Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI

PENYAKIT MENINGITIS

DISUSUN OLEH
1. Lilik Nur Safitri (14.401.17.051)
2. Tyas Prisillia (14.401.17.051)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM DIIIKEPERAWATAN
2019/2020
i
i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI............................................................................................................................................ i
A. Latar belakang .......................................................................................................................... ii
B. Batasan Masalah ...................................................................................................................... iii
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................... iii
D. Tujuan ....................................................................................................................................... iii
1. Tujuan Umum ...................................................................................................................... iii
2. Tujuan Khusus ..................................................................................................................... iii
BAB II..................................................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 1
A. KONSEP PENYAKIT .................................................................................................................. 1
1. Definisi ....................................................................................................................................... 1
2. Etiologi ....................................................................................................................................... 1
3. Manifestasi Klinis...................................................................................................................... 1
4. Patofisiologi ............................................................................................................................... 2
5. Klasifikasi .................................................................................................................................. 5
6. Komplikasi ................................................................................................................................. 6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 7
1. Pengkajian ................................................................................................................................. 7
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................... 10
3. Intervensi ................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 17

i
BAB I
PENDAHULUHAN
A. Latar belakang
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula
spinalis. Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi yang terdapat bakteri ( infeksi
sekunder) seperti sinusitis, otitis media, pneumonia, endokarditis atau osteomielitis.
Organisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi neisseria
meningitidis (meningitis meningokok), haemophilus influenzae dan streptococus
pneumonia (organisme ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab
meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan adalah escherichia coli
coli dan listeriamonocytogenes). Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi
menjadi meningitis aseptik (aseptik meningitis) yang disebabkan oleh virus,
meningitis non infeksius yang disebabkan oleh darah diruang subarakhnoid, dan
meningitis bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai macam
bakteri (Batticaca, 2010, hal. 140).
Meningitis bakteri merupakan penyakit serius dan pencegahan sangat penin g
dilakukan. Meningitis bakteri ditularkan melalui kontak dekat langsung dengan
droplet pernafasan dari hidung atau tenggorok. Individu yang paling berisiko adalah
mereka yang tinggal bersama anak atau siapapun yang bermain bersama atau kontak
dekat dengan anak tersebut (Kyle & Carman, 2015, hal. 557).
Tipe meningitis virus disebut sebagai aseptic meningitis. Meningitis ini terjadi
sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps,
herpes simplex, dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya terjadi di
atas kortex serebral, substansi putih dan meningens. Kerentanan jaringan otak
terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang di pengaruhi. Virus
herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan
neksrosis sel-sel. Virus yang lain menyebabkan perubahan produksi enzim atau
neurotransmiter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan
neurologi (Widagdo, 2010, hal. 125).
Dari beberapa literatur diatas dapat di simpulkan bahwa meningitis dapat
terjadi oleh virus dan bakteri. Meningitis bakteri dapat di tularkan dari kontak
langsung (droplet) sedangkan meningitis virus sebagai akibat dar berbagai macam
penyakit yang di sebabkan oleh virus (Widagdo, 2010, p. 125).

ii
B. Batasan Masalah
Masalah pada khasus ini dibatasi pada konsep asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami penyakit meningitis.
C. Rumusan Masalah
1. Apa konsep penyakit dari meningitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit meningitis ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep asuhan keperawatan pada penyekit
meningitis
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui konsep penyakit meningitis.
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan meningitis.

iii
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Meningitis adalah radang pada meningitis (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Meningitis
merupakan infeksi akut dari meningen, biasanya ditimbulkan dari mikroorganisme
pneumonik, meningokok, stafilokok, stretokok, hemophilus influenza dan bahan
aseptis (Wijaya, 2013, hal. 24).
Meningitis bakterialis merupakan suatu infeksi purulen lapisan otak yang dari
orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subraknoid, namun pada
bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau
empiema subdural atau bahkan kedalam otak (Nurarif, 2016, hal. 114).
2. Etiologi
Etiologi meningitis terdiri dari : (Wijaya, 2013, p. 24)
a. Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae (pneumokok ),
neisseria meningitis (meningokok), streptococus haemolyticuss, staphylococus
aureus.
b. Virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia
c. Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada wanita
d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin
f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan
dengan sistem persarafan
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terdiri dari : (Kowalak, 2011, p. 314)
a. Tanda-tanda meningitis secara khas meliputi: (Kowalak, 2011, p. 314)
a) Panas atau demam, menggigil, dan merasa terjadi tidak enak karena infeksi
serta inflamasi.
b) Sakit kepala, muntah, dan kadang-kadang pupil edema (inflamasi nervus
flamasi dan edema optikus).
b. Tanda-tanda iritasi meningen meliputi :
a) Kaku kuduk.

1
b) Tanda Brudzinki dan Kernig yang positif.
c) Refleks tendon dalam yang berlebihan dan simetris.
d) Opistotonos (keadaan spasme dimana punggung dan ekstremitas
melengkung kebelakang sehingga tubuh bertumpu pada kepala dan kedua
tumit.
c. Ciri-ciri meningitis yang lain meliputi :
a) Sinus aritmia akibat iritasi pada serabut-serabut saraf dalam sistem saraf
otonom.
b) Iritabilitas akibat kenaikan tekanan intracranial.
c) Fotofobia, diplopia, dan permasalahan penglihatan lain akibat iritasi
nervus kranialis.
d) Delirium, stupor berat, dan koma akibat kenaikan tekanan intrakranial dan
edema serebri.
4. Patofisiologi
Meningitis umumnya dimulai dalam bentuk inflamasi piaraknoid, yang dapat
berlanjut dengan timbulnya kongesti pada jaringan sekitarnya dan kerusakan
sebagian sel saraf.
Mikroorganisme secara khas masuk ke dalam sistem saraf pusat (SSP) melalui
salah satu dari empat jalur ini:
a. Darah (yang paling sering)
b. Lubang yang menghubungkan secara langsung cairan serebrospinal dengan
lingkungan sebagai akibat trauma
c. Lintasan di sepanjang nervus kranialis dan saraf perifer
d. Lintasan melalui mulut atau hidung
Mikroorganisme dapat ditularkan kepda bayi melalui lingkungan intrauteri.
Mikroorganisme yang menginvasi akan memicu respons inflamasi pada
meningen. Dalam upaya mengusir invasi tersebut, sel-sel neutrofil akan
berkumpul di daerah ini dan menghasilkan eksudat di dalam ruang subaraknoid
sehingga cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus.
a. Menyebabkan eksaserbasi respons inflamasi yang akan menaikkan tekanan
dalam otak.
b. Dapat meluas hingga mengenai nervus kranialis serta saraf perifer, dan
keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi tambahan

2
c. Menimbulkan iritasi pada meningen, yang menyebabkan disrupsi membran
selnya dan mengakibatkan edema
Konsekuensi semua keadaan di atas adalah kenaikan tekanan intrakanial,
penggelembungan pembuluh darah, gangguan pasikan darah serebral,
kemungkinan trombosis atau ruptur, dan bila tekanan intrakranial tidak turun,
hasil akhir yang terjadi adalah infark serebri. Ensafalitis dapat pula terjadi sebagai
infeksi sekunder pada jaringan otak.
Pada meningitis aseptik, sel-sel limfosit akan menginfiltrasi lapisan pia-
araknoid tetapi biasanya infiltrasi ini tidak sehebat pada meningitis bakterialis dan
juga tidak membentuk eksudat. Jadi, tipe meningitis ini bersifat sembuh sendiri
(Kowalak, 2011, pp. 313-314).

3
PATHWAY
(Nugroho, 2011, p. 92)
Prnyebab meningitis

Organisme masuk ke aliran darah

Reaksi radang dalam meningen bawah cortex

meningitis

Trombus, aliran darah cerebral

Eksudat purulan menyebar kedasar otak dan madula spinalis

Kerusakan neurologis

Kaku kuduk

CO2 meningkat Aktifitas mikrofag virus

Permeabilitas vaskular Pelepasan zat pirogen


pada serebri indogen

Volume tekanan Merangsang kerja berlebihan dari PGEO dihipothalamus


meningkat

Menstabilkan termogulasi suhu kejang


TIK tubuh sistemik

Nyeri akut Hipertermia Resiko cidera

4
5. Klasifikasi
Menurut (Nugroho, 2011, pp. 90-91).
a. Meningitis bakteri / purulenta
a) Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari penyakit lain
b) Bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus
c) CSF : warna opalescent s.d keruh, pada stadium dini jernih nonepandi +,
sebagian besar sel PMN, protein meningkat, glukosa turun, glukosa darah
menurun
d) Gejala neurologist dibagi dalam tahap :
1) Fase I : sub febris, lesu, mudah terangsang, anoreksia, mual, sakit
kepala ringan
2) Fase II : tanda rangsang meningen, kelainan N IIIdan IV, kadang
hemiparase dan erteritis
3) Fase III : tanda neurology fokal, konvulsi, kesadaran menurun
4) Fase IV : tanda fase III disertai koma dan shock
b. Meningitis tuberkolosa
a) Merupakan komplikasi infeksi TBC primer : tuberkel terbentuk diotak
permukaan otak- pecah kedalam rongga aracnoid – meningoencepalitis –
eksudat – obstruksi pada sisterna basalis – hidrosefalus dan kelainan pada
syaraf otak, terdapat kelainan p. darah arteritis dan phlebitis – infark otak
b) CSF : warna jernih, opalescent, santocrom, tekanan meningkat, jumlah sel
biasanya tidak lebih dari 150/mm3 terutama terdiri dari limfosit, kadar
protein meningkat, kadar glukosa dan CL menurun, bila CSF di biarkan
akan timbul fibrosis web (pellicle), glukosa dara bisa naik / turun
c) Terdiri dari 3 stadium :
1) Stadium I : tanpa demam / kelainan, apatis, tidur terganggu, anoreksia,
nyeri kepala, mual, muntah
2) Stadium II : kejang, rangsang meningeal, reflek tendon meningkat,
TIK, kelumpuhan saraf III dan IV, kelumpuhan sarah lainnya
3) Stadium III : kelumpuhan, koma, pupil midriasis, reaksi pupil, nadi dan
RR tidak teratur, kadang cheyne stokes, hiperpireksia

5
c. Meningitis virus
a) Disebabkan oleh virus
b) CSF : terdapat pleositosa terutama dari sel monoklear, cairan bebas
kuman, protein sedikit meningkat, jumlah sel sekitar 100-800/mm3,
glukosa dalam batas normal
c) Gejala kulit biasanya ringan, jika berat biasanya ditemukan nyeri
kepala/kuduk.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis antara lain : (Nugroho, 2011, pp.
90-91)
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intrakarnial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan infark kedaerah subdural
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada menigen
dapat sampai kejaringan cranial lain baik melalui perembetan langsung
maupun hematogen termasuk ke ventricular
c. Hidrosevalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi liquor serebro spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental
sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju
medulla spinalis Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan diintrakarnial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar keotak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat
e. Epilepsy
f. Retardasi mental. Retaldasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis
yang sudah menyebar ke serebrum sehingga menganggu gyrus otak anak
sebagai tempat penyimpanan memori
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi kaarena pengobatan yang
tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotic yang
digunakan untuk pengobatan.

6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas
Biasanya meningitis menyerang pada usia muda yaitu 1 bulan hingga 5 tahun,
dengan sebagian besar kasus pada anak kurang dari 1 tahun dan individu
dewasa muda 15 hingga 24 tahun (Kyle & Carman, 2015, p. 557).
b) Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Pada pasien meningitis biasanya keluhan utama yang dirasakan yaitu
muncul demam atau menggigil, kernig (+) (Kyle & Carman, 2015, p. 138).
2) Alasan masuk rumah sakit
Keluhan yang diraskan saat masuk rumah sakit biasanya pasien sakit
kepala, muntah, kejang, ruam pada kulit (Kyle & Carman, 2015, p. 138).
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang didapatkan dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan
meliputi sakit kepala, mual muntah, demam, perubahan tingkat kesadaran
dan merasa kaku pada leher (Widagdo, 2010, hal. 125).
c) Riwayat penyakit terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya
Meningitis dapat terjadi sesudah seseorang megalami trauma atau
menjalani prosedur infasif yang meliputi ftakrtur tengkorak atau kraniu,
luka tembus pada kepala, pungsi lumbal, pemasangan shunt ventrikulus
(Kowalak, 2011, hal. 314).
2) Riwayatkeluarga
Pada pasien meningitis tidak ada riwayat penyakit keluarga namun adanya
riwayat kesakitan maternal (Kyle & Carman, 2015, p. 138).
d) Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum
a) Kesadaran
Biasanya pasien yang mengalami penyakit meninitis kesadarannya
apatis sampai koma (Wijaya, 2013, hal. 29).
b) Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan pada tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
(Wijaya, 2013, p. 22).

7
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Pernapasan tidak teratur, kadang terjadi chyne stokes, tacgipnea, napas
cepat dan dangkal (Wijaya, 2013, p. 29).
b) Sistem kardiovaskuler
Pada sistem karidovaskuler terjadi kenaikan tekanan intrakarnial yang
dapat mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri (koma) (Kowalak,
2011, p. 314).
c) Sistem persyarafan
Disfungsi pada saraf cranial N III, VI, VIII
Neuron III & VI : biasanya pada pasien meningitis pemeriksaan fungsi
dan reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan, pada tahap lanjut meningitis yang
menggangu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi
pupil akan didapatkan. Dengan alasan berlebihan terhadap cahaya.
Neuron VIII : biasanya pada pasien meningitis dengan stadium lanjut
ditemukannya dan yatulikonduktif dan tuli persepsi.
d) Sistem perkemihan
Tidak terjadi gangguan pada sitem perkemihan (Wijaya, 2013, p. 22).
e) Sistem pencernaan
Padapasien meningitis biasanya terjadi mual dan muntah (Kowalak,
2011, p. 314).
f) Sistem integument
Pada sistem integumen terjadi ruampetekia, vesicular atau ruam
mukular juga dapat terjadi pada pasien meningitis.
g) Sistem musculoskeletal
Pada sistem muskuloskeletal pasien yang mengalami penyakit
meningitis biasanya mengeluh nyeri dan kaku pada leher atau kekauan
pada otot.
h) Sistem reproduksi
Pada pasien meningitis biasanya terjadi gangguan pada sistem
reproduksi.
i) Sistem endrokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin (Wijaya, 2013, p. 22).

8
j) Sistem imun
Pada sistem imun mengalami penurunan sistem imun pada pasien
meningitis (Wijaya, 2013, p. 22).
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan cairan dan otak
1) Bakteri
Tekanan cairan otak meningkat > 180 mmH20
Warna : keruh sampai purulen
Sel : leukosit meningkat, 95% PMN
Protein : meningkat > 75 mg/100 ml
Gula : menurun < 40 , normal 2/3 dari glukosa darah
2) Virus
Warna : jernih
Sel : jumlah sel meningkat
Protein : normal
Gula : normal
Cl- : normal
b) Pemeriksaan darah tepi, leukosit meningkat
c) Elektrolit, hiponatremia karena pengeluaran ADH
d) LP, tidak untuk pningkatan TIK
e) CT scan, untuk edema serebral
f) Rontgen : radang paru / abses paru sebagai sumber infeksi (Wijaya,
2013, hal. 29)
4) Penatalaksanaan
a) Obat anti inflamasi
1) Meningitis tuberkulosa
a) Isoniazid 10-20 mg/kg/24 jam per oral, 2 kali sehari maksimal
500 gr selama setengah tahun
b) Rifamfisin 10-15 mg/kg/24 jam per oral 1 x selama 1 tahun
c) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kg/ 24 jam sampai 1 minggu, 1-2
kali sehali selama 3 bulan
2) Meningitis bakterial < 2 bulan
a) Sepalosforin generasi ke-3
b) Ampisilin 150-200 mg(400 gr)/kg/ jam IV, 4-6 kali sehari

9
3) Meningitis bakterial umur > 2 bulan
a) Ampisilin 150-200 mg(400 gr)/kg/ jam IV, 4-6 kali sehari
b) Sepalosforin generasi ke-3
4) Pengembangan simtomatis
a) Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kg/dosis atau rectal 0,4-0,5
mg/kg/dosis kemudian dilanjutkan dengan fentoin 5 mg/kg/24
jam 3x dalam sehari
b) Turunkan demam dengan antipiretik, paracetamol, atau salisilat
10 mg/kg/dosis sambil kompres air
5) Pengobatan suportif
a) Cairan intravena
b) Pemberian O2 agar konsentrsi O2 berkisar antara 30-50 %.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d proses terjadinya infeksi (PPNI, 2016, p. 284).
a) Definisi : Suhu tubuh meningkat dibawah rentang normal tubuh
b) Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4) Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebih
8) Penggunaan inkubator
9) Gejala dan Tanda Mayor
c) Tanda dan gejala
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
Suhu tubuh di atas normal
d) Kondisi Klinis Terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke

10
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) prematuritas
b. Resiko Cedera b.d kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi
sepenuhnya sehat (PPNI, 2016, p. 294).
a) Definis : beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi
baik
b) Penyebab
Eksternal
1) Terpapar patogen
2) Terpapar zat kimia toksik
3) Terpapar agen nosokimial
4) Ketidak amanan transportasi
Internal
1) Keidaknormalan profil darah
2) Perubahan orientasi afektif
3) Perubahan sensasi
4) Disfungsi autoimun
5) Disfungsi biokimia
6) Hipoksia jaringan
7) Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
8) Malnutrisi
9) Perubahan fungsi psikomotor
10) Perubahan fungsi kognitif
c) Kondisi Klinis Terkait
1) Kejang
2) Sinkop
3) Vertigo
4) Gangguan penglihatan
5) Gangguan pendengaran
6) Penyakit parkinsosn
7) Hipotensi
8) Kelainan nervus vestibularis

11
9) Ratardasi mental
c. Nyeri Akut b.d pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional(PPNI, 2016, p. 172).
a) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga beratn yang berlangsung kurang
dari 3 bulan
b) Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencendera kimiawi (mis, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih)
c) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis, waspada posisi menghindar nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d) Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
3. Intervensi
1. Hipertermia (Wilkinson J. , 2016, pp. 216-217)
a) Tujuan
Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktika oleh indicator
gangguan sebagai berikut (gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada gangguan).

12
b) Kriteria hasil
1) Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
2) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh.
3) Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
c) Intervensi
Aktifitas keperawatan
1) Pantau aktifitas kejang
2) Pantau hidrasi (mis. Turgor kulit, kelembapan membrane mukosa)
3) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
4) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia (mis., stroke bahang dan keletihan
akuibat panas)
2) Regulasi suhu (NIC) : Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan
tindakan kedaruratan yang diperlukan, jika perlu
Aktifitas kolaboratif
1) Regulasi suhu (NIC) :
Berikan obat antipiretik jika perlu. Gunakan matras dingin dan amndi
air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu
Aktifitas lain
a) Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut
saja
b) Gunakan waslpa dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di
aksila, kening, tengkuk, dan lipat paha
c) Anjurkan asupan cairan oral, setidaknya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktifitas yang berlebihan atau aktifitas sedang
dalam cuaca panas
d) Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
e) Gunakan selimut pendingin.

13
2. Resiko Cidera (Wilkinson J. M., 2016, pp. 297-298)
1) Tujuan
Resiko cidera akan menurun yang dibuktikan oleh perilaku keamanan
persoanal, pengendalian resiko dan lingkungan rumah yang aman.
2) Criteria hasi
a) Mempersiapkanlingkunya yang aman
b) Mengidentifikasiresiko yang meningktkankerentananterhadapcidera
c) Menghindariciderefisik
3) Intervensi NIC
Aktivitaskeperawatan
a) Identitas faktor yang mempengaruhi kebutuhan kemanan misalnya
perubahan mental.
b) Identifikasifaktorlingkungan yang memungkinkanresikoterjatuh
c) Periksa apakah pasien memakai pakaian yang terlalu ketat, mengalami
luka bakar, atau memar.
d) Tinjau riwayat obstetric pasien untuk mendapatkan informasi.
3. Nyeri Akut
1) Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau
selalu).
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
2) kriteria hasil
a) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
c) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
d) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi faktor tersebut
e) Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
f) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non
analgesic secara teapat

14
g) Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut
jantung, atau tekanan darah
h) Mempertahankan selera makan yang baik
i) Melaporkan pola tidur yang baik
j) Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan
hubungan interpersonal.
3) Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
a) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan onformasi pengkajian.
b) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0
sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri
berat)
c) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
d) Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri respon pasien
e) Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi
obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
b) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
c) Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid
(mis, risiko ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang
terjadwal (mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA

15
b) Manajemen nyeri NIC
Menggunakan tidakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi
lebih berat.
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien dimasalalu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F. B. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan.
Kyle, T., & Carman, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternias, Anak, Bedah, Penyakit dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis . Yogyakarta: Mediaction Publising.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat.
Widagdo, W. (2010). Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan.
Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.

17
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 362 Date September 05,2019

Characters 2757 Exclude Url

0% 100% 0
Plagiarized
19
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar belakang Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis.
Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi yang terdapat bakteri ( infeksi sekunder) seperti sinusitis, otitis media,
pneumonia, endokarditis atau osteomielitis. Organisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi neisseria
meningitidis (meningitis meningokok), haemophilus influenzae dan streptococus pneumonia (organisme ini biasanya terdapat
di nasofaring). Organisme penyebab meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan adalah escherichia coli coli
dan listeriamonocytogenes). Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi menjadi meningitis aseptik (aseptik
meningitis) yang disebabkan oleh virus, meningitis non infeksius yang disebabkan oleh darah diruang subarakhnoid, dan
meningitis bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai macam bakteri (Batticaca, 2010, hal. 140).
Meningitis bakteri merupakan penyakit serius dan pencegahan sangat penin g dilakukan. Meningitis bakteri ditularkan melalui
kontak dekat langsung dengan droplet pernafasan dari hidung atau tenggorok. Individu yang paling berisiko adalah mereka
yang tinggal bersama anak atau siapapun yang bermain bersama atau kontak dekat dengan anak tersebut (Kyle & Carman,
2015, hal. 557). Tipe meningitis virus disebut sebagai aseptic meningitis. Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai
macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex, dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada
umumnya terjadi di atas kortex serebral, substansi putih dan meningens. Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam
virus tergantung pada tipe sel yang di pengaruhi. Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat
menyebabkan neksrosis sel-sel. Virus yang lain menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmiter yang
menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi (Widagdo, 2010, hal. 125). Dari beberapa literatur diatas
dapat di simpulkan bahwa meningitis dapat terjadi oleh virus dan bakteri. Meningitis bakteri dapat di tularkan dari kontak
langsung (droplet) sedangkan meningitis virus sebagai akibat dar berbagai macam penyakit yang di sebabkan oleh virus
(Widagdo, 2010, p. 125). B. Batasan Masalah Masalah pada khasus ini dibatasi pada konsep asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami penyakit meningitis C. Rumusan Masalah 1. Apa konsep penyakit dari meningitis? 2. Bagaimana
konsep asuhan keperawatan dari penyakit meningitis ? D. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui secara umum mengenai
konsep asuhan keperawatan pada penyekit meningitis 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui konsep penyakit meningitis. b)
Untuk mengetahui asuhan keperawatan meningitis.

Sources Similarity

18
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 534 Date September 05,2019

Characters 4011 Exclude Url

0% 100% 0
Plagiarized
29
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Meningitis adalah radang pada meningitis (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Meningitis merupakan infeksi akut dari
meningen, biasanya ditimbulkan dari mikroorganisme pneumonik, meningokok, stafilokok, stretokok, hemophilus influenza
dan bahan aseptis (Wijaya, 2013, hal. 24). Meningitis bakterialis merupakan suatu infeksi purulen lapisan otak yang dari orang
dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subraknoid, namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural
sebagai suatu efusi atau empiema subdural atau bahkan kedalam otak (Nurarif, 2016, hal. 114). 2. Etiologi Menurut (Wijaya,
2013, p. 24). a. Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae (pneumokok ), neisseria meningitis (meningokok),
streptococus haemolyticuss, staphylococus aureus. b. Virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia c. Faktor fredisposisi : jenis
kelamin laki-laki lebih sering dari pada wanita d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu terakhir
kehamilan e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin f. Kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan 3. Manifestasi Klinis a. Tanda-tanda meningitis secara
khas meliputi: (Kowalak, 2011, p. 314) a) Panas atau demam, menggigil, dan merasa terjadi tidak enak karena infeksi serta
inflamasi. b) Sakit kepala, muntah, dan kadang-kadang pupil edema (inflamasi nervus flamasi dan edema optikus). b. Tanda-
tanda iritasi meningen meliputi : a) Kaku kuduk b) Tanda Brudzinki dan Kernig yang positif c) Refleks tendon dalam yang
berlebihan dan simetris d) Opistotonos (keadaan spasme dimana punggung dan ekstremitas melengkung kebelakang
sehingga tubuh bertumpu pada kepala dan kedua tumit c. Ciri-ciri meningitis yang lain meliputi : a) Sinus aritmia akibat iritasi
pada serabut-serabut saraf dalam sistem sraf otonom b) Iritabilitas akibat kenaikan tekanan intracranial c) Fotofobia, diplopia,
dan permasalahan penglihatan lain akibat iritasi nervus kranialis d) Delirium, stupor berat, dan koma akibat kenaikan tekanan
intrakranial dan edema serebri. 4. Patofisiologi Meningitis umumnya dimulai dalam bentuk inflamasi piaraknoid, yang dapat
berlanjut dengan timbulnya kongesti pada jaringan sekitarnya dan kerusakan sebagian sel saraf. Mikroorganisme secara khas
masuk ke dalam sistem saraf pusat (SSP) melalui salah satu dari empat jalur ini: a. Darah (yang paling sering) b. Lubang
yang menghubungkan secara langsung cairan serebrospinal dengan lingkungan sebagai akibat trauma c. Lintasan di
sepanjang nervus kranialis dan saraf perifer d. Lintasan melalui mulut atau hidung Mikroorganisme dapat ditularkan kepda
bayi melalui lingkungan intrauteri. Mikroorganisme yang menginvasi akan memicu respons inflamasi pada meningen. Dalam
upaya mengusir invasi tersebut, sel-sel neutrofil akan berkumpul di daerah ini dan menghasilkan eksudat di dalam ruang
subaraknoid sehingga cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus. a. Menyebabkan eksaserbasi respons inflamasi
yang akan menaikkan tekanan dalam otak. b. Dapat meluas hingga mengenai nervus kranialis serta saraf perifer, dan
keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi tambahan c. Menimbulkan iritasi pada meningen, yang menyebabkan disrupsi
membran selnya dan mengakibatkan edema Konsekuensi semua keadaan di atas adalah kenaikan tekanan intrakanial,
penggelembungan pembuluh darah, gangguan pasikan darah serebral, kemungkinan trombosis atau ruptur, dan bila tekanan
intrakranial tidak turun, hasil akhir yang terjadi adalah infark serebri. Ensafalitis dapat pula terjadi sebagai infeksi sekunder
pada jaringan otak. Pada meningitis aseptik, sel-sel limfosit akan menginfiltrasi lapisan pia-araknoid tetapi biasanya infiltrasi
ini tidak sehebat pada meningitis bakterialis dan juga tidak membentuk eksudat. Jadi, tipe meningitis ini bersifat sembuh
sendiri (Kowalak, 2011, pp. 313-314).
19
Sources Similarity
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 469 Date September 05,2019

Characters 3285 Exclude Url

0% 100% 0
Plagiarized
21
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

5. Klasifikasi Menurut (Nugroho, 2011, pp. 90-91). a. Meningitis bakteri / purulenta a) Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari
penyakit lain b) Bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus c) CSF : warna opalescent s.d keruh, pada stadium dini
jernih nonepandi +, sebagian besar sel PMN, protein meningkat, glukosa turun, glukosa darah menurun d) Gejala neurologist
dibagi dalam tahap : 1) Fase I : sub febris, lesu, mudah terangsang, anoreksia, mual, sakit kepala ringan 2) Fase II : tanda
rangsang meningen, kelainan N IIIdan IV, kadang hemiparase dan erteritis 3) Fase III : tanda neurology fokal, konvulsi,
kesadaran menurun 4) Fase IV : tanda fase III disertai koma dan shock b. Meningitis tuberkolosa a) Merupakan komplikasi
infeksi TBC primer : tuberkel terbentuk diotak permukaan otak- pecah kedalam rongga aracnoid – meningoencepalitis –
eksudat – obstruksi pada sisterna basalis – hidrosefalus dan kelainan pada syaraf otak, terdapat kelainan p. darah arteritis
dan phlebitis – infark otak b) CSF : warna jernih, opalescent, santocrom, tekanan meningkat, jumlah sel biasanya tidak lebih
dari 150/mm3 terutama terdiri dari limfosit, kadar protein meningkat, kadar glukosa dan CL menurun, bila CSF di biarkan akan
timbul fibrosis web (pellicle), glukosa dara bisa naik / turun c) Terdiri dari 3 stadium : 1) Stadium I : tanpa demam / kelainan,
apatis, tidur terganggu, anoreksia, nyeri kepala, mual, muntah 2) Stadium II : kejang, rangsang meningeal, reflek tendon
meningkat, TIK, kelumpuhan saraf III dan IV, kelumpuhan sarah lainnya 3) Stadium III : kelumpuhan, koma, pupil midriasis,
reaksi pupil, nadi dan RR tidak teratur, kadang cheyne stokes, hiperpireksia c. Meningitis virus a) Disebabkan oleh virus b)
CSF : terdapat pleositosa terutama dari sel monoklear, cairan bebas kuman, protein sedikit meningkat, jumlah sel sekitar 100-
800/mm3, glukosa dalam batas normal c) Gejala kulit biasanya ringan, jika berat biasanya ditemukan nyeri kepala/kuduk. 6.
Komplikasi Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis antara lain : (Ridha, 2014, p. 351). a. Munculnya cairan pada
lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena adanya desakan pada intrakarnial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan infark kedaerah subdural b. Peradangan pada daerag ventrikuler otak
(ventrikulitis). Abses pada menigen dapat sampai kejaringan cranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventricular c. Hidrosevalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi liquor
serebro spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran
LCS yang menuju medulla spinalis Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan diintrakarnial. d. Abses otak. Abses otak terjadi
apabila infeksi sudah menyebar keotak karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat e.
Epilepsy f. Retardasi mental. Retaldasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah menyebar ke serebrum
sehingga menganggu gyrus otak anak sebagai tempat penyimpanan memori g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini
terjadi kaarena pengobatan yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotic yang digunakan
untuk pengobatan.

Sources Similarity

20
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 697 Date September 05,2019

Characters 4690 Exclude Url

0% 100% 0
Plagiarized
30
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a) Identitas Biasanya meningitis menyerang pada usia muda yaitu 1 bulan
hingga 5 tahun, dengan sebagian besar kasus pada anak kurang dari 1 tahun dan individu dewasa muda 15 hingga 24 tahun (Kyle
& Carman, 2015, p. 557). b) Status kesehatan saat ini 1) Keluhan utama Pada pasien meningitis biasanya keluhan utama yang
dirasakan yaitu muncul demam atau menggigil, kernig (+) (Carman, 2014, hal. 138). 2) Alasan masuk rumah sakit Keluhan yang
diraskan saat masuk rumah sakit biasanya pasien sakit kepala, muntah, kejang, ruam pada kulit (Carman, 2014, hal. 138).
3) Riwayat penyakit sekarang Pengkajian yang didapatkan dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan meliputi sakit kepala,
mual muntah, demam, perubahan tingkat kesadaran dan merasa kaku pada leher (Widagdo, 2010, hal. 125). c) Riwayat
penyakit terdahulu 1) Riwayat penyakit sebelumnya Meningitis dapat terjadi sesudah seseorang megalami trauma atau
menjalani prosedur infasif yang meliputi ftakrtur tengkorak atau kraniu, luka tembus pada kepala, pungsi lumbal, pemasangan
shunt ventrikulus (Kowalak, 2011, hal. 314). 2) Riwayatkeluarga Pada pasien meningitis tidak ada riwayat penyakit keluarga
namun adanya riwayat kesakitan maternal (Carman, 2014, p. 138). d) Pemeriksaan fisik 1) Kesadaran umum a) Kesadaran
Biasanya pasien yang mengalami penyakit meninitis kesadarannya apatis sampai koma (Wijaya, 2013, hal. 29). b) Tanda-
tanda vital Terjadi peningkatan pada tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu (Wijaya, 2013, p. 22). 2) Body System a) Sistem
pernafasan Pernapasan tidak teratur, kadang terjadi chyne stokes, tacgipnea, napas cepat dan dangkal (Wijaya, 2013, p. 29).
b) Sistem kardiovaskuler Pada sistem karidovaskuler terjadi kenaikan tekanan intrakarnial yang dapat mengakibatkan pasien
tidak sadarkan diri (koma) (Kowalak, 2011, p. 314). c) Sistem persyarafan Disfungsi pada saraf cranial N III, VI, VIII Neuron III
& VI : biasanya pada pasien meningitis pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak disertai
penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan, pada tahap lanjut meningitis yang menggangu kesadaran, tanda-tanda
perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan berlebihan terhadap cahaya. Neuron VIII : biasanya
pada pasien meningitis dengan stadium lanjut ditemukannya dan yatulikonduktif dan tuli persepsi. d) Sistem perkemihan
Tidak terjadi gangguan pada sitem perkemihan (Wijaya, 2013, p. 22). e) Sistem pencernaan Padapasien meningitis biasanya
terjadi mual dan muntah (Kowalak, 2011, p. 314). f) Sistem integument Pada sistem integumen terjadi ruampetekia, vesicular
atau ruam mukular juga dapat terjadi pada pasien meningitis. g) Sistem musculoskeletal Pada sistem muskuloskeletal pasien
yang mengalami penyakit meningitis biasanya mengeluh nyeri dan kaku pada leher atau kekauan pada otot. h) Sistem
reproduksi Pada pasien meningitis biasanya terjadi gangguan pada sistem reproduksi. i) Sistem endrokrin Tidak ada
gangguan pada sistem endokrin (Wijaya, 2013, p. 22). j) Sistem imun Pada sistem imun mengalami penurunan sistem imun
pada pasien meningitis (Wijaya, 2013, p. 22). 3) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan cairan dan otak 1) Bakteri Tekanan
cairan otak meningkat > 180 mmH20 Warna : keruh sampai purulen Sel : leukosit meningkat, 95% PMN Protein : meningkat >
75 mg/100 ml Gula : menurun < 40 , normal 2/3 dari glukosa darah 2) Virus Warna : jernih Sel : jumlah sel meningkat Protein :
normal Gula : normal Cl- : normal b) Pemeriksaan darah tepi, leukosit meningkat c) Elektrolit, hiponatremia karena
pengeluaran ADH d) LP, tidak untuk pningkatan TIK e) CT scan, untuk edema serebral f) Rontgen : radang paru / abses paru
sebagai sumber infeksi (Wijaya, 2013, hal. 29) 4) Penatalaksanaan a) Obat anti inflamasi 1) Meningitis tuberkulosa a)
Isoniazid 10-20 mg/kg/24 jam per oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama setengah tahun b) Rifamfisin 10-15 mg/kg/24 jam
per oral 1 x selama 1 tahun c) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kg/ 24 jam sampai 1 minggu, 1-2 kali sehali selama 3 bulan 2)
Meningitis bakterial < 2 bulan a) Sepalosforin generasi ke-321b) Ampisilin 150-200 mg(400 gr)/kg/ jam IV, 4-6 kali sehari
3) Meningitis bakterial umur > 2 bulan a) Ampisilin 150-200 mg(400 gr)/kg/ jam IV, 4-6 kali sehari b) Sepalosforin generasi ke-3
4)Pengembangan simtomatis a) Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kg/dosis atau rectal 0,4-0,5 mg/kg/dosis
kemudian dilanjutkan dengan fentoin 5 mg/kg/24 jam 3x dalam sehari b) Turunkan demam dengan
antipiretik, paracetamol, atau salisilat 10 mg/kg/dosis sambil kompres air 5) Pengobatan suportif a)
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 337 Date September 05,2019

Characters 2339 Exclude Url

0% 100% 0
Plagiarized
7
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

2. DiagnosaKeperawatan a. Hipertermia b.d proses terjadinya infeksi (PPNI, 2016, p. 284). a) Definisi : Suhu tubuh meningkat
dibawah rentang normal tubuh b) Penyebab 1) Dehidrasi 2) Terpapar lingkungan panas 3) Proses penyakit (mis. Infeksi,
kanker) 4) Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkungan 5) Peningkatan laju metabolisme 6) Respon trauma 7) Aktivitas
berlebih 8) Penggunaan inkubator 9) Gejala dan Tanda Mayor c) Tanda dan gejala 1) Subjektif (tidak tersedia) 2) Objektif
Suhu tubuh di atas normal d) Kondisi Klinis Terkait 1) Proses infeksi 2) Hipertiroid 3) Stroke 4) Dehidrasi 5) Trauma 6)
prematuritas b. Resiko Cedera b.d kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat (PPNI, 2016,
p. 294). a) Definis : beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya
sehat atau dalam kondisi baik b) Penyebab Eksternal 1) Terpapar patogen 2) Terpapar zat kimia toksik 3) Terpapar agen
nosokimial 4) Ketidak amanan transportasi Internal 1) Keidaknormalan profil darah 2) Perubahan orientasi afektif 3)
Perubahan sensasi 4) Disfungsi autoimun 5) Disfungsi biokimia 6) Hipoksia jaringan 7) Kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh 8) Malnutrisi 9) Perubahan fungsi psikomotor 10) Perubahan fungsi kognitif c) Kondisi Klinis Terkait 1) Kejang 2) Sinkop
3) Vertigo 4) Gangguan penglihatan 5) Gangguan pendengaran 6) Penyakit parkinsosn 7) Hipotensi 8) Kelainan nervus
vestibularis 9) Ratardasi mental c. Nyeri Akut b.d pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional(PPNI, 2016, p. 172). a) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga beratn yang
berlangsung kurang dari 3 bulan b) Penyebab 1) Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma) 2) Agen
pencendera kimiawi (mis, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih) c) Gejala
dan Tanda Mayor Subjektif 1) Mengeluh nyeri Objektif 1) Tampak meringis 2) Bersikap protektif (mis, waspada posisi
menghindar nyeri) 3) Gelisah 4) Frekuensi nadi meningkat 5) Sulit tidur d) Kondisi Klinis Terkait 1) Kondisi pembedahan 2)
Cedera traumatis 3) Infeksi 4) Sindrom koroner akut 5) Glaukoma

Sources Similarity

22
SOAL-SOAL TENTANG MENINGITIS

1. Salah satu etiologi dari penyakit meningitis adalah berasal dari bakteri, diantaranya
bakteri ini manakah yang bukan penyeban penyakit meningitis….
a. Mycobacterium tuberculosa
b. Diplococcus pneumonia
c. Neisseria meningitis
d. Haemophilus influenza
e. Lactobacillus Protectus

2. Seorang wanita berusia 35 tahun, dibawa dalam keadaan tidak sadar, panas sejak 4
hari. Pasien sudah ke dokter dan mendapat obat tetapi tidak ada perbaikan. 10 hari
yang lalu baru pulang berburu di papua. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: koma,
GCS 5, TD: 150/90, N:100, T: 40,8, Kaku kuduk, kelenjar limfe koli teraba 2 buah
masing-masing 1 cm, tungkai dan tangan lemah. Pada kasus di atas pasien mengalami
penyakit....
a. Stroke
b. Sepsis
c. Meningitis bakteri
d. Sistisirkosis
e. Malaria Selebral

3. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu…
1) Meningitis Amoba
2) Meningitis serosa
3) Meningitis lochea
4) Meningitis purulenta
a. 1,2,3 dan 4 benar
b. 1 dan 3 benar
c. 2 dan 4 benar
d. 4 saja benar
e. Semua benar/semua salah

4. Seorang anak berumur 3 tahun datang ke poli anak dengan keluhan: demam tinggi,
kejang, fotopobia dan muntah. Dalam pemeriksaan anak tersebut mengalami gejala....
a. Thalasemia
b. Anemia
c. Difteri
d. Meningitis
e. Leukimia

23
5. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan punki lumbal ketika seorang anak mengalami
penyakit meningitis....
a. Tekanan cairan menurun
b. Jumlah sel darah merah meningkat
c. Glukosa meningkat
d. Protein meningkat
e. Sel darah putih menurun

6. Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang mengalami penyakit meningitis....
a. Gangguan mental
b. Gangguan belajar
c. Perdarahan
d. Kejang
e. Hidrosefalus

7. Berikut merupakan faktor penyebab meningitis adalah, KECUALI....


a. Jamur
b. Virus
c. Parasit
d. Nematoda
e. Bakteri

8. Manakah dari jenis penyakit meningitis berikut yang dapat menimbulkan komplikasi
serius dan jangka panjang pada anak....
a. Meningitis Jamur
b. Meningitis Bakterialis
c. Meningitis Virus
d. Meningitis Parasit

9. Muntah-muntah,demam tinggi suhu 38C atau lebih, nafas cepat, kaki dan tangan
dingin, rewel dan mudah marah, mengalami kejang. Pernyataan tersebut merupakan
gejala dari penyakit….
a. Meningitis
b. Kejang demam sederhana
c. Kejang demam kompleks
d. Epilepsi
e. Tifus

10. Pemeriksaan diagnosis yang dapat dilakukan pada meningitis adalah...


a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan radiografi
c. Kultur darah
d. Kultut swab hidung dan tenggorokan
e. Semua benar

24
25

Anda mungkin juga menyukai