Anda di halaman 1dari 8

GENU VARUM DAN GENU VALGUM

DEFINISI
Deformitas varus dan valgus merujuk kepada angulasi abnormal dari suatu
ekstremitas.1 Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada tulang
di dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang.1
Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien
berada.
Valgus adalah angulasi yang tidak mengikuti pola lingkaran imaginer dimana
pasien berada.

Gambar 1. Deformitas varus dan valgus


(Sumber: Salter R. Textbook of Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal System. Edisi
ketiga; 1999)

Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut menuju
garis tengah. Genu valgum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi
lutut menjauhi garis tengah.
Gambar 2. Genu varum (A) dan Genu valgum (B)
(Sumber: Sass P, Hassan G. Lower Extremity Abnormalities in Children. American Family
Physician 2003; 68(3): 461-468)

EPIDEMIOLOGI
Genu varum fisiologis sering terjadi, biasanya terjadi pada anak-anak berusia <2
tahun. Secara kontras, varus patologis, yang dapat terjadi akibat berbagai kondisi,
lebih jarang terjadi, khususnya dengan semakin bertambahnya usia. Penyebab
tersering genu varum patologis adalah penyakit blount, riketsia, dan displasia skeletal.
Genu valgum fisiologis biasanya terjadi pada tahun kedua dan ketiga
kehidupan. Penyebab sindroma, seperti exostoses multipel herediter, sindroma Down,
dan displasia skeletal, seringkali terjadi pada pasien berusia 3-10 tahun. Genu valgum
idiopatik pada remaja mungkin diturunkan dalam keluarga atau dapat terjadi sporadik.
Penyebab tersering genu valgum adalah osteodistrofi renal.
Pada negara dimana malnutrisi umum terjadi dan akses terhadap bantuan
medis terbatas, insidensi keseluruhan terjadinya genu valgum dan varum lebih tinggi.
Walaupun polio sebagian besar sudah tereradikasi, penyakit infeksi lain dan trauma
yang tidak ditangani dengan baik (atau tidak ditangani sama sekali) menyebabkan
kerusakan fiseal menjadi penyebab tersering dari deformitas klinis berkelanjutan yang
dapat menyebabkan kelumpuhan.

ETIOLOGI
Genu varum dan genu valgum dapat merupakan kondisi fisiologis normal ataupun
patologis.
Genu Varum dan Genu Valgum Fisiologis
Genu varum dan genu valgum fisiologis dijelaskan oleh Selenius dan Vankka.
Mereka mempelajari perkembangan sudut tibiofemoral pada tahun 1480 pada anak
normal. Sudut tibiofemoral pada tahun pertama kehidupan adalah varus 15°. Sejak
anak berusia 18 bulan, sudut tersebut meningkat menjadi netral, dan ekstremitas
bawah tampak lurus. Selama tahun kedua dan ketiga, sudut tibiofemoral meningkat
menjadi kurang lebih 12° valgus. Selama tahun berikutnya, valgus berkurang menjadi
seperti pada orang dewasa, 7° pada pria, dan 8° pada wanita.

Gambar 3. Perkembangan sudut tibiofemoral selama pertumbuhan


(Sumber: Hensinger R. Angular Deformities of The Lower Limbs in Children. The Iowa
Orthopaedic Journal 2007; 9: 16-24)

Genu Varum Patologis


Pada anak, penyakit blount merupakan penyebab utama genu varum patologis.
Namun begitu, pada anak tersebut harus dievaluasi kemungkinan penyebab lainnya
seperti, displasia metafisis, osteokondromatosis, hemihipertofi, hemimelia fibula atau
tibia, displasia epifisis multipel, osteokondrodistrofi, akondroplasia, displasia fibrosa.
Trauma atau infeksi pada fisis atau epifisis dan fraktur metafisis juga dapat berakibat
pada deformitas varus. Kondisi yang melunakkan tulang seperti riketsia dapat
menyebabkan deformitas varus atau valgus, bergantung kepada penjajaran anak pada
awitan dari kondisi. Gangguan metabolik seperti riketsia mengganggu seluruh
lempeng epifisis, sedangkan Blount’s disease menggangu hanya aspek medial dari
tibia proksimal.

Genu Valgum Patologis


Osteodistrofi renal sekunder dari insufisiensi ginjal kronik (renal rickets) merupakan
penyebab tersering dari genu valgum. Penataksanaan medis yang semakin baik,
dialisis renal dan transplantasi renal yang semakin tersedia secara bermakna
meningkatkan kemungkinan hidup anak-anak ini. Tidak jarang, anak-anak dengan
obesitas dapat berkembang menjadi genu valgum idiopatik. Selain itu, osteokondroma
pada femur distal atau tibia proksimal menyebabkan gangguan pertumbuhan
deformitas valgus atau lebih jarang varus. Trauma langsung dari lempeng epifisis
tibia proksimal atau femur distal (seperti salter IV atau V) berakibat pada deformitas
angular pada kemudian hari. Pada anak yang lebih muda, trauma metafisis tibia juga
menyebabkan valgus progresif atau angulasi di kemudian hari. Penyebab lainnya
meliputi infeksi, tumor, kelainan kongenital, dan kondisi herediter sepeti displasia
metafisis dapat menyebabkan deformitas angular. Gangguan paralisis seperti cerebral
palsy dan polio juga dapat menyebabkan defomitas rotasional dan valgus karena pita
iliotibial yang kuat, menjadi deformitas valgus.

PATOGENESIS/ PATOFISIOLOGI
Alignment normal artinya adalah panjang ekstremitas bagian bawah sama (satu
dengan lainnya) dan aksis mekanik (pusat gravitasi) membagi lutut ke dalam 2 bagian
sama besar ketika pasien berdiri dengan patella menghadap ke depan. Posisi ini
memberikan tekanan yang relatif seimbang pada kompartemen medial dan lateral.

Gambar 4. Pembagian kuadran sendi lutut


(Sumber: Stevens P. Pediatrics Genu Varum [Online]. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1355974-overview)

Genu Varum
Pada anak berusia kurang dari 2 tahun, genu varum fisiologis sering terjadi, namun
dapat membaik dengan sendirinya (self-limited) dan tidak berbahaya. Pada anak yang
lebih tua dengan varus patologis, dengan lutut bergeser ke lateral, aksis mekanik jatuh
pada kuadran dalam sendi lutut; pada kasus yang lebih buruk, aksis tersebut bahkan
tidak berpotongan pada lutut. Sebagai akibatnya, kondilus femoral medial dan plateau
medial dari tibia mendapat beban patologis. Efek Heuter-Volkmann akan menekan
fisis dan bagian kartilaginosa struktur ini dan menghambat osifikasi normal dari
epifisis.

Gambar 5. Deviasi aksis mekanik pada genu varum


(Sumber: Stevens P. Pediatrics Genu Varum [Online]. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1355974-overview)

Genu Valgum
Pada genu valgum, aksis mekanik bergeser ke lateral, stress patologis memberi beban
pada femur dan tibia lateral, menghambat pertumbuhan dan bahkan memicu
terjadinya lingkaran setan. Tidak hanya pertumbuhan fisis terhambat, tetapi juga
terjadi efek Heuter-Volkmann pada seluruh epifisis yang menghambat ekspansi tulang
normal. Menurut prinsip Heuter-Volkmann, tekanan berkelanjutan atau berlebih pada
epifisis memberikan efek inhibisi terhadap pertumbuhan.
EVALUASI KLINIS
Anamnesis
Evaluasi klinis genu varum dan genu valgum dimulai dengan wawancara medis
(anamnesis). Seringkali pasien mengeluhkan adanya nyeri lutut. Riwayat penyakit
keluarga dan deskripsi mengenai awitan dan perjalanan penyakit dari deformitas,
penting dalam menentukan etiologi. Riwayat keluarga penting untuk mengetahui
adanya penyakit yang diturunkan seperti sindrom marfan, osteogensis imprefekta, dan
sebagainya. Seorang anak yang asimptomatik atau dengan perjalanan penyakit yang
cepat perlu dicurigai adanya kondisi yang lebih serius seperti gangguan neurologis,
kelainan kongenital, tumor, atau infeksi.

Pemeriksaan Fisik
Bayi yang normal biasanya berdiri dengan kedua kaki terpisah, dan lemak subkutan
dapat menutupi angulasi varus fisiologis awal. Torsi tibia interna seringkali ada
bersama dengan genu varum fisiologis, dan menambah tampakan genu varum ketika
berdiri atau berjalan. Pes planus dan torsi tibia eksterna juga mungkin ada bersama
genu valgum dan menambah tampakan genu valgum.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, pakaian harus dilepaskan, sehingga kedua
ekstremitas bawah dapat dievaluasi dengan baik. Penilaian dilakukan baik dalam
posisi berdiri, berjalan, ataupun berbaring terlentang (supine) pada meja pemeriksaan.
Pada posisi berdiri, besarnya angulasi dari lutut dapat dinilai dengan dua cara:
 Sudut femoral-tibial: sudut diantara paha dengan tungkai bawah
 Pengukuran jarak antara penanda tulang:
o Jarak interkondilar (genu varum): jarak antara kondilus femoral medial
pada lutut.
o Jarak intermaleolar (genu valgum): jarak diantara kedua medial
maleolus pada pergelangan kaki
Anak harus diperhatikan cara berjalannya, dengan perhatian tertuju pada lutut ketika
fase melangkah untuk menentukan adanya pembentukan sudut ke lateral (lateral
thrust) atau medial (medial thrust). Anak dengan varus atau valgus fisiologis pada
lutut umumnya tidak terjadi pembentukan sudut. Namun begitu, pada kondisi
patologis, pembentukan sudut biasanya menunjukkan kelemahan ligamen-ligamen
lutut. Kelemahan ligamen meningkatkan potensi untuk bertambahnya keparahan
deformitas. Pada posisi prone/ supine, dapat dinilai rotasi pinggul interna dan eksterna
(torsi femoral) dan aksis paha-kaki (torsi tibia)
Pada pemeriksaan fisik, diperiksa juga adanya diskrepansi panjang
ekstremitas, dengan pengukuran true length dan apparent length.7

Gambar 6. Lateral thrust


(Sumber: Stevens P. Pediatrics Genu Valgum [Online]. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1259772-overview)

Pemeriksaan Penunjang
Untuk genu varum dan genu valgum, dilakukan radiografi Anteroposterior (AP)
pinggul hingga pergelangan kaki (full length) posisi berdiri. Aksis mekanis dan
anatomis dari ekstremitas bagian bawah diukur. Pada anak dengan genu varum, sudut
metafisis-diafisis juga diukur.
Ketika melakukan pemeriksaan radiologis foto AP untuk mengukur sudut
tibiofemoral, tungkai bawah harus berada pada posisi netral; rotasi eksternal akan
mengurangi deformitas valgus dan rotasi interna akan meningkatkan deformitas
valgus.
Gambar 7. Posisi netral dalam melakukan foto AP
(Sumber: Sumber: Stevens P. Pediatrics Genu Valgum [Online]. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1259772-overview)

TATA LAKSANA
Genu varum dan genu valgum fisiologis biasanya akan membaik secara spontan dan
penatalaksanaan hanya berupa observasi. Informasikan kepada orang tua pasien
perkembangan yang diharapkan dan komunikasian penemuan dan rekomendasi
kepada dokter keluarga. Observasi berkelanjutan dapat dilakukan dengan pemeriksaan
anak secara berkala. Jika alignment tulang tidak sesuai dengan yang diharapkan, anak
dapat kembali direevaluasi.
Anak dengan kondisi yang tidak sesuai dengan pola fisiologis harus dievaluasi
lebih lanjut. Penatalaksaan terdiri dari menetapkan kausa dasar dan rencana
tatalaksana. Setelah diagnosis diputuskan, penatalaksaan terdiri dari observasi dengan
pemeriksaan klinis dan radiografi berulang, orthosis, dan berbagai tindakan bedah,
seperti realignment osteotomy, hemiepiphyseodesis, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai