Anda di halaman 1dari 50

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN APLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITS

NAMA KELOMPOK

1. NI KOMANG NOVI KRISTINA SUKANATA (P07120018161)


2. NI KADEK SUMALINI (P07120018175)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan naskah yang berjudal “Konsep Dan Aplikasi Asuhan
Keperawatan Dengan Meningitis ”. Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat
adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-rekan
kelompok yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah
tulisan ini. Harapan kami semoga naskah tulisan ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangatlah
kami harapkan demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.

Denpasar, 4 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Konsep Dasar Penyakit Meningitis....................................................3

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................16

C. Asuhan Keperawatan Dengan Meningitis........................................26

BAB III PENUTUP........................................................................................44

3.1. Simpulan.........................................................................................44

3.2. Saran...............................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................46

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis adalah penyakit infeksi serius yang paling umum menyerang SSP
(susunan saraf pusat) yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak spesifik dalam
arti satu jenis mikroorganisme tertentu seperti typus. Meningitis paling sering terjadi
pada individu dewasa yang berusia 19 tahun samapi 59 tahun.

Namun bukan berarti anak-anak dibawah usia tersebut tidak terkena penyakit
meningitis ini. Justru insiden terbesar berikutnya adalah meningitis yang menyerang
anak-anak berkisar usia 2 samapi 18 tahun dan penyebab yang paling sering adalah
Neisseria meningitis (meningitis miningokokus). Sedangkan pada neonates, penyebab
yang paling sering adalah streptokukus grup B ; pada bayi yang berusia 1 sampai 23
bulan penyebab nya terbagi hampir sama antara S. pneumonia dan N.meningitides
(Elizabeth J,2009 dalam Pidiastuti , 2011)

Kasus meningitis di Indonesia sendiri sebenarnya data pengidapnya belum ada


yang tepat. Hal ini disebabkan kasus meningitis seringkali dikenali sebagai penyakit
atau infeksi lain seperti tipus, pneumonia, dan bronchitis. Maka dari itu orang tua juga
harus sedia Dallam menghadapi situasi jika anak terkena pnyeakit tersebut dengan
penatalaksanaan yang tepat di rumah dan bila penyakit yang dialami anak tak kunjung
membaik ada baiknya memang membawa anak untuk diberikan perawatan lebih intensif
di rumah sakit .

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dengan Meningitis?
2. Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan dengan meningitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB pada semester V, dan di harapkan
bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang konsep dasar dan aplikasi asuhan
keperawatan dengan meningitis.

1
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami konsep dasar asuhan
keperawatan anak dengan meningitis meliputi:
a. Pengertian meningitis
b. Etiologi meningitis
c. Manifestasi klinis meningitis
d. Patofisiologi meningitis
e. Pathway meningitis
f. Komplikasi meningitis
g. Penatalaksanaan di rumah
h. Konsep asuhan keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 DEFINISI

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan


piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan
serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebkan berbagai organisme
seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak (Wordpress. 2009)

Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder)
seperti Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis.
Meningitis bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS,
Meningeotis juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan
CSS di dala ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)

2.2 ETIOLOGI
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara meningitis
bakteri lebih berbahaya..
1. Meningitis Bakteri
a) Bakteri Meningokokus atau Meningococcal bakteri. Ada beberapa jenis
bakteri meningococcal disebut grup A, B, C, W135, Y dan Z. Saat ini
sudah ada vaksin yang tersedia untuk perlindungan terhadap grup C
meningococcal bakteri..
b) Streptococcus pneumoniae bakteri atau pneumokokus bakteri ini
cenderung mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena
sistem kekebalan tubuh mereka lebih lemah dari kelompok usia lainnya.

3
c) Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural mungkin
bisa terkena meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus
d) Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya tulang
belakang anaesthetia) beresiko meningitis yang disebabkan oleh
Pseudomonas spp.
e) Sifilis dan tuberkulosis menuju meningitis serta jamur meningitis langka
penyebab tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan orang-orang
dengan kekebalan yang ditekan.
2. Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus,
virus herpes simplex, HIV, virus West Nile, dan coltivirus. Virus-virus
tersebut dapat menyebar melalui udara, seperti saat bersin atau batuk,
3. Factor presdiposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita.
4. Factor maternal : rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
5. Factor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin,
anak yang mendapat obat-obat imunosupresi.
6. Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan system persarafan

2.3 PATOFISIOLOGI

Infeksi mikroogranisme terutama bakteri dari golongan kokus seperti


streptococcus, stapilococcus, meningococcus, pneumococcus, dan dari golongan
lainnya dapat meninginfeksi tonsil, bronkus, saluran cerna. Mikroorganisme tersebut
mencapai otak mengikuti aliran darah.

Di otak mikroorganisme berkembakbiak membentuk koloni. Koloni


mikroorganisme itulah yang mampu menginfeksi lapisan otak (meningen).
Mikroorganisme menghasilkan toksis dan merusak meningen. Kumpulan toksis
mikroorganisme, jaringan meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu
membentuk cairan yang kental yang disebut pustule. Karena sifat cairannyatersebut
penyakit ini popular disebut meningitis purulenta.

4
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke
hipotalamus kemudian menaikkan suhu sebagai tanda adanya bahaya. Kenaikkan
suhu dihipotalamus akan diikuti dengan peningkatan mediator kimiawi akibat
peradangan seperti : prostaglandin, epinefrin, norepinefrin. Kenaikan mediator
tersebut dapat merangsang peningkatan metabolisme sehingga dapat terjadi
kenaikan suhu diseluruh tubuh, rasa sakit kepala, peningktan respon gastrointestinal
yang memunculkan rasa mual dan muntah.

Volume pustule yang semakin meningkat dapat mengakibatkan peningkatan


desakan di dalam intracranial. Desakan tersebut dapat meningkatkan rangsangan di
korteks serebri yang terdapat pusat pengaturan system gastrointestinal sehingga
merangsang munculnya muntah dengan cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat
pernapasan. Peningkatan tekanan intracranial tersebut juga dapat mengganggu
fungsi sensorik maupun motoric serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum
sehingga penderita mengalami penurunan respon kesadaran terhadap lingkungan
(penurunan kesadaran). Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan pengeluaran
sekresi trakeabronkial yang berakibat pada penumpukan secret di trakea dan
bronkial. Kondisi ini berdampak pada penumpukkan secret di trakea dan bronkus
ehingga bronkus dan trakea menjadi sempit. Peningkatan tekanan intracranial juga
dapat berdampak pada munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron
sehingga muncul kejang. Respon saraf perifel juga tidak bisa berlangsung secara
kondusif, ini yang secara klinis dap memuncukan respon yang patologis pada
jaringan tersebut seperti munculnya tanda Kernig dan Brundinsky. Kejang yang
terjadi pada anak dapat mengakibatkan spasme pada otot bronkus. Spasme dapat
mengakibatkan penyempitan jalan napas.

5
2.4 POHON MASALAH

Tonsillitis, bronchitis, typhus abdominals dan penyakit lain

Mikroorganisme secara hematogen sampai ke meningen

Meningitis

Mikroorganisme mensekresi otak


CO2 meningkat

Toksemia
Permeabilitas vascular pada
serebri
Peningkatan suhu oleh pengaturan
hipotalamus
Transudasi cairan

Hipertermia
Edema serebri

Volum tekanan otak

Tik meningkat
(n: 0-15 mmHg

antolgiamiolgia

Nyeri akut

6
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot – otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku
dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun. tanda kernig dan brudzinsky positif . Gejala meningitis :

1. Pada Neonates : suhu dibawah normal, menolak untuk makan, reflex


mengisap kurang, muntah, diare, tonus otot kurang, kurang gerak, lemah,
menangis, pucat, iritabilitas, kejang.
2. Pada Bayi dan anak-anak (3bulan-2tahun) : demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, peningkatan lingkar kepala, pucat, iritabilitas,
menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig
dan Brudzinsky positif.
3. Pada Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi,
fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma,
kaku kuduk, opistotonus. Tanda Kernig dan brudzinski positif, reflex
fisiologi hipeaktif, ptechiae atau pruritus (menunjukkan adanya infeksi
meningococcal)
4. Pada fase akut gejala yang muncul antara lain :
a. Lesu
b. Mudah terangsang
c. Hipertermia
d. Anoreksia
e. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di
hubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit
5. Peningkatan tekanan intracranial. Tanda-tanda terjadinya tekanan
intracranial:
a. Penurunan kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri.
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya

7
penyakit individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi prilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik,
tidak response, dan koma
b. Muntah yang sering menyembur
c. Tangisan yang merintih
d. Sakit kepala.
6. Kejang baik secara umum maupun local
7. Kelumpuhan ekstremtas (paresis atau paralisis)
8. Gangguan frekuensi dan irama pernapasan (cepat dengan irama kadang
dangkal kadang dalam
9. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
10. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi
paksaan menyebabkan nyeri berat.

2.6 KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada


cairan otak, yaitu :

1. Meningitis tuberkulosaa terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberculosis


primer, biasanya dari paru. Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya
selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder
melalui pembentukkan tuberkel dan permukaan otak, sumsum tulang
belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid
(Ric dan Mc.Cordeck).
2. Meningitis purulenta adalah radang selaput otak arakhnoid dan piameter
yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa

8
2.7 KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif. Peradangan pada meningen dapat merangsang
kenaikan produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada
meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada
saluran LSC yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak
tertahan di intracranial.
2. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
3. Sindrom water friderichsen (septic syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)
5. Efusi subdural (munculnya cairan pada lapisan subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intracranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya Ciaran dari lapisan otak ke daerah subdural.
6. Epilepsi
7. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis
tidak dapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
8. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis sudah menyebar ke
cerebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan
memori.
9. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
10. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
11. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada
jaringan otak.
12. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
13. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi
mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak
terganggu.

9
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Jumlah leukosit (CBC) meningkat
b) Kadar glukosa menurun (bacterial), normal (virus)
c) Protein tinggi (bacterial), sedikit meningkat (virus)
d) Tekanan cairan meningkat.
e) Identifikasi orgasme penyebab meningokokus, bakteri gram positif
(streptococcus, stafilococcus, pneumococcus, H. influenza, atau virus
caksakie, virus ECHO
2. Kultur darah : untuk menetapkan organisme penyebab.
3. Kultut urine : untuk menetapkan organisme penyebab.
4. Kultut nasofarings : untuk menetapkan organisme penyebab.
5. Elektrolit serum : meningkat jika anak dehidrasi ; natrium serum (Na+) naik;
kalium serum (K+) turun
6. Osmolaritas urin : meningkat dengan sekresi ADH

2.9 PENATALAKSANAAN
a) Terapi Antibiotik

Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan kultur


darah dan lumbal punksi guna pemberian antibiotika disesuaikan dengan kuman
penyebab. Berikut ini pilihan antibiotika atas dasar umur

Pemilihan antimikrobial pada meningitis otogenik tergantung pada


pemilihan antibiotika yang dapat menembus sawar darah otak, bakteri penyebab
serta perubahan dari sumber dasar infeksi. Bakteriologikal dan respon gejala
klinis kemungkinan akan menjadi lambat, dan pengobatan akan dilanjutkan
paling sedikit 14 hari setelah hasil kultur CSF akan menjadi negatif.

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu


menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan

10
pengobatan meningitis meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan
sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic
agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1) Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg


selama 1 setengah tahun.
2) Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1) Sefalosporin generasi ketiga


2) Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3) Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:
1) Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital
5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2) Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena
b) Kortikosteroid

Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat
menurunkan penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat
pengkapsulan abses, oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak dianjurkan.

11
Oleh karena itu kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan
mengurangi efek masa atau edema pada herniasi yang mengancam dan
menimbukan defisit neurologik fokal. Label et al (1988) melakukan penelitian
pada 200 bayi dan anak yang menderita meningitis bakterial karena
H.Influenzae dan mendapat terapi deksamehtason 0,15 Mg/kgBB/x tiap enam
jam selama 4hari, 20 menit sebelum pemberian antibiotika. Ternyata pada
pemeriksaan 24jam kemudian didapatkan penurunan tekanan CSF, peningkatan
kadar glukosa CSF dan penurunan kadar protein CSF. Yang mengesankan dari
penelitian ini bahwa gejala sisa berupa gangguan pendengaran pada kelompok
yang mendapatkan deksamethason adalah lebih rendah dibandingkan kontrol.
Tunkel dan Scheld (1995), menganjurkan pemberian deksamethason hanya pda
penderita dengan resiko tinggi, atau pada penderita dengan status mental sangat
terganggu, edema otak atau tekanan intrakranial tinggi. Hal ini mengingat efek
samping penggunaan deksamethason yang cukup banyak seperti perdarahan
traktus gastrointestinal, penurunan fungsi imun selular sehingga menjadi peka
terhadap patogen lain dan mengurangi penetrasi antibiotika kedalam CSF.

c) Terapi Operatif

Penanganan vokal infeksi dengan tindakan operatif mastoidektomi.


Pendekatan mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi seluruh jaringan
patologik dimastoid. Maka sering diperlukan mastoidektomi radikal. Tujuan
operasi ini adalah untuk memaparkan dan mengeksplorasi seluruh jalan yang
mungkin digunakan oleh invasi bakteti.

Selain itu juga dapat dilakukan tindakan trombektomi, jugular vein


ligation,perisinual dan cerebellar abcess drainage yang diikuti antibiotika
broad spectrum dan obat-obatan yang mengurangi edema otak yang tentunya
akan memeberikan outcome yang baik pada penderita komplikasi intrakranial
dari otitis media.

Penetalaksanaan pada saat di rumah sakit dan di rumah :

a) Di rumah sakit

12
1) Pemberian cairan intravena. Pilihan awal besifat isotonic seperti asering
atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan
berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang
menderita meningitis sering dating dengan penurunan kesadaran karena
kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses
evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat
kesadaran yang menurun.
2) Pemberian anitibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotic yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400
mg/KgBB dibagi dalam 6dosis pembeian secara intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4dosis
pemberian. Pemberian antibiotic ini yang paling rasional melalui kultur
dai pengambilan cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
3) Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/KgBB /kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonates 30mg, anak kurang dari 1tahun 50mg, sedangkan
yang lebih 1 tahun 75mg. untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-
10mg/KgBB dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2hari.
Sedngkan pemberian fenobarbital 2hari berikutnya dosis diturunkan
menjadi 4-5 mg/KgBB dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian
diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatkan
suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
4) Penempatan pada ruangan yang minimal ragsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
5) Pembebasan jalan napas dengan menghisap lender melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin

13
juga terjadi depresi pusat pernapasn karena peningkatan tekanan
intracranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi
yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan. Pemberin oksigen pada
anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi
melalui masker oksigen.

b) Di rumah

Penatalaksanaan dirumah bersifat sementara untuk memberi pertolongan awal


dalam memberikan support berfungsinya organ vital. Setelah itu anak harus
segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif.

Anak dengan meningitis biasanya karena didahului dengan demam tanpa


disertai kejang kadang dianggap peradangan pada organ lain seperti tonsillitis,
faringitis, atau mungkin demam thypoid walaupun memang perjalanan meningitis
banyak melalui peradangan pada oragn-organ tersebut. Oleh karena itu
penatalaksanaan yang dapat di lakukan dirumah antara lain :

1) Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak
yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobic yang
praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan
yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernapasan
dapat berfungsi dengan baik. Adapun lingkungan yg panas selain
mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi
sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan panas dari
lingkungan.
2) Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan napas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke
saluran pernapasan.
3) Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan
demam. Kompres ini berfungs memindahkan panas anak melalui proses

14
konduksi. Perpindahan panas anak biar dapat lebih efektif dipadukan
dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah
berpindah ke lingkungan.
4) Berikan anak obat turun panas (dosis sesuai dengan umur anak). Untuk
patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1tahun 60-
120mg, 1-5tahun 120-150mg, 5tahun ke atas 250-500mg yang diberikan
rata-rata 3kali sehari.
5) Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40cc/KgBB perhari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga
berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuh yang sebagian
besar komposisinya adalah unsur cairan.

