NAMA KELOMPOK
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan naskah yang berjudal “Konsep Dan Aplikasi Asuhan
Keperawatan Dengan Meningitis ”. Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat
adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-rekan
kelompok yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah
tulisan ini. Harapan kami semoga naskah tulisan ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangatlah
kami harapkan demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
3.1. Simpulan.........................................................................................44
3.2. Saran...............................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................46
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Meningitis adalah penyakit infeksi serius yang paling umum menyerang SSP
(susunan saraf pusat) yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak spesifik dalam
arti satu jenis mikroorganisme tertentu seperti typus. Meningitis paling sering terjadi
pada individu dewasa yang berusia 19 tahun samapi 59 tahun.
Namun bukan berarti anak-anak dibawah usia tersebut tidak terkena penyakit
meningitis ini. Justru insiden terbesar berikutnya adalah meningitis yang menyerang
anak-anak berkisar usia 2 samapi 18 tahun dan penyebab yang paling sering adalah
Neisseria meningitis (meningitis miningokokus). Sedangkan pada neonates, penyebab
yang paling sering adalah streptokukus grup B ; pada bayi yang berusia 1 sampai 23
bulan penyebab nya terbagi hampir sama antara S. pneumonia dan N.meningitides
(Elizabeth J,2009 dalam Pidiastuti , 2011)
1
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami konsep dasar asuhan
keperawatan anak dengan meningitis meliputi:
a. Pengertian meningitis
b. Etiologi meningitis
c. Manifestasi klinis meningitis
d. Patofisiologi meningitis
e. Pathway meningitis
f. Komplikasi meningitis
g. Penatalaksanaan di rumah
h. Konsep asuhan keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder)
seperti Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis.
Meningitis bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS,
Meningeotis juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan
CSS di dala ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)
2.2 ETIOLOGI
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara meningitis
bakteri lebih berbahaya..
1. Meningitis Bakteri
a) Bakteri Meningokokus atau Meningococcal bakteri. Ada beberapa jenis
bakteri meningococcal disebut grup A, B, C, W135, Y dan Z. Saat ini
sudah ada vaksin yang tersedia untuk perlindungan terhadap grup C
meningococcal bakteri..
b) Streptococcus pneumoniae bakteri atau pneumokokus bakteri ini
cenderung mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena
sistem kekebalan tubuh mereka lebih lemah dari kelompok usia lainnya.
3
c) Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural mungkin
bisa terkena meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus
d) Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya tulang
belakang anaesthetia) beresiko meningitis yang disebabkan oleh
Pseudomonas spp.
e) Sifilis dan tuberkulosis menuju meningitis serta jamur meningitis langka
penyebab tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan orang-orang
dengan kekebalan yang ditekan.
2. Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus,
virus herpes simplex, HIV, virus West Nile, dan coltivirus. Virus-virus
tersebut dapat menyebar melalui udara, seperti saat bersin atau batuk,
3. Factor presdiposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita.
4. Factor maternal : rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
5. Factor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin,
anak yang mendapat obat-obat imunosupresi.
6. Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan system persarafan
2.3 PATOFISIOLOGI
4
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke
hipotalamus kemudian menaikkan suhu sebagai tanda adanya bahaya. Kenaikkan
suhu dihipotalamus akan diikuti dengan peningkatan mediator kimiawi akibat
peradangan seperti : prostaglandin, epinefrin, norepinefrin. Kenaikan mediator
tersebut dapat merangsang peningkatan metabolisme sehingga dapat terjadi
kenaikan suhu diseluruh tubuh, rasa sakit kepala, peningktan respon gastrointestinal
yang memunculkan rasa mual dan muntah.
5
2.4 POHON MASALAH
Meningitis
Toksemia
Permeabilitas vascular pada
serebri
Peningkatan suhu oleh pengaturan
hipotalamus
Transudasi cairan
Hipertermia
Edema serebri
Tik meningkat
(n: 0-15 mmHg
antolgiamiolgia
Nyeri akut
6
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot – otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku
dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun. tanda kernig dan brudzinsky positif . Gejala meningitis :
7
penyakit individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi prilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik,
tidak response, dan koma
b. Muntah yang sering menyembur
c. Tangisan yang merintih
d. Sakit kepala.
6. Kejang baik secara umum maupun local
7. Kelumpuhan ekstremtas (paresis atau paralisis)
8. Gangguan frekuensi dan irama pernapasan (cepat dengan irama kadang
dangkal kadang dalam
9. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
10. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi
paksaan menyebabkan nyeri berat.
2.6 KLASIFIKASI
8
2.7 KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif. Peradangan pada meningen dapat merangsang
kenaikan produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada
meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada
saluran LSC yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak
tertahan di intracranial.
2. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
3. Sindrom water friderichsen (septic syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)
5. Efusi subdural (munculnya cairan pada lapisan subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intracranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya Ciaran dari lapisan otak ke daerah subdural.
6. Epilepsi
7. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis
tidak dapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
8. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis sudah menyebar ke
cerebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan
memori.
9. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
10. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
11. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada
jaringan otak.
12. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
13. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi
mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak
terganggu.
9
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Jumlah leukosit (CBC) meningkat
b) Kadar glukosa menurun (bacterial), normal (virus)
c) Protein tinggi (bacterial), sedikit meningkat (virus)
d) Tekanan cairan meningkat.
e) Identifikasi orgasme penyebab meningokokus, bakteri gram positif
(streptococcus, stafilococcus, pneumococcus, H. influenza, atau virus
caksakie, virus ECHO
2. Kultur darah : untuk menetapkan organisme penyebab.
3. Kultut urine : untuk menetapkan organisme penyebab.
4. Kultut nasofarings : untuk menetapkan organisme penyebab.
5. Elektrolit serum : meningkat jika anak dehidrasi ; natrium serum (Na+) naik;
kalium serum (K+) turun
6. Osmolaritas urin : meningkat dengan sekresi ADH
2.9 PENATALAKSANAAN
a) Terapi Antibiotik
10
pengobatan meningitis meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan
sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic
agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Pengobatan simtomatis:
1) Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital
5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2) Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena
b) Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat
menurunkan penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat
pengkapsulan abses, oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak dianjurkan.
11
Oleh karena itu kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan
mengurangi efek masa atau edema pada herniasi yang mengancam dan
menimbukan defisit neurologik fokal. Label et al (1988) melakukan penelitian
pada 200 bayi dan anak yang menderita meningitis bakterial karena
H.Influenzae dan mendapat terapi deksamehtason 0,15 Mg/kgBB/x tiap enam
jam selama 4hari, 20 menit sebelum pemberian antibiotika. Ternyata pada
pemeriksaan 24jam kemudian didapatkan penurunan tekanan CSF, peningkatan
kadar glukosa CSF dan penurunan kadar protein CSF. Yang mengesankan dari
penelitian ini bahwa gejala sisa berupa gangguan pendengaran pada kelompok
yang mendapatkan deksamethason adalah lebih rendah dibandingkan kontrol.
Tunkel dan Scheld (1995), menganjurkan pemberian deksamethason hanya pda
penderita dengan resiko tinggi, atau pada penderita dengan status mental sangat
terganggu, edema otak atau tekanan intrakranial tinggi. Hal ini mengingat efek
samping penggunaan deksamethason yang cukup banyak seperti perdarahan
traktus gastrointestinal, penurunan fungsi imun selular sehingga menjadi peka
terhadap patogen lain dan mengurangi penetrasi antibiotika kedalam CSF.
c) Terapi Operatif
a) Di rumah sakit
12
1) Pemberian cairan intravena. Pilihan awal besifat isotonic seperti asering
atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan
berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang
menderita meningitis sering dating dengan penurunan kesadaran karena
kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses
evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat
kesadaran yang menurun.
2) Pemberian anitibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotic yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400
mg/KgBB dibagi dalam 6dosis pembeian secara intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4dosis
pemberian. Pemberian antibiotic ini yang paling rasional melalui kultur
dai pengambilan cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
3) Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/KgBB /kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonates 30mg, anak kurang dari 1tahun 50mg, sedangkan
yang lebih 1 tahun 75mg. untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-
10mg/KgBB dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2hari.
Sedngkan pemberian fenobarbital 2hari berikutnya dosis diturunkan
menjadi 4-5 mg/KgBB dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian
diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatkan
suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
4) Penempatan pada ruangan yang minimal ragsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
5) Pembebasan jalan napas dengan menghisap lender melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin
13
juga terjadi depresi pusat pernapasn karena peningkatan tekanan
intracranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi
yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan. Pemberin oksigen pada
anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi
melalui masker oksigen.
b) Di rumah
1) Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak
yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobic yang
praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan
yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernapasan
dapat berfungsi dengan baik. Adapun lingkungan yg panas selain
mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi
sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan panas dari
lingkungan.
2) Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan napas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke
saluran pernapasan.
3) Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan
demam. Kompres ini berfungs memindahkan panas anak melalui proses
14
konduksi. Perpindahan panas anak biar dapat lebih efektif dipadukan
dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah
berpindah ke lingkungan.
4) Berikan anak obat turun panas (dosis sesuai dengan umur anak). Untuk
patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1tahun 60-
120mg, 1-5tahun 120-150mg, 5tahun ke atas 250-500mg yang diberikan
rata-rata 3kali sehari.
5) Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40cc/KgBB perhari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga
berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuh yang sebagian
besar komposisinya adalah unsur cairan.
15
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas Klien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang,
dan penurunan tingkat kesadaran.
c) Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disni harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada
pengkajian klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang
berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan
gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan
pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa
yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang diberikan dalam
upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori
biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi
bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu
terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani tindakan invasif yang
mungkin masuknya kuman ke meningen terutama melalui pembuluh darah.
16
2) Riwayat penyakit dahulu
Pengakajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit, dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala, dan adanya pengaruh imunologis pada masa
sebelmunya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien terutama
apabila adan keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat
antituberkulosis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien,
sperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan
reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah
komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan perupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
d) Pola Fungsi Kesehatan.
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Kaji frekuensi/porsi makan, jenis makanan, tinggi badan, berat badan,
serta nafsu makan. Pada umumnya tidak akan mengalami gangguan
penurunan nafsu makan, meskipun menu berubah. Kaji adanya mual
ataaupun muntah.
3) Pola Eliminasi
Kaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urine kaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak
4) Pola Tidur dan Istirahat
Kajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
17
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Karena timbulnya nyeri, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama
pekerjaan klien.
6) Pola Hubungan Peran
Pola hubungan dan peran akan mengalami gangguan karena
keterbatasan dalam beraktivitas.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji adanya ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah.
8) Pola Sensori dan Kognitif
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit, pasien mampu memberikan penjelasan tentang
keadaan yang dialaminya.
9) Pola Stres Adaptasi
Dalam hal ini pola penanggulangan stress sangat tergantung pada
sistem mekanisme klien itu sendiri. Kaji cara pasien untuk menangani
stress yang dihadapi.
10) Pola reproduksi dan seksual
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan
mengalami gangguan pola seksual dan reproduksi, jika klien belum
berkeluarga klein tidak akan mengalami gangguan. Selain itu juga,
perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien.
18
e) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: kesadaran, tanda – tanda vital, sikap, keluhan nyeri
2) Kepala: bentuk, keadaan rambut dan kepala, adanya kelainan atau lesi
3) Mata: bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva,dll
4) Hidung: adanya secret, pergerakan cuping hidung, adanya suara napas
tambahan, dll
5) Telinga: kebersihan, keadaan alat pendengaran
6) Mulut: kebersihan daerah sekitar mulut, keadaan selaput lendir, keadaan
gigi, keadaan lidah
7) Leher: pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakan
leher
8) Thoraks: bentuk dada, irama pernapasan, tarikan otot bantu pernapasan,
adanya suara napas tambahan
9) Jantung: bunyi, pembesaran
10) Abdomen: bentuk, pembesaran organ, keadaan pusat, nyeri pada
perabaan, distensi
11) Ekstremitas: kelainan bentuk, pergerakan, reflex lutut, adanya edema
12) Alat kelamin : Kebersihan, kelainan
13) Anus : kebersihan, kelainan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan SDKI (2017) dapat disimpulkan beberapa diagnose yang
berhubungan dengan penyakit meningitis :
a) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (toksemia)
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
19
3. INTERVENSI
20
oksigen, jika
perlu.
Edukasi
□ Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
□ Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu.
2. Edukasi
Termoregulasi
Observasi
□ Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi
Terapeutik
□ Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
□ Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
□ Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
□ Ajarkan
kompres hangat
jika demam
□ Ajarkan cara
pengukuran
suhu
□ Anjurkan
penggunaan
pakaian
yangdapat
menyerap
keringat
□ Anjurkan tetap
memandikan
21
pasien, jika
memungkinkan
□ Anjurkan
pemberian
antipiretik
sesuai indikasi
□ Anjurkan
menciptakan
lingkungan yang
nyaman
□ Anjurkan
memperbanyak
minum
□ Anjurkan
penggunaan
pakaian yang
longgar
□ Anjurkan
minum
analgesic jika
merasa pusing
□ Anjurkan
melakukan
pemeriksaan
darah jika
demam
22
Bersikap protektif Menarik diri pengaruh budaya
(mis : waspada, posisi menurun terhadap repson
menghindari nyeri) Berfokus nyeri
Gelisah pada diri Identifikasi
Frekuensi nadi sendiri pengaruh nyeri
meningkat menurun terhadap kualitas
Sulit tidur Diaforesis hidup
menurun Monitor
Gejala dan tanda Minor Perasaan keberhasilan terapi
Tekanan darah depresi komplementer
meningkat (tertekan) yang sudah
Pola nafas berubah menurun diberikan
Nafsu makan berubah Perasaan Monitor efek
Proses berfikir takut samping
terganggu mengalami penggunaan
Menarik diri cidera analgetik
berulang Terapeutik
Berfokus pada diri
sendiri menurun Berikan teknik non
Diaforesis Anoreksia farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa
Frekuensi nyeri (mis : TENS,
nadi membaik hypnosis,
Pola nafas akupresure, terapi
membaik music,
Tekanan biofeedback, terapi
darah pijat, aromaterapi,
membaik teknik imajinasi
Proses terbimbing,
berpikir kompres hangat
membaik atau dingin, terapi
bermain)
Fokus
membaik Kontrol
lingkungan yang
Fungsi
memperberat rasa
berkemih
nyeri (mis : suhu
membaik
ruangan,
Perilaku
pencahayaan,
membaik
kebisingan)
Nafsu makan
Fasilitasi istirahat
membaik
dan tidur
Pola tidur
Pertimbangkan
membaik
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemeliharaan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
23
periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri Pemberian
Anjurkan Analgesik
memonitor nyeri Menyiapkan dan
secara mandiri memberikan
Anjurkan
menggunakan agen
analgetik secara farmakologis
tepat
Ajarkan teknik untuk
nonfarmakaologis mengurangi atau
untuk mengurangi
rasa nyeri menghilangkan
Kolaborasi rasa sakit
Memberikan
analgetik jika perlu
Pemberian Analgesik
(I.08243)
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
( mis: pencetus,
Pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi
kesesuaian jenis
analgetik (mis:
narkotika, non
narkotik atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
Monitor efektivitas
analgetik
Terapeutik
24
Diskusikan jenis
analgetik yang
disukai untuk
mencapai analgesial
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
continue, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgetik
untuk
mengoptimalakan
respon pasien
Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgetik dan efek
yang tidak
diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
analgetik, sesuai
indikasi
25
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.K
No RM : 281122
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Status : Menikah
Tanggal MRS : 1 Agustus 2020
Tanggal Pengkajian : 2 Agustus- 4 Agustus 2020
B. Keluhan Utama
Pasien merasa nyeri pada bagian kepala dan panas sejak seminggu yang lalu
Riwayat Kesehata
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasein mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya
26
tanggal 1 Agustus 2020 pukul 06.30 wita klien dibawa ke rumah sakit Bangli
untuk melakukan pemeriksaan. Setelah mendapatkan pemeriksaan pasien di
diagnose Meningitis dengan TTV: 150/80mmHg, S:38,9℃, N: 78x/menit, RR:
25x/menit. Pada Pukul 13.00Wita pasien dirujuk untuk dirawat inap di ruang
Cempaka dengan terapi RL 20tmp, Ibuprofen 400 mg/6 jam, pct fls 3x1gr,
diazepam 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam.
27
II. ANALISA DATA
Ruang : Cempaka
No Register : 281122
28
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Cempaka
No Register : 281122
N Diagnosa Keperawatan
O
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada bagian kepala, KU pasien lemah, pasien tampak
meringis, mengeluh nyeri, pada saat berbicara pasien tampak menutup mata
untuk mengurangi rasa nyeri
IV. PERENCANAAN
A. Prioritas Masalah
29
B. PERENCANAAN
N Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 2 Nyeri Akut Tingkat Manajemen Nyeri
Agustus
berhubungan Nyeri
2020 1. Identifikasi 1. Agar
Pukul dengan proses karakteristik durasi, mengetahui
08.00 frekuensi, kualitas, lokasi,
penyakit di Setelah
wita intensitas nyeri karakteristik,
tandai dengan dilakukan durasi, frekuensi,
kualitas, dan
pasien asuhan
intensitas nyeri
mengeluh keperawatan
2. Identifikasi skala 2. agar
nyeri pada selama 2x24
nyeri mengetahui skala
bagian kepala, jam maka nyeri
KU pasien tingkat nyeri
3. Identifikasi pengaruh 3. Agar
lemah, pasien menurun nyeri terhadap mengetahui
kualitas hidup apakah ada
tampak dengan
pengaruh nyeri
meringis, kriteria hasil: terhadap kualitas
hidup
mengeluh - Keluhan
nyeri, pada nyeri 4. Berikan Teknik non 4. agar nyeri
Farmakologis untuk pasien berkurang
saat berbicara menurun
mengurangi rasa
pasien tampak - Meringis nyeri
5. Agar nyeri
menutup mata menurun
5. Fasilitasi intirahat tidak timbul
untuk dan tidur kembali
mengurangi
6. Agar pasien
rasa nyeri 6. Jelaskan penyebab, mengerti akan
periode dan pemicu penyakitnya
nyeri
7. Agar pasien
7. Ajarkan Teknik mampu
Farmakologis untuk melakukan
mengurangi nyeri Teknik
farmakologis
sendiri
8. untuk
8.Memberikan mengurangi nyeri
analgetik, jika perlu pasien
2 2 Hipertermia Termore- Manajemen
30
Agustus berhubungan gulasi Hipertermia
2020 dengan proses
Pukul infeksi Setelah 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk
08.00 dibuktukan dilakukan hipertermia mengetahui
wita dengan pasien asuhan pemicu
mengeluh keperawatan terjadinya
badan terasa selama 2x24 hipertermia
panas, KU jam
pasien lemah, diharapkan 2. Monitor suhu tubuh 2. untuk
kulit px terasa termoregulas mengetahui suhu
panas, Kulit i membaik tubuh pasien
ps terlihat dengan
kemerahan, kriteria hasil: 3. Monitor komplikasi 3. umtuk
Suhu tubuh Px - Suhu akibat hipertermia mencegah
diatas nilai membaik terjadinya hal-hal
normal. - Kulit yang mengancam
Setelah merah nyawa pasien
pemeriksaan menurun
TTV di - Suhu kulit 4. Berikan cairan oral 4.Untuk
dapatkan hasil membaik menggantikan
TD: cairan yang
150/80mmHg, hilang akibat
S:38,9℃, proses evaporasi
N: 78x/menit,
RR:25x/menit. 5. Lakukan pendinginan 5. Untuk
eksternal (mis. Selimut mengurangi suhu
hipotermi atau kompres panas
dingim pada dahi, leher,
aksila, dada, dan
abdomen)
31
memaksimalkan
kondisi pasien
32
V. PELAKSANAAN
Ruang : Cempaka
No Register : 281122
33
sekali di bagian
kepala
DO : Pasien
tampak meringis
34
mengerti akan
penjelasan
DO : Pasien
kooperatif
35
meminum air
sebanyak 500cc
DO : pasien
tampak terpaksa
meminum airnya
36
dari sebelumnya
37
S:38 ℃,
N: 80x/menit,
RR:20x/menit.
38
N :80x/menit
RR : 20x/menit
39
dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik
dari sebelumnya
40
41
VI. EVALUASI
Ruang : Cempaka
No Register : 281122
A : Nyeri Akut
42
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
A : Hipertermia
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
A. Bagi pasien
Pada pasien yang sudah merasakan adanya tanda dan gejala yang
timbul pada pasien, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan secepatnya
di rumah sakit agar secepatnya mendapatkan penanganan secara dini
untuk mencegah terjadinya kompllikasi yang lebih lanjut.
B. Bagi perawat
Pada perawat yang menangani pasien meningitis di harapkan dapat
memberikan penkes terhadap pasien, tanda dan gejala meningitis,
tujuannya agar pasien bisa secepatnya dapat melakukan tindakan
pencegahan terkait penyakit meningitis.
C. Bagi rumah sakit
Disarankan untuk rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan
lainnya dapat meningkatkan sarana dan fasilitas tenaga kesehatan yang
44
memadai, serta menampung dan memberikan pelayanan kesehatan yang
kooperatif dan profesional, tujuannya adalah untuk mengurangi penderita
meningitis di Indonesia, serta dapat bersaing dengan tenaga kesehatan
yang ada dimanca negara.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
47