا اَل ي‬CC‫ون ٱللَّه َم‬ ُ ُْ َ َ
)Yunus :18( ‫ش ِر ُكون‬ ْ ُ‫ض ۚ ُسْب َٰحنَهُۥ َوَت َٰعلَ ٰى َع َّما ي‬ ِ
ِ ‫ٱلس َٰم َٰوت َواَل ىِف ٱأْل َْر‬
َّ ‫ىِف‬
Ada pula golongan lain yang termasuk musyrik juga, yaitu golongan yang
disebutkan Allah dalam Alquran, yaitu orang nasrani yang menyambah nabi Isa
as, putra Maryam. Disamping mereka menyembah Allah, mereka juga mengakui
bahwa nabi Isa as sebagai tuhan mereka
ِ ‫ون اللَّ ِه والْم ِسيح ابن مرمَي وما أُِمروا إِاَّل لِيعب ُدوا إِهَٰل ا و‬
‫و‬Cَ ‫هَ إِاَّل ُه‬Cَ‫اح ًدا ۖ اَل إِٰل‬ ِ ‫اخَّتَ ُذوا أَحبارهم ورهبا َنهم أَربابا ِمن د‬
ًَ ُْ َ ُ َ َ َ َْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ً َ ْ ْ ُ َْ ُ َ ْ ُ َ َْ
)Q.S At Taubah : 31( ‫ش ِر ُكو َن‬ ْ ُ‫ۚ ُسْب َحانَهُ َع َّما ي‬
Ada lagi macamnya orang musyrik, yang seperti ini banyak terdapat dimasa
kini, yaitu orang yang memohon dan meminta syafaat dengan orang orang yang

8
dianggapnya suci dan keramat, baik yang dianggapnya suci itu masih hidup
ataupun sudah mati. Mereka mendatangkan kuburannya, kemudian
menyampaikan hajat dan doanya, dan bahkan sampai bermalam disana. Mereka
berwasilah kepadanya dengan maksud hajatnya akan berhasil dan doanya akan
makbul. Dan tidak jarang juga manusia yang berdoa kepada batu, pohon, kayu,
roh nenek moyang, jin, hantu dan lain sebagainya ini digolongkan menjadi
perbuatan syirik.
Dalam ayat ini Allah mengatur kewajiban manusia terhadap sesamanya.
Setelah Allah memerintahkan menyembah dan beibadah kepadanya serta tidsk
menyekutukannya, selanjutnya Allah memerintahkan berbuat baik kepada kedua
orangtua. Berbuat baik pada kedua orang tua adalah suatu kewajiban yang harus
dipenuhi karna pada hakikatnya mereka adalah orang yang berjasa dan tidak dapat
dihitung / dinilai harganya dengan apapun. Adapula ayat alquran yang juga
memerintahkan agar berbuat baik kepada kedua orang tua :

Cَ ‫ر أ‬Cَ C‫د َك الْ ِكَب‬Cَ C‫انًا ۚ إِ َّما َيْبلُغَ َّن ِعْن‬C ‫ديْ ِن إِ ْح َس‬Cَ Cِ‫دوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِالْ َوال‬Cُ Cُ‫ك أَاَّل َت ْعب‬
‫ل‬Cْ C‫ا فَاَل َت ُق‬CCَ‫دمُهَا أ َْو كِاَل مُه‬Cُ ‫َح‬ َ َ‫۞ َوق‬
َ ُّ‫ ٰى َرب‬C ‫ض‬
)Q.S Al isra: 23( ‫ُف َواَل َتْن َه ْرمُهَا َوقُ ْل هَلَُما َق ْواًل َك ِرميًا‬ ٍّ ‫هَلَُما أ‬

Berbuat baik kepada orang tua mencakup segalanya, termasuk perkataan


dan perbuatan, berlaku lembut dan sopan santun kepada keduanya termasuk
berbuat baik kepada kedua orang tua. Mengikuti nasihatnya, selama tidak
bertentangan dengan ajaran Allah juga termasuk berbuat baik. Jika seandainya
keduanya memerintahkan seesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah,
perintahnya boleh tidak dipatuhi namun tetap menjaga hubungan yang baik
kepada keduanya. Dan juga mendoakan keduanya, supaya Allah mengampuni
dosanya, sebab bagaimanapun juga keduanya telah berjasa dalam mendidik,
mengasuh, dan memelihara sejak kecil.
ِ ‫ك بِِه ِع ْلم فَاَل تُ ِطعهما ۖ و‬
‫يل َم ْن‬ِ ِ ‫يِف‬
َ ‫ب‬C‫ع َس‬Cْ C‫ا ۖ َواتَّب‬CCً‫د ْنيَا َم ْع ُروف‬Cُّ C‫صاحْب ُه َما ال‬
َ َ َُْ ٌ ‫ِ يِب‬
َ ‫اه َد َاك َعلَ ٰى أَ ْن تُ ْشر َك َما لَْي‬
َ َ‫س ل‬ َ ‫َوإِ ْن َج‬
.)Q.S Luqman: 15( ‫ن‬Cَ ‫ك ْم مِب َا ُكْنتُ ْم َت ْع َملُو‬ ُ ُ‫اب إِيَل َّ ۚ مُثَّ إِيَل َّ َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأَُنبِّئ‬
َ َ‫أَن‬
Kemudian Allah menyuruh pula agar berbuat baik kepada karib kerabat.
Yaitu orang yang paling dekat hubungannya dengan seseorang sesudah ibu dan
bapak, biasanya disebut sanak keluarga, baik karna ada hubungan darah maupun
karna hal lainnya. Jika seseorang telah menunaikan kewajiban kepada Allah
dengan sebaik baiknya dan sempurna, maka aqidah seseorang akan semakin kuat
dan amal perbuatannya akan bertambah baik. Kemudian jika dia telah
membayarkan kewajibannya kepada orang tua dengan ikhlas dan setia, akan
menjadikan rumah tangga yang aman, damai dan bahagia secara lahir batin. Jika
rumah tangga sudah aman damai maka akan timbul kekuatan dalam rumah tangga
tersebut sehingga dapat tersalurkan dengan karib kerabat dan sanak keluarga.
Maka akan terhimpunlah suatu kekuatan besar dalam masyarakat.dari masyarakat
yang seperti ini akan mudah terwujud sifat saling tolong melong sesamanya dan
berbuat baik kepada anak yatim serta fakir miskin. [ CITATION Dep90 \l 1033 ]
Berbuat baik pada anak yatim dan fakir miskin tidak harus didorong pada
hubungan sedarah tapi karna semata mata karna dorongan perikemanusiaan yang
tumbuh karna rasa iman kepada Allah. Iman kepada Allah menumbuhkan kasih

9
sayang menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Sebab banyak perintah Allah
dalam Alquran yang menyuruh berbuat baik pada anak yatim dan fakir miskin.
Anak anak yatim ialah orang yang tidak memiliki bapak lagi dan
mengharuskan untuk mengurus dirinya sendiri sedangkan fakir miskin ialah orang
yang tidak memiliki daya untuk membiayai kehidupannya sehari hari, Mungkin
karna suatu sebab seperti lemah badan atau karna pedapatannya tidak mencukupi
untuk kehidupannya sehari hari. Agar mereka tetap menjadi masyarakat yang baik
dan terhindar dari perbuatan hina dan nista, tiap manusia yang
berperikemanusiaan dan memiliki rasa kasih saying haruslah bersedia membantu
dan menolong sehingga kehidupannya tercukupi.
Kemudian dalam ayat ini Allah juga menyuruh berbuat baik kepada
tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh, kepada teman sejawat, ibnussabil
dan hamba sahaya. Yang dimaksudkan tetangga dekat dan jauh adalah orang yang
dekat rumahnya dan sering dijumpai setiap hari, Nampak setiap hari keluar masuk
rumahnya. Berbuat baik pada tetangga adalah penting, karna hakikatnya tetangga
yang menjadi sanak famili, jika terjadi sesuatu maka ialah yang akan memberi
pertolongan lebih dulu. Banyaknya hadist tentang berbuat baik kepada tetangga
seperti pada hadist riwayat bukhari dan muslim: “siapa siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya”
Yang dimaksud berbuat baik kepada teman sejawat yaitu kepada teman
yang sama sama dalam perjalanan, sama sama dalam belajar (teman sejalan). Setia
kawan adalah lambang ukhuwah Islamiyah , lambang persaudaraan dalam islam.
Berbuat baik kepada ibnussabil yaitu menolong orang yang sedang dalam
perjalanan, dalam masa perantauan yang jauh dari sanak keluarganya.
Berbuat baik kepada hamba sahaya dengan cara memeredekakannya. Pada
zaman sekarang ini mugkin sudah tidak ada lagi hamba sahaya karna bertentangan
dengan hak asasi manusia.
Yang dimaksud dengan orang yang sombong dan membanggakan diri dalam
ayat ini ialah orang orang yang takabur dan memperlihatkan kebesaran dirinya.
Dalam biacaranya juga menampakan kesombongan diri, melebih lebihkan dan
seolah menampakkan bahwa yang lainnya rendah dan hina. Orang yang seperti ini
sangat tidak disukai Allah sebab termasuk orang yang tidak tahu diri. Sifat
takahur adalah hak Allah bukan manusia, dan siapa yang memiliki sifat ini maka
menetang Allah. Orang yang takabur memiliki budi pekerti yang kasar dan
hatinya busuk, tidak dapat menunaikan kewajiban dengan baik dan ikhlas, baik
kewajibannya pada Allah maupun manusia.
Adapun sebuah hadist yang diriwayatkan oleh abu daud, tirmidzi dan ibnu
mas’ud tentang orang orang yang sombong bahwa rasulullah bersabda “tidak akan
masuk surga orang orang yang didalam hatinya terdapat takabur walaupun
sedikit” berkata seorang sahabat : “ seseorang itu ingin memakai pakaian yang
bagus dan sandal yang bagus”. Rasulullah SAW berkata: “sesungguhnya Allah itu
indah dan senang kepada keindahan. Sifat takabur itu ialah menolak yang benar
dan memandang rendah dan hina kepada manusia lain”.
Apapun yang disombongkan manusia itu padahal hanyalah milik allah yang
dititipkan kepadanya semetara, dan kemudian akan diambil kembali berikut ruh
dan jasadnya akan dipertanggung jawabkan kepada Allah nantinya.
 Kesimpulan

10
1. Kewajiban manusia kepada Allah ialah menyembah Nya dan
beribadah kepadaNya dengan khusyu dan taat
2. Tidak boleh mempersekutukan Allah dengan sesuatu
3. Hendak;ah berbuat baik kepada ibu bapak, karna keduanya itu adalah
manusia yang paling berjasa
4. Termasuk kewajiban sesama manusia, ialah berbuat baik kepada karib
kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga, teman sejawat, ibnussabil,
dan hamba sahaya
5. Dilarang menjadi orang sombong dan takabur, suka membanggakan
diri.

11
1.3. QS Al-Baqarah ayat 256
‫و ْث َق ٰى‬Cُ ْ‫ٱلْعُْر َو ِة ٱل‬Cِ‫ك ب‬ ِ ِ ِ ِ ٰ ِ ُّ ‫ٓاَل إِ ْكراه ىِف ٱلدِّي ِن ۖ قَد تَّبنَّي‬
ْ ‫د‬C‫ؤم ۢن بِٱللَّه َف َق‬Cْ ُ‫ٱلطَّغُوت َوي‬Cِ‫ٱلر ْش ُد م َن ٱلْغَ ِّى ۚ فَ َمن يَ ْك ُف ْر ب‬
َ C‫ٱستَ ْم َس‬ ََ ََ
‫يم‬ ِ ِ َّ ِ
ٌ ‫يع َعل‬
ٌ ‫ام هَلَا ۗ َوٱللهُ مَس‬Cَ ‫ص‬
َ ‫اَل ٱنف‬
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Penjelasan:
Pada ayat yang baru lalu, Allah swt telah menjelaskan sifat-sifat nya yang
mulia, yang hanya dimiliki oleh nya semata-mata, dan bahwa ia mengetahui
semua kejadian dan perbuatan-perbuatan yang di lakukan oleh semua mahluk-nya.
Dalam ayat ini dia menegaskan tentang larangan melakukan kekerasan dan
paksaan oleh umat islam terhadap orang-orang yang bukan muslim untuk
memaksa mereka masuk agama islam.
Jadi, tak dibenarkan adanya paksaan. Kewajiban kita hanyalah
menyampaikan agama allah kepada manusia dengan cara yang baik dan penuh
kebijaksanaan, serta dengan nasihat- nasihat yang wajar, sehingga mereka masuk
agama islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri. Dengan datangnya agama
islam maka jalan yang benar sudah tampak dengan jelas, dan dapat di bedakan
dari jalan yang sesat. Maka tidaklah boleh adanya pemaksaan untuk beriman
karena iman tersebut adalah keyakinan dalam hati sanubari dan tak seseorangpun
dapat memaksa hati seseorang untuk meyakini sesuatu, apabila ia sendiri tidak
bersedih. Ayat-ayat alquran yang menerangkan kenabian Muhammad saw sudah
cukup jelas. Maka terserahlah kepada setiap orang, apakah ia akan beriman atau
kafir, setelah kita menyampaikan ayat-ayat itu kepada mereka. Inilah etika
dakwah islamiah. Ayat ini selanjutnya menerangkan, bahwa siapa-siapa ynag
sudah tidak lagi percaya kepada thaghut, atau tidak lagi menyembah patung, atau
benda yang lain, melainkan beriman dan menyembah allah semata-mata makai a
telah mendapatkan pegangan yang kokoh, laksana tali yang kuat, yang tak akan
putus.

‫ٓاَل إِ ْكَر َاه ىِف ٱلدِّي ِن‬


Tidak ada paksaan di dalam memasuki agama, karena iman harus dibarengi
dengan perasaan taat dan tunduk. Hal ini tentunya tidak bisa terwujud dengan cara
memaksa, tetapi hanya mungkin melalui hujjah atau argumentasi.

‫ٱلر ْش ُد ِم َن ٱلْغَ ِّى‬


ُّ َ ‫قَد تََّبنَّي‬
Sungguh telah jelas, bahwa di dalam agama islam, terkandung hidayah
( tuntutan ) dan kebahagiaan, sedang agama lainya adalah sesat.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٰ
َ ‫ك بِٱلْعُْر َوة ٱلْ ُو ْث َق ٰى اَل ٱنف‬
‫ام هَلَا‬Cَ ‫ص‬ ْ ‫فَ َمن يَ ْك ُف ْر بِٱلطَّغُوت َويُ ْؤم ۢنبِٱللَّه َف َقد‬
َ ‫ٱستَ ْم َس‬

12
Siapa saja yang ingkar, maka dirinya akan bersiakap melewati batas, bahkan
keluar dari kebenaran, seperti menyembah mahluk: manusia, setan, berhala,
menuruti hawa nafsu atau menuruti kehendak pemimpin yang salah. Kemudian, ia
beriman dan hanya menyembah allah; berharap sesuatu kecuali hanya kepadanya;
mengakui bahwa allah mempunyai para rasul yang di utus kepada manusia untuk
membawa berita gembira dan peringantan dengan perintah dan larangan, yang
mengandung maslahat bagi seluruh umat manusia. Di samping itu, ia lalu
memegang teguh akidahnya, juga mengamalkannya, maka ia bagai orang yang
berpegang pada tali penyelamat dan bernaung di bawah panji kebenaran yang
paling kokoh. Keyakinan seperti ini hanya akan bisa di capi dengan istiqomah di
jalan yang lurus dan takkan tersesat.

‫يم‬ِ ِ‫ مَس‬C‫وٱللَّه‬
ٌ ‫يع َعل‬
ٌ ُ َ
Allah itu maha mendengar perkataan orang-orang yang mengaku dirinya
ingkar terhadap taghut, dan menyatakan dirinya sebagai beriman kepada allah.
Allah maha mengetahui hal-hal yang tersimpan di dalam hatinya, apakah
pengakuannya itu benar, atau justru sebaliknya.
Siapa saja yang meyakini bahwa segala sesuatu itu berjalan atas kekuasaan allah,
tidak ada kekuasaan seseorang pun yang mempegaruhinya, dan hanya
mengakuikekuasaan allah, maka ia adalah orang-orang yang beriman, dan berhak
mendapat pahala allah sepenuhnya. [ CITATION Ahm93 \l 1033 ]

13
DAFTAR RUJUKAN

Agama, D., 1990. Al Quran dan Tafsirnya. Departemen Agama ed. Jakarta : Departemen
Agama .

Al-Maraghi, A. M., 1993. Terjemahan . In: A. Rasyid, ed. Tafsir Al-Maraghi. Semarang:
Karya Toha Putra Semaang , p. 444.

Hamka, 1918. Tafsir Al Azhar. Hardyono ed. Jakarta : Pustaka Panjimas .

14

Anda mungkin juga menyukai