15
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas Klien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang,
dan penurunan tingkat kesadaran.

c) Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disni harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada
pengkajian klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang
berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan
gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan
pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa
yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa yang diberikan dalam
upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori
biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi
bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu
terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani tindakan invasif yang
mungkin masuknya kuman ke meningen terutama melalui pembuluh darah.

16
2) Riwayat penyakit dahulu
Pengakajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit, dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala, dan adanya pengaruh imunologis pada masa
sebelmunya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien terutama
apabila adan keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat
antituberkulosis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien,
sperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan
reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah
komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan perupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
d) Pola Fungsi Kesehatan.
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Kaji frekuensi/porsi makan, jenis makanan, tinggi badan, berat badan,
serta nafsu makan. Pada umumnya tidak akan mengalami gangguan
penurunan nafsu makan, meskipun menu berubah. Kaji adanya mual
ataaupun muntah.
3) Pola Eliminasi
Kaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urine kaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak
4) Pola Tidur dan Istirahat
Kajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.

17
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Karena timbulnya nyeri, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama
pekerjaan klien.
6) Pola Hubungan Peran
Pola hubungan dan peran akan mengalami gangguan karena
keterbatasan dalam beraktivitas.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji adanya ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah.
8) Pola Sensori dan Kognitif
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit, pasien mampu memberikan penjelasan tentang
keadaan yang dialaminya.
9) Pola Stres Adaptasi
Dalam hal ini pola penanggulangan stress sangat tergantung pada
sistem mekanisme klien itu sendiri. Kaji cara pasien untuk menangani
stress yang dihadapi.
10) Pola reproduksi dan seksual
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan
mengalami gangguan pola seksual dan reproduksi, jika klien belum
berkeluarga klein tidak akan mengalami gangguan. Selain itu juga,
perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien.

18
e) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: kesadaran, tanda – tanda vital, sikap, keluhan nyeri
2) Kepala: bentuk, keadaan rambut dan kepala, adanya kelainan atau lesi
3) Mata: bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva,dll
4) Hidung: adanya secret, pergerakan cuping hidung, adanya suara napas
tambahan, dll
5) Telinga: kebersihan, keadaan alat pendengaran
6) Mulut: kebersihan daerah sekitar mulut, keadaan selaput lendir, keadaan
gigi, keadaan lidah
7) Leher: pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakan
leher
8) Thoraks: bentuk dada, irama pernapasan, tarikan otot bantu pernapasan,
adanya suara napas tambahan
9) Jantung: bunyi, pembesaran
10) Abdomen: bentuk, pembesaran organ, keadaan pusat, nyeri pada
perabaan, distensi
11) Ekstremitas: kelainan bentuk, pergerakan, reflex lutut, adanya edema
12) Alat kelamin : Kebersihan, kelainan
13) Anus : kebersihan, kelainan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan SDKI (2017) dapat disimpulkan beberapa diagnose yang
berhubungan dengan penyakit meningitis :
a) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (toksemia)
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

19
3. INTERVENSI

N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA RASIONAL


O KEPERAWATAN TINDAKAN
1 Hipertermia Setelah dilakukan SIKI LABEL : Manajemen
asuhan 1. Manajemen Hipertermia
Penyebab : keperawatan … x Hipertermia
□ Dehidrasi 24 jam Observasi Mengidentifikasi
□ Terpapar lingkungan diharapkan □ Identifikasi dan mengelola
panas masalah penyebab peningkatan suhu
□ Proses penyakit hipertermia dapat hipertermia tubuh akibat
(mis. Infeksi,kanker) teratasi dengan □ Monitor suhu disfungsi
□ Ketidaksesuaian kriteria hasil : tubuh termoregulasi
pakaian dengan SLKI Label : □ Monitor kadar
suhu lingkungan Termoregulasi elektrolit
□ Peningkatan laju Kriteria Hasil : □ Monitor
metabolisme □ Suhu tubuh haluaran urine
□ Respon trauma pasien □ Monitor
□ Aktifitas berlebih membaik komplikasi
□ Penggunaan □ Kulit merah akibat
inkubator pasien hipertermia
Gejala dan Tanda Mayor: menurun Terapeutik
□ Suhu tubuh diatas □ Suhu kulit □ Sediakan
nilai normal pasien lingkungan
membaik yang dingin
Gejala dan tanda Minor □ Longgarkan
□ Kulit merah atau lepaskan
□ Kejang pakaian
□ Takikardi □ Basahi dan
□ Takipnea kimpasi
□ Kulit terasa hangat prmukaan
tubuh
□ Berikan cairan
oral
□ Ganti line
setiap hari atau
lebih sering
jika mengalami
hyperhidrosis
(keringat
berlebih)
□ Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
□ Berikan

20
oksigen, jika
perlu.
Edukasi
□ Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
□ Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu.

2. Edukasi
Termoregulasi
Observasi
□ Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi
Terapeutik
□ Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
□ Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
□ Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
□ Ajarkan
kompres hangat
jika demam
□ Ajarkan cara
pengukuran
suhu
□ Anjurkan
penggunaan
pakaian
yangdapat
menyerap
keringat
□ Anjurkan tetap
memandikan

21
pasien, jika
memungkinkan
□ Anjurkan
pemberian
antipiretik
sesuai indikasi
□ Anjurkan
menciptakan
lingkungan yang
nyaman
□ Anjurkan
memperbanyak
minum
□ Anjurkan
penggunaan
pakaian yang
longgar
□ Anjurkan
minum
analgesic jika
merasa pusing
□ Anjurkan
melakukan
pemeriksaan
darah jika
demam

2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen


asuhan (I.08238) Nyeri
Penyebab : keperawatan Observasi Mengidentifikasi
 Agen pencedera selama ……. X  Identifikasi lokasi, dan mengelola
fisiologis (mis : …… maka karakteristik, pengalaman
inflamasi, iskemia, nyeri akut durasi, frekuensi, sensorik atau
neoplasma) menurun dengan kualitas, intensitas emosional yang
 Agen pencedera kriteria hasil : nyeri berkaitan dengan
kimiawi (mis : terbakar, Tingkat Nyeri  Identifikasi skala kerusakan
bahan kimia iritan) (L.08066) nyeri jaringan atau
 Agen pencedera fisik  Keluhan nyeri  Identifikasi respon fungsional
(mis : abses, amputasi, menurun nyeri non verbal dengan onset
terbakar, terpotong,  Meringis  Identifikasi faktor mendadak atau
mengangkat berat, menurun yang memperberat lambat dan
prosedur operasi,  Sikap dan memperingan berintensitas
trauma, latihan fisik protektif nyeri ringan hingga
berlebihan) menurun  Identifikasi berat dan konstan
 Gelisah pengetahuan dan
Gejala dan Tanda Mayor menurun keyakinan tentang
 Mengeluh nyeri  Kesulitan nyeri
 Tampak meringis tidur menurun  Identifikasi

22
 Bersikap protektif  Menarik diri pengaruh budaya
(mis : waspada, posisi menurun terhadap repson
menghindari nyeri)  Berfokus nyeri
 Gelisah pada diri  Identifikasi
 Frekuensi nadi sendiri pengaruh nyeri
meningkat menurun terhadap kualitas
 Sulit tidur  Diaforesis hidup
menurun  Monitor
Gejala dan tanda Minor  Perasaan keberhasilan terapi
 Tekanan darah depresi komplementer
meningkat (tertekan) yang sudah
 Pola nafas berubah menurun diberikan
 Nafsu makan berubah  Perasaan  Monitor efek
 Proses berfikir takut samping
terganggu mengalami penggunaan
 Menarik diri cidera analgetik
berulang Terapeutik
 Berfokus pada diri
sendiri menurun  Berikan teknik non
Diaforesis  Anoreksia farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa
 Frekuensi nyeri (mis : TENS,
nadi membaik hypnosis,
 Pola nafas akupresure, terapi
membaik music,
 Tekanan biofeedback, terapi
darah pijat, aromaterapi,
membaik teknik imajinasi
 Proses terbimbing,
berpikir kompres hangat
membaik atau dingin, terapi
bermain)
 Fokus
membaik  Kontrol
lingkungan yang
 Fungsi
memperberat rasa
berkemih
nyeri (mis : suhu
membaik
ruangan,
 Perilaku
pencahayaan,
membaik
kebisingan)
 Nafsu makan
 Fasilitasi istirahat
membaik
dan tidur
Pola tidur
 Pertimbangkan
membaik
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemeliharaan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,

23
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri Pemberian
 Anjurkan Analgesik
memonitor nyeri Menyiapkan dan
secara mandiri memberikan
 Anjurkan
menggunakan agen
analgetik secara farmakologis
tepat
 Ajarkan teknik untuk
nonfarmakaologis mengurangi atau
untuk mengurangi
rasa nyeri menghilangkan
Kolaborasi rasa sakit
 Memberikan
analgetik jika perlu

Pemberian Analgesik
(I.08243)
Observasi
 Identifikasi
karakteristik nyeri
( mis: pencetus,
Pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgetik (mis:
narkotika, non
narkotik atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
 Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
 Monitor efektivitas
analgetik

Terapeutik

24
 Diskusikan jenis
analgetik yang
disukai untuk
mencapai analgesial
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
continue, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgetik
untuk
mengoptimalakan
respon pasien
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgetik dan efek
yang tidak
diinginkan

Edukasi
 Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian dosis dan
analgetik, sesuai
indikasi

25
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.K


DENGAN MENINGITIS
DI RUANG CEMPAKA RSUD BANGLI

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.K
No RM : 281122
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Status : Menikah
Tanggal MRS : 1 Agustus 2020
Tanggal Pengkajian : 2 Agustus- 4 Agustus 2020

B. Keluhan Utama
Pasien merasa nyeri pada bagian kepala dan panas sejak seminggu yang lalu

Riwayat Kesehata
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasein mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan bahwa sudah satu minggu tepatnya pada tanggal 25 Juli
2020 ia mengalami nyeri dibagian kepala, selain itu juga terasa kaku dibagian
leher klien. Klien juga sudah demam selama satu minggu. Sebelumnya klien
sudah minum obat untuk menurunkan demamnya tapi demamnya tidak mau
turun. Suhu klien saat diperiksa 38.90C. istri klien juga mengatakan bahwa
klien sering mengeluh sulit tidur karena nyeri yang sering ia rasakan. Akhirnya

26
tanggal 1 Agustus 2020 pukul 06.30 wita klien dibawa ke rumah sakit Bangli
untuk melakukan pemeriksaan. Setelah mendapatkan pemeriksaan pasien di
diagnose Meningitis dengan TTV: 150/80mmHg, S:38,9℃, N: 78x/menit, RR:
25x/menit. Pada Pukul 13.00Wita pasien dirujuk untuk dirawat inap di ruang
Cempaka dengan terapi RL 20tmp, Ibuprofen 400 mg/6 jam, pct fls 3x1gr,
diazepam 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam.

3. Riwayat Kesehata Keluarga


Istri klien mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami hal seperti Tn.

27
II. ANALISA DATA

Ruang : Cempaka

Nama pasien : Tn.K

No Register : 281122

N Data Fokus Penyebab Masalah


O Kemungkinan Keperawatan
1 DS : pasien mengeluh nyeri pada Proses Penyakit Nyeri Akut
. bagian kepala
P : mengatakan nyerinya muncul
sejak seminggu yanglalu Agen Pencedera
Q : tertusuk-tusuk Fisiologis
R : di kepala
S : 6 (0-10)
T : Nyeri muncul secara tiba-tiba Nyeri Akut
dengan durasi ± 30 detik
DO : KU pasien lemah, pasien
Mengeluh nyeri
tampak meringis, mengeluh nyeri,
pada saat berbicara pasien tampak
menutup mata untuk mengurangi
rasa nyeri

2 DS : pasien mengatakan suhu badan Proses Infeksi Hipertermia


terasa panas demam 1 minggu yang
.
lalu.
Proses penyakit
DO : KU pasien lemah, kulit px
terasa panas, Kulit ps terlihat
kemerahan, Suhu tubuh Px diatas Hipertermia
nilai normal

TTV: TD: 150/80mmHg, S:38,9℃, Suhu tubuh diatas


nilai normal
N: 78x/menit, RR: 25x/menit.

28
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ruang : Cempaka

Nama pasien : Tn.K

No Register : 281122

N Diagnosa Keperawatan
O
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada bagian kepala, KU pasien lemah, pasien tampak
meringis, mengeluh nyeri, pada saat berbicara pasien tampak menutup mata
untuk mengurangi rasa nyeri

2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dibuktukan dengan pasien


mengeluh badan terasa panas, KU pasien lemah, kulit px terasa panas, Kulit ps
terlihat kemerahan, Suhu tubuh Px diatas nilai normal. Setelah pemeriksaan
TTV di dapatkan hasil TD: 150/80mmHg, S:38,9℃, N: 78x/menit, RR:
25x/menit.

IV. PERENCANAAN

A. Prioritas Masalah

N Tanggal Masalah keperawatan Tanggal teratasi Tanda


O Muncul Tangan
1 2 Agustus Nyeri Akut 4 Agustus 2020 TTD
. 2020
Pukul
08.00wita
2 2 Agustus Hipertermia 4 Agustus 2020 TTD
2020
Pukul
08.00wita

29
B. PERENCANAAN
N Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 2 Nyeri Akut Tingkat Manajemen Nyeri
Agustus
berhubungan Nyeri
2020 1. Identifikasi 1. Agar
Pukul dengan proses karakteristik durasi, mengetahui
08.00 frekuensi, kualitas, lokasi,
penyakit di Setelah
wita intensitas nyeri karakteristik,
tandai dengan dilakukan durasi, frekuensi,
kualitas, dan
pasien asuhan
intensitas nyeri
mengeluh keperawatan
2. Identifikasi skala 2. agar
nyeri pada selama 2x24
nyeri mengetahui skala
bagian kepala, jam maka nyeri
KU pasien tingkat nyeri
3. Identifikasi pengaruh 3. Agar
lemah, pasien menurun nyeri terhadap mengetahui
kualitas hidup apakah ada
tampak dengan
pengaruh nyeri
meringis, kriteria hasil: terhadap kualitas
hidup
mengeluh - Keluhan
nyeri, pada nyeri 4. Berikan Teknik non 4. agar nyeri
Farmakologis untuk pasien berkurang
saat berbicara menurun
mengurangi rasa
pasien tampak - Meringis nyeri
5. Agar nyeri
menutup mata menurun
5. Fasilitasi intirahat tidak timbul
untuk dan tidur kembali
mengurangi
6. Agar pasien
rasa nyeri 6. Jelaskan penyebab, mengerti akan
periode dan pemicu penyakitnya
nyeri
7. Agar pasien
7. Ajarkan Teknik mampu
Farmakologis untuk melakukan
mengurangi nyeri Teknik
farmakologis
sendiri

8. untuk
8.Memberikan mengurangi nyeri
analgetik, jika perlu pasien
2 2 Hipertermia Termore- Manajemen

30
Agustus berhubungan gulasi Hipertermia
2020 dengan proses
Pukul infeksi Setelah 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk
08.00 dibuktukan dilakukan hipertermia mengetahui
wita dengan pasien asuhan pemicu
mengeluh keperawatan terjadinya
badan terasa selama 2x24 hipertermia
panas, KU jam
pasien lemah, diharapkan 2. Monitor suhu tubuh 2. untuk
kulit px terasa termoregulas mengetahui suhu
panas, Kulit i membaik tubuh pasien
ps terlihat dengan
kemerahan, kriteria hasil: 3. Monitor komplikasi 3. umtuk
Suhu tubuh Px - Suhu akibat hipertermia mencegah
diatas nilai membaik terjadinya hal-hal
normal. - Kulit yang mengancam
Setelah merah nyawa pasien
pemeriksaan menurun
TTV di - Suhu kulit 4. Berikan cairan oral 4.Untuk
dapatkan hasil membaik menggantikan
TD: cairan yang
150/80mmHg, hilang akibat
S:38,9℃, proses evaporasi
N: 78x/menit,
RR:25x/menit. 5. Lakukan pendinginan 5. Untuk
eksternal (mis. Selimut mengurangi suhu
hipotermi atau kompres panas
dingim pada dahi, leher,
aksila, dada, dan
abdomen)

6. Anjurkan tirah baring 6. Untuk

31
memaksimalkan
kondisi pasien

7. Kaloborasi pemberian 7. Untuk


antipiretik menurunkan
suhu tubuh

32
V. PELAKSANAAN

Ruang : Cempaka

Nama pasien : Tn.K

No Register : 281122

N TANGGAL NO TINDAKAN EVALUASI TTD


O DK KEPERAWATAN
2 Agustus 1 - mengidentifikasi lokasi, DS : pasien
2020 karakteristik, durasi, dan mengatakan
inyersitas nyeri nyerinya muncul
08.20 wita sejak seminggu
yanglalu di
kepalanya dan
seperti tertusuk-
tusuk
DO : Pasien
tampak meringis
kesakitan

08.30 wita 2 - Mengidentifikasi penyebab DS : pasien


hipertemia mengatakan panas
datang setelah
kepalanya terus
terasa nyeri dan
panasnya tidak
turun turun
DO :Pasien terlihat
lemas, kulit terasa
hangat dan
kemerahan

09.15 wita 1 - mengidentifikasi skala nyeri DS : Pasein


mengatakan nyeri

33
sekali di bagian
kepala
DO : Pasien
tampak meringis

10.00 wita 1 - mengidentifikasi pengaruh DS : Pasien


nyeri terhadap kualitas hidup mengatakan sejak
sakit aktifitasnya
terganggu
DO : Pasien
tampak hanya
tiduran di bed
10.45 wita 1 - memberikan Teknik non DS : Pasien
farmakologis untuk mengatakan tidak
mengurangi rasa nyeri (nafas bisa melakukannya
dalam) DO : pasien tidak
kooperatif

11.15 wita 1 - melakukan pemeriksaan DS : -


dan TTV DO :
2 TD:150/80mmHg,
S:38,9℃,
N: 78x/menit,
RR:20x/menit.

12.10 wita 2 - menganjurkan tirah baring DS : Pasien


mengatakan
bersedia mengikuti
anjuran
DO : pasien
tampak kooperatif

13.20 wita 1 - menjelaskan penyebab, DS : Pasien


periode dan pemicu nyeri mengatakan

34
mengerti akan
penjelasan
DO : Pasien
kooperatif

13.50 wita 1 - mengkaloborasi pemberikan DS : -


dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik
dari sebelumnya

15.00 wita 1 - memberikan Teknik non DS : Pasien


farmakologis untuk mengatakan agak
mengurangi rasa nyeri (nafas mengerti tentang
dalam) penjelasan
DO : Pasien
tampak kooperatif

16.30 wita 1 - melakukan pemeriksaan DS : -


dan TTV DO :
2 TD: 140/90mmHg
S : 38,7 ℃
N :80x/menit
RR : 20x/menit

17.30 wita 2 - melakukan pendingan DS : keluarga


eksternal pasien mengatakan
akan melakukan
kompres
DO : Keluarga
tampak
mengompres di
kepala dan aksila

18.30 wita 2 - Memberikan pasien minum DS : pasien

35
meminum air
sebanyak 500cc
DO : pasien
tampak terpaksa
meminum airnya

20.00 wita 2 - Memonitor komplikasi DS : -


akibat hipertermia DO : Tidak ada
penyakit lain yang
di sebabkan oleh
hipertermi

21.00 wita 1 - memfasilitasi istirahat dan DS : pasien


tidur mengatakan tidak
bisa tidur karena
nyeri di kepala
DO : pasien
tampak tidak
nyaman

22.00 wita 1 - mengkaloborasi pemberikan DS : -


dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik
dari sebelumnya
3 Agustus 1 - melakukan pemeriksaan DS : -
2020 dan TTV DO :
2 TD:140/90mmHg
05.00wita S: 38,4℃
N : 80x/menit
RR : 20x/menit

06.00 wita 1 - mengkaloborasi pemberikan DS : -


dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik

36
dari sebelumnya

07.00 wita 1 - Identifikasi skala nyeri DS : Pasien


pasien mengatakan
nyerinya lumayan
mendingan dari
hari pertama
DO : Pasien
tampak masih
meringis

08.50 wita 2 - Memberikan minum DS : Pasien minum


sebanyak 700cc air
DO : Pasien
tampak sudah mau
minum air

10.00 wita 1 - mengidentifikasi pengaruh DS : Pasien


nyeri terhadap kualitas hidup mengatakan sudah
lumayan bisa
melakukan
aktifitasnya sendiri
DO : Pasien
tampak bisa duduk
di bed
10.30 wita 1 - memberikan Teknik non DS : Pasien
farmakologis untuk mengatakan bisa
mengurangi rasa nyeri (nafas melakukannya
dalam) DO : pasien
tampak kooperatif

11.15 wita 1 - melakukan pemeriksaan DS : -


dan TTV DO :
2 TD:130/90mmHg,

37
S:38 ℃,
N: 80x/menit,
RR:20x/menit.

12.20 wita 2 - menganjurkan tirah baring DS : Pasien


mengatakan
bersedia mengikuti
anjuran
DO : pasien
tampak kooperatif

13.20 wita 1 - menjelaskan penyebab, DS : Pasien


periode dan pemicu nyeri mengatakan
mengerti akan
penjelasan
DO : Pasien
kooperatif

13.50 wita 1 - mengkaloborasi pemberikan DS : -


dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik
dari sebelumnya

14.50 wita 1 - memberikan Teknik non DS : Pasien


farmakologis untuk mengatakan agak
mengurangi rasa nyeri (nafas mengerti tentang
dalam) penjelasan
DO : Pasien
tampak kooperatif

16.30 wita 1 - melakukan pemeriksaan DS : -


dan TTV DO :
2 TD: 140/90mmHg
S : 37,5 ℃

38
N :80x/menit
RR : 20x/menit

17.50 wita 2 - melakukan pendingan DS : keluarga


eksternal pasien mengatakan
akan melakukan
kompres
DO : Keluarga
tampak
mengompres di
kepala dan aksila

18.40 wita 2 - Memberikan pasien minum DS : pasien


meminum air
sebanyak 1000cc
DO : pasien
tampak sudah mau
minum air

19.40 wita 2 - Memonitor komplikasi DS : -


akibat hipertermia DO : Tidak ada
penyakit lain yang
di sebabkan oleh
hipertermi

21.00 wita 1 - memfasilitasi istirahat dan DS : pasien


tidur mengatakan tidak
bisa tidur karena
nyeri di kepala
DO : pasien
tampak tidak
nyaman

22.00 wita 1 - mengkaloborasi pemberikan DS : -

39
dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik
dari sebelumnya

4 Agustus 1 - melakukan pemerisaan TTV DS :


2020 dan DO :
2 TD: 130/90mmHg
05.00 wita S : 37℃
N : 80x/menit
RR : 20x/menit

06.00 wita 1 - mengkaloborasi pemberikan DS : -


dan analgetik dan antipiretik DO : pasien
2 tampak lebih baik
dari sebelumnya

07.00 wita 1 - mengidentifikasi skala nyeri DS : Pasien


mengatakan nyeri
di kepalanya
lumayan membaik
DO : pasien
tampak lemah

08.20 wita 2 - Melakukan pendinginan DS : keluarga


eksternal mengatakan akan
melakukan
kompres
DO : keluarga
mengompres
pasien pada bagian
kepala, dada dan
aksila

40
41
VI. EVALUASI

Ruang : Cempaka

Nama pasien : Tn.K

No Register : 281122

N Tanggal NO Evaluasi TTD


O DK
1 4 Agustus 1 S : Pasien mengatakan nyeri dikepalanya masih ada
2020
O : KU pasien lemah, tampak meringis dan skala
08.30 wita nyeri 4 (0-10)
TD: 130/90mmHg
S : 37℃
N : 80x/menit
RR : 20x/menit

A : Nyeri Akut

P : Masalah teratasi Sebagian, lanjutkan intervensi


- Identifikasi skala nyeri
- Berikan Teknik nafas dalam
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Memberikan analgetik

2 4 Agustus 2 S : Pasien mengatakan bahwa panasnya sudah


2020 berkurang sedikit
08.30 wita
O : Kulit pasien tampak masih kemerahan, suhu
kulit masih terasa hangat
TD: 130/90mmHg
S : 37℃

42
N : 80x/menit
RR : 20x/menit

A : Hipertermia

P : Masalah teratasi Sebagian, lanjutkan intervensi


- Monitor suhu tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal
- Berikan antipiretik

43
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan


piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan
serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pada penderita
Meningitis biasanya di jumpai Keluhan pertama yaitu nyeri kepala.rasa nyeri ini
dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot – otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam
sikap hiperekstensi, Kesadaran menurun, tanda kernig dan brudzinsky positif . Untuk
penanganan penderita menginitis dapat diberikan terapi medis yaitu pemberian obat
antibiotik dan kortekosteroid. Selain itu dapat juga dilakukan terapi operatif yaitu
tindakan operatif mastoidektomi, trombektomi, jugular vein ligation, perisinual dan
cerebellar abcess drainage.

3.2 Saran
A. Bagi pasien
Pada pasien yang sudah merasakan adanya tanda dan gejala yang
timbul pada pasien, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan secepatnya
di rumah sakit agar secepatnya mendapatkan penanganan secara dini
untuk mencegah terjadinya kompllikasi yang lebih lanjut.
B. Bagi perawat
Pada perawat yang menangani pasien meningitis di harapkan dapat
memberikan penkes terhadap pasien, tanda dan gejala meningitis,
tujuannya agar pasien bisa secepatnya dapat melakukan tindakan
pencegahan terkait penyakit meningitis.
C. Bagi rumah sakit
Disarankan untuk rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan
lainnya dapat meningkatkan sarana dan fasilitas tenaga kesehatan yang

44
memadai, serta menampung dan memberikan pelayanan kesehatan yang
kooperatif dan profesional, tujuannya adalah untuk mengurangi penderita
meningitis di Indonesia, serta dapat bersaing dengan tenaga kesehatan
yang ada dimanca negara.

45
DAFTAR PUSTAKA

Herdman,T.Teather.2012.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014.Jakarta:EGC

Majalah Kedokteran Nusantara vol.3.2006.Diagnosis dan penatalaksanaan


Meningitis Otogenik.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

46
47

Anda mungkin juga menyukai