Anda di halaman 1dari 20

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BIOMEDIS

PARASITOLOGI

BLOK HPK 3.2

TROPICAL DISEASES

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2018
1
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BIOMEDIS

BLOK 3.2 TROPICAL DISEASES

Disusun Oleh:

dr. Thysa Thysmelia A, M.K.M.


dr. Dini Norviatin, M.K.M
Dadan Ramadhan A., S.Si.,M.Biomed.
dr. Ria Ramadhanti
Amanah, S.Si.,M.Si.Med

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2018
ii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

VISI

Terwujudnya Program Studi Pendidikan Dokter yang unggul


di bidang pendidikan kedokteran berbasis masyarakat yang
bereputasi nasional dan berjejaring global pada tahun 2025.

MISI

1. Melaksanakan pendidikan yang unggul dalam bidang


pendidkan kedokteran berbasis masyarakat.

2. Melaksanakan penelitian kedokteran dasar dan terapan


berbasis masyarakat

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat


berlandaskan pendidikan kedokteran berbasis masyarakat.

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOMEDIS BAGI MAHASISWA
1. Menggunakan pakaian rapi dengan baju kemeja dan dilarang menggunakan
kaos atau baju kaos
2. Wajib menggunakan sepatu tertutup, tidak diperkenankan memakai sandal atau
sepatu sandal.
3. Wajib menggunakan jas laboratorium tertutup
4. Bagi yang berambut panjang, rambut harus diikat rapi
5. Membawa perlengkapan praktikum sendiri/Laboratory kit yang diperlukan secara
lengkap (seperti : Handscoen, Masker, Alat suntik)
6. Pelaksanaan Pretest sebelum praktikum berlangsung, dengan minimal nilai 50.
Jika kurang dari 50, maka harus dilakukan tes ulang selama 3x. Jika gagal
memenuhi nilai tersebut Wajib mengerjakan tugas tambahan dari instruktur.
7. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai, toleransi waktu 10 menit. Apabila
melebihi waktu yang ditentukan maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum
8. Tugas dari instruktur praktikum harus sudah diselesaikan dan diserahkan
kepada asisten praktikum sebelum praktikum dimulai
9. Apabila ada alat atau preparat yang rusak harus diganti sesuai dengan
aslinya, dan bila pada praktikum berikutnya belum mengganti, dilarang
mengikuti praktikum selanjutnya.
10. Membersihkan dan merapihkan kembali alat-alat praktikum yang sudah
digunakan
11. Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium
12. Dilarang meninggalkan ruang praktikum tanpa seizin dosen yang bersangkutan
13. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian praktikum adalah mahasiswa yang telah
mengumpulkan semua tugas praktikum dan kehadiran praktikum sebanyak
minimal 75%.
14. Mematikan Handphone dan alat elektronik lainnya di luar kegiatan praktikum

Kepala Laboratorium Biomedis

dr. Yukke Nilla Permata, M.Biomed

iv
SYARAT PRAKTIKUM PARASITOLOGI

1. Menggunakan jas laboratorium dan nama yang tertera pada jaslab


2. Wajib membawa atlas Parasitologi
3. Wajib membawa laboratorium kit (untuk praktikum prosedural)
4. Wajib mengikuti pretest minimal penilaian 50, jika nilai masih di bawah nilai
ketentuan, maka diwajibkan mengerjakan tugas tambahan yang ditentukan
instruktur
5. Wajib mengikuti posttest setelah kegiatan praktikum
6. Wajib mengerjakan tugas sesuai jadwal yang ditetapkan oleh instruktur
7. Wajib membawa pensil warna dan buku gambar sesuai format yang diberikan
(buku gambar khusus Parasitologi)

PRESENTASE PENILAIAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

Laporan :30 %

Pre/posttest :20%

Ujian akhir :50%

v
DAFTAR ISI

Visi dan Misi FK....................................................................................................... iii


Tata Tertib Praktikum Biomedis........................................................................... iv
Daftar Isi..................................................................................................................... v
Praktikum Parasitologi
Filariasis dan Malaria................................................................................................ 1
Pembuatan Sediaan Darah Malaria......................................................................... 12
Komponen Penilaian Praktikum........................................................................... 15

vi
BAB I. PEMBUATAN SEDIAAN DARAH
Tim Instruktur Praktikum

Tujuan Praktikum:
• Mahasiswa dapat melakukan pembuatan sediaan darah tebal dan tipis untuk
pemeriksaan agen parasitologi.
• Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan sediaan darah teabal dan tipis untuk
pemeriksaan agen Parasitologi.

Pendahuluan
Pembuatan sediaan darah yang baik adalah penting untuk membedakan parasit
terutama Protozoa. Sediaan darah yang segar berguna untuk menemukan
mikrofilaria, Plasmodium dan Tripanosoma. Sediaan kering yang tipis dan telah
dipulas memungkinkan untuk mempelajari morfologi parasit dan keadaan sel darah.
Sediaan kering yang tebal telah dihilangkan hemoglobinnya, yang menghasilkan
konsentrasi parasit jauh lebih tinggi daripada sediaan tipis, sehingga metode ini
berguna bilamana jumlah parasit dalam darah atau sediaan tipisnya negatif. Parasit
protozoa dalam darah meliputi plasmodium, trypanosoma, leishmania, sedangkan
yang digolongkan helminth adalah mikrofilaria.

Jenis sediaan darah, meliputi :


1. Sediaan darah tebal
2. Sediaan darah tipis

Alat dan bahan yang diperlukan :


1. Object glass yang bersih
2. Lanset yang steril
3. Tissue yang bersih
4. Alkohol 70%
5. Metil–alkohol
6. Larutan baku Giemsa
7. Larutan pengencer buffer pH 7,2
8. Darah yang akan diperiksa diambil dari ujung jari manis/tengah tangan kiri,
untuk bayi umur 6–12 bulan diambil dari ibu jari kaki dan yang kurang dari 6
bulan sebaiknya diambil dari tumit kaki.

Prosedur Praktikum
Cara Pembuatan Sediaan Darah :
1. Bersihkan ujung jari dengan kapas yang dibasahi sedikit dengan alkohol dan
tunggu sampai kering.
2. Tusuklah ujung jari dengan lanset yang ujungnya telah dibersihkan lebih dulu
dengan alkohol.
3. Ujung jari ditekan sedikit dan tetes darah yang pertama dibersihkan dengan
tissue kering.
4. Tekan lagi ujung jari sampai terdapat tetes darah kedua yang agak besar

1
Untuk sediaan darah tebal :
1. Ambil object glass dan tempelkan permukaan bawahnya kepada tetes darah
tersebut, jika tetes darahnya kecil ambillah 1–2 tetes lagi yang diletakkan
berdekatan dengan tetes pertama tadi.
2. Letakkan object glass pada tempat yang datar dan dengan ujung object glass
yang lain, lebarkanlah darah tersebut sampai rata sehingga membentuk
bulatan dengan garis tengah kira–kira 1 cm dan dikeringkan.

Untuk sediaan darah tipis :


1. Ambil kaca benda dan tempelkan pada ujung pinggirannya kemudian
diletakkan pada kaca benda yang lain dengan sudut 45⁰ dan kemudian
digeser dengan kecepatan geser yang sama.

Gambar 1. Pembuatan Sedian Darah Tipis

Cara pewarnaan :
1. Encerkan larutan baku Giemsa dengan larutan buffer dengan perbandingan
1:1.

Untuk sediaan darah tebal


- Tuangkan larutan Giemsa cairan ini ke atas sediaan darah sampai darah
tertutup cairan.
- Tunggu selama 45–60 menit.

Untuk sediaan darah tipis


- Sediaan difiksasi terlebih dahulu dengan metil–alkohol selama 1–2 menit
kemudian tuanglah larutan Giemsa encer ke atas sediaan darah tipis.
- Tunggu selama 45–60 menit.
- Kemudian sediaan darah tebal maupun sediaan darah tipis dicuci dengan air
bersih/air pipa dari botol plastik sampai semua larutan Giemsa hanyut atau
hilang (larutan Giemsa encer tidak boleh dibuang dulu sebelum dicuci).
- Keringkan sediaan tersebut dan kemudian lihatlah di bawah mikroskop
dengan minyak emersi (lensa objektif 100X).

Catatan :
- Sediaan yang akan diwarnai harus dalam keadaan sempurna kering.
- Semua larutan Giemsa, baru boleh diencerkan sesaat sebelum dipergunakan.
- Sediaan darah tebal yang baik ialah bilamana terdapat di dalam 10–20
leukosit per lapangan pandang.
2
- Cara pemeriksaan sediaan darah :
- Jika menemukan : parasit malaria, harus ada inti dan sitoplasmanya yang
jelas (merah dan biru).
- Pada sediaan darah tebal bentuk dari parasit sudah mengalami
perubahan.
- Jika plasmodium sudah ditemukan langkah berikutnya mencari
kemungkinan adanya plasmodium jenis lain (infeksi campuran).
- Untuk mengatakan bahwa sediaan itu negatif maka diambil patokan
menemukan sejumlah minimal 100 lapangan pandang mikroskop.

Berbagai unsur yang dapat ditemukan di dalam sediaan darah :


- Bakteri dan kotoran kulit.
- Partikel debu pada kaca benda.
- Spora dan tepung sari tumbuh–tumbuhan, sel ragi atau jamur dari udara.
- Bakteri, protozoa dan lainnya dari larutan buffer/akuades.
- Berbagai macam sel tumbuhan.

3
BAB II. FILARIA
Tim Instruktur Praktikum

Tujuan Praktikum:

Mahasiswa dapat mengetahui gambaran ciri-ciri morfologi agen penyakit dari


filariasis yang terlihat menggunakan mikroskop

Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria dari Filum
Nematoda, di antaranya Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Onchocerca
volvulus. Jenis kelaminnya dapat dibedakan menjadi jantan dan betina, biasanya
pada jantan lebih kecil dari yang betina, yang memiliki ciri pada ujung posterior
jantan berbentuk melengkung, dan pada beberapa jenis memiliki spikula.

1. Wuchereria bancrofti
Klasifikasi
Filum Nematoda
Kelas Secernentea
Ordo Spirurida
Famili Onchocercidae
Genus Wuchereria

Morfologi
• Cacing Dewasa
- Memiliki bentuk seperti benang yang berwarna putih kekuningan (putih
susu)
- Jantan: Memiliki panjang 40 mm, pada posterior (ekor) melengkung,
memiliki spikula.
- Betina: Memilki panjang 65-100 mm, pada posterior (ekor) lurus, dan
memiliki ujung tumpul.
-
• Mikrofilaria
- Memiliki panjang 230-320 µm dan memiliki selubung/sarung (sheath)
- Panjang ruas kepala sama dengan lebarnya
- Inti tampak jelas dan teratur pada badan, pada bagian ekor tidak berinti
(tidak memiliki caudal nuclei)
- Hidup di dalam peredaran darah/darah tepi dan biasanya aktif pada
malam hari

• Larva
- Larva Stadium I : memiliki ukuran 147 µm, bentuk seperti sosis, ekor
lancip dan panjang
- Larva Stadium II : memiliki ukuran 450 µm dan lebih gemuk, ekor pendek
seperti kerucut
- LarvaStadium III: memilki ukuran 1200 µm dan bentuknya lebih langsing,
ekor terdapat 3 buah papila

4
(a) (b) (c)

Gambar 2.1 (a) Larva Stadium I (pembesaran 10x40),


(b) Larva Stadium III (pembesaran 10x10),
(c) Mikrofilaria di dalam darah (pembesaran 10x40,
pewarnaan Haematoxylin)

Gambar 2.2 Skematis Mikrofilaria W


bancrofti

2. Brugia malayi

Klasifikasi
Filum Nematoda
Kelas Secernentea
Ordo Spirurida
Famili Onchocercidae
Genus Brugia

Morfologi
• Cacing Dewasa
- Memiliki bentuk seperti benang yang berwarna putih kekuningan (putih
susu)
- Cacing betina memiliki ukuran 55 mm dan berekor lurus
- Cacing jantan memiliki ukuran 23 mm dan berekor melengkung ke arah
ventral
• Mikrofilaria
- Memiliki ukuran 177-230 µm
5
- Panjang ruas kepala sama dengan dua kali lebar kepala
- Inti berelompok dan tidak teratur pada badan
- Memiliki caudal nuclei
- Memiliki selubung/sarung (sheath) berwana merah apabila dicat dengan
Giemsa
• Larva
- Memiliki larva stadium sama seperti Wuchereria bancrofti

(a) (b)

Gambar 2.3 (a) Mikrofilaria (pembesaran 10x40,


pewarnaan Haematoxylin), (b) skematis mikrofilaria
Brugia malayi (b) Skematis mikrofilaria Brugia malayi

3. Onchocerca volvulus

Klasifikasi
Filum Nematoda
Kelas Secernentea
Ordo Spirurida
Famili Onchocercidae
Genus Onchocerca
Morfologi
• Cacing Dewasa
- Betina memiliki panjang sekitar 3-7 cm
- Jantan memiliki panjang sekitar 2-4 cm
• Mikrofilaria
- Memiliki ukuran sekitar 220-230 µm, panjang kepala sekitar 7-13 µm
- Memiliki inti pada ekor yang memanjang, ekor bentuk runcing, tidak memiliki
selubung (sheath)
• Larva
-Memiliki larva stadium sama seperti Wuchereria bancrofti

Gambar 2.4 Skematis mikrofilaria Onchocerca volvulus


6
Alat dan Bahan

1. Buku Gambar dan alat Tulis


2. Mikroskop cahaya
3. Preparat Filaria (microfilaria dan dewasa)

Prosedur Praktikum

1. Amati preparat awetan tiap spesies yang sudah disediakan di bawah mikroskop
dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat (amati morfologi tiap
stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian
dari spesies tersebut

7
BAB III. MALARIA
Tim Instruktur Praktikum

Plasmodium merupakan agen penyebab penyakit malaria. Pada manusia terdapat 4


spesies yaitu, Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium ovale. Untuk memahami morfologi plasmodium perlu diketahui
siklus hidup plasmodium. Siklus hidup plasmodium melibatkan badan nyamuk
Anopheles (fase seksual eksogen/sporogoni) dan badan hospes vertebrata (fase
aseksual/skizogoni).

Gambar 3.1. Siklus hidup parasit malaria (sumber CDC)

Selama menghisap darah, nyamuk anopheles betina yang terinfeksi


malaria memasukkan sporozoit ke tubuh manusia. Sporozoit menginfeksi sel hati,
sporozoit masak menjadi skizon, skizon pecah mengeluarkan merozoit (pada
Plasmodium vivax dan P. ovale stadium dorman (hipnozoit) dapat tetap berada
dalam hepar dan menyebabkan kekambuhan). Setelah mengalami pembelahan
awal di hepar (exo-erythrocytic schizogony), parasit memasuki tahapan
reproduksi aseksual di eritrosit (erythrocytic schizogony). Merozoit menginfeksi
eritrosit, tropozoit bentuk cincin mature menjadi skizon, yang kemudian pecah
dan menghasilkan merozoit. Beberapa parasit berdiferensiasi masuk ke stadium
seksual di eritrosit (gametosit). Stadium parasit selama di darah menyebabkan
munculnya manifestasi klinis penyakit malaria. Gametosit jantan (mikrogametosit)
dan betina (makrogametosit) tertelan oleh nyamuk selama menghisap darah
manusia. Pembelahan parasit di dalam tubuh nyamuk anopheles dikenal sebagai
siklus sporogoni. Ketika di dalam perut nyamuk, mikrogametosit mempenetrasi
makrogametosit menghasilkan zigot. Zigot bertambah motil dan mengalami
elongasi (ookinet). Ookinet menginvasi dinding usus nyamuk dan berkembang
menjadi ookista. Ookista tumbuh, kemudian pecah dan menghasilkan sporozoit,
sporozoit masuk dalam kelenjar ludah nyamuk.

1. Plasmodium vivax
Gambaran pada sediaan darah tipis
Bentuk Trofozoit
a. Trofozoit muda :
8
- Berbentuk cincin, inti merah, sitoplasma biru di dalamnya terdapat vakuol
- Plasma yang berhadapan dengan inti menebal
- Letak plasmodium sentral di dalam eritrosit, biasanya hanya satu dalam satu
eritrosit.
b. Trofozoit tua :
- Berbentuk amuboid
- Sitoplasma tampak tidak teratur
- Khas : tampak titik-titik Schuffner

Bentuk Skizon
a. Skizon muda :
- Berbentuk bulat, mengisi hampir separuh eritrosit, plasma padat tidak
bervakuola.
- Inti sudah membelah; antara inti-inti ada titik-titik berwarna coklat disebut
butir-butir hematin (pigmen malaria)
- Terdapat juga titik-titik Schuffner.
b. Skizon tua :
- Inti sudah terbelah menjadi 12-24
- Tiap-tiap pembelahan inti diikuti pembelahan sitoplasma, sehingga tampak
12-24 buah merizoit
- Mengisi penuh eritrosit
- Di tengah-tengah terdapat pigmen malaria
- Tetap terdapat titik-titik schuffner
Bentuk Gametosit
a. Mikrogametosit :
- Bentuknya bulat besar, lebih kecil dari makrogametosit
- Inti besar pucat, tidak kompak (menyebar) dan terletak sentral; − Plasma
tampak pucat kelabu sampai merah muda
- Pigmen malaria tersebar
b. Makrogametosit :
- Bentuk lonjong atau bulat, lebih besar dari mikrogametosit, mengisi hampir
seluruh eritrosit; − Inti tampak kecil kompak (padat), letak eksentris
- Plasma tampak biru
- Pigmen malaria terbesar

9
Gambaran pada sediaan darah tebal
- Stroma eritrosit yang sudah terhemolisis tampak berwarna lembayung muda
- Di antaranya tampak sisa-sisa lekosit dengan inti yang berwarna biru
lembayung
- Seringkali tampak semua bentuk dari P. vivax ini, sehingga memberi gambaran
tidak seragam
- Di sekitar parasit-parasit ini kecuali trofozoit muda, tampak daerah merah yaitu
sisa-sisa titik Schuffner
- Parasit lebih besar dari inti limfosit.
(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 3.2 (a) Bentuk cincin Plasmodium vivax, (b)


Tropozoit (amoeboid) Plasmodium vivax, (c) Skizon
Plasmodium vivax, (d) Makrogametosit Plasmodium
vivax, (e) Mikrogametosit Plasmodium vivax, (f)
Tropozoit Plasmodium vivax pada sediaan tetes
tebal (pembesaran
2. Plasmodium falciparum objektif 100x)
Bentuk Trofozoit
a. Trofozoit muda :
- Bentuk cincin kecil 0,1 -0,3 kali eritrosit
- Sitoplasma tampak halus kadang-kadang seperti cincin atau seperti burung
terbang di pinggir eritrosit (bentuk accole)
- Inti terletak di pinggir eritrosit, kira-kira 2 µm, warna merah, lebih tipis jika
dibanding dengan P. Vivax, kadang-kadang ada 2 inti pada satu cincin
(pada infeksi ganda).
Bentuk Skizon
a. Skizon muda :
- Mengisi kira-kira separuh dari eritrosit
- Bentuk agak membulat
- Inti sudah membelah tetapi belum diikuti oleh sitoplasmanya
- Pigmen malaria mulai tampak di antara inti
- Titik- titik Maurer dalam eritrosit menghilang

10
b. Skizon masak :
- Sitoplasma tidak mengisi seluruh eritrosit, kira-kira hanya ¾ nya
- Inti sudah membelah menjadi 15-30 buah
- Masing-masing belahan inti diikuti pembelahan sitoplasma sehingga tampak
merozoit-merozoit
- Pigmen malaria sudah menggumpal di bagian tengah sebelum skizon masak

Bentuk Gametosit
a. Mikrogametosit :
- Bentuk pisang atau ginjal, tampak lebih gemuk
- Plasma warna merah muda
- Inti lebih besar tersebar, pucat
- Pigmen malaria tersebar, di antara inti
- Ukuran 2-3 x 9-14 mikrometer.
b. Makrogametosit :
- Bentuk langsing, seperti pisang ambon
- Plasma warna biru
- Inti kecil padat (kompak), letak di tengah-tengah
- Pigmen malaria tersebar disekitar inti

Gambaran pada sediaan darah tebal


Plasmodium falciparum
- Biasanya hanya terdapat bentuk trofozoit muda saja atau bentuk trofozoit dan
gametosit
- Gambaran inti akan tampak seragam seperti bintang-bintang di langit; ini
terutama pada infeksi yang berat
- Tidak tampak daerah merah di sekitar parasit
- Parasit lebih kecil dari pada inti limfosit
(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3.3 (a) Bentuk cincin Plasmodium falciparum dengan dua


inti, (b) Infeksi ganda Plasmodium falciparum, (c)
Plasmodium falciparum bentuk cincin tampak titik-titik
Maurer, (d) Makrogametosit Plasmodium falciparum, (e) 11
Mikrogametosit Plasmodium falciparum (pembesaran
objektif 100x)
3. Plasmodium malariae
Bentuk Trofozoit
Trofozoit muda :
- Sel darah merah tidak membesar, berbentuk cincin, jarang terlihat titik
Ziemann
Bentuk Pita:
- Sitoplasma berbentuk pita, pita melebar, inti membesar, pigmen kasar dan
tersebar

Bentuk Skizon
a. Skizon muda :
- Inti kurang dari delapan, pigmen kasar dan tersebar.
b. Skizon tua :
- Inti sudah terbelah menjadi 8-12 tersusun seperti bunga, pigmen berkumpul
di tengah

Bentuk Gametosit
a. Mikrogametosit :
- Sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti difus di tengah,
pigmen kasar dan tersebar
b. Makrogametosit :
- Sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti padat, batas jelas,
letak di tepi

Gambaran pada sediaan darah tebal


- Jumlah parasit sedikit , dikelilingi pigmen kasar berwarna coklat tua
- Pada skizon, pigmen di tengah dikelilingi merozoit tersusun seperti bunga

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.4 (a) Bentuk pita Plasmodium malariae, (b)


Tropozoit Plasmodium malariae, (c) Skizon
12
Plasmodium malariae, (d) Skizon Plasmodium
malariae pada sediaan tetes tebal (pembesaran
objektif 100x)
4. Plasmodium ovale
Bentuk Trofozoit
a. Trofozoit muda :
- Sel darah merah membesar berbentuk lonjong, 1 kromatin dot, berbentuk
cincin, inti padat, dan memilki fimbrie pada ujungnya
b. Trofozoit tua:
- Sitoplasma memiliki pigmen kasar

Bentuk Skizon
- Jumlah merozoit biasanya delapan buah
- Masa kromatin sedikit pigmen kasar

Gambaran pada sediaan darah tebal


- Tampak titik Schuffner sekitar parasit berwarna merah, memiliki ukuran yang
lebih kecil dari inti leukosit.

(a) (b) (c)

Gambar 3.5 (a) Bentuk cincin Plasmodium ovale, (b)


Tropozoit Plasmodium ovale, (c) Tropozoit
Plasmodium ovale pada sediaan tetes tebal
(pembesaran objektif 100x)

Alat dan Bahan

1. Buku Gambar dan alat Tulis


2. Mikroskop cahaya
3. Preparat Filaria (microfilaria dan dewasa)

Prosedur Praktikum

1. Amati preparat awetan tiap spesies yang sudah disediakan di bawah mikroskop
dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. (amati morfologi tiap
stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian
dari spesies tersebut

13
REFERENSI
1. A A Mahode, Chairlan, E Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk
Laboratorium Kesehatan, Ed.2. EGC. Jakarta. pp. 157-191
2. B Ideham, S Pusarawati. 2009a. Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran.
Editor:Y P Dahlan. Ed. 2. Airlangga University Press. Surabaya. pp. 12-14
3. B Ideham, S Pusarawati. 2009b. Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran.
Editor:Y P Dahlan. Ed. 2. AirlangKga University Press. Surabaya. pp. 43-48
4. P L Chiodini, A H Moody, D W Manser. 2003a. Atlas of Medical Helminthology
and Protoozology. Ed. Fourth. Churchill Livingstone. pp. 12-15
5. P L Chiodini, A H Moody, D W Manser. 2003b. Atlas of Medical Helminthology
and Protoozology. Ed. Fourth. Churchill Livingstone. pp. 61-69
6. L A Juni Prianto, P U Tjahaya, Darwanto.2004a. Atlas Parasitologi
Kedokteran. Editor: H Pinardi, G Srisasi. Gramedia Pustaka Utama. pp. 28-32
7. L A Juni Prianto, P U Tjahaya, Darwanto.2004b. Atlas Parasitologi
Kedokteran. Editor: H Pinardi, G Srisasi. Gramedia Pustaka Utama. pp. 122-
135

14

Anda mungkin juga menyukai