TUGAS MAKALAH
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 2
2. L. Arya Yudithia F
3. Karni Safitri
JURUSAN S1 FARMASI
Assalamu’alaikum wr wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala
isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT hanya satu,
tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak sama atau serupa
dengan zat selainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya, maksudnya sifat Allah
SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada
zat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi sifat-sifat Allah SWT.
Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan-perbuatan Allah
SWT tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri.
Tidak ada zat selain Allah SWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi
perbuatan-Nya.
B. Rumusan Masalah
1. Hakikat Iman Kepada Allah SWT
2. Mentauhidkan Allah SWT
3. Makna Laa Ilaaha Ilallah
4. Hakikat dan Dampak Dua Kalimat Syahadat
BAB II
PEMBAHASAN
Iman kepada Allah SWT tercantum dalam rukun iman dimana posisi iman
kepada Allah SWT berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya tidak ada
yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam semesta.
Di dalam Kitab Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri
menjelaskan arti Iman kepada Allah SWT sebagai sikap muslim yang meyakini
wujud atau adanya Allah Yang Maha Suci. Orang yang memiliki Iman kepada
Allah, meyakini bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi, mengetahui
yang ghaib dan yang tampak.
Bahwasanya sebagai umat Islam yang beriman kita harus meyakini sepenuh
hati bahwa Allah itu benar ada dan selalu memantau tingkah laku umatnya, maka
dari itu tidak ada satu detikan yang membuat kita lupa atau tidak beriman kepada
Allah SWT.
Sebagai umat manusia yang diciptakan secara sempurna, dimana kita
diciptakan dengan diberi anugerah akal dan pikiran oleh Allah SWT. Pikiran yang
kita emban ini senantiasa mendorong kita untuk terus berpikir, dimana kita
sebagai makhluk Allah yang paling sempurna harus mempunyai pikiran bahwa
alam semesta ini tidak secara mendadak ada tanpa diciptakan, siapa lagi kalau
bukan Allah SWT yang menciptakan seluruh keajaiban di alam semesta 2Hadis
mengenai iman kepada Allah SWT.
َصفُون ِ ْلَوْ َكانَ فِي ِه َمٓا َءالِهَةٌ ِإاَّل ٱهَّلل ُ لَفَ َس َدتَا ۚ فَ ُس ْب ٰ َحنَ ٱهَّلل ِ َربِّ ْٱل َعر
ِ َش َع َّما ي
Artinya: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, niscaya
hancurlah keduanya. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada
apa yang mereka sifatkan."
َى ِمن ٰ َش ِطِئ ْٱل َوا ِد ٱَأْل ْي َم ِن فِى ْٱلبُ ْق َع ِة ْٱل ُم ٰبَ َر َك ِة ِمنَ ٱل َّش َج َر ِة َأن ٰيَ ُمو َس ٰ ٓى ِإنِّ ٓى َأنَا ٱهَّلل ُ َربُّ ْٱل ٰ َعلَ ِمين
َ فَلَ َّمٓا َأتَ ٰىهَا نُو ِد
Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari
(arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi,
dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah,
Rabb semesta alam. (Al Qur'an Surat Al-Qashash ayat 30).
B. Pengertian Tauhid
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada
yuwahhidu. Secara etimologi, tauhid berarti keesaan.Maksudnya, iktikad
atau keyakinan bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini
sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia,
yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah;
mengesakan Allah.”3 Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah
dalam hal mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan
(mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan
penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat
al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal
makna “tauhid” ialah meyakinkan, bahwa Allahadalah “satu”, tidak ada
syarikat bagi-Nya. Oleh sebab itu, sebab dinamakan “Ilmu Tauhid”, ialah
karena bahagiannya yang terpenting, menetapkan sifat “wahdah” (satu)
bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam
seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini
dan penghabisan segala tujuan.4 Misalnya Muhammad Abduh menjelaskan
yang artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifatsifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat sifat yang boleh disifatkan
kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan
pada Nya. Juga membahas tentang rasulrasul Allah, meyakinkan kerasulan
mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa
yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.”5 Tauhid dalam
kajian disebut sebagai ilmu tauhid, yang juga dinamakan sebagai ilmu
kalam, karena dalam pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan dan hal-
hal yang berhubungan dengan-Nya digunakan argumentasiargumentasi
filosofis dengan menggunakan logika atau mantik. Secara lebih rinciHasbi
ashShiddieqi menyebutkan alasan mengapa ilmu ini disebutkan ilmu
kalam, yaitu:
1. Problema yang diperselisihkan para ulama dalam ilmu ini yang
menyebabkan umat Islam terpecahkan dalam beberapa golongan adalah
masalahKalam Allah atau al-Qur‟an; apakah ia diciptakan (makhluk) atau
tidak (qadim).
