Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHAYA BAHAYA KERJA

Disusun Oleh :

M IQBAL BASUKI 14.401.17.054

SITI SOFIA 14.401.17.080

VIRGI ANGGRAIN 14.401.17.085

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM DIII KEPERAWATAN
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas ke hadirat Allah Swt, karena berkat rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahaya bahaya dalam kerja ”. Meskipun
banyak hambatan yang saya alami dalam proses penulisannya, tetapi akhirnya saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Semua pihak yang
telah membantu terselesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Tapi dibalik kekurangan itu, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

1
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 4
C. TUJUAN ........................................................................................................................................... 4
A. BAHAYA KERJA .......................................................................................................................... 5
B. FAKTOR/ POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA ............................................................ 7
a) Radiasi ......................................................................................................................................... 7
b). Kebisingan ..................................................................................................................................... 9
c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi ) ..................................................................................... 10
d). Potensi bahaya kimia ................................................................................................................ 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa
tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk
mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung
maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan
mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan.

fakta mengenai ergonomi dan K3 internasional atau secara global:

 ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal


karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya 360.000
kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit fatal yang
timbul di ligkungan kerja.
 Hal tersebut berarti bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami
kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit
di lingkungan kerja.
 Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari Global Gross
Domestic Prodct (GDP) dialokasikan untuk biaya dari kehilangan waktu kerja akibat

3
kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja, kompensasi untuk para pekerja,
terhentinya produksi, dan biaya-biaya pengobatan pekerja.
 Potensi bahaya kecelakaan kerja diperkirakan menyebabkan 651.000 angka kematian,
terutama di negara-negara berkembang. Bahkan angka tersebut mungkin dapat lebih
besar lagi jika sistem pelaporan dan notifikasi nya lebih baik.
 Data dari sejumlah negara-negara Industri menunjukkan bahwa para pekerja
konstruksi memiliki potensi meninggal akibat kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali lebih
besar.
 Penyakit paru paru yang terjangkit pada para pekerja di perusahaan minyak & gas,
pertambangan, dan perusahaan perusahaan sejenis, sebagai akibat paparan asbestos,
batu bara dan silica, masih menjadi perhatian di negara negara maju dan berkembang.
Bahkan kematian akibat kecelakaan kerja dari paparan asbestos saja sudah mencapai
angka 100.000 dan selalu bertambah setiap tahunnya.
 Data ILO menyebutkan ada 1 juta orang di Asia yang meninggal karena penyakit
akibat kerja. "Apa yang terjadi di Asia sekarang adalah yang kami sebut pembunuhan
massal sunyi," kata seorang narasumber.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menetapkan beberapa rumusan masalah
anatara lain:
a. Bahaya kerja
b. Faktor/ potensi bahaya di tempat kerja

C. TUJUAN
a. Tujuan Umum.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang bahaya kerja.
b. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan :
- Mampu menentukan masalah tentang bahaya dalam bekerja
- Mampu memahami dan mngetahui tentang kesehatan dan bahaya kerja

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. BAHAYA KERJA
Bahaya kerja ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (OHSAS
18001, 2007). Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk
muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai
kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana
baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek
jika terjadi sebuah kontak atau eksposur. (Dini, 2003)
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property
perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti
tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable
(mudah terbakar).
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosiv
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis
bahaya kesehatan antara lain:
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non pengion,
suhu ekstrem dan pencahayaan.
b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan seperti
antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.
c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual
handling dan postur janggal.

5
d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada
di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan fungi (jamur) yang
bersifat patogen.
e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman (Dini, 2003)
Bedasarkan hasil survey dan pengamatan Lembaga Nasional Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja tentang kesehatan yang
berhubungan dengan produktifitas kerja diperoleh gambaran terlihat adanya kondisi-
kondisi kesehatan yang ditinjau dari sudut produktivitas tenaga kerja sangat tidak
menguntungkan. Adapun kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Penyakit Umum
Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan
lainlainnya, penyakit yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi,
penyakit endemik dan penyakit parasit.
b. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit seperti pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunankeracunan
bahan kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lainlain
benar-benar terdapat pada tenaga kerja.
c. Kondisi Gizi
Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang pernah dijalankan
sering tidak menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun
keadaan gizi kurang baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis,
kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah, dan
beban kerja yang terlalu besar.
d. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga
kerja. Keadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif
diluar kenikmatan kerja.
e. Perencanaan
Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta
perbaikan cara kerja sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya
energi tetapi setinggi-tingginya output kerja pada umumnya belum diketahui.
Hakekat higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah dua hal :

6
a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja
bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.
(situmorang, 2003)
B. FAKTOR/ POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya
di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja
yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau
bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja
yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir
3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.

Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut :

1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.

a) Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi.Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita,
contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave
oven), komputer, dan lain-lain.

7
Pengaruh radiasi terhadap manusia

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic.Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.Berdasarkan jenis sel, maka
efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik.Efek genetik atau
efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang
terkena paparan radiasi.Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang
dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik.Efek deterministik
adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi,
sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi
dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek


stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis
yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-
sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul
efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel
tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari
bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi
jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan
resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.

a. Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.


b. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
c. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/
tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .
Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk
berbagai keperluan
Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International
Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :

8
1. Justifikasi, Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus
didasarkan pada azaz manfaat.
2. Limitasi, Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak
boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis
bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek
deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek
stokastik.
3. Optimasi, Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low
as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial.

b). Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun
yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab
penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan
sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan
oleh kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981).
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan
seseorang maupun suatu populasi.

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

1) Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi,


turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance
tenaga kerja.
2) Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu
tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.
3) Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim
Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman


Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992),
tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:

9
1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise
Level =Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise)
dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan
terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan
adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang
dan malam hari.
3) Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar
belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam
keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran
dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau
L-95.

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan

1. kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian.


Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang
dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran)
adalah diatas 60 dB.
2. mengganggu komunikasi.
Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam
berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau
pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi
(miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.

c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan


menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja
harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya
yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan
dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan
penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya
objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji

10
misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif
harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik
mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya
penglihatannya semakin berkurang.Orang yang sudah tua dalam menangkap
objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang
yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.
Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain
a) sakit kepala (pusing-pusing)
b) menurunnya kemampuan intelektual
c) menurunnya konsentrasi kecepatan berpikir.
Penanganan pencahayaan kurang
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup
dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
a) Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan
latar belakang objek tersebut.Misalnya cat tembok di sekeliling tempat
kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
b) Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.
1) Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing
tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun
tidak diberikan tugas di malam hari.
d). Potensi bahaya kimia
potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja
melalui :inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia
terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan
(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
dapat melalui:

11
a. Pernapasan ( inhalation ),
b. Kulit (skin absorption )
c. Tertelan ( ingestion )
d. Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.

Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah

a) Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak.Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain
tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
b) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.Iritasi kulit
bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan
oedema ( bengkak ) Contoh Kulit : asam, basa,pelarut, minyak Pernapasan :
aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine
,bromine, ozone.
c) Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit atau organ pernapasan Contoh :Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde,
logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
d) Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang
ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen
pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian
kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau
mencegah oksigenasi normal pada kulit. Contoh Asfiksian sederhana :
methane, ethane, hydrogen, helium Asfiksian kimia : carbon monoxide,
nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide
e) Kanker
12
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti
pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh : Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia);
vinylchloride ( liver angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker
kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma); Kemungkinan
karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates,
beryllium
f) Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari
seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat
memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai
contoh :aborsi spontan.
Contoh: gangguan kesuburan
Manganese, peptisida,carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari
ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead,
thalidomide, pelarut. (OHSAS, 2007)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja / masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik maupun sosial.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja, keselamatan kerja
adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat
pada umumnya. Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas.

3.2 Saran
Kesehatan dan Keselamatan kerja harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi
kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari agar pemahaman dan penerapan K3 dapat
berlangsung dengan optimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dini, S. (2003). kesehatan dan keselamatan kerja. sukabumi: PT. indolakto.

OHSAS, P. (2007). Sistem manjemen kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta: Raja
grafindou.

situmorang, C. (2003). mengikuti prosedur menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.


jakarta: depdisnas.

15

Anda mungkin juga menyukai