Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM IV BIOKIMIA

PENENTUAN GLUKOSA DALAM URINE SECARA KUALITATIF


DENGAN METODE TEST BENEDICT

Oleh : Kelompok 2 B

1. Luh Wayan Nia Lestariasih ( P07131013007)


2. Yudhi Pratama (P07131013009)
3. Ni Kadek Dwi Antari (P07131013011)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN GIZI
DENPASAR
2014
A. Judul Praktikum : Penentuan Glukosa Dalam Urine Secara Kualitatif dengan
Metode Test Benedict
B. Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Oktober 2014
C. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dan analisis kualitatif
glukosa di dalam urine dapat melakukan/mempraktekkan
analisis kualitatif glukosa dalam urine
2. Tujuan Pembelajaran
- Memahami, menjelaskan prinsip dan cara analisis
kualitatif kadar glukosa dalam urine
- Mampu melakukan analisis kualitatif kadar glukosa dalam
urine dan interpretasi hasil
- Mampu menyusun laporan Praktikum Analisis Kadar
Glukosa Dalam Urine .
3. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui/mengidentifikasi adanya glukosa dalam
urine secara kualitatif
D. Prinsip Praktikum :
Larutan benedict mengandung kuprisulfat (CuO), natrium
karbonat (Na2CO3) dan natrium sitrat. Larutan Benedict
(tembaga alkalis ini akan direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas membentuk endapan
kuprooksida (Cu2O) yang berwarna merah bata. Tidak semua
karbohidrat member reaksi positif, misalnya sukrosa memberikan
reaksi negatif.
E. Dasar Teori :

Urine merupakan sisa metabolit yang diekskresikan oleh ginjal dan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui urinasi. Ekskresi urine bertujuan membuang sisa sisa metabolit
dan menjaga homestasis cairan tubuh. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer
warna kuning pucat ( kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin
baru/segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama yaitu berbau ammonia. Ph urin
berkisar antara 4,8 – 7,5 dengan berat jenis 1.002 – 1,035. Volume urin normal per hari
adalah 900 – 1200 ml , volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-
zat diuretika ( teh, alcohol, dan kopi ) , jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.

Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah nitrogen
( ureum, kreatinin, dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, CL, K, Amonium, sulfat,
Ca, dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal
( protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb). Komposisi urine berubah sepanjang
proses reabsorpsi terjadi gangguan penyerapan kembali glukosa . Glukosa akan
dikeluarkan memlalui ginjal jika konsentrasinya melebihi ambang batas ginjal/ Renal
Treshold yaitu 171 – 180 mg/dl. Hal ini ditemukan pada penderita Diabetes Melitus.
Urine seorang penderita Diabetes akan mengandung glukosa yang tidak ditemukan pada
orang yang sehat.

Adanya glukosa dalam urine dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang
dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis, misalnya Cu, Bi, Hg, dan
Fe. Test ini tidak sfesifik terhadap glukosa, gula-gula lain yang berdaya reduksi maupun
zat-zat lain yang bukan gula dapat juga memperlihatkan hasil positif. Cara yang
berdasarkan reduksi ion kupri antara lain ialah test Fehling dan test Benedict. Dari kedua
cara ini, test Benedict lebih baik untuk pemeriksaan urine, karena tidak banyak zat yang
menganggu.

F. Prinsip Reaksi : RCOOH + Cu 2 H20 R C==O + CuO


G. Alat dan Bahan :
1. Alat
- 5 buah tabung reaksi
- 1 rak tabung
- 1 buah pipet tetes
- 1 buah penangas air
- 1 beker glass
- 1 buah gelas ukur
2. Bahan
- Urine sampel mahasiswa
- Urine patologis
- Larutan Benedict
- Larutan Glukosa 0,5%
- Larutan Glukosa 1%
- Larutan Glukosa 2%

H. Prosedur Praktikum :
1) Larutan Glukosa 0,5%
a. Siapkan cawan petri lalu timbang glukosa 0,25 gram
dan larutkan dengan akuadest 50%
b. Lalu aduk(homogenkan)
2) Larutan Glukosa 1%
a. Siapkan cawan petri lalu timbang glukosa 0,5 gram dan
larutkan dengan akuadest 50%
b. Lalu aduk (homogenkan)
3) Larutan Glukosa 2%
a. Siapkan cawan petri lalu timbang glukosa 1 gram dan
larutkan dengan akuadest 50%
b. Lalu aduk (homogenkan)
4) Penentuan Kadar Glukosa dalam Urine :
a. Masukkan 3 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung
reaksi
b. Tambahkan 5 tetes urine mahasiswa, urine patologis,
glukosa 0,5%, glukosa 1%, dan glukosa 2% ke dalam
tabung rekasi masing-masing.
c. Lalu campurkan dengan baik (Homogen)
d. Kemudian didihkan selama 3 menit pada air mendidih
tau penangas air. Bacalah hasilnya setelah dingin
(perubahannya).
e. Penafsiran :

Warna Penilaian Konsentrasi/Kadar

Biru/ Hijau keruh - 0

Hijau/ Hijau kekuningan + < 0,5 %

Kuning kehijauan/ Kuning ++ 0,5 - 1,0 %

Jingga +++ 1,0 - 2,0 %

Merah bata ++++ > 2,0 %

I. Hasil Pengamatan :

Larutan Larutan Waktu


Tabung / Sampel Benedict Sampel Pemanasan
1. Urine sendiri 3 ml 5 tetes 3 menit

2. Urine Patologis 3 ml 5 tetes 3 menit

3. Glukosa 0,5 % 3 ml 5 tetes 3 menit

4. Glukosa 1 % 3 ml 5 tetes 3 menit

5. Glukosa 2 % 3 ml 5 tetes 3 menit


Perubahan warna / endapan yang terjadi Interpretasi Hasil Pengamatan
Awal Akhir Penilaian Kadar
1. Biru Biru 0 -

2. Biru Hijau keruh + 0,5 %

3. Biru Hijau kuning + 0,5 %

4. Biru Jingga +++ 1%

5. Biru Merah bata ++++ 2%

J. Pembahasan :

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami dapat membahas sebagai berikut :
Urine adalah sisa metabolit yang diekskresikan oleh ginjal dan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui urinasi. Secara umum urine yang kami jadikan sampel berwarna kuning.
Biasanya urin yang encer warnanya kuning pucat/kuning jernih, urin kental warnanya
kuning pekat, dan sedangkan urin yang masih baru / segar berwarna kuning jernih. Jika
urin didiamkan agak lama maka warnanya akan bertambah kuning menjadi kuning keruh
dan berbau ammonia. Secara umum tidak semua urin mempunyai kadar glukosa. Ph urin
berkisar antara 4,8 – 7,5 , ph bisa berubah karena bisa disebabkan oleh makanan yang
kita konsumsi terlalu mengandung protein tinggi dan bisa saja obat-obatan yang kita
minum. Penentuan kadar glukosa dalam urin ini kami lakukan dengan metode test
Benedict, yaitu pertama memasukkan 3 ml pereaksi Benedict ke dalam masing-masing
tabung reaksi lalu tambahkan dengan 5 tetes urine sendiri, 5 tetes urine patologis, 5 tetes
glukosa 0,5%, 5 tetes glukosa 1%, dan 5 tetes 2% ke dalam masing-masing tabung reaksi
yang sudah ditambahkan larutan Benedict sebelumnya. Kemudian homogenkan, setelah
homogen lalu didihkan selama 3 menit di penangas air atau pada air yang mendidih.
Setelah 3 menit lalu angkat dan dinginkan, lalu barulah melihat perubahan yang terjadi
seperti warna atau ada tidaknya endapan yang terbentuk. Pada urine sendiri tidak ada
perubahan atau endapan yang terjadi, hal ini menunjukkan bahwa urine sendiri tidak
mempunyai kandungan glukosa.

Ditinjau dari perubahan warna, urin yang tidak mengandung kadar glukosa akan
berwarna tetap yaitu biru jernih. Sedangkan pada urine patologis awalnya pada saat
setelah proses pemanasan tidak terdapat perubahan warna atau endapan tetapi setelah
didiamkan beberapa saat sampai dingin dan di homogenkan sebentar baru nampak
adanya perubahan warna atau adanya endapan yaitu warnanya berwarna hijau keruh dan
ada endapan dibawahnya. Hal ini berarti pada urine patologis terdapat kadar glukosa.
Begitupula pada sampel glukosa 0,5% berubah menjadi atau terdapat endapan hijau
kuning , glukosa 1% berubah menjadi atau terdapat endapan jingga , dan glukosa 2%
berubah menjadi atau terdapat endapan merah bata , hal ini berarti pada sampel urin
patologis, dan sampel glukosa terdapat atau mempunyai kadar glukosa.

Endapan ini terjadi karena adanya reaksi yang terjadi antara glukosa dan larutan
benedict. Larutan benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++ kuprisulfat menjadi ion
Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium
sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat
berwarna hijau, kuning , jingga atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi glukosa yang diperiksa. Semakin banyak kandungan glukosa dalam urine
maka endapan yang terjadi akan semakin banyak dan berwarna merah bata. Sehingga
dapat dikatakan pada urine patologis dan sampel glukosa mengandung kadar glukosa.
Namun kadar glukosa pada masing-masing sampel berbeda yaitu pada urine patologis
dan glukosa 0,5% mengandung kadar glukosa sebanyak 0,5%, pada sampel glukosa 1%
mengandung kadar glukosa sebanyak 1%, dan sedangkan pada sampel glukosa 2%
mengandung kadar glukosa sebanyak 2%.

Dalam keadaan normal, urine sama sekali tidak mengandung glukosa. Hal ini
ditinjau dari fungsi urine yaitu untuk membuang zat-zat sisa yang sudah tidak diperlukan
dalam tubuh. Sedangkan pada dasarnya, glukosa merupakan suatu zat yang masih
diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi. Hormon insulin merupakan suatu hormon
yang dihasilkan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar
gula darah normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Namun, pada orang-orang tertentu
pankreas mereka tidak dapat menghasilkan hormon insulin yang cukup atau bahkan tidak
menghasilkan hormon insulin sama sekali yang mengakibatkan kadar gula darah akan
naik. Kadar gula dalam darah yang berlebihan dalam tubuh akan mengganggu tekanan
osmotik darah. Untuk itu gula yang berlebihan itu harus dikeluarkan bersama urine.

K. Kesimpulan :
Dari hasil pembahasan yang kami lakukan, dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
1. Prinsip dari praktikum penentuan kadar glukosa dalam urine yang
menggunakan metode test Benedict ini adalah Larutan benedict
mengandung kuprisulfat (CuO), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium
sitrat. Larutan Benedict (tembaga alkalis ini akan direduksi oleh
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas membentuk
endapan kuprooksida (Cu2O) yang berwarna merah bata. Tidak semua
karbohidrat member reaksi positif, misalnya sukrosa memberikan reaksi
negatif. Yang dimaksud dengan alkalis disini adalah keadaan basa dan
yang mereduksi adalah glukosa.
2. Cara analisis kualitatif kadar glukosa dalam urine pertamanya
memasukkan 3 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi, lalu
tambahkan 5 tetes urine mahasiswa, urine patologis, glukosa 0,5%,
glukosa 1%, dan glukosa 2% ke dalam tabung rekasi masing-masing. Lalu
campurkan dengan baik (Homogen). Kemudian didihkan selama 3 menit
pada air mendidih tau penangas air. Bacalah hasilnya setelah dingin
(perubahannya). Di dinginkan disini dimaksudkan supaya perubahan yang
terjadi bisa dilihat dengan jelas
3. Pada urin sendiri tidak mempunyai kandungan kadar glukosa
karena tidak ada perubahan yang terjadi, pada urine patologis dan glukosa
0,5% mengandung kadar glukosa sebanyak 0,5% yang
warnanya/endapannya menjadi hijau kuning/hijau keruh, pada sampel
glukosa 1% mengandung kadar glukosa sebanyak 1% yang
warnanya/endapannya dari biru menjadi jingga , dan sedangkan pada
sampel glukosa 2% mengandung kadar glukosa sebanyak 2% yang
warnanya/endapannya menjadi merah bata.

L. Lampiran Foto :
1. Urine sendiri ( kadar glukosa 0%)

2. Urine Patologis (kadar glukosa 0,5%)


3. Glukosa 0,5% (kadar glukosa 0,5%)

4. Glukosa 1% (kadar glukosanya 1%)


5. Glukosa 2% ( kadar glukosa 2%)

6. Proses Pemanasan
7. Sebelum Pemanasan

M. Daftar Pustaka :

Dosen Jursan Gizi.2013.Penuntun Praktikum Biokimia.Denpasar.

Alvika.2012.Praktikum Glukosa Dalam Urine . tersedia pada :


http://therealvika.com/2012/10/praktikum-1-glukosa-dalam-urine.html
diakses pada 3 oktober 2014

Inasholka.2006.Laporan Praktikum Biokimia Penentuan.Tersedia


pada :http://inasholka-praktikum-biokimiaku--2006.com/2014/08/laporan-
praktikum-biokimia-penentuan diakses pada 3 oktober 2014

Penanggung Jawab

(Ni Kadek Dwi Antari )

NIM :P07131013011

Anda mungkin juga menyukai