Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Seorang muslim yang paripurna adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan
akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan
Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran jiwanya
atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama
yang membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola
pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi aqidah,
Islam hanya menerima hal-hal yang menurut  ukuran akal sehat dapat diterima sebagai
ajaran aqidah yang benar dan lurus.
Konsep ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya Rasulullah
Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya tradisional dan
modern. Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap Al-quran dan Hadits. Ada
yang melihat secara tekstual dan ada yang melihat secara kontekstual.
Dalam islam konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus
diperbaiki karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan keislamannya nanti.
Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena kalau tidak itu akan mengurangi
hakekat keislaman seorang manusia.
Pembuktian wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah
susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal yang harus kita
ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan alam ini tidak
mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya
sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah
akibat sedangkan akibatnya adalah Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1.      Apa itu Konsep Ketuhanan Dalam Islam ?
2.      Bagaimana Pembuktian Wujud Tuhan Dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui Filsafat Ketuhanan Dalam Islam.
2.      Untuk mengetahui pembuktian Wujud Tuhan Dalam Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Konsep Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi,
yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang
menganut agama tertentu, akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya.
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini
harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus
ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan aspek
pokok ajaran yang lain dalam Islam.
Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual
(QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah
emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut
insya Allah menuju dan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan
Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar kepercayaan umat Muslim.

A. Siapakah Tuhan itu?


Dalam agama Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat MahaTinggi
Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Maha Abadi,
Penentu Takdir, serta Hakim bagi sekalian alam.
Pengetahuan tentang Tuhan merupakan dasar bagi setiap agama, baik agama
langit maupun agama bumi. Namun tiap agama memiliki konsep ketuhanan
yagberbeda. Didalam agama Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai
YangMaha Tunggal dan Maha Kuasa. Penciptaan dan penguasaan alam
semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian yang paling utama
untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-
Nya dan kuasa-Nya.
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Tunggal dan Maha Kuasa, namun
jugaTuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada
uratnadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan
jikamereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan
yanglurus, “jalan yang diridhai-Nya”.Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang
disampaikan oleh para Nabi dan Rasulyakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di
bumi, bukan di atas langit, bukan dialam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala
realitas wujud.Dalam makalah yang kami buat ini, kami akan membahas
lebih dalammengenai Konsep Ketuhanan Dalam Islam.
Dalam al-Quran kata “Tuhan” dipakai untuk sebutan tuhan selain Allah, seperti
menyebut berhala, hawa nafsu, dan dewa. Namun kata “Allah” adalah sebutan khusus
dan tidak dimiliki oleh kata lain selain- Nya, kerena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang
wajib wujud- Nya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada,
bahkan tidak boleh. Hanya Dia juga yang berhak memperoleh keagungan dan
kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya
itu. Keesaan Allah dapat dibuktikan dengan tiga bagian pokok, yaitu : kenyataan wujud
yang tampak, rasa yang terdapat dalam jiwa manusia, dan dalil-dalil logika. Kenyataan
wujud yang tampak al-Quran menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya

2
keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Secara logis hanya ada satu Tuhan.
Apabila Tuhan lebih dari satu maka hanya satu saja yang tampil sebagai yang pertama,
dan juga seandainya ada dua pencipta, maka akan kacau ciptaan, karena jika masing-
masing pencipta menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang lain, maka
kalau keduanya berkuasa, ciptaan pun akan kacau atau tidak akan mewujud; kalau salah
satu mengalahkan yang lain, maka yang kalah bukan Tuhan; dan apabila mereka berdua
bersepakat, maka itu merupakan bukti kebutuhan dan kelemahan mereka, sehingga
keduanya bukan Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin membutuhkan sesuatuatau lemah
atas sesuatu.
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS : 45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu:
َ َ‫ َوقَ ْلبِ ِه َو َج َع َل َعلَى ب‬ ‫ضلَّهُ هَّللا ُ َعلَى ِع ْل ٍم َو َختَ َم َعلَى َس ْم ِع ِه‬
‫ص ِر ِه ِغ َشا َوةً فَ َم ْن يَ ْه ِدي ِه ِم ْن‬ َ ‫ َوَأ‬ ُ‫ِإلَ َههُ ه ََواه‬ ‫َأفَ َرَأيْتَ َم ِن اتَّ َخ َذ‬
)٢٣( َ‫بَ ْع ِد هَّللا ِ َأفَال تَ َذ َّكرُون‬
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Dalam QS : 28 (Al-Qashash) : 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri:
‫صرْ حًا لَ َعلِّي َأطَّلِ ُع ِإلَى‬
َ ‫فََأوْ قِ ْد لِي يَا هَا َمانُ َعلَى الطِّي ِن فَاجْ َعلْ لِي‬ ‫ ِمنْ ِإلَ ٍه َغ ْي ِري‬ ‫ت لَ ُك ْم‬
ُ ‫ال فِرْ عَوْ نُ يَا َأيُّهَا ْال َمأل َما َعلِ ْم‬
َ َ‫َوق‬
)٣٨( َ‫ِإلَ ِه ُمو َسى َوِإنِّي ألظُنُّهُ ِمنَ ْال َكا ِذبِين‬
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku
bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya
aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta".
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun
benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-
Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:
ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah tersebut
mengandung makna bahwa ‘bertuhan nol’ atau atheisme adalah tidak mungkin. Untuk
dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran
sebagai berikut:
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja,
dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau
kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi allah sebagai berikut:
Allah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan
diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika
berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri,

3
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56)
Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan
logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka
ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam
hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa
menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa Ibnu
Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-segi Pemikiran
Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan : Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah
pencipta segala sesuatu ; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak
ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui segala sesuatu
yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak
ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha
indah dan agung.
B.     Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
          1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah
agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB
Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang
Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a.  Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada
benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India).
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun
bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup,
mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar
manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan
kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha
untuk memenuhi kebutuhan roh.

4
c.  Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,
karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain
kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan
bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi
masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum cendekiawan.
Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut
dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan
satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
e.  Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi Monoteisme. Dalam
Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk Monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh
Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang agung dan sifat-sifat yang
khas terhadap tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan
evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa
Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami
sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara
evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan
pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan
masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul
kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal
dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993 : 26-27).
         2.  Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin
Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat
liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya
aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran
dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional.
Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual
dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional.
Aliran-aliran tersebut yaitu :
a.    Mu’tazilah

5
Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal
pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis
ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk
mempertahankan kedudukan keimanan. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok
Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b.    Qodariah
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal
itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
c.    Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan
berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini
merupakan pecahan dari Murji’ah
d.   Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan
Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan
umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran
mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak
menyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-
Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
2.  PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa
alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk
kegiatan ilmiah dan kehidupan.
            Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang
adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: percaya adanya makhluk, tetapi
menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah
diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan
percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa
pencipta ?
            Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang
keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung dalam surah Ali-
Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan
selain Allah, dan sungguh Allah Maha Perkasa , Maha Bijaksana.
            Keesaan Allah SWT adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan
dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat Laa ilaaha
illa Allah harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan
dan ucapannya.
Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa
Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang adanya
alam semesta. Setiap sesuatu  yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah Allah SWT
Tuhan pencipta alam semesta. Pembuktian dengan pendekatan seperti diatas sebenarnya
bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan pembuktian semacam

