Anda di halaman 1dari 23

Konsep Nilai dan Keyakinan Agama

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Aisyah Kamelia 1910913220012
Aqil Andika Pratiwi 1910913120009
Fajrian Nor 1910913310003
Muhammad Riza 1910913310011
Selviana Putri Yolanda 1910913320018
Yoga Maulana Hernowo 1910913210038
Zahratul Zannah 1910913210012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia di muak bumi ini selalu berinteraksi satu sama lain. Tak
dapat dipungkiri bahwa interaksi tersebut terus terjadi dan tidak seorang pun dapat
menghindari interaksi ini. Hal ini merupakan kodrat seorang manusia bahwa
mereka diciptakan untuk saling membantu antar sesame dan tidak bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Interaksi yang terjadi ini juga tidak dapat dihindari oleh
perawat dengan klien. Perawat dan klien senantiasa berinterkasi kapan pun dan di
manapun ketika asuhan keperawatan sedang diberikan perawat kepada klien.
Interaksi ini tidak hanya terjadi dengan orang yang memiliki karakteristik atau
budaya yang sama dengan perawat. Namun, terjadi dengan banyak pihak yang
memiliki nilai dan keyakinan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai
macam hal. Tak dapat dipungkiri konflik sering terjadi dalam interaksi ini. Oleh
karena itu, diperlukan suatu pemahaman mengenai konsep umum dari nilai
keyakinan. Dengan demikian diharapkan, perawat dapat lebih peka terhadap nilai
dan keyakinan yang di anut oleh klien dan orang lain. Untuk itu, dalam makalah ini
kami mencoba untuk membahas mengenai konsep umum nilai dan keyakinan.
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan polapola
perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious) . Ellis, tokoh
terapi kognitif behavioral menulis dalam Journal of Counseling and Clinical
Psychology terbitan 1980. Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin
kita sebut sebagai kesalehan) bertoleransi sangat signifikan dengan gangguan
emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat mempercayai
kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang sehat secara emosional
bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia berubah, sedang orang yang sangat
relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan tidak mau berubah, karena itu
kesalehan dalam berbagai hal sama dengan pemikiran tidak rasional dan gangguan
emosional. Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur,
agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik
dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka, akan tetapi
karena agama juga mengandung komponen ritual maka sebagian agama tergolong
juga dalam struktur sosial.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian konsep nilai dan keyakinan
2. Untuk mengetahui Sumber nilai & keyakinan
3. Untuk mengetahui Fungsi nilai & keyakinan
4. Untuk mengetahui Nilai-nilai keagamaan
5. Untuk mengetahui Pandangan konsep nilai dan keyakinan menurut islam
6. Untuk mengetahui Ayat dan hadist mengenai konsep nilai dan keyakinan
7. Untuk mengetahui Hubungan antara konsep nilai dan keyakinan agama
dalam Islam
8. Untuk mengetahui Aplikasi nilai dan keyakinan dalam kehidupan

C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui Pengertian konsep nilai dan keyakinan
2. Mahasiswa mengetahui Sumber nilai & keyakinan
3. Mahasiswa mengetahui Fungsi nilai & keyakinan
4. Mahasiswa mengetahui Nilai-nilai keagamaan
5. Mahasiswa mengetahui Pandangan konsep nilai dan keyakinan menurut
islam
6. Mahasiswa mengetahui Ayat dan hadist mengenai konsep nilai dan
keyakinan
7. Mahasiswa mengetahui Hubungan antara konsep nilai dan keyakinan
agama dalam Islam
8. Mahasiswa mengetahui Aplikasi nilai dan keyakinan dalam kehidupan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Nilai dan Keyakinan
1. Pengertian Nilai
Pengertian Nilai, Nilai dalam bahasa lnggris “value”, dalam bahasa latin
“velere”, atau bahasa Prancis kuno “valoir” atau nilai dapat diartikan berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia nilai
diartikan sebagai sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau
sesuatu yang menyempurnakan manusia. Sehingga nilai merupakan kualitas suatu
hal yang menjadikan hal yang disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan
suatu yang terpenting atau berharga bagi manusia sekaligus inti dari kehidupan.
Menurut Milton Rokeach dan James Bank mengungkapkan sebagaimana
yang dikutip dalam bukunya M. Chabib Thoha bahwa nilai:
1) Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu
tindakan mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan”.
2) Nilai merupakan sesuatu realitas yang abstrak, nilai mungkin dapat dirasakan
dalam diri seseorang masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-
prinsip yang menjadi pedoman dalam kehidupan. Nilai juga dapat terwujud
keluar dalam pola-pola tingkah laku, sikap dan pola pikir. Nilai dalam diri
seseorang dapat ditanamkan melalui suatu proses sosialisasi, serta melalui
sumber dan metode yang berbeda-beda, misalkan melalui keluarga, lingkungan,
pendidikan, dan agama.

2. Pengertian Keyakinan
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa
cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena
keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar
atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa,
manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan
disadari bahwa keyakinan itu keliru.
B. Sumber Nilai dan Keyakinan
a. Sumber Nilai
1) Nilai Ilahi
Nilai Illahi adalah nilai yang difitrathkan Tuhan melalui para rasul Nya yang
berbentuk iman, takwa, adil, yang diabadikan dalam wahyu Illahi. 5 Nilai Illahi ini
merupakan sumber utama bagi para penganutnnya. Dari agama, mereka
menyebarkan nilai-nilai kebajikan untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. al-An’am/6: 115

‫س ِمي ُع ْالعَ ِلي ُم‬


َّ ‫عد ًًْل ۚ ًَل ُمبَ ِد َل ِل َك ِل َماتِ ِه ۚ َو ُه َو ال‬
َ ‫ص ْدقًا َو‬
ِ ‫ت َك ِل َمتُ َربِ َك‬
ْ ‫َوتَ َّم‬

Artinya : Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang


benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya
dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.(Q.S. al-
An’am/6: 115).
Nilai-nilai Illahi selamanya tidak akan mengalami perubahan. Nilai-nilai
Illahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku
sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, serta tidak berkecenderungan untuk
berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia. Pada nilai Illahi ini, tugas dari
manusia adalah menginterpretasikan serta mengplikasikan nilai-nilai itu dalam
kehidupannya. Dengan interpretasi itu manusia akan mengetahui dan melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya.

2) Nilai Insani
Nilai insani ialah nilai yang tumbuh atas dasar kesepakatan manusia serta
hidup dan berkembang dari peradaban manusia, nilai ini bersifat dinamis. Seperti
dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Anfal/8:53

ۙ ‫علَ َٰى َق ْو ٍم َحت َّ َٰى يُغ َِي ُروا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬ َ َّ ‫َٰذَ ِل َك بِأ َ َّن‬
َ ‫َّللا لَ ْم يَكُ ُمغ َِي ًرا نِ ْع َمةً أ َ ْنعَ َم َها‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َ َّ ‫َوأ َ َّن‬
َ ‫َّللا‬
Artinya : Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
sesuatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga
kaum itu meubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan
sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S.
Al-Anfal/8:53).
Nilai-nilai insani yang kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi yang
diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.
Nilai Illahi mempunyai relasi dengan nilai insani. Namun nilai Illahi (hidup etis
religius) memiliki kedudukan vertikal yang lebih tinggi daripada nilai hidup lainya.
Di samping hirarkinya lebih tinggi, nilai keagamaan mempunyai konsekuensi pada
nilai lainya, dan sebaliknya nilai lainnya itu memerlukan nilai pijakan yang berupa
nilai etis religius.

b. Sumber Keyakinan
Pengalaman akidah adalah pengalaman masalah keimanan, sedangkan iman
adalah pengakuan hati yang diucapkan dan di amalkan yang tidak dapat dipisahkan
karena pengucapan lidah dan pengalaman anggota badan itu adalah suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahpisahkan. Hal ini dengan sabda Nabi Muhammad SAW

‫االيمان معرفة بالقلب و قول باللسا ن و عمل باالركان‬


)‫(رواه الطبران‬

Artinya: “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah


dan pengalaman dengan anggota badan”.(HR Thabrani) .

Dalam ajaran Islam ada beberapa rangkaian keimanan yang tersusun


berdasarkan firman Allah sebagai berikut:
‫ب الَّذِي ن ََّز َل‬ ِ ‫سو ِل ِه َو ْال ِكتَا‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِآمنُوا ِب‬
ُ ‫اَّللِ َو َر‬
ِ‫ب الَّذِي أ َ ْنزَ َل ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُ ْر بِا ََّّلل‬ِ ‫سو ِل ِه َو ْال ِكتَا‬
ُ ‫َعلَ ٰى َر‬
‫ض ََل اال َب ِعيداا‬ َ ‫س ِل ِه َو ْال َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬ ُ ‫َو َم ََل ِئ َك ِت ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah


dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada
rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka
Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya”. (Q.S.
AnNisa’: 136).

Firman Allah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa akidah seorang


muslim ada enam yang wajib diimani, yaitu:
a. Iman kepada Allah SWT
b. Iman kepada Mailakat-maliakat Allah
c. Iman kepada Rasul-rasul Allah
d. Iman kepada Kitab-kitab Allah
e. Iman kepada hari Qiamat
f. Iman kepada Qodho’ dan Qodar
Keenam keimanan di atas dalam ajaran Islam disebut rukun iman.
Dari keenam rukun iman tersebut seorang muslim dituntut untuk
mengimani atau mempercayai. Dalam artian rangkaian tersebut tidak
dapat dipisah-pisahkan, semua saling terkait dan menyempurnakan antara
satu dengan yang lainnya.

C. Fungsi Nilai dan Keyakinan


a. Fungsi Nilai
Nilai mempunyai fungsi sebagai standar dan dasar pembentukan konflik dan
pembuat keputusan, motivasi dasar penyesuaian diri dan dasar perwujudan diri.
Nilai sebagai sesuatu yang abstrak yang mempunyai sejumlah fungsi yang dapat
kita cermati, antara lain:
1) Nilai memberi tujuan atau arah (goals of purpose) kemana kehidupan harus
menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.
2) Nilai memeberi aspirasi (aspirations) atau inspirasi kepada seseorang untuk hal
yang berguna, baik, dan positif bagi kehidupan.
3) Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau bersikap
sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi acuan atau pedoman
bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku.
4) Nilai itu menarik (interests), memikat hati seseorang untuk dipikirkan,
direnungkan, dimiliki, diperjuangkan, dan diahayati.
5) Nilai itu mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika sedang
mengalami berbagai perasaan, atau suasana hati, seperti senang, sedih, tertekan,
bergembira, bersemangat, dll.
6) Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and convictions)
seseorang, terkait dengan nilai-nilai tertentu.
7) Suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities) perbuatan atau tingkah laku
tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak berhenti pada pemikiran,
tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan nilai tersebut.
8) Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran seseorang
ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan, mengalami dilema atau
mengahadapi berbagai persoalan hidup (worries, problems, obstacles).

b. Fungsi Keyakinan
1) Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu
kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari
pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik
yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi
dengan tenang.

2) Penolong Dalam Kesukaran


Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan
menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung
menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda
halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini
akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa
setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang
harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada
hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu
menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.

3) Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu
kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut
akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain,
orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak
mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang
beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran
Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak
orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil
oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang
yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang
terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan
derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan
ketakwaannya.

4) Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan
dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah
tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama
sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati. Islam mengatur hubungan
orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang
berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak
ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta
dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang
berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata
hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan
sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka
dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang
berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan
tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan
disini.

D. Nilai-Nilai Keagamaan
Nilai-nilai Keagamaan dalam Islam Istilah nilai keagamaan merupakan
istilah yang tidak mudah diberikan batasan secara pasti. Ini disebabkan karena nilai
merupakan sebuah realitas yang abstrak. Nilai keberagamaan adalah nilai sebagai
nilai islami.24 Nilai islami menyangkut berbagai aspek dan memerlukan kajian dan
telaah yang luas, oleh karena itu nilai Islami yang akan dikupas dalam penelitian
ini tidak secara terperinci, namun dibatasi pada pokok ajaran Islam yang sewajarnya
ada dan dimiliki oleh seorang muslim. Nilai-nilai keberagamaan diantaranya
adalah:
1. Nilai Aqidah
Aqidah adalah dimensi ideologi atau keyakinan dalam Islam. Ia menunjuk
kepada beberapa tingkat keimanan seorang muslim terhadap kebenaran Islam,
terutama mengenai pokok-pokok keimanan Islam. Pokokpokok keimanan dalam
Islam menyangkut keyakinan seseorang terhadap Allah SWT, para malaikat,
kitabkitab, Nabi dan rasul Allah, hari akhir, serta qadla dan qadar. Setelah meyakini
akan ajaran Islam, hal yang selanjutnya adalah bagaimana kita beribadah
(menghamba) kepada Allah SWT. Seperti yang telah Allah firmankan dalam Al-
Qur’an Surat adz-Dzariyat ayat: 56
Pengabdian diri kepada Allah bertujuan untuk mendapatkan ridla-Nya
semata. Sikap ini didasari adanya perintah Allah untuk senantiasa memperhatikan
kehidupan akhirat dengan selalu beribadah kepada Allah SWT, akan tetapi juga
jangan melupakan kehidupan di dunia. Dalam Islam terdapat dua bentuk nilai
ibadah yaitu: ibadah mahdlah (hubungan vertikal kepada Allah langsung) dan
ibadah ghairu mahdlah yang berkaitan dengan sesama manusia, kesemuannya akan
bermuara pada satu tujuan mencari ridha Allah SWT.
Suatu nilai ibadah terletak pada dua hal yaitu: sikap batin (mengakui
dirinnya sebagai hamba Allah) dan perwujudannya dalam betuk ucapan dan
tindakan. Nilai ibadah bukan hanya merupakan nilai moral, etika, tetapi sekaligus
didalamnya terdapat unsur-unsur benar atau tidak benar dari sudut pandang
teologis.
Untuk membentuk pribadi siswa yang memiliki kemampuan akademik dan
religius, maka pengahayatan terhadap nilai-nilai keagamaan di sekolah sangatlah
penting. Bahkan tidak hanya siswa, kepala sekolah, pendidik, serta karyawan juga
harus mampu menumbuhkan dan menciptakan suasana religius yang dapat menjadi
uswatun khasanah bagi perserta didiknya.

2. Nilai Syariah
Syariah merupakan aturan Allah SWT yang dijadikan refrensi oleh manusia
dalam menata dan mengatur kehidupannya baik kaitanya hubungan manusia
dengan Allah SWT, dalam hubungannya dengan sesama mahluk lain, baik dengan
sesama manusia, maupun dengan alam sekitar. Dalam ajaran Islam, aqidah saja
tidaklah cukup, tidaklah bermakna kepercayaan kepada Allah, jika perintah dan
larangannya tidak dilaksanakan, karena agama bukan semata-mata kepercayaan
(belief). Agama adalah iman (belief) dan disertai amal saleh (good action). Iman
mengisi hati, ucapan mengisi lidah dan perbuatan mengisi gerak hidup.
Nilai syariah disini menunjuk pada praktek keagamaan, seberapa tingkat
kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-ritual keagamaan.
Kaitannya dengan penerapan nilai-nilai religiusitas di sekolah ialah bagaimana
seluruh komponen sekolah dapat mengajarkan kepada peserta didik untuk
memahami agama Islam secara kaffah (utuh). Dan mampu mengamalkan secara
baik dan benar.

3. Nilai Ahklak
Ahklak adalah bentuk plural dari khuluq yang artinnya tabiat, budi pekerti,
kebiasaan. Nilai akhlak disini lebih disoroti tentang dimensi pengalaman atau
seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamnnya,
yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain.
Akhlak merupakan seperangkat nilai keagamaan yang harus direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan keharusan, siap pakai, dan bersumber pada
wahyu Illahi. 29 dengan demikian nilai akhlak harus diwujudkan dalam kehidupan
agar menajdi suatu kebiasaan yang baik dan menjadi nilai pedoman dalam
berperilaku dan berbuat. Dimensi di atas meliputi perilaku suka menolong,
bekerjasama, berderma (sedekah), berlaku jujur, disiplin, memaafkan, amanah,
rendah hati, disiplin, dan lain sebagainnya.
Dengan demikian hubungan ketiga nilai di atas adalah sebuah kesatuan
integral yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Aqidah merupakan
hal yang pokok, yang menopang segenap perilaku seorang muslim. Aqidah
seseorang akan menetukan kualitas kemuslimanya, jika aqidahnya benar dan kuat,
syariah pun akan kuat pula. Aqidah dan syariah telah terwujud dengan baik, akan
lahir pula tindakan nyata yang berupa amal shaleh, inilah yang dinamakan ahklak.
Ahklak atau amal saleh merupakan hasil yang keluar dari aqidah dan syariah,
bagaikan buah yang keluar dari cabang pohon yang rindang. Perumpaan ini
menunjukkan arti bahwa kualitas amal saleh yang dilakukan oleh seseorang
merupakan cermin kualitas iman dan Islam seseorang.
Internalisasi nilai-nilai keagamaan siswa di madarasah tentunnya juga
demikian, setelah peserta didik mempelajari tentang pendidikana agama, baik nilai
aqidah, syariah serta nilai ahklak. Harapanya siswa mampu berbuat sesuai dengan
syariat Islam baik itu kaitanya hubungan kepada Allah swt (peribadatan) maupun
dengan sesama mahkluk hidup (sosial).
E. Pandangan Konsep Nilai dan Keyakinan Menurut Islam

Nilai-nilai Islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip


hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan
kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait
membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan.

Nilai-nilai keislaman merupakan bagian dari nilai material yang terwujud


dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai Islam merupakan
tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil). Nilai-
nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya, universal dan suci. Kebenaran dan
kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan
mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa, dan stratifikasi sosial.

Nilai-nilai keislaman atau agama mempunyai dua segi yaitu: “segi


normatif” dan “segi operatif”. Segi normativ menitik beratkan pada pertimbangan
baik buruk, benar salah, hak dan batil, diridhoi atau tidak. Sedangkan segi operatif
mengandung lima kategori yang menjadi prinsip standarisasi prilaku manusia, yaitu
baik buruk, setengan baik, netral, setengah buruk dan buruk. Yang kemudian
dijelaskan sebagai berikut:

1. Wajib (baik)

Nilai yang baik yang dilakukan manusia, ketaatan akan memperoleh


imbalan jasa (pahala) dan kedurhakaan akan mendapat sanksi.

2. Sunnah (setengah baik)

Nilai yang setengah baik dilakukan manusia, sebagai penyempurnaan


terhadap nilai yang baik atau wajib sehingga ketaatannya diberi imbalan jasa dan
kedurhakaannya tanpa mendapatkan sangsi.

3. Mubah (netral)

Nilai yang bersifat netral, mengerjakan atau tidak, tidak akan berdampak
imbalan jasa atau sangsi.
4. Makruh (setengah baik)

Nilai yang sepatutnya untuk ditinggalkan. Disamping kurang baik, juga


memungkinkan untuk terjadinya kebiasaan yang buruk yang pada akhirnya akan
menimbulkan keharaman.

5. Haram (buruk)

Nilai yang buruk dilakukan karena membawa kemudharatan dan merugikan


diri pribadi maupun ketenteraman pada umumnya, sehingga apabila subyek yang
melakukan akan mendapat sangsi, baik langsung (di dunia) atau tidak langsung (di
akhirat). (Muhaimin;1993:117)

Kelima nilai diatas cakupannya menyangkut seluruh bidang yaitu


menyangkut nilai ilahiyah ubudiyah, ilahiyah muamalah, dan nilai etik insani yang
terdiri dari nilai sosial, rasional, individual, biofisik, ekonomi, politikdan estetik.
Dan sudah barang tentu bahwa nilai-nilai yang jelek tidak dikembangkan dan
ditinggalkan. Namun demikian sama-sama satu nilai kewajiban masih dapat
didudukkan mana kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan kewajiban yang
lainnya yang lebih rendah hierarkinya. Hal ini dapat dikembalikan pada hierarki
nilai menurut Noeng Muhadjir, contohnya: kewajiban untuk beribadah haruslah
lebih tinggi dibandingkan dengan kewajiban melakukan tugas politik, ekonomi, dan
sebagainya. Disamping itu masing-masing bidang nilai masih dapat dirinci mana
yang esensial dan mana yang instrumental. Misalnya: pakaian jilbab bagi kaum
wanita, ini menyangkut dua nilai tersebut, yaitu nilai esensial, dalam hal ini ibadah
menutup aurat, sedangkan nilai insaninya (instrumental) adalah nilai estetik,
sehingga bentuk, model,warna, cara memakai dan sebagainya dapat bervareasi
sepanjang dapat menutup aurat.

Karena nilai bersifat ideal dan tersembunyi dalam setiap kalbu manusia,
maka pelaksanaan nilai tersebut harus disertai dengan niat. Niat merupakan I’tikad
seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh kesadaran. Dalam hal ini I’tikad
tersebut diwujudkan dalam aktualisasi nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam. Dalam proses aktualisasi nilai-nilai Islam dalam
pembelajaran tersebut, diwujudkan dalam proses sosialisasi di dalam kelas dan
diluar kelas. Pada hakikatnya nilai tersebut tidak selalu disadari oleh manusia.
Karena nilai merupakan landasan dan dasar bagi perubahan.Nilai-nilai merupakan
suatu daya pendorong dalam hidup seseorang pribadi atau kelompok. Oleh karena
itu nilai mempunyai peran penting dalam proses perubahan sosial.

Agama adalah ajaran, dogma paham, keyakinan, kepercayaan, sistem yang


mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME.
Agama telah menjadi sumber pegangan hidup banyak orang. Keyakinan agama
yang mendalam karena pengalaman dan penghayatan terhadap agama yang
dianutnya. Namun, pengetahuan tentang agama dan pilihan menentukan agama ada
dua kemungkinan, yaitu karena:

1) Faktor lingkungan yang dibawa sejak lahir


2) Pemahaman terhadap agama melalui pengkajian mendalam sehingga sesorang
memutuskan menjadi penganut agama.

Agama telah ada dan sama tuanya dengan umur masyarakat manusia di
dunia, manusia senantiasa mempunyai hasrat untuk beragama, karena manusia
adalah makhluk yang memiliki fitrah beragama. Bahkan Filsafat memandang
mansuia sebagai makhul bertuhan dan makhluk beragama karena didalam
kehidupan psikologisnya memiliki suatu kemampuan dasar atau instink agama.
Dalam pandangan Islam, manusia dijadikan Tuhan untuk beragama sebagaimana
dalam Firman Allah dalam QS. Ar-Rum ayat 30:

Artinya: “Maka hadapkanlah mukamu kepada agama dengan selurus-lurusnya yaitu


agama ciptaan Allah yang telah membuat manusia untuk beragama itu,
tiada ada penggantian bagi ciptaan Allah; Ia adalah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Islam adalah agama fitrah manusia, jadi manusia berkemampuan dasar


untuk beragama. Dalam kehidupan ini, manusia adalah makhluk yang dapat
dipengaruhi oleh hal yang religious, meski nilai dan kedalaman pengaruh setiap
orang berbeda-beda. Berbagai nilai keagamaan yang dihayati sennatiasa memiliki
dasar-dasar yang mengandung persamaan elemen yaitu rasa takut, khawatir, cinta
dan percaya kepada Allah. Disinilah terletak sumbernya agama. Bahkan filosof
Francis Baccon mengatakan bahwa mengetahui filsafat yang hanya sedikit,
membuat jiwa manusia ke arah atheisme, akan tetapi mengetahui kedalaman filsafat
membawa jiwa manusia ke arah agama.

Agama menjadikan umat Islam mempunyai petunjuk untuk melakukan


jalan yang benar dan lurus. Dalam ranah pendidikan, menjadikan pendidik
mempunyai pengetahuan agama yang mendalam sehingga untuk mengajarkan ilmu
secara detail dan menyeluruh. Bagi peserta didik agar berakhlak mahmudah,
berpikiran dinamis untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat dan
menjadikan takwa pada Allah serta masih banyak lagi yang lainnya.

F. Hubungan Antara Konsep Nilai dan Keyakinan Agama dalam Islam

Luasnya meteri ajaran agama Islam haruslah dipahami oleh seorang


mukmin yang ingin mengamalkan ajaran Islam secara khaffah, akan tetapi ari
kesemuanya itu yang juga penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang nilai
– nilai atau unsur – unsur yang terkandung dalam agama Islam. Pendidikan Islam
dikalangan umatnya merupakan salah satu bentuk manifestasi cita-cita hidup Islam
untuk melestarikan, mengalihkan, menanamkan, dan mentransformasikan nilai-
nilai Islam kepada pribadi penerusnya. Dengan demikian pribadi seorang muslim
pada hakikatnya harus mengandung nilai-nilai yang didasari atau dijiwai oleh iman
dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumbermutlak yang harus ditaati.

Ketaatan kepada kekuasaan Allah SWT yang mutlak itu mengandung


makna sebagai penyerahan diri secara total kepadanya. Dan bila manusia telah
bersikap menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada
dalam dimensi kehidupan yang dapat mensejahterakan kehidupan didunia dan
membahagiakan kehidupan di akhirat.

Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai – nilai ideal Islam dapat
dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu :

1) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup


manusia didunia.
2) Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk meraih
kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
3) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan
hidup duniawi dan ukhrawi.

Dari dimensi nilai-nilai kehidupan tersebut, seharusnya ditanam tumbuhkan


didalam pribadi muslim secara seutuhnya melalui proses pembudayaan secara
paedagogis dengan sistem atau struktur kependidikan yang beragam. Dari sinilah
dapat kita ketahui bahwa dimensi nilai - nilai Islam yang menekankan
keseimbangan dan keselarasan hidup duniawi ukhrawi menjadi landasan ideal yang
hendak dikembangkan/dibudayakan dalam pribadi muslim melalui pendidikan
sebagai alat pembudayaan.

Nilai-nilai agama merupakan seperangkat standar kebenaran dan


kebaikan. Nilai-nilai agama adalah nilai luhur yang ditransfer dan diadopsi ke
dalam diri. Oleh karena itu, seberapa banyak dan seberapa jauh nilainilai agama
bisa mempengaruhi dan membentuk sikap serta perilaku seseorang sangat
tergantung dari seberapa dalam nilai-nilai agama tersebut merasuk/terinternalisasi
di dalam dirinya. Semakin dalam nilai-nilai agama terinternalisasi dalam diri
seseorang, kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk. Jika
sikap religius/keagamaan sudah muncul dan terbentuk, maka nilai- nilai agama
akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan. Dari
uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa nilai Agama Islam adalah
sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia agar dalam setiap tingkah
lakunya sesuai dengan ajaran Agama Islam sehingga dalam kehidupannya dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat.
G. Aplikasi Nilai dan Keyakinan dalam Kehidupan
1. Aplikasi nilai
Al-Qur’an sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, karena di dalamnya
mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir
dua pertiga dari ayat-ayat al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat
manusia. Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada
tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia
berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentukya manusia ideal (insan kamil)
yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji. Surat al-ma’un termasuk ayat
al-Qur’an yang membahas tentang kepedualian sosial dan banyak memberi pesan
nilai-nilai pendidikan Islam yang sangat bermanfaat dan dapat diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya saat ini banyak dijumpai dikalangan
masyarakat Islam yang mampu dari segi finansial misalnya, namun mereka enggan
menolong sesama. Mereka lebih suka menghambur-hamburkan harta mereka
dengan hura-hura. Padahal harta tersebut jauh lebih bermanfaat jika dishodaqahkan
untuk menolong sesama yang membutuhkan, seharusnya hal-hal semacam ini harus
dijauhi karena bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan Islam khususnya nilai
sosial atau kemasarakatan. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Ma’un.
Dengan demikian, dapat digunakan sebagai pedoman dalam bersikap dan
berprilaku. Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk penelitian
kepustakaan (library research), karena data yang diteliti berupa naskah-naskah,
buku-buku, jurnal yang bersumber dari khazanah kepustakaan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data-data diperoleh dengan
menggunakan metode dokumentasi yang diambil dari al-Qur’an, as-sunnah, buku-
buku, jurnal. Kitab tafsir yang menjadi sumber rujukan utama kepada penulis untuk
memahami suatu ayat. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan metode
conten analysis. Pemahaman dan analisis tersebut dilakukan melalui kegiatan
membaca, menganalisis dan mengklasifikasikan data. Hasil dari penelitian yang
dilakukan penulis dapat disampaikan disini bahwasanya nilai-nilai pendidikan
Islam yang terdapat dalam surat al-Ma’un meliputi:
1) Nilai pendidikan tauhid yaitu orang yang tidak percaya kepada hari kiamat.
2) Nilai pendidikan ibadah yaitu orang yang melalaikan shalat.
3) Akhlak, meliputi; larangan berbuat riya’ (pamer) dan orang-orang yang enggan
menolong dengan barang-barang yang berguna (tolong menolong).
4) Sosial, meliputi; menyantuni anak yatim dan anjuran memberi makan fakir
miskin.

2. Aplikasi Keyakinan
Aplikasi Muslimnesia, Bantu Anak Muda Dalami Agama Islam
Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadan jadi momen di mana umat muslim giat
memperdalam agama Islam. Untuk memudahkannya, aplikasi Muslimnesia hadir
sebagai referensi anda kebutuhan belajar dan mendalami ilmu agama Islam.
Muslimnesia hadir sebagai solusi menjawab kebutuhan generasi muslim
muda modern Indonesia yang beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan
pesat dalam mendalami ajaran agama serta menerapkan kaidah islam dalam hidup
sehari-hari. Berbagai hal islami mulai dari pakaian, beribadah tepat waktu, berdoa
dalam segala aktivitas, hingga produk halal kini jadi perhatian bagi umat muslim.
Founder Muslimnesia Ariani Rudjito mengatakan, kebutuhan informasi
muslim muda modern Indonesia tumbuh kian besar seiring dengan meningkatnya
antusiasme mendalami ajaran Islam yang dimulai sejak usia muda.
"Dengan karakter aktif dan mobilitas tinggi ala milenial, generasi muslim
muda modern Indonesia membutuhkan dukungan mewujudkan persona diri yang
lebih baik. Teknologi kemudian menjadi jembatan dan sarana tak terpisahkan dalam
mempelajari dan mengimplementasikan Islam, hingga lahirlah Muslimnesia," kata
Ariani dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Selasa
(14/5/2019).
Dia mengatakan, aplikasi Muslimnesia adalah rujukan yang menyajikan
wawasan ke-Islam-an yang lengkap sekaligus praktis sebagai pendukung gaya
hidup Islami sehari-hari yang halal dan berkah.
Aplikasi ini merupakan besutan anak Indonesia yang paham benar dengan
kebutuhan muslim di tanah air. Hal tersebut disampaikan melalui ragam fitur segar
dan desain aplikasi simpel. Muslimnesia lahir dari kebutuhan para Founder/Co-
Founder yang sedang mengalami perjalanan spiritualitas masing-masing pada 2017
lalu. Selain Ariani, Muslimnesia tercetus dari kolaborasi gagasan Billtraviano
Harda, Muhammad Assad selaku Founder, dan Adrian Maulana selaku Co-Founder
Untuk menjawab kebutuhan umat muslim atas gaya hidup yang islami dan
informasi-informasi lain yang dibutuhkan, Muslimnesia memiliki sejumlah fitur,
antara lain adalah:
1) Cari Masjid
Menyajikan informasi masjid terdekat berbasis lokasi sehingga
memudahkan pengguna untuk menjalankan ibadah salat wajib ataupun sunah.
2) Jadwal Kajian
Menyediakan informasi jadwal belajar mengenai Islam (majelis taklim),
juga berbasis kedekatan lokasi, interaktif, dan memungkinkan pengguna untuk
memilih/menentukan topik dan ustaz pembimbing materi, serta dikembangkan
untuk hadir dalam bentuk podcast.
3) Halal Radar
Fitur ini memberikan informasi tempat dan sarana publik yang telah
memberikan pelayanan halal dan fasilitas yang Islami/Syariah (rumah sakit, hotel,
dan restoran) berbasis kedekatan lokasi.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan
mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan. Sedangkan,
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup
tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.
Ada 5 prinsip standarisasi dalam kehidupan manusia menurut Islam, yaitu:
Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh dan Haram.
B. Saran
Dalam menjalani kehidupan, alangkah baiknya kita mengetahui nilai-nilai
yang terkandung disetiap waktunya dan kita harus tau dengan prinsip-prinsip
menurut agama Islam.
Dengan mengetahui itu semua kita menjadi lebih baik dan lebih sedikit
melakukan perbuatan yang sia-sia, sehingga hidup kita jauh lebih bermanfaat
kedepannya.
Referensi
Asir, Ahmad. Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan Umat Manusia. Universitas
Islam Madura (UIM) Pamekasan.

Fathoni, Ahmad M. (2001). Pengantar Studi Islam. Semarang: Gunung Jati, 29.

Munir, A. (2014). Konsep dan Nilai-Nilai Agama.

Noor Salimi. (2008). Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, cet. Ke-5. Jakarta:
Bumi Aksara.

Susi. (2010). Nilai dan Keyakinan.

Sutarjo Adisusilo, JR. Pembelajaran Nilai Karakter. Hal. 58

http://eprints.walisongo.ac.id/4007/3/103111008_bab2.pdf (diakses pada Kamis,


28 November 2019)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Keyakinan_dan_kepercayaan (diakses pada Kamis,


28 November 2019)

https://www.academia.edu/9238928/PENGERTIAN_DAN_KONSEP_NILAI_DALAM_ISLA
M (diakses pada Kamis, 28 November 2019)

https://www.academia.edu/9543439/Pandangan_Islam_tentang_Tuhan_Agama_dan_
Makna_Hidup (diakses pada Kamis, 28 November 2019)

https://www.liputan6.com/ramadan/read/3965350/aplikasi-muslimnesia-bantu-anak-
muda-dalami-agama-islam (diakses pada Kamis, 28 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai