DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I ................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 3
1.3 TUJUAN .............................................................................................................................. 4
BAB 2 ............................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5
2.1 FILSAFAT KETUHANAN ISLAM ................................................................................. 5
2.2 PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN ....................................................................................... 9
2.3 PROSES TERBENTUKNYA IMAN ............................................................................... 11
2.4 KEIMANAN DAN KETAKWAAN ................................................................................. 11
BAB 3 ............................................................................................................................................. 17
PENUTUP ....................................................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 17
3.2 SARAN .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
3. Bagaimana Proses Terbentuknya Iman?
4. Apa yang dimaksud Keimanan dan Ketakwaan ?
1.3 TUJUAN
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta,
dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti
cinta terhadap ilmu atau hikmah. Menurut al-Syaibani, filsafat bukanlah hikmah
itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat
sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat
telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411
SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan
tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat
dari segi kebahasan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau
kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang
menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu
kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar
kepercayaan umat Muslim.
5
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Dalam QS : 28 (Al-Qashash) : 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya sendiri:
َ ين فَاجْ َع ْل ِلي
ص ْر ًحا ِّ ِ َوقَا َل ِف ْر َع ْونُ َيا أَيُّ َها ْال َمأل َما َع ِل ْمتُ لَ ُك ْم ِم ْن ِإلَ ٍه َغي ِْري فَأ َ ْوقِدْ ِلي َيا هَا َمانُ َعلَى
ِ الط
)٣٨( َظنُّهُ ِمنَ ْالكَا ِذبِين
ُ سى َوإِنِِّي أل َ ط ِل ُع إِلَى إِلَ ِه ُمو َّ َ لَعَ ِلِّي أ
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat
Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk
orang-orang pendusta".
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah
bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi)
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Derifasi
makna dari kata ilah tersebut mengandung makna bahwa ‘bertuhan nol’ atau
atheisme adalah tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan
atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat
memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang
ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang
dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak
mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti
ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau
angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
6
B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia
adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui
pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian
rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal
teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah
mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan.
Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda.
Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh
positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada
benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia),
tuah (Melayu), dan syakti (India).
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang
aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai
sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya
dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek
negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh.
Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk
memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan
pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa
mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada
dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi
masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
7
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan
seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama.
Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme
(Tuhan Tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi
Monoteisme. Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk
seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk Monoteisme ditinjau
dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme,
dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap adanya monoteisme
dalam masyarakat primitif. orang-orang yang berbudaya rendah juga sama
monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai
kepercayaan pada wujud yang agung dan sifat-sifat yang khas terhadap
tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
8
keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai
bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan
kedudukan keimanan. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok
Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia
akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan
dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara
aliran Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan
pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada
prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran
dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja
diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak
menyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan
ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi
ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu.
9
tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya.
Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian
luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi
Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63
dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi
pencipta langit dan bumi.
Berdasarkan kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa arab
sesungguhnya telah memahami dan meyakini akan eksistensi Tuhan sebagai
pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada
segelintir anak manusia yang menolak eksistensi tuhan, seperti penggambaran
al-Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini menegaskan bahwa: “mereka
berkata: “ kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan
kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan
eksistensi tuhan oleh sebagian kecil manusia itu, hanya didasarkan pada dugaan
semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan seperti
ditegaskan dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu:”mereka sekali kali tidak
mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga
saja.
Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang
terkandung dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah
kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh Allah Maha
Perkasa , Maha Bijaksana.
Keesaan Allah SWT adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat Laa ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas
utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan
bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah
tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan
pencipta adalah Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta. Pembuktian dengan
pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat
Islam menggunakan pembuktian semacam itu, Plato telah mengemukakan teori
dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi
mesti ada yang menjadikan.
10
2.3 PROSES TERBENTUKNYA IMAN
11
mengorbankan apa saja untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut
Allah kepadanya.
Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan
mengucapkan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi
waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam
rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.
Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum
yang ada dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh
karenanya, orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan
secara totalitas mengamalkannya dalam seluruh kehidupannya.
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata
lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah
berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita
ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang
segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat
tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan
saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang
sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika
hanya diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan
dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai
pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Berbicara masalah keimanan , kita bisa melihat takaran keimanan
seseorang dari tanda-tandanya seperti :
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan
berusaha agar
Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
12
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji
Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Demikianlah manfaat iman dalam kehidupan manusia, bukan hanya
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami.
Apabila suatu masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.
Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut,
menjaga, memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh
dan konsisten (istiqomah).
Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin
Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur
(petunjuk) dari Allah SWT karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau
meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut
akan siksa-Nya."
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau
menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan, “Apakah
kamu pernah melewati jalanan yang berduri?” Si penanya menjawab, ”Ya”.
Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika
aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku
tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa.”
1. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, iman
kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen
ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
13
2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata
lain mencintai umat manusia.
3. Mendirikan shalat, puasa dan zakat
4. Menepati janji
5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
6. Menahan amarah dan memaafkaan orang lain.
14
terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun
perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan hamdalah
sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang
diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai
konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani
berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan
seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat
– sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.
15
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al Karim
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-is
lam/
Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,
http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-fils
afat-shadrian/
Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,
http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html
www.agungsukses.wordpress.com
www.qodirjae.wordpress.com/2008/05/20/keimanan-dan-ketaqwaan/
www.tafany.wordpress.com
www.wikipedia.com
www.sahabatilmu.blogspot.com
file:///C:/Users/Asus%20pc/Downloads/Filsafat%20Ketuhanan%20Dalam%20Isla
m%20_%20RUSLAN%20DARA%20SAMUEL.html
file:///C:/Users/Asus%20pc/Downloads/Pembuktian%20Wujud%20Tuhan.html
18