6
itu, Plato telah mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa
tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan.
Sebenarnya Tuhan itu benar-benar ada dan buktinya sangat banyak dan jelas
sampai mengherankan kenapa ada orang yang tidak percaya/ tidak yakin adanya Tuhan.
orang-orang atheis dan komunis contohnya. mereka sangat mengherankan karena
mengingkari keberadaan Tuhan padahal buktinya ada di sekitar mereka sendiri. bukti-
bukti adanya Tuhan antara lain:
1. kita meyakini benda-benda di sekitar kita ada pembuatnya walau kita tidak
pernah melihat pembuatnya atau melihat proses pembuatannya. contohnya: meja, kursi,
buku, polpen, mobil, rumah, perahu, pesawat dan lain-lain. kita yakin semua itu ada
pembuatnya. lalu kenapa kita tidak yakin kita ada yang membuat kita? kenapa kita tidak
yakin ada yang menciptakan langit, bumi, gunung, matahari, tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain? seharusnya secara logis kita yakin dan mengimani adanya Tuhan pencipta
alam.
2. keindahan di alam membuktikan adanya perancang yang maha indah dan
mencintai keindahan. selain itu keindahan itu menunjukkan adanya perancangan cerdas.
contohnya motif sayap kupu-kupu, bentuk dan warna pada burung, ikan hias, anemon.
dari mana semua itu berasal? apa hanya dari genetik?
3. keteraturan gerak benda-benda langit dan sistem metabolisme organisme yang
teratur dan kompleks berjalan pada tingkat akurasi yang sangat tinggi.
4. konstanta hukum alam. proses-proses fisika di alam semesta berjalan pada
konstanta tertentu.
5. ketergantungan seluruh makhluk hidup. Manusia membutuhkan materi, hewan
dan tumbuhan untuk hidup. karnivora membutuhkan herbivora dan materi. herbivora
membutuhkan tanaman dan materi. mereka membutuhkan materi lain seperti udara, air,
tanah, cahaya matahari. mereka juga membutuhkan kondisi-kondisi bumi yang
mendukung kehidupan. jadi mereka bergantung pada struktur bumi. mereka juga
bergantung pada bulan yang mengakibatkan pasang surut air laut, lalu gerak lautan, lalu
matahari. kemudian matahari membutuhkan galaksi untuk menentukan sifat-sifatnya.
lalu ada tata surya. termasuk jarak dengan bintang-bintang lain. kalau terlalu dekat
dengan bintang lain bumi bisa tertarik antara dua bintang. rumit nantinya terhadap
kehidupan di bumi.
6. Kelemahan seluruh makhluk hidup dan batasan mereka. seluruh makhluk
hidup tumbuh dari awal yang lemah sampai batas maksimal yang tak bisa dilampaui.
manusia tumbuh sampai dewasa setelah itu tidak tumbuh lagi malah semakin tua ia
melemah. begitu juga hewan dan tumbuhan. materi memiliki batasan yaitu ukurannya.
kelemahan seluruh makhluk hidup dan batasan mereka. seluruh makhluk hidup tumbuh
dari awal yang lemah sampai batas maksimal yang tak bisa dilampaui. manusia tumbuh
sampai dewasa setelah itu tidak tumbuh lagi malah semakin tua ia melemah. begitu juga
hewan dan tumbuhan. materi memiliki batasan yaitu ukurannya. contohnya manusia

7
membutuhkan makan untuk mempertahankan energi mereka untuk beraktivitas. kalau
tidak dipenuhi maka energi mereka akan habis dan mereka tidak bisa beraktivitas.
Demikian penjelasan singkat tentang bukti-bukti adanya Tuhan. bukti-bukti di
atas adalah abstraksi dari teori fisika dan biologi sederhana. sedangkan contoh-contoh
nyatanya sangat banyak. kita bisa baca dan lihat pada karya-karya harun yahya dan
banyak video di internet. selain itu kita dapat mencari sendiri dengan penelitian
sederhana. dengan hati terbuka kita akan menemukan keajaiban-keajaiban di alam dan
itulah saat kita menemukan tanda-tanda Tuhan di alam. barangkali pengalaman pribadi
bisa menambahkan pemahaman dan keimanan kita kepada Tuhan.

8
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan
dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh
manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam
Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara
intensif. Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan, yang secara
ethimologi berarti yakin atau percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab,
yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara ethimologi artinya hati-hati, waspada, mawasdiri,
memelihara, dan melindungi. Pengertian Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-
hadits, yang artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
Tuhan (Allah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Dalam ajaran
Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan
peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan
“melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari
segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu
Tuhan yaitu Allah.

9
B.   Saran

Sebagai  pemula di bangku perkuliahan, saya menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk  lebih
memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al Karim
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/ (diakses
pada 24 September 2011)
Ahmadi, Abu, dkk.1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara
Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam
Perguruan Tinggi umum. Jakarta: Departemen Agama RI
Dr. M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR.
Ahmad  
Daudy, MA) Jakarta : Bulan Bintang.
Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,
http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-shadrian/ 
(diakses pada 24 September 2011)
Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,
http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html (diakses pada 24
September 2011)
Prof. Dr. H. M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakan keempat, Jakarta : Bulan Bintang
Sayyid Mujtaba Musawwi Lari, 1989. God and His Attributes: Lessons on Islamic
Doctrine.
Cet. 1. (Terj. Ilham Mashuri dan Mufid Ashfahani). Mengenal Tuhan dan Sifat-SifatNya.
Jakarta: PT. Lentera Basritama.
Yunus, Muhammad.1997.Pendidikan Agama Islam untuk SLTP.Jakarta,Erlangga
www.agungsukses.wordpress.com
www.qodirjae.wordpress.com/2008/05/20/keimanan-dan-ketaqwaan/
www.tafany.wordpress.com
www.wikipedia.com
www.sahabatilmu.blogspot.com

11

Anda mungkin juga menyukai