2. Materi-materi ilmu ini adalah teori-teori (kalam); tidak ada diantaranya
yang diwujudkan ke dalam kenyataan atau diamalkan dengan anggota.
3. Ilmu ini di dalam menerangkan cara atau jalan menetapkan dalil
pokokpokok akidah serupa dengan ilmu mantik.
4. Ulama-ulama mutaakhirin membicarakan di dalam ilmu ini hal-hal yang
tidak dibicarakan oleh ulama salaf, seperti pentakwilan ayat-ayat
mutasyabihat, pembahasan tentang pengertian qadha‟, kalam, dan lainlain.
Ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam, dalam hal ini para ahli di bidang ini
disebut mutakallimin.Penamaan ilmu tauhid dengan ilmu kalam sebenarnya
dimaksudkan untuk membedakan atara mutakallimin dan filosof
Islam.Mutakallimin dan filosof Islam mempertahankan atau memperkuat
keyakinan mereka sama-sama menggunakan metode filsafat, tetapi mereka
berbeda landasan awal berpijak.Mutakallimin lebih dahulu bertolak dari
alQur‟an dan hadits, sementara filosof berpijak pada logika.Meskipun
demikian, tujuan yang ingin mereka capai adalah satu, yaitu keesaan dan
kemahakuasaan Allah. Dengan kata lain, mereka berbeda jalan untuk
mencapai tujuan yang sama.Selanjutnya, ilmu tauhid juga dinamakan ilmu
ushuluddin karena obyek bahasan utamanya adalah dasar-dasar agama yang
merupakan masalah esensial dalam ajaran Islam.6 Begitu pula ketika ilmu
ini disebut sebagai kajian didasarkan pada argument bahwa „aqaid jamak
dari „aqidah. Aqidah berasal dari kata „aqada yang artinya ikatan. Disebut
ilmu tauhid dengan sebutan ilmu ushuluddin adalah karena pokok
pembicaraannya ialah soal-soal pokok pokok kepercayaan agama yang
menjadi dasar agama Islam.
a. Hakikat Tauhid
Makna Rabb pada ayat diatas adalah bahwa Allah adalah Pencipta
mereka, Yang menguasai,Yang memperbaiki dan Yang memelihara
dengan segala nikmat dan anugerah-Nya.
Dan Artinya: Itulah Allah Tuhan Kamu, tidak ada tuhan selain Dia,
Pencipta segala sesuatu. (Q.S. Al-An’am,6:102).
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah Percaya sepenuhnya bahwa Allah-lah yang
berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah
yang sebenarnya yang harus disembah.Manusia bersujud kepada
Allah, Allah tempat meminta, Allah tempat mengadukan nasibnya,
manusia wajib menaati perinta dan menjauhi larangan-Nya. Semua
yang berupa kebatilan langsung kepada Allah, tanpa
perantara(wasilah).Allah melarang kita menyembah selain-Nya seperti
menyembah batu, menyembah matahari, maupun menyembah
manusia. Semua itu adalah perbuatan syirin yang sangat besar dosanya
dan dibenci oleh Allah, bahkan Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik itu.
3. Tauhid Ubudiyah
Kata ubud berasal dari kata kerja „Abada yang berarti
mengabdikan diri(Ibadah). Beribadah kepada allah dengan menyembah
kepada-Nya.
Penyembahan disini bukan bermaksud Allah berhajat disembah
hambanya karena Allah tidak ingin disembahakan tetapipenyembahan
disini merupakan ketaatan,kepatuhan,ketumbuhan antara hamba
dengan Tuhannya.Antara makhluk dengan khaliknya tidak ubahnya
kita atau kepatuhan ketundukannya seorang anak terhadap orang tua.
Seorang karyawan kepada pimpinannya yang semua kewajiban
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, hanya saja didalam
ketaatan menjalankan kewajiban tidak terdapat unsur benci sedikitpun
kepadanya. Dengan selalu menjalankan perintah-perintahNya dan
menjauhi segala laranganlaranganNya.
b . Dalil Tauhid
ْل َو َل ْوا َمنُ ٰ ِْذيEEَو َن ْم ُن َو ُه ْم ُّ ْمهتَ ُد ْْ َل ُهُم ا ِئ َك َل ٰٰٓ ٍم اُول ْ ُظل ِ ُ ْهم ب َما نَ ا اِ ْي ِ ُس ْْۤو ب ْ ْم ي
َن ا َّ اَل
"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat
(untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut.
c. Kedudukan Tauhid
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak
membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami.
Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17). “Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
Syahadat Laa Ilaaha Illalloh adalah dasar aqidah umat Islam. Apabila
seseorang mengikrarkannya, maka ia menjadi muslim. Dengan syahadat ini
pula jiwa, harta dan darah seseorang menjadi terlindungi dari kebolehan
mengambil dan menumpahkannya sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh :
(( ُ حُرِّ َم َمالُهُ َو َد ُمه،ِد ِم ْن ُدوْ ِن هللاEُ َ َو َكفَ َر بِ َما يُ ْعب،ُال الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا
َ َ)) َم ْن ق
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada Ilah selain Alloh dan mengingkari
terhadap apa yang disembah selain Alloh maka harta dan darahnya menjadi
haram.” (HR. Muslim) Makna Dan Kandungan Laa Ilaaha Illalloh
Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rosululloh , maka para
ulama menyimpulkan makna kalimat Laa Ilaaha Illalloh adalah tidak ada yang
berhak disembah kecuali Alloh semata. Kalimat tauhid (Laa Ilaaha Illalloh )
yang agung dan mulia ini mengandung penegasan bahwa satu-satunya yang
berhak disembah adalah Alloh semata. Sedangkan sesembahan lainnya adalah
sesembahan yang batil.
Oleh karena itu, terdapat banyak ayat al-Qur'an yang memerintah beribadah
hanya kepada Alloh dan menolak segala macam sesembahan selain-Nya. Sebab
beribadah kepada Alloh itu tidak sah bila masih disertai dengan noda syirik.
Dari sini jelaslah bahwa ucapan-ucapan hamba Laa Ilaaha Illalloh merupakan
pengakuan, bahwa ia tidak memiliki sesembahan selain Alloh. Sedangkan
makna al-ilaah adalah dzat yang ditaati disertai dengan rasa takut,
memuliakan, mencintai, mengharap, tawakkal, meminta, dan berdoa kepada-
Nya. Ini semuanya tidak pantas dipersembahkan kecuali hanya untuk Alloh.
Oleh karena itu, tatkala Nabi berkata kepada orang kafir Quraisy:
“Katakanlah Laa Ilaaha Illalloh!” Mereka menjawab: “Apakah Muhammad
hendak menjadikan beberapa sesembahan menjadi satu sesembahan,
sesungguhnya ini adalah perkara yang meng-herankan.” (QS. Shad [38]: 5).
Akan tetapi, hal demikian diperoleh apabila terpenuhi semua syarat dan
tidak adanya pembatal laa ilaaha ilalloh. Sebagaimana sholat seorang hamba
tidak akan diterima kecuali terpenuhi beberapa syarat sholat, seperti wudlu,
menghadap arah kiblat, dan lain-lain. Begitupula tidak adanya pembatal-
pembatal sholat, seperti berbicara, tertawa, makan, minum dan lain-lain.
Oleh karena itu, taatkala Wahab bin Munabih ditanya, “Bukankah laa
ilaaha ilalloh merupakan kunci surga?” Ia menjawab,”Ya. Akan tetapi
bukankah kunci itu harus memiliki gigi. Apabila engkau membawa kunci yang
bergigi, pasti engkau bisa membukanya dan apabila engkau membawa kunci
tanpa gigi, niscaya engkau tidak bisa membukanya.”
Dari lafadz laa ilaaha illallah, ilah berarti tidak ada sesembahan, dan
taalluh berarti ta’abbud (penyembahan). Adapun makna laa ilaaha
illallah adalah tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan Allah.
Jadi, syahadat laa ilaaha illallah adalah seseorang mengakui lisan dan
hatinya bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah SWT, sebab
kalimat laa ilaah illallah mengandung unsur peniadaan dan unsur penetapan.
Unsur peniadaan adalah laa ilaaha, sedangkan unsur penetapan
adalah illallah. Dalam ilmu nahwu, lafadz Allah adalah pengganti khabar laa
yang dihapus, dan ma’na eksplisitnya adalah laa ilaaha haq illallah. Adapun
dalil syahadat adalah kalam Allah Ta’ala:
“Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan Dia… .”
Kalam Allah Ta’ala ()شهد, maksudnya adalah menetapkan, memutuskan,
memberitahukan, dan mengharuskan. Syahadat dari Allah berkisar pada
keempat makna ini: penetapan, pemutusan, pemberitahuan, dan pengharusan.
Jadi, makna ( )شهدadalah Allah Ta’ala memutuskan, memberitahukan, dan
mengharuskan hamba-hamba-Nya dengan hal demikian, yaitu ((ه إال هوEEال إل.
Dalam ilmu nahwu, kalimat ((ال إله, laa disini adalah laa nafiyah (laa yang
berfungsi peniadaan) yang meniadakan semua sesembahan selain Allah,
sedangkan ( )إال هوmenetapkan peribadatan hanya untuk Allah. Jadi, makna ((
ال إله إال هوadalah tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah SWT.
Sedangkan dalil syahadat Muhammad adalah utusan Allah adalah dalam surat
al- Fath: 29,
Inti dari syahadatain adalah beribadah hanya kepada Allah SWT semata,
dan menjadikan Rasulullah sebagai titik uswatun hasanah. Hal ini terdapat
dalam al-Quran pada Q.S al-Ahzab ayat 21, yang artinya : “Sesunggunya
telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik (uswatun hasanah)
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari
akhir dan dia banyak menyebut Allah.”
Dan apabila seseorang masuk Islam, maka dia harus masuk Islam
secara kaffah (total), dia harus menjalankan semua perintah Allah dan
menjauhi semua yang dilarang oleh Nya, bukan hanya sebagian /
sepotong-potong saja. Baik kehidupan pibadi, keluarga, masyarakat,
bernegara dan kehidupan internasional. Entah yang berhubungan dengan
aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, seni, militer, maupun
aspek-aspek lainnya. Karena hal tersebut telah tertulis di al-Quran yang
berarti : “ Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam
Islam secara kaffah “ (QS. al-Baqarah [2]: 208)
4. Hidup yang penuh berkah yang dirasakan oleh mereka yang mengamalkan
dengan sebaik-baiknya kalimat syahadat.
“ Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, .. “ (Q.S. al-A’raf :
96)
امرت ان اقاتل الناس حتى يشهد ان ال إله إال هللا و أن محمدا رسول هللا
Dan masih banyak pula dampak dari Syahadatain, yang mana bisa kita
dapatkan di al-Quran ataupun as-Sunnah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kepada Allah SWT, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah SWT
SWT, dan menjauhi larangan Allah SWT, menyatakan diri baik lisan
maupun
perbuatan akan kebebasan dari perbuatan syirik.