PARASITOLOGI KEDOKTERAN
HELMINTHOLOGI KEDOKTERAN
TUJUAN UMUM
Mengenal macam-macam morfologi stadium dewasa, telur dan larva dari cacing
yang parasit pada manusia.
1
PETUNJUK UMUM
1. Pahami tujuan setiap praktikum
2. Pahami pengantar setiap praktikum
3. Kerjakan dengan baik setiap tugas praktikum dengan mempelajari dan
menggambar sediaan yang ada sesuai dengan panduan.
4. Untuk mengidentifikasi, cocokkan dengan ciri-ciri morfologis yang tertera dalam
panduan maupun atlas parasitologi.
KLASIFIKASI
subkingdom METAZOA
2
PRAKTIKUM I
MATERI
Mempelajari cacing yang termasuk dalam kelas Nematoda Usus
3
PENGANTAR
Cacing Nematoda Usus pada manusia ada beberapa macam, yaitu :
1. Ascaris lumbricoides (cacing
gelang)
2. Trichuris trichiura (cacing
cambuk)
3. Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus (cacing kait). Keempatnya termasuk golongan soil-
transmitted helminths (cacing yang ditularkan lewat tanah).
4. Srongyloides stercoralis
5. Enterobius vermicularis
Adapula beberapa jenis nematoda pada anjing dan kucing yang dapat
menginfeksi manusia pada stadium larva, yaitu :
1. Ancylostoma caninum
2. Ancylostoma braziliense
3. Ancylostoma ceylanicum
4. Toxocara cati
5. Toxocara canis
MATERI
4
Mempelajari cacing Nematoda Usus (Cacing Gelang dan Cacing Kait)
URAIAN GAMBAR
1. Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa jantan
Perhatikan :
- bentuk bulat panjang (silindris)
- ukuran : 15-31 cm x 2-4 mm,
- warna putih/merah muda
- ujung anterior lebih langsing
dan mempunyai . buah bibir.
- Ekor/ujung posterior :
cacing jantan melingkar,
melengkung ke ventral
mempunyai
2. Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa betina
Perhatikan :
- Seperti yang jantan,
ukuran agak lebih besar
- panjang : 20-49 cm x 3-6 mm,
Perhatikan perbedaannya:
- cacing betina lurus runcing
- mempunyai cincin kopulasi terletak
kira-kira anterior panjang badan
- Ekor/ujung posterior :
tidak melengkung ke arah ventral
3. Ascaris lumbricoides
Penampang melintang dari bibir
Perhatikan :
Ujung anterior dari Ascaris dewasa
yang terbelah tiga
Tiga bagian dari bibir Ascaris yaitu:
- Sebuah agak lebar, letaknya mediodorsal
- Dua buah ventrolateral
- Pada tepi lateral terdapat papilla kecil
URAIAN GAMBAR
5
Dalam perjalanan hidupnya,
Ascaris mengalami lung migration.
5. Ascaris lumbricoides
Telur fertil
Bentuk ini penting dalam penularan karena
Perhatikan, catat dan tunjukkan:
- Warnanya
- Bentuknya
- Dindingnya terdiri dari lapis yaitu :
, , .
- Isinya .
6. Ascaris lumbricoides
Telur infektif
Bentuk ini lebih penting dalam penularan
karena
kira-kira 3 minggu setelah ada di tanah
7. Ascaris lumbricoides
Telur decorticated
Perhatikan :
- Telur dibuahi yang kehilangan
lapisan albumoid
URAIAN GAMBAR
8. Ascaris lumbricoides
6
Telur unfertil
- Bentuk :
- Ukuran : 20 x 40 m
- Dinding terdiri dari lapis, yaitu
lapisan
- Isi : .
URAIAN GAMBAR
7
12. Necator americanus
Cacing dewasa betina
Perhatikan :
- Bentuk :
- Sikap badan :
- Panjang badan: cm
- Ekor :
Cacing betina lebih besar daripada
cacing jantan
- Tipe mulut :
URAIAN GAMBAR
8
17. Ancylostoma braziliense
Mulut
Perhatikan :
pasang gigi terdiri dari pasang
gigi kecil medial dan pasang gigi
besar lateral.
- bursa kopulatrix (jantan) : ketiga rusuk
lateral, kecil
9
Mempelajari Nematoda Usus (Cacing Kremi dan Cacing Cambuk)
URAIAN GAMBAR
1. Enterobius vermicularis
Cacing dewasa jantan
Perhatikan :
- Panjang cacing jantan : 2-5 mm,
- Bentuknya
- Warnanya
- Kepala mempunyai ,
- Bulbus esofagus
- Ujung ekor melingkar ke ventral,
dilengkapi .
2. Enterobius vermicularis
Cacing dewasa betina
Perhatikan :
- Panjang cacing betina 10 mm
- Cacing betina ekor
3. Enterobius vermicularis
Telur
Perhatikan bentuk yang khas, yaitu:
-
- Ukuran : 50 x 25 m
- Warnanya :
- Dinding lapis, warna
- Isi
4. Trichuris trichiura
Cacing dewasa betina
Perhatikan:
- Bentuk ,
- Ujung anterior ,
- Ujung posterior ,
- panjang 5 cm, ekor lurus
5. Trichuris trichiura
Cacing dewasa jantan
Perhatikan & bedakan dengan yang betina:
- Bentuk
- panjang 4 cm
- ujung posterior ,
- mempunyai ..
URAIAN GAMBAR
10
6. Trichuris trichiura
Telur
Perhatikan ciri-cirinya yang khas:
- Ukuran : 50 x 22 m
- Bentuk .
- Warna dinding telur
dengan kedua ujung
- Isi : .
7. Toxocara sp.
Cacing dewasa
Perhatikan :
- Panjang cacing betina 10 cm,
Sedangkan cacing jantan 5 cm
Pada manusia Toxocara sp. hanya
berkembang sampai stadium larva
(Visceral Larva Migrans)
8. Angiostrongylus cantonensis
Cacing Dewasa betina
Perhatikan :
- Tubuh berbentuk filiform, transparan
- Mempunyai 3 buah bibir
- Oesophagus pendek
- Ukuran 3 cm x 0,4 mm
- Intestin berwarna merah (isi darah) dan
uterus berwarna putih saling terpilin
berkelok-kelok membentuk bentukan
disebut Barbers Pole Patern
- Vulva bermuara di sebelah anterior anus
9. Angiostrongylus cantonensis
Cacing Dewasa jantan
Perhatikan :
- Ukuran 2 cm x 0,2 mm
- Intestin berbelok bermuara pada cloaca
- Pada bagian posterior terdapat Bursa
Kopulatrix berbentuk ginjal
(kidney shaped)
- Terdapat sepasang spiculae yang
bermuara pada cloaca
PRAKTIKUM IV
11
MATERI
Mempelajari Nematoda Jaringan dan Nematoda Darah
TUJUAN
Mempelajari morfologi stadium larva Trichinella spiralis, stadium dewasa,
stadium mikrofilaria dan stadium larva filaria limfatik.
PENGANTAR
1. Trichinella spiralis
Nematoda ini dalam lingkaran hidupnya mempunyai dua stadium:
stadium dewasa dan stadium larva. Stadium dewasa ditemukan dalam
intestinum sedang stadium larvanya terdapat didalam jaringan otot
inang. Stadium larva didalam otot inang biasanya membentuk kista dan
menyebabkan kelainan patologis.
2. Filaria limfatik
Ada tiga macam spesies filaria limfatik yang dapat menginfeksi manusia
di Indonesia, yaitu:
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori
12
Berikut ini dijelaskan karakteristik bentuk-bentuk: mikrofilaria, larva dan
sadium dewasa masing-masing spesies filaria limfatik.
A. NEMATODA JARINGAN
URAIAN GAMBAR
1. Trichinella spiralis
Stadium larva dalam otot
2. Trichinella spiralis
Cacing Dewasa betina
Perhatikan :
- Bentuknya yang memanjang
dengan oesophagus yang khas,
yaitu
- Uterus pada betina yang gravid berisi
.
- Vulva terletak di 1/5 anterior tubuh
3. Trichinella spiralis
Cacing Dewasa jantan
Perhatikan:
- Ukuran lebih kecil daripada betina
- Ujung anterior runcing
- Oesophagus yang khas
- Ujung posterior melengkung ke ventral
dengan sepasang caudal papillae
B. NEMATODA DARAH
13
Hal W.bancrofti B.malayi B.timori
URAIAN GAMBAR
1. Wuchereria bancrofti
Mikrofilaria
Perhatikan :
- Panjang:
- Cephalic space ratio :
- Terminal nuclei :
- Body nuclei :
- Sheath :.
2. Brugia malayi
Mikrofilaria
Perhatikan :
- Panjang:
- Cephalic space ratio :
- Terminal nuclei :
- Body nuclei :
- Sheath :.
3. Brugia timori
Mikrofilaria
Perhatikan :
- Panjang:
- Cephalic space ratio :
- Terminal nuclei :
- Body nuclei :
- Sheath :.
URAIAN GAMBAR
14
4. Wuchereria bancrofti
Larva stadium I (L1)
Perhatikan :
- Bentuk
- Ekor
- Panjang 147 m
5. Wuchereria bancrofti
Larva stadium II (L2)
Perhatikan :
- Bentuk
- Ekor
- Panjang 450 m
6. Wuchereria bancrofti
Larva stadium III (L3)
Perhatikan :
- Bentuk
- Ekor
- Pada ekor terdapat 3 papil bulat
- Panjang 1200 m
7. Brugia malayi
Larva stadium I (L1)
Sediaan dari dissectie nyamuk vektor
Perhatikan :
- Bentuk
- Ekor dan rectal plug
- Alat-alat tubuh
8. Brugia malayi
Larva stadium II (L2)
Terutama terdapat dalam otot thorax
dan kepala nyamuk vektor
Perhatikan :
- Bentuk
- Ekor dan sisa rectal plug
- Alat-alat tubuh
URAIAN GAMBAR
15
9. Brugia malayi
Larva stadium III (L3)
Perhatikan :
- Bentuk
- Ekor dan sisa rectal plug
- Alat-alat tubuh
Bentuk manakah yang paling penting
untuk penularan?
Perhatikan :
- Tidak ada selubung badan
- Inti tidak mencapai ujung ekor
- Panjang 360 m
PRAKTIKUM V
16
MATERI
Cestoda : Taenia saginata
Taenia solium
Echinococcus granulosus
Hymenolepis nana
Hymenolepis diminuta
Dipylidium caninum
Diphyllobothrium latum
TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari morfologi sediaan telur, larva, skoleks dan proglotid cacing klas
Cestoidea pada manusia.
PENGANTAR
Cacing klas Cestoidea (cacing pita) termasuk filum Platyhelminthes. Filum
Platyhelminthes mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Metazoa
2. Simetris bilateral
3. Biasanya pipih dorsoventral
4. Sistem ekskretori simetris bilateral dan berakhir dengan flame cells
(solenosit).
17
7. Tidak mempunyai rongga badan
8. Badan (strobila) terdiri atas segmen-segmen (proglotid) yang masing-
masing dilengkapi dengan system reproduksi yang lengkap.
Cacing klas Cestoidea yang penting pada manusia dibagi 2 ordo yaitu Ordo
Cyclophyllidae dan Pseudophyllidae. Ordo Cyclophyllidae mempunyai ciri-ciri:
1. Skoleks mempunyai 4 sucker yang berbentuk seperti mangkuk,
biasanya letaknya sentral.
2. Puncak skoleks mempunyai rostellum.
3. Pada rostellum sering terdapat kait.
4. Lubang genital (bila ada) terletak di sebelah lateral proglotid.
T. solium
Echinococcus E. granulosus
H. diminuta
18
A. Dewasa
1. Panjang 4-8 m 2-4 m 0,3 0,8 cm
2. Skoleks
a. bentuk piriform globular globular
b. pengisap 4 4 4
c. kait - + +
d. rostelum - + +
3. Jumlah proglotid 1000-2000 800-1000 3
4. Proglotid lebar<panjang lebar<panjang lebar<panjang
5. Uterus dalam bentuk batang bentuk batang bentuk tali terurai dalam
proglotid gravid cabang lateral 15-30 cabang lateral 7-12 proglotid terminal
A. Dewasa
1. Panjang 0.5 - 4.5 cm 10 - 60 cm
2. Skoleks
a. bentuk globular globular
b. pengisap 4 4
c. kait + -
d. rostelum + +
3. Jumlah proglotid 200 800-1000
4. Proglotid dewasa lebar > panjang lebar > panjang
5. Uterus dalam bentuk bak kantong bentuk bak kantong
proglotid gravid tak teratur tak teratur
6. Porus genitalia monolateral monolateral
pada satu sisi pada satu sisi
B. Telur 47 X 37 58 X 86
Globular, dua membran sedikit oval
Ada filamen polar tanpa filamen polar
embrio heksakan embrio heksakan
19
D. Inang definitif manusia manusia
tikus tikus
A. Dewasa
1. Panjang 15 - 70 cm 3 10 m
2. Skoleks
a. bentuk rhomboid seperti sendok
b. pengisap 4 2
c. kait + 3-4 baris -
d. rostelum + -
3. Jumlah proglotid 60 175 3000 - 4000
4. Proglotid dewasa lebar < panjang lebar > panjang
5. Uterus dalam bentuk seperti kantong sentral
proglotid gravid seperti tali tergulung
6. Porus genitalia bilateral sentral
B. Telur 35 - 60 70 - 45
Bulat dengan operkulum
Dua membran transparan embrio heksakan
embrio heksakan
URAIAN GAMBAR
1. Taenia spp.
Telur
20
Perhatikan:
-Bentuk : bulat
-Besar : kira-kira 35
-Dinding : tebal dengan struktur radiair
-Isi :
2. Taenia saginata
Cacing dewasa
Dalam formalin 10%
Perhatikan:
-Skoleks : kepala kecil
-Leher : sempit, tempat tumbuhnya
badan dan beruas-ruas
-Strobila : bagian badan mulai dari leher
sampai ujung posterior, terdiri
atas proglotid imatur, matur,
gravid
3. Taenia saginata
Proglotid gravid
Perhatikan:
-Bentuk
-Cabang uterus buah
-Lubang uterus
-Lubang genital terletak di
4. Taenia saginata
Skoleks
Perhatikan:
-Bentuk
-Diameter 1-2 mm
-Jumlah alat isap : buah
-Rostelum :
5. Taenia solium
Cacing dewasa
Dalam formalin 10%
URAIAN GAMBAR
6. Taenia solium
Skoleks
21
Perhatikan:
-Bentuk :
-Diameter 1 mm
-Batil isap : buah, bulat-bulat
-Rostelum :
7. Taenia solium
Proglotid gravid
Perhatikan:
-Bentuk
-Cabang uterus buah
-Lubang genital terletak di
8. Taenia solium
Sistiserkus selulose
Bahan berasal dari otot babi
Perhatikan:
-Bentuk : gelembung
-Isi : skoleks
9. Echinococcus granulosus
Cacing Dewasa
Perhatikan:
-Ukuran kecil, panjang 3-6 mm
-Hanya terdiri dari 3-4 segmen
(skoleks, leher dan strobila)
-Skoleks mempunyai buah sucker
-Rostellum
URAIAN GAMBAR
22
-tampak kepala yang terlepas dari
dinding cyst
-tampak skoleks yang evaginasi dan
invaginasi
URAIAN GAMBAR
23
Perhatikan:
-Bentuk :
(lebar lebih besar daripada panjang)
-Segmen gravida terdapat
berbentuk kantung yang berisi telur
-Genital organ terletak
URAIAN GAMBAR
24
Cacing Dewasa
Perhatikan:
-Panjang dapat mencapai 10 m
-Skoleks berbentuk mempunyai
lekuk isap / bothrium.
-Rostellum
-Kait-kait
PRAKTIKUM VI
MATERI
Cacing dari kelas trematoda yang parasitik pada manusia :
25
A. Trematoda hati : Fasciola hepatica
Fasciola gigantica
B. Trematoda usus : Fasciolopsis buski
C. Trematoda paru : Paragonimus westermani
D. Trematoda darah : Schistosoma japonicum
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami morfologi stadium cacing dewasa : bentuk, ukuran dan ciri-
ciri khas masing-masing spesies.
2. Memahami morfologi stadium telur : bentuk dan ukuran masing-masing
spesies; perbedaan satu sama lain.
3. Memahami cara diagnosis
PENGANTAR
Jenis-jenis cacing anggota Kelas trematoda yang parasitic pada manusia
dan termasuk subkelas Digenea mepunyai ciri-ciri umum sebagai berikut :
1. Endoparasitik
2. Mempunyai oral sucker dan ventral sucker
3. Tidak mempunyai rongga badan
4. Alat pencernaan tidak lengkap (tidak mempunyai anus)
5. Mempunyai alat ekskretori khas : flame cell
6. Hermaphrodit (kecuali schistosoma)
7. Ovipar
8. Telur hanya berkembang di air
9. Telur mempunyai operculum, kecuali telur Schistosoma
26
parasit tersebut, untuk keperluan diagnosis telur cacing tersebut di atas
dapat ditemukan dalam tinja, urine atau sputum. Demkian pula dalam daur
hidupnya; Trematoda dapat melalui satu hospes perantara (Schistosoma)
atau dua (yang lain); inang perantara kedua lebih bervariasi; dapat
tumbuhan, ketam, ikan, mungkin pula semut.
URAIAN GAMBAR
1. Fasciola hepatica
Telur
Perhatikan:
-Ukuran 130-150 m
-Bentuk dengan kutub membulat
-Terdapat pada kutub yang lain
-Isi :
2. Fasciola hepatica
Cacing Dewasa
Perhatikan:
-Bentuk
-Terdapat cephalic cone (bahu)
-Oral sucker besarnya = ventral sucker
-Saluran pencernaan bercabang-cabang
dari lateral hingga distal caecum
-Testis 2 buah bercabang-cabang
-Vitellaria (kelenjar vitelline) bercabang-
cabang pada sisi lateral
3. Fasciola gigantica
Cacing Dewasa
Perhatikan:
-Ukuran lebih panjang dari F.hepatica
-Cephalic cone lebih pendek
-Oral sucker lebih kecil dari ventral sucker
-Saluran pencernaan bercabang-cabang
dari lateral hingga distal caecum
-Testis 2 buah bercabang-cabang
-Vitellaria (kelenjar vitelline) bercabang-
cabang pada sisi lateral
URAIAN GAMBAR
4. Fasciolopsis buski
Telur
Perhatikan:
27
-Ukuran 140 m
-Bentuk
-Operculum sedikit lebih kecil daripada
operculum telur F.hepatica
-Isi :
5. Fasciolopsis buski
Cacing Dewasa
-Bentuk
-Cephalic cone
-Oral sucker ventral sucker
-Usus terdiri dari sepasang caecum
yang tidak bercabang
-Testis 2 buah bercabang-cabang
-Vitellaria bercabang-cabang pada sisi
lateral dari ventral sucker sampai
ujung posterior
6. Paragonimus westermani
Cacing Dewasa
-Bentuk
-Warna
-Oral sucker ventral sucker
-Kutikula berspina
-Testis berlobus yang tidak teratur,
terletak bersebelahan di 1/3 bagian
posterior tubuh
-Vitellaria bercabang intensif, terletak
di seluruh bagian tepi tubuhnya
7. Paragonimus westermani
Telur
Perhatikan:
- Ukuran 100 m
-Bentuk
-Operculum sangat nyata, agak tertekan
ke dalam (mendatar)
-Dinding sangat tebal (pada ujung yang
berlawanan dengan operculum)
-Isi :
URAIAN GAMBAR
8. Schistosoma japonicum
Telur
Perhatikan:
28
-Ukuran 70-80 m
-Bentuk
-Warna
-Spina sukar dilihat, letak di lateral
sangat kecil (rudimenter)
-Isi :
9. Schistosoma japonicum
Cacing Dewasa
URAIAN GAMBAR
29
Perhatikan:
-Bentuk seperti lancet
-Oral sucker ventral sucker
-Usus panjang sampai posterior tubuh
-Testis 2 buah bercabang-cabang
-Vitellaria bercabang-cabang pada sisi
lateral sepertiga tubuh bagian tengah.
URAIAN GAMBAR
16. Echinostoma sp
Telur
Perhatikan:
30
-Ukuran 25-30 m
-Bentuk lebih oval, dinding tebal
-Warna
-Operkulum kecil
-Isi
17. Echinostoma sp
Cacing Dewasa
-Panjang 1 cm
-Mempunyai circumoral spine
-Mempunyai 2 buah caecum
-Uterus berisi telur, ovarium bulat
-Testis berlobus
18. Metagonimus sp
Cacing Dewasa
-Ukuran 1 mm
-Terdapat oral dan ventral sucker
-Ventral sucker agak ke lateral
-Uterus berisi telur
-Testis berlobus letak agak serong
PRAKTIKUM VII
MATERI
31
Memeriksa tinja terhadap Nematoda Usus
TUJUAN
1. Memahami pemeriksaan tinja secara kualitatif dan kuantitatif
2. Memahami teknik pembiakan tinja dan teknik isolasi larva filariform cacing
kait dari modifikasi biakan Harada Mori
PENGANTAR
Dalam menegakkan diagnosis untuk kelainan yang terdapat di dalam tinja
yang diakibatkan oleh infeksi Nematoda usus, dapat dipakai cara
pemeriksaan tinja makroskopis dan mikrokopis.
1. Cara Makroskopis
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1.1. Kuantitas tinja
Fisiologis : Pada keadaan normal, jumlah tinja anak-anak kira-kira
100 gram/hari, sedangkan pada orang dewasa antara 80-170
gram/hari
Patologis : misalnya pada penderita diare karena penyakit kolera
atau disentri, tinja cair dan banyak.
1.2. Kualitas tinja
1.2.1. Warna tinja
Fisiologis : warna tinja normal adalah sedikit coklat, oleh karena
adanya stercobilin dan urobilin yang dibuat oleh bakteri usus dari zat
warna empedu. Disamping itu warna tinja juga tergenang pada
makanan atau obat yang dimakan pada waktu itu. Sebagai contoh :
- diet susu menyebabkan tinja berwarna oranye
- makan sayur-sayuran menyebabkan tinja berwarna hijau
- pemakaian obat-obat yang mengandung besi menyebabkan tinja
berwarna hijau
32
- pemakaian obat yang mengandung besi menyebabkan tinja
berwarna hitam
Patologis :
- saluran empedu tersumbat, cairan empedu tidak dapat masuk
dalam usus, maka tinja menjadi tidak berwarna (seperti dempul)
- apabila terjadi perdarahan di dalam usus bagian atas, maka
warna tinja hitam seperti teer dan disebut melena.
- Apabila terjadi perdarahan di bagian kaudal atau sebelah anal dari
usus, maka warna tinja merah seperti darah.
1.2.2. Konsistensi tinja
Menurut konsistensinya tinja dibedakan menjadi 5 macam yaitu :
a. Keras (hard)
Jika tinja ditusuk dengan lidi, maka lidi tidak dapat masuk. Keadaan
ini terjadi pada penderita obstipasi biasanya tinja sangat keras
seperti batu dan berbentuk bulat kecil-kecil (coprolithiasis).
b. Normal (formed)
Jika tinja dfitusuk dengan lidi, maka lidi masuk dan akan tetap berdiri
tegak.
c. Lembek (soft)
Jika tinja ditusuk dengan lidi, maka lidi akan masuk dan bila
dilepaskan lidi akan condong.
d. Setengah cair (loose/watery)
Jika tinja ditusuk dengan lidi dan setelah dilepaskan maka lidi akan
rebah sejajar dengan permukaan.
e. Cair/encer (watery)
Tinja cair seperti air. Pada penderita kolera, tinja cair seperti air leri.
33
Bau tinja yang amis dengan konsistensi kurang lebih normal sering
dijumpai pada Askariasis dan penyakit oleh cacing yang lain.
b. Ada tidaknya Nematoda Usus (NU)
Cacing A.lumbricoides yang keluar spontan atau pasca terapi dengan
antelmintik (jika tinja ditampung) mudah dikenal. Demikian pula cacing
NU yang lain seperti: T.trichiura, cacing kait ataupun E.vermicularis
dapat didapati, lebih-lebih dengan bantuan lensa tangan.
2. Cara Mikroskopis
Prosedur yang dilakukan juga kurang lebih sama dengan yang dilakukan
untuk Protozoa Usus. Secara garis besar cara tersebut dibagi menjadi :
(1) cara langsung, dan (2) cara tidak langsung.
Cara kerja :
1. Dengan pipet ambil 1 tetes larutan garam fisiologis, kemudian
teteskan di atas sebuah gelas benda.
2. Dengan lidi ambil sedikit tinja 1-2 mg (sebesar kacang hijau)
kemudian hancurkan sampai merata pada tetesan garam fisiologis.
Bagian-bagian yang kotor dibuang. Sesudah dipakai buang lidi
34
tersebut dalam tempat yang sudah disediakan (mengandung
desinfektan).
3. Tutup dengan gelas penutup, sehingga cairan di bawahnya rata dan
tidak terjadi gelembung-gelembung udara. Sediaan yang dibuat
harus cukup tipis (transparan).
4. Diperiksa di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran
lemah (10 kali), bila sudah ditemukan baru dengan perbesaran kuat
40 kali.
35
b. Kuantitatif, untuk mengetahui jumlah telur per gram tinja. Cara
pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui intensitas infeksi
cacing Nematoda Usus.
a. Cara Kualitatif
Cara Floatasi
Cara pemeriksaan kualitatif ada beberapa macam, namun yang paling
mudah dan efektif dan dapat dilakukan di laboratorium maupun di
lapangan, adalah cara pengapungan (floatasi) dengan larutan NaCl jenuh
(Willys Mallory Brine Floatation Method). Cara ini dapat digunakan untuk
semua macam telur cacing, kecuali yang mempunyai operkulum dan telur
Schistosoma.
Alat-alat yang diperlukan :
1. Lidi
2. Gelas beaker 30 ml
3. Tabung reaksi
4. Gelas benda
5. Gelas penutup
6. Larutan NaCl (garam dapur jenuh)
Cara kerja :
1. Diambil tinja dengan lidi kira-kira 2-5 gram, lalu masukkan dalam gelas
beaker.
2. Larutkan tinja tersebut dengan larutan NaCl jenuh sedikit demi sedikit
sampai homogen. Kemudian tuang larutan tersebut ke dalam tabung
reaksi yang sudah disiapkan di rak, sampai tinggi cairan memenuhi
permukaan tabung.
3. Letakkan gelas penutup diatas permukaan cairan (gelas penutup
menempel di atas permukaan, jaga jangan sampai cairan tumpah).
4. Diamkan selama 30-45 menit.
36
5. Gelas penutup diambil dengan pinset, kemudian letakkan di atas gelas
benda sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara.
6. Periksa dengan mikroskop pada perbesaran lemah 10 X. Telur-telur
yang ada dalam tinja karena konsentrasi larutan NaCl yang tinggi akan
mengapung dan menempel pada gelas penutup.
Cara Sedimentasi
Alat : - tabung sentrifus
- alat sentrifus
- pipet penghisap
- gelas obyek
- gelas penutup
Bahan : - Akuades
- Faeses
Cara kerja :
1. 1 gram faeses dimasukkan ke dalam tabung sentrifus, tambahkan cairan
akuades, aduk sampai rata
2. Putar tabung sentrifus dengan kecepatan 2000 rpm/menit selama 3-5
menit
3. Buang cairan jernih di atas (supernatan), tambahkan akuades lagi, aduk
rata, putar dengan alat sentrifus, kecepatan 2000 rpm/menit. Keadaan
ini diulang sampai 3 kali.
4. Ambil sediaan dengan pipet, letakkan pada gelas obyek dan tutup
dengan gelas penutup
5. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop
b. Cara Kuantitatif
Cara kuantitatif berguna untuk mengetahui intensitas infeksi NU; yang
banyak digunakan adalah cara Kato.
37
Alat dan bahan yang diperlukan :
1. Gelas benda
2. Selotip (pita selopan) dengan tebal 40 m, dengan ukuran 7 x 2,5 cm.
3. Kawat kasa dengan ukuran lobang tertentu dipotong dengan ukran 3 x 3
cm.
4. Karton yang tebal, diberi lobang dengan volume tertentu sehingga tinja
yang dicetak dengan karton tersebut dapat diketahui beratnya (misal
30 mg).
5. Lidi dan kertas minyak.
6. Larutan Malachite-green yang terdiri dari: 100 ml gliserin + 100 ml
akuades + 1 ml 3% Malachite-green.
Cara kerja :
1. Sebelum digunakan pita selopan terlebih dahulu direndam dalam larutan
Malachite-green minimal dalam waktu 24 jam.
2. Letakkan tinja sebanyak 5 gram di atas kertas minyak, kemudian
kawat kasa diletakkan di atas tinja tersebut lalu ditekan, sehingga tinja
akan tersaring melalui kawat kasa tersebut.
3. Di atas gelas benda letakkan karton yang berlobang, lalu tinja yang
telah disaring tersebut dicetak sebesar lubang karton.
4. Berat tinja yang tercetak dapat diketahui, lalu ditutup dengan potongan
pita selopan. Sediaan diletakkan dan diratakan dengan gelas benda
yang lain.
5. Sediaan dibiarkan dalam temperatur kamar selama minimal 30 menit
supaya menjadi transparan.
6. Diperiksa dengan mikroskop seluruh permukaan pita selopan tersebut,
dengan perbesaran lemah. Jumlah telur cacing yang ditemukan dihitung.
Perhitungan jumlah telur untuk tiap-tiap spesies cacing usus dilakukan
secara terpisah.
38
Cara menghitung telur cacing usus
Bila ditemukan jumlah telur pada sediaan Kato adalah N dari tinja seberat
30 mg, maka jumlah telur per gram tinja adalah = (1000/30) X N. Dari
berat tinja yang dikeluarkan per orang per hari, maka dapat diperhitungkan
jumlah telur cacing yang dikeluarkan per hari, sehingga jumlah cacing yang
ada di dalam usus dapat diketahui dan intensitas infeksi cacing usus dapat
ditentukan.
39
Faeses lembek cair = 3
Faeses cair/diare =4
Cara mengerjakan:
1. Kantong plastik diisi dengan akuades 5 ml.
2. Dengan lidi, tinja diambil dan dioleskan di atas kertas saring, sehingga
mengisi sepertiga bagian tengah kertas saring.
3. Kertas saring yang telah diolesi tinja tersebut dimasukkan ke dalam
kantong plastik, sampai ujung kertas saring menyentuh akuades tetapi
jangan sampai mengenai tinja. Ujung kantong plastik dilipat dan
direkatkan dengan staples.
4. Kantong plastik lalu digantung di rak dan didiamkan dalam temperatur
kamar selama 5-7 hari.
5. Nama penderita, jenis kelamin, umur, alamat, tanggal pembuatan
biakan ditulis dan ditempelkan pada kantong plastik tersebut.
6. Setelah berumur 5-7 hari, kultur diperiksa akan adanya larva cacing
dengan cara berikut:
a. Ujung kertas saring digunting, sehingga akuades yang telah
mengandung larva dapat dikeluarkan dan ditampung dalam tabung
pemusing.
40
b. Tabung tersebut dipanaskan sebentar di atas lampu spiritus, agar
larva yang ada mati namun tidak rusak. Kemudian tabung diputar
dengan kecepatan 2500-3000 rpm selama 1 menit. Cairan
supernatan dibuang sehingga tinggal endapannya dalam 1 ml
akuades.
c. Dengan pipet sedimen diambil, diletakkan di atas gelas benda dan
ditutup dengan gelas penutup, periksa dengan mikroskop
perbesaran lemah dan identifikasi larva yang ditemukan.
Cara kerja:
a. Buat potongan pita rekat scotch (atau merk lain) ukuran 7,510 X 2 cm.
b. Ambil sebilah penekan lidah (tongue depressor) dan gelas benda.
c. Letakkan pita rekat arah memanjang denngan bagian rekat di luar, pada
salah satu ujung penekan lidah yang dipegang dengan jari telunjuk dan
ibu jari di bawah gelas benda.
d. Sekarang usapkan bagian rekat pita pada satu sisi dan kemudian pada
sisi yang lain dari regio perianal.
e. Lepaskan pita rekat dari penekan lidah dan letakkan pita dengan bagian
rekat ke arah bawah, di atas gelas benda yang digunakan itu.
41
Macam Langsung Tak Langsung
Nematoda Usus
Garam fis*) eosin*) Lugol*) Lar.jenuh NaCl*) Kato**)
A.lumbricoides
T.trichiura
Cacing kait
E.vermicularis
*) di isi +/-
**) di isi jumlah telur per gram tinja
catatan:
Setiap kali menemukan telur cacing harap ditunjukkan pada asisten jaga.
TUGAS
Dalam praktikum ini kita melakukan berbagai macam cara pemeriksaan
tinja untuk menegakkan diagnostik infeksi cacing Nematoda Usus.
Dibuat beberapa kelompok mahasiswa yang terdiri dari 5-6 orang, masing-
masing kelompok membuat dan memeriksa secara bersama-sama:
1. Sediaan langsung: dengan Lugol, garam fisiologis dan eosin.
2. Sediaan tak langsung : a. Cara pengapungan dengan larutan NaCl jenuh
b. Cara Kato
3. Kultur tinja Harada Mori
4. Semua mahasiswa membuat laporan hasil pemeriksaan tinja terhadap
Nematoda Usus (lihat contoh).
MATERI
Pembuatan Sediaan Darah Filariasis
42
TUJUAN
Memeriksa darah penderita filariasis untuk menemukan microfilaria
Untuk menegakkan diagnosis filariasis, dilakukan pemeriksaan darah. Ada dua
macam cara pemeriksaan, yaitu :
1. Cara langsung
2. cara konsentrasi
1. Cara Langsung
Pada cara ini diambil darah tepi dari ujung jari (finger prick)
Ada 2 macam yaitu:
1) Sediaan darah segar
Cara ini bersifat kualitatif, yaitu untuk menunjukkan adanya mikrofilaria
dalam darah tepi, namun tidak dapat identifikasi spesies.
Bahan dan Alat:
a. Lancet
b. Gelas benda dan gelas tutup
c. Mikroskop
d. Kapas dan alkohol 70%
Cara kerja :
Satu tetes darah diletakkan di atas gelas benda, lalu ditutup dengan
gelas penutup. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah
(10X). apabila SD positif maka terlihat microfilaria bergerak-gerak aktif
dalam tetesan darah tersebut.
43
e. Cat Giemsa
f. Larutan Buffer (pH=7,2)
g. Methanol
Cara kerja :
Diukur darah yang keluar dari jari dengan mikropipet sebanyak 60
mikroliter, lalu dibuat SD tebal berbentuk oval pada gelas benda. SD
tebal ini dibiarkan sampai kering untuk dilakukan pengecatan. Dari SD
tebal yang telah dicat spesies filarial yang ditemukan dapat dilakukan
identifikasi.
Cara pengecatan :
Ada 2 cara, yaitu (1) cara baku dan (2) cara cepat.
(1) Cara Baku
a. SD yang telah kering (minimal pengeringan 3 jam) diatur
dalam gelas pengecatan (Staining jar)
b. Cat Giemsa sebanyak 1-2 ml ditambah dengan 100 ml larutan
Buffer fosfat (pH=7,2) dimasukkan dalam gelas pengecatan sampai
SD tercelup seluruhnya.
c. Gelas ditutup dan dibiarkan sampai 1 jam.
d. Untuk meniadakan cat pada SD, gelas pengecatan dialiri air
sampai semua cat hilang. Pencucian diteruskan dengan akuades.
Sediaan dibiarkan sampai kering lalu diperiksa di bawah mikroskop.
(2) Cara Cepat
a. SD tebal dikeringkan minimal dalam waktu 30 menit atau sampai 1
malam.
b. Dehemoglobinasi dengan air ledeng selama 2 menit lalu
dikeringkan.
c. Sediaan diberi beberapa tetes methanol untuk fiksasi (selama 15
menit).
44
d. Sediaan di cat dengan larutan Giemsa (1 bagian Giemsa + 9 bagian
akuabides) selama 10 menit.
e. Dicuci dengan air mengalir sampai bersih, dikeringkan dan
diperiksa dengan mikroskop.
2. Cara Konsentrasi
Pemeriksaan darah filariasis dengan teknik membrane Nukleopor (Dennis &
Kean, 1971).
Cara kerja :
a. Diambil darah vena sebanyak 1 ml, lalu ditampung dalam vacutainer
(staining jar) yang telah diberi heparin.
b. Darah diambil dari vacutainer dan dalam disposable syringe 10 ml, lalu
diencerkan dengan 9 ml larutan garam fisiologis.
c. Darah tersebut disemprotkan perlahan-lahan melalui membrane
nukleopor yang telah dilekatkan pada tabung holder (Ukuran membrane
nukleopor: lubang 5 mikron, diameter 25 mm).
d. Diulangi dengan garam fisiologis 10 ml, disemprotkan perlahan-lahan.
e. Disemprotkan udara 5-10 ml perlahan-lahan melalui membran.
45
f. Dengan hati-hati holder dilepas, membran nukleopor diambil dan
diletakkan diatas gelas benda selanjutnya dibiarkan sampai kering.
g. Membran difiksasi dengan methanol selama 30 detik lalu dicuci dengan
mencelupkan ke dalam akuades.
h. Di cat dengan Giemsa yang telah diencerkan (Giemsa standard).
i. Segera diperiksa di bawah mikroskop.
46