PARASITOLOGI
TROPICAL DISEASES
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2018
1
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BIOMEDIS
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2018
ii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
VISI
MISI
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOMEDIS BAGI MAHASISWA
1. Menggunakan pakaian rapi dengan baju kemeja dan dilarang menggunakan
kaos atau baju kaos
2. Wajib menggunakan sepatu tertutup, tidak diperkenankan memakai sandal atau
sepatu sandal.
3. Wajib menggunakan jas laboratorium tertutup
4. Bagi yang berambut panjang, rambut harus diikat rapi
5. Membawa perlengkapan praktikum sendiri/Laboratory kit yang diperlukan secara
lengkap (seperti : Handscoen, Masker, Alat suntik)
6. Pelaksanaan Pretest sebelum praktikum berlangsung, dengan minimal nilai 50.
Jika kurang dari 50, maka harus dilakukan tes ulang selama 3x. Jika gagal
memenuhi nilai tersebut Wajib mengerjakan tugas tambahan dari instruktur.
7. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai, toleransi waktu 10 menit. Apabila
melebihi waktu yang ditentukan maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum
8. Tugas dari instruktur praktikum harus sudah diselesaikan dan diserahkan
kepada asisten praktikum sebelum praktikum dimulai
9. Apabila ada alat atau preparat yang rusak harus diganti sesuai dengan
aslinya, dan bila pada praktikum berikutnya belum mengganti, dilarang
mengikuti praktikum selanjutnya.
10. Membersihkan dan merapihkan kembali alat-alat praktikum yang sudah
digunakan
11. Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium
12. Dilarang meninggalkan ruang praktikum tanpa seizin dosen yang bersangkutan
13. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian praktikum adalah mahasiswa yang telah
mengumpulkan semua tugas praktikum dan kehadiran praktikum sebanyak
minimal 75%.
14. Mematikan Handphone dan alat elektronik lainnya di luar kegiatan praktikum
iv
SYARAT PRAKTIKUM PARASITOLOGI
Laporan :30 %
Pre/posttest :20%
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I. PEMBUATAN SEDIAAN DARAH
Tim Instruktur Praktikum
Tujuan Praktikum:
• Mahasiswa dapat melakukan pembuatan sediaan darah tebal dan tipis untuk
pemeriksaan agen parasitologi.
• Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan sediaan darah teabal dan tipis untuk
pemeriksaan agen Parasitologi.
Pendahuluan
Pembuatan sediaan darah yang baik adalah penting untuk membedakan parasit
terutama Protozoa. Sediaan darah yang segar berguna untuk menemukan
mikrofilaria, Plasmodium dan Tripanosoma. Sediaan kering yang tipis dan telah
dipulas memungkinkan untuk mempelajari morfologi parasit dan keadaan sel darah.
Sediaan kering yang tebal telah dihilangkan hemoglobinnya, yang menghasilkan
konsentrasi parasit jauh lebih tinggi daripada sediaan tipis, sehingga metode ini
berguna bilamana jumlah parasit dalam darah atau sediaan tipisnya negatif. Parasit
protozoa dalam darah meliputi plasmodium, trypanosoma, leishmania, sedangkan
yang digolongkan helminth adalah mikrofilaria.
Prosedur Praktikum
Cara Pembuatan Sediaan Darah :
1. Bersihkan ujung jari dengan kapas yang dibasahi sedikit dengan alkohol dan
tunggu sampai kering.
2. Tusuklah ujung jari dengan lanset yang ujungnya telah dibersihkan lebih dulu
dengan alkohol.
3. Ujung jari ditekan sedikit dan tetes darah yang pertama dibersihkan dengan
tissue kering.
4. Tekan lagi ujung jari sampai terdapat tetes darah kedua yang agak besar
1
Untuk sediaan darah tebal :
1. Ambil object glass dan tempelkan permukaan bawahnya kepada tetes darah
tersebut, jika tetes darahnya kecil ambillah 1–2 tetes lagi yang diletakkan
berdekatan dengan tetes pertama tadi.
2. Letakkan object glass pada tempat yang datar dan dengan ujung object glass
yang lain, lebarkanlah darah tersebut sampai rata sehingga membentuk
bulatan dengan garis tengah kira–kira 1 cm dan dikeringkan.
Cara pewarnaan :
1. Encerkan larutan baku Giemsa dengan larutan buffer dengan perbandingan
1:1.
Catatan :
- Sediaan yang akan diwarnai harus dalam keadaan sempurna kering.
- Semua larutan Giemsa, baru boleh diencerkan sesaat sebelum dipergunakan.
- Sediaan darah tebal yang baik ialah bilamana terdapat di dalam 10–20
leukosit per lapangan pandang.
2
- Cara pemeriksaan sediaan darah :
- Jika menemukan : parasit malaria, harus ada inti dan sitoplasmanya yang
jelas (merah dan biru).
- Pada sediaan darah tebal bentuk dari parasit sudah mengalami
perubahan.
- Jika plasmodium sudah ditemukan langkah berikutnya mencari
kemungkinan adanya plasmodium jenis lain (infeksi campuran).
- Untuk mengatakan bahwa sediaan itu negatif maka diambil patokan
menemukan sejumlah minimal 100 lapangan pandang mikroskop.
3
BAB II. FILARIA
Tim Instruktur Praktikum
Tujuan Praktikum:
Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria dari Filum
Nematoda, di antaranya Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Onchocerca
volvulus. Jenis kelaminnya dapat dibedakan menjadi jantan dan betina, biasanya
pada jantan lebih kecil dari yang betina, yang memiliki ciri pada ujung posterior
jantan berbentuk melengkung, dan pada beberapa jenis memiliki spikula.
1. Wuchereria bancrofti
Klasifikasi
Filum Nematoda
Kelas Secernentea
Ordo Spirurida
Famili Onchocercidae
Genus Wuchereria
Morfologi
• Cacing Dewasa
- Memiliki bentuk seperti benang yang berwarna putih kekuningan (putih
susu)
- Jantan: Memiliki panjang 40 mm, pada posterior (ekor) melengkung,
memiliki spikula.
- Betina: Memilki panjang 65-100 mm, pada posterior (ekor) lurus, dan
memiliki ujung tumpul.
-
• Mikrofilaria
- Memiliki panjang 230-320 µm dan memiliki selubung/sarung (sheath)
- Panjang ruas kepala sama dengan lebarnya
- Inti tampak jelas dan teratur pada badan, pada bagian ekor tidak berinti
(tidak memiliki caudal nuclei)
- Hidup di dalam peredaran darah/darah tepi dan biasanya aktif pada
malam hari
• Larva
- Larva Stadium I : memiliki ukuran 147 µm, bentuk seperti sosis, ekor
lancip dan panjang
- Larva Stadium II : memiliki ukuran 450 µm dan lebih gemuk, ekor pendek
seperti kerucut
- LarvaStadium III: memilki ukuran 1200 µm dan bentuknya lebih langsing,
ekor terdapat 3 buah papila
4
(a) (b) (c)
2. Brugia malayi
Klasifikasi
Filum Nematoda
Kelas Secernentea
Ordo Spirurida
Famili Onchocercidae
Genus Brugia
Morfologi
• Cacing Dewasa
- Memiliki bentuk seperti benang yang berwarna putih kekuningan (putih
susu)
- Cacing betina memiliki ukuran 55 mm dan berekor lurus
- Cacing jantan memiliki ukuran 23 mm dan berekor melengkung ke arah
ventral
• Mikrofilaria
- Memiliki ukuran 177-230 µm
5
- Panjang ruas kepala sama dengan dua kali lebar kepala
- Inti berelompok dan tidak teratur pada badan
- Memiliki caudal nuclei
- Memiliki selubung/sarung (sheath) berwana merah apabila dicat dengan
Giemsa
• Larva
- Memiliki larva stadium sama seperti Wuchereria bancrofti
(a) (b)
3. Onchocerca volvulus
Klasifikasi
Filum Nematoda
Kelas Secernentea
Ordo Spirurida
Famili Onchocercidae
Genus Onchocerca
Morfologi
• Cacing Dewasa
- Betina memiliki panjang sekitar 3-7 cm
- Jantan memiliki panjang sekitar 2-4 cm
• Mikrofilaria
- Memiliki ukuran sekitar 220-230 µm, panjang kepala sekitar 7-13 µm
- Memiliki inti pada ekor yang memanjang, ekor bentuk runcing, tidak memiliki
selubung (sheath)
• Larva
-Memiliki larva stadium sama seperti Wuchereria bancrofti
Prosedur Praktikum
1. Amati preparat awetan tiap spesies yang sudah disediakan di bawah mikroskop
dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat (amati morfologi tiap
stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian
dari spesies tersebut
7
BAB III. MALARIA
Tim Instruktur Praktikum
1. Plasmodium vivax
Gambaran pada sediaan darah tipis
Bentuk Trofozoit
a. Trofozoit muda :
8
- Berbentuk cincin, inti merah, sitoplasma biru di dalamnya terdapat vakuol
- Plasma yang berhadapan dengan inti menebal
- Letak plasmodium sentral di dalam eritrosit, biasanya hanya satu dalam satu
eritrosit.
b. Trofozoit tua :
- Berbentuk amuboid
- Sitoplasma tampak tidak teratur
- Khas : tampak titik-titik Schuffner
Bentuk Skizon
a. Skizon muda :
- Berbentuk bulat, mengisi hampir separuh eritrosit, plasma padat tidak
bervakuola.
- Inti sudah membelah; antara inti-inti ada titik-titik berwarna coklat disebut
butir-butir hematin (pigmen malaria)
- Terdapat juga titik-titik Schuffner.
b. Skizon tua :
- Inti sudah terbelah menjadi 12-24
- Tiap-tiap pembelahan inti diikuti pembelahan sitoplasma, sehingga tampak
12-24 buah merizoit
- Mengisi penuh eritrosit
- Di tengah-tengah terdapat pigmen malaria
- Tetap terdapat titik-titik schuffner
Bentuk Gametosit
a. Mikrogametosit :
- Bentuknya bulat besar, lebih kecil dari makrogametosit
- Inti besar pucat, tidak kompak (menyebar) dan terletak sentral; − Plasma
tampak pucat kelabu sampai merah muda
- Pigmen malaria tersebar
b. Makrogametosit :
- Bentuk lonjong atau bulat, lebih besar dari mikrogametosit, mengisi hampir
seluruh eritrosit; − Inti tampak kecil kompak (padat), letak eksentris
- Plasma tampak biru
- Pigmen malaria terbesar
9
Gambaran pada sediaan darah tebal
- Stroma eritrosit yang sudah terhemolisis tampak berwarna lembayung muda
- Di antaranya tampak sisa-sisa lekosit dengan inti yang berwarna biru
lembayung
- Seringkali tampak semua bentuk dari P. vivax ini, sehingga memberi gambaran
tidak seragam
- Di sekitar parasit-parasit ini kecuali trofozoit muda, tampak daerah merah yaitu
sisa-sisa titik Schuffner
- Parasit lebih besar dari inti limfosit.
(a) (b) (c)
10
b. Skizon masak :
- Sitoplasma tidak mengisi seluruh eritrosit, kira-kira hanya ¾ nya
- Inti sudah membelah menjadi 15-30 buah
- Masing-masing belahan inti diikuti pembelahan sitoplasma sehingga tampak
merozoit-merozoit
- Pigmen malaria sudah menggumpal di bagian tengah sebelum skizon masak
Bentuk Gametosit
a. Mikrogametosit :
- Bentuk pisang atau ginjal, tampak lebih gemuk
- Plasma warna merah muda
- Inti lebih besar tersebar, pucat
- Pigmen malaria tersebar, di antara inti
- Ukuran 2-3 x 9-14 mikrometer.
b. Makrogametosit :
- Bentuk langsing, seperti pisang ambon
- Plasma warna biru
- Inti kecil padat (kompak), letak di tengah-tengah
- Pigmen malaria tersebar disekitar inti
(d) (e)
Bentuk Skizon
a. Skizon muda :
- Inti kurang dari delapan, pigmen kasar dan tersebar.
b. Skizon tua :
- Inti sudah terbelah menjadi 8-12 tersusun seperti bunga, pigmen berkumpul
di tengah
Bentuk Gametosit
a. Mikrogametosit :
- Sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti difus di tengah,
pigmen kasar dan tersebar
b. Makrogametosit :
- Sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti padat, batas jelas,
letak di tepi
(a) (b)
(c) (d)
Bentuk Skizon
- Jumlah merozoit biasanya delapan buah
- Masa kromatin sedikit pigmen kasar
Prosedur Praktikum
1. Amati preparat awetan tiap spesies yang sudah disediakan di bawah mikroskop
dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. (amati morfologi tiap
stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian
dari spesies tersebut
13
REFERENSI
1. A A Mahode, Chairlan, E Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk
Laboratorium Kesehatan, Ed.2. EGC. Jakarta. pp. 157-191
2. B Ideham, S Pusarawati. 2009a. Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran.
Editor:Y P Dahlan. Ed. 2. Airlangga University Press. Surabaya. pp. 12-14
3. B Ideham, S Pusarawati. 2009b. Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran.
Editor:Y P Dahlan. Ed. 2. AirlangKga University Press. Surabaya. pp. 43-48
4. P L Chiodini, A H Moody, D W Manser. 2003a. Atlas of Medical Helminthology
and Protoozology. Ed. Fourth. Churchill Livingstone. pp. 12-15
5. P L Chiodini, A H Moody, D W Manser. 2003b. Atlas of Medical Helminthology
and Protoozology. Ed. Fourth. Churchill Livingstone. pp. 61-69
6. L A Juni Prianto, P U Tjahaya, Darwanto.2004a. Atlas Parasitologi
Kedokteran. Editor: H Pinardi, G Srisasi. Gramedia Pustaka Utama. pp. 28-32
7. L A Juni Prianto, P U Tjahaya, Darwanto.2004b. Atlas Parasitologi
Kedokteran. Editor: H Pinardi, G Srisasi. Gramedia Pustaka Utama. pp. 122-
135
14