Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FISIOTERAPI PADA KASUS MENINGITIS


STASE NEUROMUSCULAR

Disusun oleh :
Sri Wijayanti
2010306134

PROGRAM STUDI PROFESI


FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH
FISIOTERAPI PADA KASUS MENINGITIS
STASE NEUROMUSKULER

Disusun oleh :
Sri Wijayanti
2010306134

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Fisioterapi Pada Stase Neuromuskuler


Program Studi S1 Fisioterapi Profesi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pembimbing : Ftr. Muhammad Dwi Kurniawan, S.Fis

Tanda tangan :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus
Meningitis” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
sehingga makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena
itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan
tepat waktu,
2. Bapak/Ibu pembimbing lahan Griya Fisio Avicenna, Kebumen
3. Bapak/Ibu pembimbing kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi
ini, namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.

Kebumen, 12 Maret 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................4
A. Definisi..............................................................................................................4
B. Etiologi..............................................................................................................4
C. Tanda dan Gejala...............................................................................................4
D. Patofisiologi.......................................................................................................8
E. Problematika Fisioterapi....................................................................................9
F. Intervensi Fisioterapi.........................................................................................9
BAB III.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan

meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan

dengan pleositosis cairan serebrospinalis (CSS). Meningitis dapat terjadi

akut, subakut atau kronis tergantung etiologi dan pengobatan awal yang tepat.

Meningitis akut terjadi dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari,

yang disebabkan oleh bakteri, virus, non infeksi.

Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan

oleh bakteri, virus, parasit, jamur.Meningitis merupakan masalah medis yang

serius serta membutuhkan pengenalan dan penanganan segera untuk

mencegah kematian. Dan sampai saat ini meningitis masih merupakan infeksi

pada anak yang menakutkan, menyebabkan mortalitas dan morbilitas yang

tinggi pada anak terutama di negara berkembang (WHO, 2005).

World Health Organization (2005) melaporkan adanya 7.078 kasus

meningitis yang disebabkan oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada

tahun 1991 – 1996 dengan penyebab Neisseria Meningitidis (57,7%),

Streptococcus Pneumoniae (13,2%) dan Haemophilus influenzae (9,5%).

Angka kejadian meningitis menduduki urutan ke9 dan 10 pola penyakit

didelapan Rumah Sakit pendidikan di Indonesia. sedangkan di ruang PICU

RSUD AWS Samarinda angka kejadian meningitis menduduki peringkat ke-

10 (Juliana, 2015).

Fisioterapi memiliki peran dalam masalah ini karena upaya

penanganan ini perlu dilakukan untuk menjaga kondisi fisik terutama pada

1
2

gerak dan fungsi. Pasien mengalami gejala seperti kelemahan otot dan

kehilangan keseimbangan setelah periode penyakit kritisnya. Untuk itu

fisioterapi dapat berperan dalam membantu mengembalikan kemampuan

fungsional pasien dengan modalitas intervensi berupa terapi latihan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Apa definisi dari Meningitis?

2. Bagaimana etiologi dari Meningitis?

3. Bagaimana Tanda dan Gejala pada Meningitis?

4. Bagaimana patofisiologi pada kasus Meningitis?

5. Bagaimana Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Meningitis?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih jelas

tentang:

1. Definisi dari Meningitis.

2. Etiologi dari Meningitis.

3. Tanda dan Gejala pada Meningitis.

4. Patofisiologi pada kasus Meningitis.

5. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Meningitis.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak, yaitu:

1. Penulis

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan

serta pengalaman penulis dalam kasus Meningitis.


2. Instansi Pendidikan

Dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dalam menambah

wawasan serta kepustakaan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu

fisioterapi dalam kasus Meningitis.

3. Instansi Rumah sakit/Pelayanan Fisioterapi

Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menambah ilmu

pengetahuan untuk mengembangkan pelayanan fisioterapi pada kasus

Meningitis.

4. Masyarakat

Memberikan dan menyebarluaskan informasi serta memperkenalkan

peran fisioterapi pada kasus Meningitis.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Meningitis.

Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membran (selaput)

yang mengelilingi otak dan medula spinalis penyebab meningitis meliputi

bakteri,piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama

meningokokos, pneumokokos, dan basil influenza. Kedua yaitu virus yang

disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat berariasi, yang ke tiga adalah

organisme jamur (Muttaqin, 2008).

B. Etiologi Meningitis.

1. Bakteri:

a. Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative, missal,

Escherichia coli, Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus

gram B)

b. 1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus),

Streptococcus pneumoniae, Hib

c. > 6 tahun: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae,

parotitis (pre-MMR)

d. Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada

semua umur. Paling sering pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun

e. Virus Enterovirus (80%), CMV, arbovirus, dan HSV b. n.

C. Tanda dan Gejala Meningitis.

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,

dan koma.
4
5

3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami

kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam

keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan

sempurna.

c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi

lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah

pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi

ektremita yang berlawanan.

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat

eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan

karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),

pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat

kesadaran.

6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-

tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati

intravaskuler diseminata.

D. Klasifikasi Meningitis.

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang

terjadi pada cairan otak, yaitu:


1. Meningitis serosa

Radang selaput otak arachnoid dan piameter yang disertai cairan otak

yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.

Penyebab lainnya Lues (sifilis), Virus, Toxoplasma gondhii dan

Ricketsia. Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia,

pada anak dan orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat

komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru.

Meningitis bukan terjadi karena terinfeksi selaput otak langsung

penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan

tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra

yang kemudian pecah kedalam rongga arachnoid. Tuberkulosa ini timbul

karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada meningitis

tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau

pengobatan yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase,

paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorbsi

berkurang atau produksi berlebihan dari likuor serebrospinal. Anak juga

bisa menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi mental.

Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang

tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah,

berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa

seperti Halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda

rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi

hemiparese dan kerusakan saraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N

VIII sampai akhirnya kesadaran menurun (Firdasari, 2011).


2. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak

dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan

oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering

didapatkan pada anak daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada

umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara

hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit

faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain

lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan

organ/jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media,

mastoiditis dan lain lain. Penyebabnya antara lain: Diplococcus

pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),

Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus

influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae dan Peudomonas

aeruginosa. Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai

akibat pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat.

pada permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil,

nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu

makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi,

setelah 12 (dua belas) sampai 24 (dua puluh empat ) jam timbul gambaran

klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda

rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila terjadi

koma yang dalam, tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita

takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering

gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti

bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak

sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma (Firdasari, 2011).

E. Patofisiologi Meningitis.

Infeksi menyebar secara vaskular dari fokus infeksi dke tempat lain.

Misalnya organisme dari nasopharynk menyerang pembuluh darah yang

mendasari menyeberangi BBB, dan berkembang biak dalam CSF. Invasi

dengan ekstensi langsung dari infeksi di paranasal dan sinus matoid.

Organisme juga bisa masuk dengan implantasi langsung setelah ada luka

tembus, fraktur tengkorak yang menyebabkan pembukaan ke dalam kulit atau

sinus, pungsi lumbal atau prosedur bedah, kelainan anatomi seperti spina

bifida, atau benda asing sebagai shunt ventrikel internal atau perangkat

ventrikular eksternal . Setelah tertanam, organisme menyebar ke CSF,

dimana infeksi menyebar ke seluruh ruang subarachnoid. Proses infeksi

seperti yang terlihat pada infeksi bakteri: akumulasi sel radang eksudasi

darah putih, dan berbagai tingkat kerusakan jaringan. Otak menjadi

hyperemic dan edema, dan seluruh permukaan otak ditutupi oleh lapisan

eksudat purulen yang bervariasi dengan jenis organisme. Sebagai contoh,

eksudat meningokokus paling ditandai selama parietal, oksipital, dan daerah

cerebellar; tebal, eksudat fibrinous infeksi pneumokokus terbatas terutama

pada permukaan otak, terutama lobus interior: dan eksudat infeksi

streptokokus mirip dengan yang infeksi pneumokokus, tapi tipis. Sebagai

infeksi meluas ke ventrikel, nanah tebal, fibrin, atau perlengketan dapat

menutup jalan lorong sempit dan menghalangi aliran CSF (Wilson, 2007).
F. Problematika Fisioterapi

Dalam kasus Menigitis didapatkan problematika fisioterapi sebagai

berikut :

1. Impairment :

Adanya penurunan kekuatan otot, penurunam lingkup gerak sendi,

terdapat gangguan keseimbangan, serta gangguan kardiopulmunal.

2. Fungsional limitation :

Terganggunya ADL

3. Participation Restriction :

Belum mampu ikut serta dalam kegiatan sosial.

G. Intervensi Fisioterapi

Teknologi intervensi fisioterapi yang digunakan untuk

penanganan pada pasien dengan kasus Meningitis yaitu dengan menggunakan

modalitas.

1. Terapi latihan

Terapi latihan bertujuan untuk mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang

mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi sehingga dapat

meningkatkan kemampuan fungsional (Kisner, 2007). Terapi latihan yang

diberikan antara lain pasif movement exercise, aktif movement exercise, dan

pump it up.

Latihan gerak pasif adalah suatu latihan yang digunakan dengan

gerakan. Yang dihasilkan oleh tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya

kontraksi otot atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas

nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah memperlancar

sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan meningkatkan LGS,

mencegah
pemendekan otot, mencegah perlengketan jaringan. Tiap gerakan

dilakukan sampai batas nyeri pasien.

Latihan gerak aktif Merupakan gerak yang dilakukan oleh otot-otot

anggota tubuh itu sendiri. Gerak yang dalam mekanisme pengurangan

nyeri dapat terjadi secara reflek dan disadari. Gerak yang dilakukan

secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga mencapai lingkup

gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan menghasilkan penurunan

nyeri.

Dan terakhir latihan pump it up membantu mengurangi

pembengkakan setelah operasi dengan menggunakan otot sebagai pompa

untuk meningkatkan sirkulasi. Jika pasien tidak ingin berbaring untuk

latihan ini, pasien dapat duduk di kursi yang memiliki penyangga

punggung yang baik tetapi tidak ada sandaran tangan, dan sangga lengan

dengan bantal di pangkuan pasien.

2. Breathing exercise

Breathing exercise di desain untuk memperbaiki fungsi otot-otot

respirasi, meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi. Breathing exercise

juga merupakan bagian dari treatment yang di desain untuk

meningkatkan status pulmonal, endurance dan fungsi ADL (Sumarno,

2012). BE merupakan latihan yang bertujuan untuk memberikan latihan

pernafasan, pada kasus ini untuk meningkatkan volume paru pada pasca

operasi, pemberi breathing exercise dapat memperlancar jalannya

pernafasan dan membantu mempercepat pengeluaran sisa narkose dan

secret yang tertimbun dalam saluran pernafasan. Latihan pernafasan ini

dilakukan secara aktif. Breathing exercise secara aktif yaitu ketika pasien

sudah sadar. Latihan pernafasan ini juga dapat digunakan untuk general
relaksasi, mengurangi stress, ketegangan setelah operasi. Jenis prosedur

yang digunakan yaitu dengan pasien tidur terlentang. Terapis disisi

tempat tidur, pasien diinstruksikan menarik nafas dalam melalui hidung,

kemudian tahan selama 3 detik lalu hembuskan melalui mulut seperti

meniup balon. Sebelum terapis memberikan contoh terlebih dahulu, aba-

aba harus jelas dan singkat. Misalnya ”tarik nafas dalam tahan 1, 2, 3

hembuskan”. Breathing exercisee dilakukan pengulangan 8 kali.

3. Motor Relearning Programme (MRP)

Tujuan terapi ini adalah melatih kontrol motorik dengan gerakan

fungsional. Setiap gerakan dianalisis dan ditentukan komponen yang

hilang kemudian melatih pasien untuk dapat melakukan hal tersebut dan

memastikan latihan berguna untuk aktifitas sehari-hari pasien (Setiawan,

2007).

Dalam metode MRP, latihan yang diberikan merupakan keterampilan

transfer dan ambulasi yang akan memberikan pemahaman tentang gerak

manusia yang normal (kinematika dan kinetik) untuk memberikan suatu

stimulus berupa fasilitasi dan reedukasi terhadap pusat kontrol motorik

serta terhadap pusat memori dan kognitif dan melatih postur Center Of

Gravity (COG). Pada saat latihan, kekuatan otot pelvic akan meningkat

dan memperbaiki postur sehingga berat badan menjadi seimbang antara

kanan kiri dan keseimbangan meningkat. Selain itu pasien dapat

melakukan latihan berdasarkan penugasan ini dalam kehidupan sehari-

hari sehingga lebih cepat mencapai peningkatan keseimbangan. Jika

pemberian latihan ini diberikan secara berulang-ulang maka akan

menjadikan pengalaman
tadi berupa pengalaman yang menetap dan akhirnya akan menjadi sebuah

pengalaman gerak yang otomatis


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Meningitis adalah radang pada

selaput otak yang dapat disebabkan oleh

bakteri, virus, parasit, jamur.Meningitis

merupakan masalah medis yang serius serta

membutuhkan pengenalan dan penanganan

segera untuk mencegah kematian. Dan

sampai saat ini meningitis masih merupakan

infeksi pada anak yang menakutkan,

menyebabkan mortalitas dan morbilitas

yang tinggi pada anak terutama di negara

berkembang Pasien mengalami gejala

seperti kelemahan otot dan kehilangan

keseimbangan setelah periode penyakit

kritisnya. Untuk itu fisioterapi dapat

berperan dalam membantu mengembalikan

kemampuan fungsional pasien dengan

modalitas intervensi berupa terapi latihan.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran

yang penulis berikan untuk arah

perkembangan selanjutnya:

1. Diharapkan makalah ini dapat menjadi

salah satu sumber referensi dalam kasus

Meningitis.

2. Diharapkan makalah ini dapat

bermanfaat bagi institusi pendidikan


dalam kenalkan peran fisioterapi pada kasus

menam Meningitis pada masyarakat.

bah

wawasa

n serta

kepusta 13

kaan

yang

berman

faat

bagi

pengem

bangan

ilmu

fisiotera

pi

dalam

kasus

Mening

itis.

3. Diharap

kan

dapat

menjadi

sumber

informa

si serta

memper
14

DAFTAR PUSTAKA

Juliana. 2015. Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Meningitis di


Ruang Pediatric Intensive Care Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2015. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda.
Kisner, C dan Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Technique,
Fifth edition. Philadelphia: F.A. Davies Company.
Muttaqin.A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba
Setiawan, 2007. Motor Relearning Programme (MRP) pada Stroke; Disampaikan
pada Pelatihan Nasional Dimensi Baru Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus
Stroke Secara Paripurna, Surakarta.
Wilson.H. (2007). Nursing Care of infants and children. Edisi 8. Vol 2. Evolve
Elseiver

Anda mungkin juga menyukai