STUDI KASUS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II
Susanti (1910913120013)
COVER
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
1.1 Skenario.......................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................
3.2 Saran...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO
Ny. A usia 25 tahun dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit infeksi yang dirawat di
ruangan isolasi. Sesuai delegasi dari dokter, Ners A melakukan tindakan keperawatan
yaitu rawat luka. Saat tindakan, Ners A tidak menggunakan sarung tangan. Sehari-hari
saat bertugas Ners A juga terbiasa tidak mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan saat melakukan tindakan keperawatan dengan alasan terlalu banyak tugas untuk
merawat pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk
menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.Kejadian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai penularan, apabila satu
mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau
dihentikan. Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
c) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta
transplasenta.
e) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau
melalui kulit yang tidak utuh.
f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi
kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang
luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan imunosupresan. Faktor lain
yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, pola
hidup, pekerjaan dan herediter.
Dalam kasus bisa kita lihat bahwa Ners A melakukan perawatan kepada Ny A
yang mempunyai penyakit infeksi. Namun, pada proses keperawatan Ners A tidak
menerapkan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. Yang mana Ners A tidak
melakukan tindakan mencuci tangan dan tidak menggunakan sarung tangan saat
melakukan tindakan. Hal itu tentunya bertentangan dengan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi menurut peraturan Kemenkes No 27 tahun 2017 yang menyatakan
sebagai berikut:
a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai
sarung tangan. b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area
lainnya yang bersih, walaupun pada pasien yang sama. Indikasi kebersihan tangan:
Pada tahun 1987 diperkenalkan sistem pendekatan pencegahan infeksi kepada pasien
dan petugas kesehatan, yaitu Body Substance Isolation (BSI) sebagai alternatif dari
Kewaspadaan Universal.Pendekatan ini difokuskan untuk melindungi pasien dan
petugas kesehatan dari semua cairan lendir dan zat tubuh (sekret dan ekskret) yang
berpotensi terinfeksi, tidak hanya darah.Body Substance Isolation (BSI) ini juga
meliputi: imunisasi perlindungan bagi pasien dan staf fasilitas layanan kesehatan yang
rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara atau butiran lendir (campak,
gondong, cacar air dan rubela), termasuk imunisasi hepatitis B dan toksoid tetanus
untuk petugas, mengkajiulang instruksi bagi siapapun yang akan masuk ke ruang
perawatan pasien terutama pasien dengan infeksi yang ditularkan lewat udara.
diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau
kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis,
sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.Tenaga
kesehatan seperti petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan
lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan
kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar tidak
terinfeksi..
Dalam kasus seperti diatas Ners.A tidak mengunakan sarung tangan saat ingin
melakukan tindakan kepada Ny.A yang sedang dalam masa rawat luka, saat bertugas
kebiasaan Ners.A tidak mencuci tangan dan tidak memakai sarung tangan. Kebiasaan
Ners.A ini akan mendaparkan dampak negatif kepada dirinya sendiri dan orang yang
ada disekitanya.. perilaku Ners.A yang tidak memakai sarung tangan dan tidak mencuci
tangan saat ingin melakukan tindakan keperawatan adalah masalah besar karena tidak
menutup kemungkinan saat Ners.A tidak melakukan tindakan yang benar sebelum
melakukan tindakan keperawatan terjadai penularan infeksi terhadapan dirinya sendiri.
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
Dimana ketika Ners A tidak melakukan lima momen dan enam langkah handhygine,
maka Ners A membiarkan terjadi penularan penyakit terhadap pasien lain maupun
dirinya sendiri karena Ners A tidak melakukan prinsip handhygine yang benar, hal ini
sangatlah berbahaya karena dapat menyebabkan pasien yang dirawat Ners A, pasien
lain hingga dirinya sendiri mengidap penyakit hingga meninggal dunia karena infeksi
penyakit dari kelalaian Ners A sendiri, serta pada Permenkes tahun 2017 pasal 1 ayat 1
dijelaskan bahwa pencegahan dan pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Dimana
pada Permenkes tahun 2017 juga menjelaskan bahwa dalam setiap tindakan yang akan
dilakukan terutama kontak dengan pasien maka seorang perawat harus menggunakan
APD dan melakukan Hand Hygine untuk melindungi dirinya dari penularan penyakit,
kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk
lingkungan kerja petugas.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA