Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU
DEXTRA DI RSU MENTENG MITRA
AFIA

DISUSUN OLEH:

Sylvia Damayanti (021911009)


Widia Kartika Sari (021911016)
Firdaus Septhy Ardhyan (021911022)
Bima Fakhri Fakhruddin (021911031)
Sarah Nur fitriani (021911038)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN 2023
1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat-Nya sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah laporan kasus praktek kompherensif
dengan judul “Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus osteoarthritis genu dextra di RSU
Menteng Mitra Afia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikdan
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 5 Januari 2023

Penulis
2

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF

KELOMPOK E

Laporan Praktikum komprehensif ini di susun sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
praktikum komprehensif di RSU. Menteng Mitra Afia dengan judul “Penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus osteoarthritis genu dextra di RSU Menteng Mitra Afia”.

Jakarta, 5 Januari 2023

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Praktek

( Hanidar, SST.FT, MPd.Ftr )


3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF.............................................................................2
KELOMPOK E................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3. Tujuan...............................................................................................................................5
1.4. Manfaat.............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
2.1. Definisi Osteoarthritis Genu.............................................................................................6
2.2. Anatomi Dan Fisiologi......................................................................................................7
2.3. Etiologi............................................................................................................................11
2.4. Patofisiologi....................................................................................................................14
2.5. Gejala Klinis...................................................................................................................14
2.6. Prognosis.........................................................................................................................15
BAB III FORMULIR FISIOTERAPI...........................................................................................16
I. Pengumpulan Data Identitas Pasien : (S)............................................................................16
II. Pengumpulan Data Riwayat Penyakit (S)...........................................................................16
III. Pemeriksaan........................................................................................................................17
IV. Pemeriksaan Fungsi Dan Gerak Aktif Dan Pasif................................................................18
V. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang.........................................................19
VI. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas.............................................................19
VII. Evaluasi..............................................................................................................................23
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................24
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................24
4.2. Saran....................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan sebuah kata dalam bahasa Yunani dimana osteo adalah
tulang, arthro adalah sendi, dan itis yang berarti inflamasi. Meskipun yang terjadi pada
kasus atau klinik, tidak terdapat inflamasi pada persendian pasien atau pasien mengalami
inflamasi ringan pada persendian (Koentjoro, 2010). Osteoarhtirits (OA) merupakan
penyakit sendi yang paling sering ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit
ini menyebabkan nyeri dan gangguan gerakan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
(Adnan, 2007). Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif, tidak meradangm dan
ditandai oleh adanya pengikisan rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada
permukaan sendi. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki
terutama ditemukan pada orang-orang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah
dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens bertambah dengan
meningkatnya usia (Price and Wilson, 2006).

American College of Rheumatology mengartikan sebagai kondisi dimana terdapat


gejala kecacatan pada integritas articular tulang rawan yang ditandai dengan perubahan
kapsula sendi. OA biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing)
misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari
tangan dan pergelangan kaki (Carlos, 2013).

Penelitian tentang prevalensi Osteoarthritis Genu terhadap 7.577 responden di


Amerika, dikatakan bahwa prevalensi Osteoarthritis Genu 12,2% , perempuan (14,9%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (8,7%) diikuti peningkatan usia. Adapun prevalensi
Osteoarthritis di Indonesia, mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia >51 tahun (Lewis, et al, 2011).

Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara pasti
namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis kelamin, genetik,
kegemukan, dan penyakit metabolik serta faktor lainnya (Dolenio, 2014). Gejala yang
timbul dari Osteoarthritis Genu membuat aktivitas fungsional seseorang terganggu, maka
dari itu inilah tugas Fisioterapi untuk membantu mengembalikan aktivitas fungsional dan
5

mengurangi masalah yang disebabkan oleh Osteoarthritis. Berdasarkan uraian di atas


maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Kasus Osteoarthritis Genu di Rumah Sakit Menteng Mitra Afia (MMA).”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana
peran fisioterapi terhadap penanganan pasien yang mengalami Osteoarthritis Genu di
RSU Menteng Mitra Afia.

1.3. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Osteoarthritis Genu di RSU Menteng Mitra
Afia.

1.4. Manfaat
Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat berguna untuk
mengembangkan dan menambah pengetahuan yang telah ada tentang Osteoarthritis
Genu sehingga dapat menurunkan angka pasien yang menderita penyakit ini.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Osteoarthritis Genu
Osteoarthritis merupakan suatu gangguan kesehatan degenerative dimana terjadi
kekakuan dan peradangan pada persendian yang ditandai dengan kerusakan rawan sendi
sehingga dapat menyebabkan nyeri pada sendi tangan, leher, punggung, pinggang, dan
yang paling sering adalah pada sendi lutut (Kalim & Wahono, 2019).
Osteoarthritis menurut American College of Rheumatology merupakan
sekelompok kondisi heterogeny yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis genu adalah penyakit degenerative pada sendi genu karena adanya abrasi
tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian yang
mampu menyebabkan kelemahan otot dan tendon sehingga membatasi gerak dan
menyebabkan nyeri. Penyakit degenerative pada genu dapat menyebabkan permukaan
sendi genu menjadi tidak teratur dan kasar, ini akan menyebabkan rasa sakit dan bengkak
pada genu.
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu osteoarthritis primer dan
osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yang
mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik,
inflamasi, ataupun perubahan lokal pada sendi.
Sedangkan osteoarthritis sekunder yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera
sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi kondisi seperti trauma sendi, kelainan bawaan,
faktor gaya hidup, dan respon imun semua dapat menjadi pemicu terjadinya
osteoarthritis. Osteoarthritis primer lebih banyak ditemui daripada osteoarthritis
sekunder. Adapun kriteria OA menurut Kellgren Lawrence adalah sebagai berikut :
● Grade I, tanpa osteofit, permukaan sendi normal.
● Grade II, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi
menyempit asimetris.
● Grade III, adanya osteofit moderat pada beberapa tempat, permukaan
sendi menyempit dan sclerosis subkondral.
● Grade IV, ada osteofit besar, permukaan sendi menyempit secara komplit,
sclerosis subkondral berat dan kerusakan permukaan sendi.
7

2.2. Anatomi Dan Fisiologi


Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi genu merupakan
bagian dari ekstremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas dengan tungkai
bawah. Sendi genu adalah sendi paling besar dalam tubuh, sangat komplek mempunyai
otot fleksor dan ekstensor yang kuat serta mempunyai ligamen yang kuat. Fungsi dari
sendi genu ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Tulang-tulang dipadukan
dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia,
atau otot.
Persendian ini adalah lokasi paling sering mengalami patologi, dengan
Osteoartritis menjadi salah satu kondisi yang paling sering terjadi di genu.
1. Tulang Pembentuk

Tulang yang membentuk sendi genu, yaitu femur, tibia, fibula dan patella.
2. Ligamen
Tulang diikat bersamaan bukan oleh tulang tetapi oleh ligamen dan
otot. Ligamen yang bertugas adalah ligamen collateral dan ligament
cruciatum. Ligamen cruciatum terletak didalam kapsul sendi dan arena itu
disebut ligament intracapsular. Terletak antara condilus medial dan lateral.
Ligamen cruciatum terletak saling menyilang.
a. Ligamen anterior cruciatum
Ligamen anterior cruciatum adalah
ligament yang melekat pada area
intercondylaris anterior tibia dan berjalan ke
arah atas, ke belakang dan lateral untuk
melekat pada bagian posterior permukaan
medial condylus lateralis femoris.
8

b. Ligamen posterior cruciatum


Ligamen posterior cruciatum adalah ligamen yang
melekat pada area intercondylaris posterior tibia dan
berjalan ke arah atas, depan dan medial untuk dilekatkan
pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis
femoris.
c. Ligamen medial collateral
Ligamen medial collateral adalah ligament yang
melekat pada condilusmedial femur dan tibia. Serat dari
meniscus medial melekat pada ligamen ini yang ikut serta
untuk sering robeknya meniscus medial selama benturan
yang berlebihan.
d. Ligamen lateral collateral
Ligamen lateral collateral menempel pada condilus
lateral femur sampai ke caput fibula, sendi ini sangat kuat
dari benturan dari tekanan sisi medial genu
3. Otot Penyusun
Dalam sendi genu terdapat dua gerakan utama, yaitu fleksi dan
ekstensi. Untuk dapat melakukan gerakan tersebut dibutuhkan kelompok
otot sekitar sendi genu. Berikut ini adalah kelompok otot yang membantu
pergerakan fleksi dan ekstensi genu:
a. Fleksor Genu

Kelompok otot fleksor genu adalah hamstring yang


terdiri dari biceps femoris, semitendinosus, dan
9

semimembranosus. Selain itu juga dibantu otot-otot


gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus dan plantaris.
1) Biceps Femoris
Origo: tuberositas ischiadicum, membagi tendon
sama besar dengan semitendinosus dan
semimembranosus. Insersio: sisi lateral caput fibula
Inervasi: nervus tibial (S1-S3)
2) Semitendinosus
Origo: tuberositas ischiadicum, membagi tendon
sama besar dengan semitendinosus dan biceps
femoris. Insersio: permukaan medial dari superior
tibia melalui tendon pes anserinus
Inervasi: nervus tibial (L5-S2)
3) Semimembranosus
Origo: tuberositas ischiadicum, membagi tendon
sama besar dengan semitendinosus dan biceps
femoris. Insersio: permukaan posterior medial
condylus tibia.
Fungsi: fleksi knee, rotasi hip ke arah medial
(endorotasi)
Inervasi: nervus tibial (L5-S2)
4) Gracilis
Origo: ½ dibawah symphisis pubis dan ½ atas arcus
pubis Insersio: permukaan medial dari superior tibia
melalui tendon pesanserinus
Inervasi: nervus obturator (L3-L4)
5) Sartorius
Origo: spina iliaca anterior superior. Insersio:
permukaan antero medial atas os tibia tepat di pes
anserinus.
Inervasi: nervus femoral (L2-L3)
10

6) Gastrocnemius
Origo: caput medial dan lateral dari permukaan
posterior condylus femoralis. Insersio: permukaan
posterior calcaneus
membentuk tendon Achilles Inervasi: nervus tibial
(S1-S2)
7) Popliteus
Origo: permukaan lateral condyles lateral. Insersio:
permukaan posterior proksimal shaft tibial.
Inervasi: nervus tibial (L4, L5)
8) Plantaris
Origo: lateral supracondylar femur di atas lateral
head gastrocnemius. Insersio: tenda calcaneus
Inervasi: nervus Tibial
b. Ekstensor genu

Kelompok otot ekstensor genu adalah quadriceps yang


terdiri dari rectus femoris, vastus medialis, vastus
intermedius, dan vastus lateralis. Keempat otot quadriceps
bersatu membentuk tendon dan melekat pada tulang tibia
(tuberositas tibialis) melalui ligamen patella.
1) Rectus femoris
Origo: spina iliaca anterior inferior dan bagian
superior lekukan acetabulum.
Inserio: tuberositas tibia.
Inervasi: nervus femoral (L2-L4)
11

2) Vastus Medialis
Origo: linea intertrochanterica dan bagian medial
linea aspera
Insersio: tendon patella dan tuberositas tibia
Inervasi: nervus femoris (L2-L4)
3) Vastus intermedius
Origo: 2/3 atas bagian anterior dan permukaan
lateral os femur Insersio: tuberositas tibialis,
Inervasi: nervus femoral (L2-L4)
4) Vastus Lateralis
Origo: trochanter major dan permukaan lateral atas
linea aspera
Insersio: tuberositas tibia
Inervasi: nervus femoris (L2-L4)

2.3. Etiologi
Menurut (heidari, 2011) osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi
karena karena interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan,
berat badan, dan obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang,
kelemahan otot, dan kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.
Etiologi osteoarthritis (OA) yang dianggap memegang pernanan penting dalam
perjalanan penyakit adalah stress harian yang dialami oleh sendi, terutama pada sendi
yang memikul berat badan. Kebanyakan riset mempercayai bahwa gangguan
degenerative pada osteoarthritis diawali secara primer oleh beban yang terlalu berat
pada sendi sehat atau beban yang normal pada sendi yang sudah terganggu terlebih dulu.
Adanya gaya dari luar akan mempercepat efek katabolic kondrosit dan merusak matriks
kartilago lebih jauh lagi,
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor
predisposisi dan faktor biomekanis.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Demografi
● Umur
12

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan


adalah yang terkuat. Proses penuaan dianggap sebagai penyebab
peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi,
klasifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya
mendukung terjadinya OA. Studi Framingham menunjukkan bahwa 27%
orang berusia 63 –70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA
lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia 80 tahun atau lebih.
● Jenis Kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi
perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Hal ini
dikaitkan dengan pengurangan hormon estrogen yang signifikan pada
wanita
b. Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang
rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada osteoartritis
c. Faktor Gaya Hidup
● Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang
rawan sendi. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan. Merokok dapat meningkatkan
kandungan karbonmonoksida dalam darah, menyebabkan jaringan
kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang
rawan
● Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yangmengandung
vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut.
13

d. Faktor Metabolik
● Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut.
● Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa
gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan
tulang rawan sendi.
● Penyakit Lain
OA genu terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus,hipertensi dan
hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami obesitas.
● Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim.
● Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan
telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA lutut. Hal ini
berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus
2. Faktor Biomekanis
a. Riwayat Trauma Lutut
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan
meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OAlutut
b. Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut
seperti genu varum, genu valgus, Legg – Calve –Perthes disease dan displasia
asetabulum
c. Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang banyak
menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut (petani, kuli, dll).
d. Aktivitas Fisik
14

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan
jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg – 50
kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10
kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap
hari merupakan faktor risiko OA lutut.
e. Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari
maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut.
2.4. Patofisiologi
Terjadinya Osteoarthritis tergantung interaksi antara beberapa faktor.
Osteoarthritis dapat terjadi dari faktor usia lanjut, genetik, trauma, dan beban sendi
karena obesitas. Banyak bukti bahwa obesitas merupakan sindrom kompleks dimana
aktivitas abnormal neuroendokrin dan jalur pro-inflamasi berubah dari asupan makanan,
Ekspansi lemak dan perubahan metabolik. Namun, leptin dapat juga diproduksi oleh
osteoblas dan sel kondrosit. Tingkat signifikan, leptin yang diamati pada tulang rawan
dan osteofit pada penderita Oseoarthritis sedangkan beberapa kondrosit diproduksi leptin
dalam tulang rawan dari orang sehat. Leptin ditemukan dalam cairan synovial sendi
Osteoarthritis yang berkolerasi. Sitokin, faktor biomekanika, dan enzim proteolitik
menyebabkan derajat variable proses inflamasi synovial yang diatur oleh
metalloproteinase dan kondrosit jalur sintesis kompensasi yang diperlukan untuk
mengembalikan interitas matriks yang terdegradasi.
2.5. Gejala Klinis
Nyeri pada osteoathritis biasanya meningkat ketika penderita melakukan aktifitas
dan berkurang ketika beristirahat. Osteoarthritis yang lebih lanjut dapat menyebabkan
nyeri pada saat beristirahat dan dimalam hari, sehingga dapat mempengaruhi
kenyamanan dalam tidur karena nyeri yang semakin meningkat. Gejala utama yang
menunjukkan adanya diagnosis osteoarthritis meliputi:
● Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan
berkurang bila penderita beristirahat.
15

● Kaku pada pagi hari (morning stiffness)


Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon), bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness).
● Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat
secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
● Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit.
● Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi.
● Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan,
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang).
2.6. Prognosis

Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang memiliki peran utama yang


dapat menyebabkan gangguan fungsional dan mengurangi kebebasan bergerak pada
orang yang lebih tua. Ini adalah kondisi kronis dengan gejala tak terduga yang sering
menyebabkan perubahan rasa sakit dan fungsi. Kesulitan mobilisasi, yang didefinisikan
sebagai yang membutuhkan bantuan berjalan atau naik tangga yang umum bagi para
penderita Osteoarthritis Genu. Penderita Osteoarthritis Genu diperkirakan akan
meningkat dengan meningkatnya prevalensi obesitas dan penuaan penduduk. Meskipun
belum ditemukan pasti obat untuk Osteoarthritis, dengan mengikuti pedoman untuk
perubahan gaya hidup, manajemen rasa sakit, dan manajemen diri yang menyatukan
olahraga dan penurunan berat badan, individu yang terkena secara substansial dapat
mengurangi rasa sakit dan disfungsi terkait dengan Osteoarthritis.
16

2.7. Test Khusus

a. Anterior Drawer Test


Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu lutut pasien ditekuk dan lutut yang lain
tetap lurus. Posisi pemeriksa duduk dipinggir bed,sambil menekan kaki pasien, dimana yang
lututnya tadi ditekuk, kedua lengan pemeriksa memberikan tarikan ke arah anterior.
Pemeriksaan ini untuk mengatahui stabilitas Ligamentum cruciatum anterior.

b. Ballotement Test
Ballotement test merupakan suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui adanya
cairan di dalam lutut. Caranya dengan menekan resessus patellaris menggunakan satu tangan,
lalu dengan jari-jari tangan yang lainnya patella ditekan ke bawah. Bila keadaan normal
patella tidak bisa ditekan ke bawah, namun jika sebaliknya maka terdapat penumpukan cairan
yang membuat patella terangkat (Rosa, 2018).
c. Mcmurray Test
Tes McMurray merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mengetahui adanya bunyi
“klik” atau letupan pada sisi medial atau lateral lutut. Tes ini dilakukan dengan menempatkan
ibu jari dan jari telunjuk tangan di celah sendi untuk mendeteksi adanya bunyi “klik” atau
letupan (Lawry, 2016).
17

BAB III
FORMULIR FISIOTERAPI

Formulir Fisioterapi
Nama Fisioterapi : Kelopok E Peminatan : Musculoskeletal
Nama Dokter : dr. Diatri Nari Lastri.S,pN Ruangan : Fisioterapi
Nomor Register : 09 66 28 Tanggal : 19 Desember 2022

I. Pengumpulan Data Identitas Pasien : (S)


Nama Jelas : Ny. L

Tempat/Tanggal Lahir : 25 oktober 1967


Alamat : Jl. Kramat Kwitang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hobi : Memasak & Mengaji
Diagnosis Medik : OA Genu dextra

II. Pengumpulan Data Riwayat Penyakit (S)


KU: Nyeri di area lutut sebelah kanan

RPS : Semenjak 6 bulan yang lalu, pasien merasakan nyeri di area sekitar lutut kanan namun hanya
dibiarkan saja, lama – kelamaan nyeri semakin bertambah sampai menggangu aktifitas.
Kemudian pasien berobat ke puskesmas dan dirujuk ke RS MMA untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut. Di RS MMA pasien berobat ke dr. syaraf selama seminggu dan diberi
obat penghilang nyeri namun tidak ada perubahan yang signifiakan. Kemudian pasien kembali
lagi ke dr. syaraf dan dirujuk untuk melakukan fisioterapi.

RPK : -
RPD : Hipertensi, operasi kandung kemih
Rpsi :
Kognitif : Pasien mampu menjawab pertanyaan dari terapis dengan
baik. Interpersonal : Pasien memiliki semangat yang baik untuk sembuh.
18

Intrapersonal : Keluarga pasien untuk sembuh dan melakukan terapi.

III. Pemeriksaan Fungsi Dan Gerak Aktif Dan Pasif


Pengukuran LGS dengan Goneometer

Gerakan Aktif Pasif Normal Pemeriksaan Keterangan


nyeri
Fleksi knee 0º - 110º 0º - 120º 0º - 135º VAS = 7 Keterbatasan
LGS fleksi
Ektensi knee 0º 0º 0º VAS = 0 Normal
Keterangan : - Terdapat keterbatasan LGS pada gerakan Fleksi knee

- Nyeri gerak, dengan gerakan fleksi knee. VAS 7

MMT

NO Gerakan Nilai Keterangan


1 Fleksor 3 Terdapat penurunan kekuatan otot
fleksor
2 Ekstensor 3 Terdapat penurunan kekuatan otot
ekstensor
Keterangan : Adanya penurunan kekuatan otot Fleksor dan Ekstensor

Test Khusus

 Anterior Drawer Test


Interpretasi: Adanya robekan pada ligamen ACL

 Posterior Drawer Test


Interpretasi: Adanya robekan pada ligament PCL

 Ballotement Test
Interpretasi : Pada test ini dinyatakan bahwa hasil test positif
karena terdapat cairan di dalam sendi
19

 Mcmurray Test (+)


Interpretasi: Adanya krepitasi atau pengapuran
Positif bila adanya krepiasi saat melakukan
gerakan fleksi ekstensi knee

IV. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum

- Cara Datang : Mandiri - Nadi : 87 x / menit


- Kesadaran : Composmentis - RR : 22 x / menit
- Koperatif/Tidak Koperatif - Status Gizi : Normal (22,34)
- Tensi : 120 / 70 mmHG - Suhu : 36,2 º C
- BB : 53 kg
- Tinggi Badan : 154 cm
- IMT = 53 : (1,54 x 1,54) = 22,34
b. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
a. Statis
- Pasien datang secara mandiri
- Wajah pasien tampak menahan nyeri
b. Dinamis
- Pasien kesulitan melakukan gerakan duduk ke berdiri, berdiri ke duduk
- Pasien kesulitan melakukan berjalan saat menuju ke bed
- Pasien merasakan nyeri di area fleksor saat menekuk lutut di bed

Palpasi
- Nyeri tekan di area sekitar M. Popliteus (+) dengan VAS 7
- Spasme di area M. Popliteus, vastus medialis (+)
- Tidak ada perbedaan suhu antara lutut kanan dan kiri
20

V. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang


Tidak ada

VI. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas


A. Impairment :
- Adanya kelemahan otot fleksor dan ekstensor knee, MMT 3
- Adanya penurunan lingkup gerak sendi
- Adanya nyeri tekan di daerah lutut M. Popliteus,VAS 7
- Adanya nyeri gerak pada area fleksor knee,VAS 7
- Adanya spasme area M. Vastus medialis dan M.popliteus
B. Activity Limitation
- Sulit melakukan duduk ke berdiri, berdiri ke duduk
- Sulit melakukan posisi saat ber jongkok
- Pasien mengalami kesulitan saat melakukan gerakan duduk diantara dua sujud saat salat
C. Participation Limitation
- Pasien untuk sementara waktu mengalami kesulitan untuk mengikuti kegiatan sosial
yaitu mengaji
VII. Diagnosa Fisioterapi
Adanya gangguan kelemahan otot knee dextra, peneurunan lingkup gerak sendi, nyeri
tekan di area M. poplitus,adanya nyeri gerak di ara flexor knee, adanya spasme di area M.
vastus medialis dan M. popliteus sehingga pasien sulit melakukan gerakan berdiri ke
duduk serta sulit dalam melakukan aktifitas sehari – hari.

VIII. Program Pelaksanaan Fisioterapi (P)


1. Tujuan
a. Tujuan jangka pendek
- Mengurangi nyeri gerak pada area lutut
- Meningkatkan LGS
- Meningkatkan kekuatan otot
21
- Mengurangi spasme pada area medial lutut kanan
- Mengurangi nyeri tekan pada area sekitar lutu
b. Tujuan jangka panjang
- Meningkatkan dan mengembalikan kemampuan fungsional pasien tanpa adanya
keluhan
2. Metode Pemberian Fisioterapi
No Jenis Metode Dosis Keterangan
1 TENS CONTINOUS F : 3 kali / seminggu Mengurangi nyeri
I : 35 mA
T : 10 Menit
2 ULTRASOUND CONTINOUS F : 3 kali / seminggu Untuk mengurangi
I : 3.0 w/cm2 nyeri dan Mengurangi
T : 5 Menit spasme pada otot
3 Terapi Latihan - Free Active Exercise F : 3 kali / Seminggu Untuk meningkatkan
- Active Resisted I : 3 set lingkup gerak sendi
Exercise T : 3 – 5 Menit dan meningkatkan
- Quadriceps Setting R:8X kekuatan otot
Exercise
4 Massage Efflurage F : 3 kali / seminggu Mengurangi rasa
Friction T : 5 Menit nyeri dan sakit,
Relaksasi,
Menenangkan saraf,
dan Menurunkan
tekanan darah

3. Uraian tindakan fisioterapi


1. TENS
Persiapan pasien:
- Posisi pasien terlentang
22

Persiapan alat & pelaksanaan:

- Menyiapkan elektroda dalam kondisi yang cukup basah


- Nyalakan alat
- Cop elektroda TENS ditempelkan di area sekitar lutut
- Lalu nyalakan timer dan intensitas
- Ketika sudah selesai rapihkan alat
2. ULTRASOUND
Persiapan pasien:
- Posisi pasien terlentang
Persiapan alat:
- Nyalakan Ultrasound
- Siapkan handuk
- Tuangkan gel secukupnya dan tempelkan transducer pada lutut kanan pasien
- Lalu pencet start
- Ketika sudah selesai rapikan alat
3. Terapi latihan
Free Active Exercise
a. Gerakan 1
- Posisi pasien miring ke sebelah kiri
- Kemudian abduksi hip
- Ulangi sebanyak 8 x
- Lakukan hal yang sama di sisi sebelahnya
b. Gerakan 2
- Posisi pasien terlentang
- Kaki kiri ditekuk
- Kaki kanan fleksi hip
- Ulangi sebanyak 8 x
- Lakukan hal yang sama di sisi sebelahnya
23

Active Resisted Exercise


- Pasien posisi terlentang
- Kemudian fleksi knee
- Terapis memberi tahanan pada kaki
- Pasien melawan tahanan dari terapis
- Ulangi sebanyak 8 x

- Lakukan hal yang sama di sisi sebelahnya


Quadriceps Setting Exercise
- Pasien posisi terlentang
- kaki kiri fleksi knee
- kaki kanan ekstensi dan diberi handuk di bawahnya
- kemudian kaki kanan menekan handuk ke bawah
- ulangi sebanyak 8 x
- lakukan hal yang sama di sisi sebelahnya
4. Massage
Persiapan pasien :
- Posisi pasien terlentang
- Pastikan area yang ingin di massage terbebas dari pakaian

Pelaksanaan :
- Pastikan pasien sudah nyaman sebelum di lakukan massage
- Posisi terapis berada di bagian kanan atau kiri pasien
- Lalu lakukan sesuai dosis yang di tentukan

Program untuk di rumah


- Mengurangi aktivitas berlebih pada lutut
- Menjaga berat badan ideal
- Memakai deker lutut
- Melanjutkan/mengulangi terapi latihan yang sudah diberikan oleh terapis
- Edukasi bangun dari tidur harus posisi badan miring terlebih dahulu.
24
25

IX. Evaluasi

Evaluasi pada tanggal 2 januari 2023

1. Pengukuran LGS
Gerakan Aktif Pasif Normal Pemeriksaan
nyeri
Fleksi knee 0º - 110º 0º - 120º 0º - 135º VAS = 6
Ektensi knee 0º 0º 0º VAS = 6
2. Pengukuran MMT
NO Gerakan Nilai Keterangan
1 Fleksor 3 Terdapat peningkatan kekuatan otot
fleksor
2 Ekstensor 3 Terdapat peningkatan kekuatan otot
ekstensor

3. palpasi

- Nyeri tekan di area sekitar lutut berkurang dengan VAS : 6


- Spasme berkurang di area M. Vastus lateralis dan M. Popliteus

Evaluasi pada tanggal 3 januari 2023

1. Pengukuran LGS
Gerakan Aktif Pasif Normal Pemeriksaan
nyeri
Fleksi knee 0º - 120º 0º - 125º 0º - 135º VAS = 5
Ektensi knee 0º 0º 0º VAS = 5
2. Pengukuran MMT
NO Gerakan Nilai Keterangan
1 Fleksor 3 Terdapat peningkatan kekuatan otot
fleksor
2 Ekstensor 3 Terdapat peningkatan kekuatan otot
ekstensor

3. palpasi

- Nyeri tekan di area sekitar lutut berkurang dengan VAS : 5


- Spasme berkurang di area M. Vastus lateralis dan M. Popliteus
26

Evaluasi pada tanggal 4 januari 2023

1. Pengukuran LGS
Gerakan Aktif Pasif Normal Pemeriksaan
nyeri
Fleksi knee 0º - 120º 0º - 130º 0º - 135º VAS = 5
Ektensi knee 0º 0º 0º VAS = 5
2. Pengukuran MMT
NO Gerakan Nilai Keterangan
1 Fleksor 4 Terdapat peningkatan kekuatan otot
fleksor
2 Ekstensor 4 Terdapat peningkatan kekuatan otot
ekstensor

3. palpasi

- Nyeri tekan di area sekitar lutut berkurang dengan VAS : 5


- Spasme berkurang di area M. Vastus lateralis dan M. Popliteus
Evaluasi pada tanggal 5 januari 2023

1. Pengukuran LGS
Gerakan Aktif Pasif Normal Pemeriksaan
nyeri
Fleksi knee 0º - 130º 0º - 135º 0º - 135º VAS = 4
Ektensi knee 0º 0º 0º VAS = 4
2. Pengukuran MMT
NO Gerakan Nilai Keterangan
1 Fleksor 4 Terdapat peningkatan kekuatan otot
fleksor
2 Ekstensor 4 Terdapat peningkatan kekuatan otot
ekstensor

3. palpasi

- Nyeri tekan di area sekitar lutut berkurang dengan VAS : 4


- Spasme berkurang di area M. Vastus lateralis dan M. Popliteus
27
Evaluasi pada tanggal 6 januari 2023

1. Pengukuran LGS
Gerakan Aktif Pasif Normal Pemeriksaan
nyeri
Fleksi knee 0º - 130º 0º - 135º 0º - 135º VAS = 3
Ektensi knee 0º 0º 0º VAS = 3
2. Pengukuran MMT
NO Gerakan Nilai Keterangan
1 Fleksor 4 Terdapat peningkatan kekuatan otot
fleksor
2 Ekstensor 4 Terdapat peningkatan kekuatan otot
ekstensor

3. palpasi

- Nyeri tekan di area sekitar lutut berkurang dengan VAS : 3


- Spasme berkurang di area M. Vastus lateralis dan M. Poplite

Setaelah melakukan 5 x terapi didapatkan hasil SOAP sebagai berikut

SOAP
S = Nyer di area sekitar lutut berkurang
O = spasme berkurang , Nyeri tekan berkurang , Nyer gerak berkurang dengan VAS 3
A = gangguan fungsional lutut terkait problematic et causa Osteoatritis
Genu P= TENS, US, Active Asisted, Massage
28
29
30
31

BAB IV
PENUTUP
a. Kesipulan

Osteoarthritis (OA) adalah suatu penyakit kronis yang melibatkan cairan sinovial dan
tulang rawan sendi, terutama pada sendi lutut, panggul, verterba, dan tangan. Penyakit ini
merupakan salah satu penyebab utama disabilitas secara global yang ditandai dengan adanya
penyempitan celah sendi, sklerosis tulang subkondral, pembentukan osteofit, dan berkurangnya
cairan sendi. Diagnosa Osetoarthritis bisa di lihat dari pemeriksaan fisik/khusus; Inspeksi,
palpasi, pemeriksaan fungsi gerak dasar, MMT, pemeriksaan fungsional dan diperkuat dengan
pemeriksaan penunjang.

b. Saran

Diharapkan kepada pasien untuk rajin melakukan terapi dan sebaiknya mengurangi
gerakan yang memicu nyeri dan memberi beban berlebih pada lutut agar memberikan hasil efek
terapi yang optimal. Peran keluarga juga diharpkan untk memberikan dukungan kepada pasien
dan membantu terhadap program latihan dirumah yang diberikan oleh fisioterapi.
32

DAFTAR PUSTAKA
Syauqi, M. S. (2020). STUDI LITERATUR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA KASUS OSTEOARTHRITIS GENU DENGAN MODALITAS TRANCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATIONS (TENS) DAN INFRARED (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Gresik).
Azizah, L. (2008). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Osteoarthritis Genu
Bilateral Dengan Modalitas Microwave Diathermi Dan Terapi Latihan Di RSUD Sragen
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Marliando, S. L., & Widodo, A. (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Osteoarthritis Genue Sinistra di RST Dr. Soedjono Magelang (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Dwiputra, F. W. (2020). Korelasi Antara Derajat Osteoarthritis Lutut Dengan Derajat
Nyeri Pada Pasien Osteoarthritis Lutut Di Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang
Sepanjang Sidoarjo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Panuntun, A. W. (2020). PENGARUH TERAPI HOLD RELAX EXERCISE UNTUK
MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN OSTEOARTRITIS: LITERATUR REVIEW
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Jehanresi, A. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Osteoarthritis Genu
Sinistra Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Al-Johani, A. H., Kachanathu, S. J., Hafez, A. R., Al-Ahaideb, A., Algarni, A. D.,
Alroumi,
A. M., & Alenazi, A. M. (2014). Comparative study of hamstring and quadriceps strengthening
treatments in the management of knee osteoarthritis. Journal of physical therapy science, 26(6),
817-820.
Denny, A. (2019). Intervensi Fisioterapi pada Kasus Osteoarthritis Genu di RSPAD Gatot
Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai