Anda di halaman 1dari 79

KULIAH

OBSTETRI GINEKOLOGI SOSIAL


dr. Bogie Prabowo SpOG
Pendahuluan
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial  adalah pengembangan
obstetri dan ginekologi dan tatalaksananya dengan
mengikutsertakan ilmu pencegahan

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)

sehingga ikut serta memperhitungkan faktor lingkungan yang


berkaitan dengan fenomena kematian maternal dan perinatal
serta penyakit alat reproduksi wanita.
Pendidikan dokter adalah pendidikan akademik
dan profesi yang menghasilkan dokter umum-
dokter spesialis-dan dokter subspesialis yang
merupakan jenjang pendidikan lanjut dari
pendidikan dokter spesialis.
Oleh karena itu diperlukan pendidikan khusus, sehingga
dapat dihasilkan Obstetri dan Ginekologi  Konsultan (Sub
Spesialis) yang mempunyai kompetensi dalam memberikan
konsultasi untuk menyelesaikan masalah kesehatan
reproduksi secara individu serta dalam masyarakat secara
holistik, paripurna dan terintegrasi.
Di bidang obstetri, Indonesia masih terbelit masalah dengan
tingginya angka kematian ibu. Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia mencapai 262/100.000 kelahiran hidup menurut
laporan BPS pada tahun 2005. Di bandingkan dengan
negara-negera ASEAN lainnya, AKI di Indonesia tertinggi.
Target 2015 (AKI) 102 / 100.000
FAKTOR RESIKO
Penyebab kematian ibu, sesuai dengan penelitian beberapa
pihak, paling banyak adalah akibat perdarahan.

Faktor sosial yang turut berperan dalam kematian ibu adalah


3 TERLAMBAT
•keterlambatan mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui
kehamilannya dalam risiko yang cukup tinggi,
•terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan,
•terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
4 TERLALU
terlalu muda punya anak,
terlalu banyak melahirkan,
terlalu rapat jarak melahirkan,
terlalu tua punya anak,
FAKTOR LAIN
•kurangnya partisipasi masyarakat,
•karena tingkat pendidikan ibu masih rendah
•tingkat sosial ekonomi ibu,
•kedudukan wanita dalam keluarga masih rendah, dan sosial budaya
tidak mendukung.
Kurangnya akses ibu bersalin terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas turut pula berperan.
Kurangnya akses tersebut disebabkan penyebaran tempat
pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan
efektifitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai, sistem
rujukan kesehatan maternal belum mantap, dan lemahnya
manajemen kesehatan di berbagai tingkat.
PERKEMBANGAN OBGIN SOSIAL
SEBAGAI PELENGKAP OBGIN
KLINIK DALAM KONTEKS
KESEHATAN REPRODUKSI
PERKEMBANGAN ILMU
KEDOKTERAN
ORGAN ORIENTED
JANTUNG ------- KARDIOLOGI
GINJAL ---------- NEFROLOGI
PARU-2 ---------- PULMONOLOGI
ALAT REPRODUKSI

KEDOKTERAN REPRODUKSI
PERKEMBANGAN
OBSTETRI GINEKOLOGI
FUNGSI UTAMA ALAT REPRODUKSI
WANITA
HAID
SEKSUAL
HAMIL
HAID DAN SEKSUAL : IKUT SERTA DALAM
MENJAGA KESEHATAN TUBUH
HAMIL : BEREPRODUKSI, DALAM UPAYA UNTUK
MEMPERTAHANKAN KELESTARIAN UMAT
MANUSIA
lanjutan
Fungsi reproduksi adalah peristiwa biologis alamiah, tetapi
dalam prosesnya sering dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungannya, terutama lingkungan sosial.

KEDOKTERAN REPRODUKSI

KESEHATAN REPRODUKSI
lanjutan
KEDOKTERAN REPRODUKSI
identik dengan
OBSTETRI GINEKOLOGI KLINIK
Monodisiplin (biomedis)
Orientasi : kompetensi klinik
lanjutan
KESEHATAN REPRODUKSI
Identik dengan
OBGIN SOSIAL + OBGIN KLINIK
Multidisiplin (biomedis, humaniora)
Orientasi : kompetensi klinik, etik dan manajemen
OBGIN SOSIAL ?????
PERKEMBANGAN OBSTETRI
OBSTETRI PREMORDIAL :
ILMU BIOTEKNOLOGI (-)
MISTIK (+)
PELAYANAN : INTRAPARTUM (IPC)
SASARAN : BUMIL
PETUGAS : DUKUN
HASIL : KEAMANAN FISIK (<<<<<),
KENYAMANAN EMOSI (>>>>>)
lanjutan
OBSTETRI KLINIK (MONODISIPLIN)
ILMU BIOTEKNOLOGI (+)
PELAYANAN : PENDEKATAN KLINIK :
MATERNITY CARE (PNC, IPC DAN PPC)
SASARAN : BUMIL
PETUGAS : BIDAN, D. UMUM, SpOG
HASIL : KEAMANAN FISIK (+++),
KENYAMANAN EMOSI (<<<)
PARAMETER : IBU/ANAK SEHAT
lanjutan
OBSTETRI SOSIAL (MULTIDISIPLIN)
(MULTIDISIPLIN

OBSTETRI KLINIK (+)

BERHUBUNGAN TIMBAL BALIK DGN KLINIK LAIN DAN


LINGKUNGAN

PELAYANAN : PENDEKATAN : BIOPSIKOSOSIAL DAN HOSPITAL


WITHOUT A WALL.

SASARAN : PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

PETUGAS : BIDAN, D. UMUM, SpOG, KADER

PARAMETER : AKI/AKA, QOL


GINEKOLOGI
SOSIAL ?????
PERKEMBANGAN GINEKOLOGI
GINEKOLOGI PREMORDIAL ???
GINEKOLOGI KLINIK
ILMU BIOTEKNOLOGI (+)
PELAYANAN : PENDEKATAN BIOMEDIS

SASARAN : PEREMPUAN DENGAN KELUHAN


GINEKOLOGI.
PETUGAS : SpOG
PARAMETER : FUNGSI HAID, SEKSUAL, HAMIL
lanjutan
GINEKOLOGI SOSIAL
GINEKOLOGI KLINIK (+)
BERHUBUNGAN TIMBAL BALIK DENGAN
KLINIK LAIN DAN LINGKUNGAN
PENDEKATAN : BIOPSIKOSOSIAL
SASARAN : SEMUA PEREMPUAN
PETUGAS : SpOG, SARJANA SOSIAL
PARAMETER : FUNGSI HAID, SEKSUAL,
HAMIL DAN QOL.
lanjutan
KEUNGGULAN OBGIN KLINIK
SIFAT : AKADEMIS DAN PENGUASAAN
KOMPETENSI KLINIK
MAMPU MEMPERJELAS PATOGENESIS,
MEMPERTAJAM D/, MEMPERBAIKI TH/
DAN PROGNOSIS
BERKEMBANG SESUAI DGN
PERKEMBANGAN ILMU/BIOTEKNOLOGI
KELEMAHAN
OBGINKLINIK
HANYA MEMPERHATIKAN : kasus-2 yang
datang ke klinik saja, dgn sasaran bumil dan
perempuan dgn keluhan (individual)
HANYA MEMPERHATIKAN : the course and
intensity of the disease(sebab dan beratnya
penyakit).
TIDAK MEMPERHATIKAN : the occurrence and
the spread of the disease(kejadian dan
penyebaran penyakit).
TIDAK BISA MENGGAMBARKAN : the
magnitude of the problems(seberapa besarnya
masalah).
lanjutan

PENDEKATAN BIOMEDIS : kuratif,


rehabilitatif
HAK-2 REPRODUKSI PEREMPUAN : kurang
diperhatikan

PHYSICAL SECURITY : baik


EMOTIONAL SECURITY : kurang
KASUS I
G1, 16 thn, pendidikan/ekonomi rendah
PNC dan IPC oleh dukun, terjadi partus lama, infeksi, IUFD.
Tindakan : embriotomi
Pasca salin : P1, tanpa anak, fistula genitalia + infertilitas
sekunder
Kerukunan suami istri terganggu --- perceraian.
KESIMPULAN KASUS
Bentuk patologi terjadi ok penderita TIDAK TAHU
dan TIDAK MAMPU.
Tindakan embriotomi (ObGin Kl) hanya bisa
menyelamatkan jiwa ibu, tanpa mampu
mempertahankan fungsi reproduksi secara utuh.
Tampak hubungan timbal balik antara faktor
demografi (umur), pendidikan dan ekonomi dgn
bentuk patologi, serta QOL pasca tindakan.
Peristiwa yang buruk ini dapat dihindarkan, bila
penderita mempunyai hak utk mendapat pelayanan
yg baik, melalui sistem rujukan yg terencana
lanjutan
Ob Kl, perlu dikembangkan sehingga kompentensi
klinik dapat dimanfaatkan oleh semua anggota
masyarakat secara tepat waktu ----- Ob Sos

ObSos adalah ilmu yang mempelajari


hubungan timbal balik antara proses
reproduksi dengan lingkungannya, terutama
lingkungan sosial
KASUS II
P5A3, 40 thn, dirawat dgn D/ Ca Serviks std III
Kawin 5 x, pertama kali umur 15 thn, partus
selalu di dukun dgn 3x unsafe abortion
Th/ : Radiasi + Kemoterapi
QOL pasca Th/ : fluxus, fl alb berbau dan nyeri,
disfungsi seksual (+), kerukunan pasutri
terganggu, ---- perceraian
KESIMPULAN KASUS
Ca serviks, mungkin tidak perlu terjadi andaikata
penderita tidak kawin muda, hanya 1x kawin, partus
dan abortus, selalu aman dan bersih.
Stadium 3, tidak perlu terjadi, kalau penderita
tahu/mau/mampu, melakukan pemeriksaan pap
smear secara rutin
Pendekatan klinik tidak mampu memberikan
kenyamanan fisik maupun psikososial
Tampak adanya hubungan timbal balik antara proses
biomedis dan sosial.
lanjutan
ObGin Kl, perlu dikembangkan sehingga
kompetensi klinik dapat memberikan manfaat
yang maksimal ----- ObGin Sos

ObGin Sos adalah ilmu yang


mempelajari hubungan timbal balik
antara alat dan fungsi reproduksi
dengan lingkungannya, terutama
lingkungan sosial.
PENGERTIAN PRAKTIS
OBGINSOS

Kompetensi Organisatoris Manajerial dengan


memperhatikan Etika Tatanan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi yang Efektif dan
Efisien, yang didukung oleh sifat
kepemimpinan, yang sesuai dengan
lingkungan masyarakatnya
lanjutan
KONSEKUENSI DEFINISI OBGINSOS
Semua petugas, khususnya SpOG, harus
meninggalkan sikap “clinical oriented” dan
memperluas wawasan, sehingga “ekspertis”
yang dimiliki dapat dimanfaatkan dalam
konteks yang lebih luas dan paripurna
lanjutan

Secara “makro”, ObGinSos harus dapat


menyelesaikan masalah besar dalam
masyarakat, melalui gagasan “Hospital without
a Wall”, didukung dengan semangat kerja
berdasarkan kemitraan dan lintas sektoral.
lanjutan

Secara “mikro”, harus dapat menyelesaikan


masalah individu melalui falsafah pelayanan
“biomedispsikososiospiritual”, di mana di
dalamnya tercakup unsur “Cure”dan “Care” ,
secara proporsional.
MODEL MANAJEMEN OBSOS
1. STRATEGI PENDEKATAN RISIKO(SPR)

2. SISTEM RUJUKAN(SR)

3. SAFEMOTHERHOOD INITIATIVE(SMI)

4. MAKING PREGNANCY SAFER(MPS)

5. MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALs(MDGs)


STRATEGI PENDEKATAN
RISIKO(SPR)
RISK APPROACH SRATEGY (RAS)
MENGAPA HARUS ADA SPR ???
Karena di dalam masyarakat selalu
ada sekelompok komunitas, keluarga
atau individu, yang mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk
menjadi sakit, mendapat kecelakaan
atau kematian mendadak, jika
dibandingkan dengan kelompok lain
(Backett).
lanjutan
Kerentanan terhadap penyakit ini
disebabkan adanya
karakteristik/faktor risiko biologis,
genetis, lingkungan atau psikososial.
Sebagian faktor risiko ini dapat dikenal
dan diukur dalam bentuk SCORES,
sehingga dapat digunakan sebagai
“managerial tools”dalam upaya
pelayanan preventif.
lanjutan
Nilai score tidak mutlak, hanya
merupakan indikator dari bentuk,
besar dan waktu pertolongan yang
dibutuhkan.
Makin akurat perhitungan score,
makin mudah dimengerti kebutuhan
yang diperlukan dan makin baik
hasilnya.
Zero Risk Score : TIDAK ADA
FALSAFAH SPR

SOMETHING FOR ALL, BUT


MORE FOR THOSE IN NEED,
IN PROPORTION TO THAT
NEED
FAKTOR RISIKO
DALAM
KESEHATAN REPRODUKSI

1. Demografi : umur, paritas, tinggi


badan.
2. Medis : underlying disease
3. Obstetri : riwayat obstetri buruk
4. Lingkungan : polusi, kelangkaan air
bersih, penyakit endemis.
5. Sosekbud : pendidikan, penghasilan,
kepincangan jender.
lanjutan
1-4 disebut faktor risiko, karena
berpotensi untuk menimbulkan
berbagai penyulit tertentu = Hubungan
Kausal
(P. Rochyati)
5 tidak mempunyai hubungan kausal,
tetapi memperburuk keadaan penyakit
yang sudah ada (lihat contoh)
MACAM-2 SCORING
At risk, Low Risk, Middle Risk, High
Risk
Manuaba : Risiko Rendah, Risiko
Meragukan, Risiko Tinggi.
P. Rochyati : Risko Rendah dan Risiko
Tinggi, ta : APGO, AGO dan AGDO.
Scoring dibuat atas dasar pengalaman
pribadi di daerahnya, ok itu belum
tentu cocok untuk daerah lain.
PENGELOMPOKAN RISIKO
TANPA SCORING
P7, 45 thn atau P2, 25 thn dgn bekas SC,
tanpa KB.
G8P7, aterm, 45 thn,tanpa komplikasi
G8P7, aterm, 45 thn dgn plasenta
previa, ibu anak baik.
G8P7, parturien aterm, 45 thn dgn
plasenta previa, ibu presyok, anak
gawat janin.
CARA MENILAI SCORING
Scoring, sebagai managerial tools,
merupakan KEBIJAKAN , mempunyai
nilai kuantitatif biologis yang
menggambarkan kegawatan fisik,
tetapi kurang menggambarkan nilai
kualitatif emosional spiritual. Ok itu
pelaksanaannya harus dilakukan
secara holistik humanistis, yang
merupakan ciri dari Kompetensi Etik.
TUJUAN SPR
Untuk menentukan apakah seorang
BUMIL bisa melahirkan di
Puskesmas/Bidan, atau harus dirujuk
ke RS Daerah/Pusat, dan kapan
dirujuknya.
SISTEM PENDEKATAN RISIKO (SPR)
SELALU HRS DIDUKUNG DGN SISTEM
RUJUKAN (SR) YG BAIK.
KELEMAHAN SPR
1. Tidak ada Zero Score, krn keadaan patologi bisa
terjadi sewaktu-waktu.
2. Memberikan “Rasa Aman Semu”, krn skoring
dibuat pada kehamilan, sedangkan kelainan bisa
terjadi pada partus/nifas.
Exp : G1, skor rendah, Aman, boleh
partus di dukun, --- Partus Lama ---
Progn. Buruk.

3.Nilai score tidak mutlak, krn bumil


dgn skor tinggi, bisa saja lahir
spontan tanpa komplikasi, baik utk
ibu maupun anak.
Exp. G10P9, 45 thn, Skor Tinggi, Tidak Aman, partus
harus di RS, ternyata semuanya lancar.

4. Yang dirujuk hanya BUMIL yg Berisiko, seharusnya


PUS yg mempunyai Faktor Risiko.
SISTEM RUJUKAN (SR)
Pengertian Konseptual
SR : sistem pelkes di mana terjadi pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus/masalah
kesehatan yg timbul, baik secara horisontal maupun
vertikal, baik utk pengiriman penderita, pendidikan
maupun penelitian.
Pengertian (Teknik) Operasional

SR : Tatanan, di mana berbagai


komponen pelkespro berinteraksi 2
arah, antara bidan
(desa),dokter(pksm) dan SpOG (RSD),
utk mencapai rasionalisasi sumber
daya kes. dlm upaya penyelamatan
ibu/bbl, melalui SPR, secara efektif,
efisien, rasional dan relevan. Alat
canggih berada di RSD/RSP.
TUJUAN
Menyelamatkan Ibu dan Bayi Baru Lahir, yang tidak
bisa dikelola oleh unit pelayanan kesehatan
sebelumnya.
PADA DASARNYA, TIDAK BOLEH ADA KEMATIAN
PADA KASUS RUJUKAN.
SYARAT KEBERHASILAN
SISTEM RUJUKAN
Rujukan harus terencana (kehamilan),
bukan darurat ( persalinan).
Rujukan Geografis, bukan Admistratif.
Rujukan darurat : hrs ada “initial
treatment”, dikawal petugas, dirujuk
ke tempat terdekat.
STAKEHOLDERS
SISTEM RUJUKAN
Bidan, DU, SpOG Swasta, Puskms, RSD/RSP.
DinKes Kod/Kab/Prov.
Pemda.
LSM.
DATA AKTUAL KASUS RUJUKAN
TIDAK MENGGEMBIRAKAN
Umumnya: rujukan persalinan darurat.
Sering tempat rujukan terdekat “Di By Pass”
Morbiditas/Mortalitas TINGGI, yang sebetulnya tidak
perlu.
KENDALA SISTEM RUJUKAN (3T)
Terlambat mengambil Keputusan (Sosekbud)
Terlambat sampai di tempat rujukan (Komunikasi,
Geografi)
Terlambat mendapat pertolongan di tempat rujukan
(Medis, Kinerja rendah dari Petugas)
SAFEMOTHERHOOD INITIATIVE
(SMI)
Gerakan utk mengamankan proses reproduksi
(kehamilan, persalinan dan masa nifas)
Dicanangkan di Nairobi, 1987.
Dasar pemikiran : proses reproduksi berlangsung tidak
aman, sehingga AKA/AKI tinggi, terutama di negara
berkembang.
THE FOUR PILLARS
OF
SAFEMOTHERHOOD
NILAI HAKIKI DARI SMI

Merupakan hasil pemikiran OGSOS, di mana pelayanan KLINIK


ditempatkan sedekat mungkin dgn masyarakat (Pksm), dan
semua wanita diberi hak utk menggunakannya setiap saat
(Keadilan = Equity for Women)
TUJUAN/MANFAAT MASING-2 PILAR
1. Pilar I, FP : Mencegah GRT dan Unwanted
Pregnancy.

2. Pilar II, ANC : Mengamankan Kehamilan


(mencegah dan mengurangi komplikasi)
3. Pilar III, Clean/Safe Delivery : Mengamankan
Persalinan mencegah kesakitan/kematian)

4. Pilar IV, Essential Obstetric Care : Mengamankan


Masa Nifas (mencegah kesakitan/kematian).
MENGAPA SMI BELUM BERHASIL ?
Karena, antara lain :
Titik berat upaya, dibebankan kepada Jajaran
Kesehatan.
Kemitraan Lintas Sektoral belum belum berjalan
secara efektif.
Komitmen Pemda masih terbatas.
MAKING PREGNANCY SAFER
(MPS)

Dicanangkan pd 12 Okt 2000 sbg strategi pembangunan


KesMas menuju Indonesia Sehat 2010, dan merupakan
bagian dari program SMI.
VISI
Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani
kehamilan dan persalinan dengan aman, dan bayi
dilahirkan hidup dan sehat.
MISI
Menurunkan Kesakitan/Kematian Ibu dan BBL melalui
pemantapan Sistem Kes utk menjamin akses thd
intervensi yg “cost effective” berdasarkan EBM, yg
bermutu.
Memberdayakan perempuan, keluarga dan
masyarakat.

Mempromosikan kesehatan Ibu dan


BBL sbg suatu prioritas dlm program pembangunan
nasional.
SMI

Pemberdayaan Sektor Pendidikan Pembangunan


HAM Perempuan
Kesehatan Sosek

MPS
Strategi

Mutu dan
Cakupan Kemitraan Pemberdayaan Pemberdayaan
Pelayanan Lintas Sektoral Peremp/Kel Masyarakat
PENJELASAN
SMI bukan masalah kesehatan saja ttp hrs didukung
oleh :
HAM
Pemberdayaan Perempuan
Pendidikan
Pembangunan SoSek.
MPS adalah bagian dari SMI yg
difokuskan kpd :
Akses thd pelayanan oleh Tenaga
Kesehatan Terampil.
Akses thd pelayanan rujukan, bila
terjadi komplikasi.
Pencegahan “unwanted pregnancy”
dan penanganan komplikasi
keguguran.
TARGET (2010)
1. Target dampak kesehatan :
Anemi gizi besi Bumil, turun, 20%
Unwanted pregnancy turun, 11%
AKI turun, 125/100000 kh
AK neonatal turun, 15/1000 kh
2. Target proses, meningkatkan :
Cakupan persalinan oleh Nakes trampil, 85%
PONED di 4 Pskm DTT Kod/Kab.
PONEK 24 jam, di tiap RSD.
Dll.
STRATEGI
Utk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program :
Mutu dan Cakupan Pelayanan
Kemitraan Lintas Sektoral
Pemberdayaan perempuan dan Keluarga
Pemberdayaan Masyarakat.
APAKAH KITA SUDAH PUAS DGN PROGRAM MPS ???
BELUM !!!
MENGAPA ???
Komitmen Komponen pendukung non kesehatan blm
maksimal.
Wawasan, Kompentesi dan Kinerja Petugas ttg
masalah Kespro, masih rendah.
Oleh karena itu, pendidikan OBSTETRI SOSIAL, bagi
SpOG, DU dan Bidan, sudah merupakan suatu
keharusan.
MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALs
(MDGs)
G 1 : Eridicate Extreme Hunger & Poverty(>>>a-c)
(bebas dari kemiskinan dan kelaparan)

G 2 : Achieve Universal Primary Education(>>>)


(mencapai pendidikan dasar)
G 3 : Promote Gender Equality and Enpower
Women(>>>)
(mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan)
G 4 : Reduce Child Mortality(>>>)
(menurunkan angka kematian anak)
G 5 : Improve Maternal Health(>>>a-b)
(meningkatkan kesehatan ibu)
G 6 : Combat HIV/AIDS, Malaria and other
diseases(>>>a-c)
(memerangi HIV\AIDS malaria dan penyakit
menular lain)
G 7 : Ensure Environmental Sustainability(>>>a-d)
Memastikan kelestarian lingkungan)
G 8 : Develop a Global Partnership for
Development(>>> a-f)
(membangun kemitraan global dan pembangunan)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai