Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(Hazard dan Kecelakaan Kerja)

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Keselamatan,dan Kesehatan


Kerja

Dosen Pengampu :

Lailatul Rahmawati, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh : Muliadi

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran allah swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan judul Hazard dan
Kecelakaan Kerja

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan


terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu, kami
mengharapkan.

segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang berbangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan Pendidikan.

Banyuwangi, 24 april 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................5
BAB II...................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................6
2.1 Bahaya..........................................................................................................6
2.2 Resiko...........................................................................................................8
2.3 Kecelakaan Kerja.........................................................................................9
2.3.1 Faktor Kecelakaan Kerja..................................................................10
2.3.2 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja.................................................11
2.3.3 Teori Kecelakaan Kerja...................................................................13
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................18
3.2 Saran ............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga
akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali masyarakat
yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja
(perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan
rumah.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi


pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008).

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang


mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya
mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk
mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi
berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional yang
menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat bersifat pasrah
terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010).

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bahaya atau Hazard ?
2. Apa yang dimaksud dengan resiko ?
3. Apa saja Faktor penyebab kecelakaan kerja ?
4. Apa saja kerugian kecelakaan kerja ?
5. Apa saja teori kecelakaan kerja ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Bahaya atau hazard
2. Mengetahui penegertian resiko
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja
4. Mengetahui kerugian dari kecelakaan kerja
5. Mengetahui teori teori kecelakaan kerja
6.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahaya

Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya
jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998).
Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul
dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian
hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di
tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika
terjadi sebuah kontak atau eksposur. (Tranter, 1999)

Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya


diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan.
Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:

a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat,
terjatuh, tertindih dan terpeleset.

b. Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrik

c. Bahaya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat

flammable (mudah terbakar)

d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya

explosive.

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

7
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya
kesehatan antara lain:

a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non- pengion, suhu
ekstrim dan pencahayaan. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material
atau bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.

b. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual handling dan
postur janggal.

c. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di
lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat patogen.

d. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan kondisi
kerja yang tidak nyaman.

8
2.2 Resiko
Kata risiko dipercaya berasal dari bahasa arab yaitu “rizk” yang berarti “Hadiah
yang tidak terduga dari surga”. Sedangkan kamus Webster memberikan pengertian
negatif yaitu “Kemungkinan kehilangan, luka, kerugian atau kerusakan”. Dalam
IEC/TC56 (AS/NZS 3931) Analisis Risiko Sistem Teknologi, mengartikan risiko
sebagai “kombinasi dari frekuensi, atau probabilitas munculnya, dan konsekuensi dari
suatu kejadian berbahaya yang spesifik”.

Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang


munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek. Risiko
diukur berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah peristiwa) dan
Consequence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut). Risiko dapat dinilai
secara kualitatif, semi-kuantitatif atau kuantitatif. Formula umum yang digunakan untuk
melakukan perhitungan nilai risiko dalam AS/NZS 4360:2004 adalah:

“Risk = Consequence x Likelihood”

Dalam buku Risk Assesment and Management Handbook:For Environmental,


Health, and Safety Profesional, risiko dibagi menjadi 5 (lima) macam, antara lain:

1. Risiko Keselamatan (Safety Risk)


Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain probabilitas rendah (low
probability), tingkat pemaparan yang tinggi (high-level exposure), tingkat konsekuensi
kecelakaan yang tinggi (high-consequence accident), bersifat akut, dan menimbulkan
efek secara langsung. Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam respon
tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan lebih fokus
pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area
tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan (Health Risk)


Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain memiliki probabilitas yang tinggi high
probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level exposure), konsekuensi yang
rendah (low-consequence), memiliki masa laten yang panjang (long-latency), delayed

9
effect efek tidak langsung terlihat) dan bersifat kronik. Hubungan sebab akibatnya tidak
mudah ditentukan. Risiko ini fokus pada kesehatan manusia terutama yang berada di
luar tempat kerja atau fasilitas.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological Risk)


Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam
antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada
ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitat dan
dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.

4. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (Public Welfare/Goodwill Risk)


Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok atau umum tentang
performance sebuah organisasi atau produk, nilai property, estetika, dan penggunaan
sumber daya yang terbatas. Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat
dan persepsinya.

5. Risiko Keuangan (Financial Risk)


Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka panjang dan
jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan perhitungan asuransi,
pengembalian investasi. Fokusnya diarahkan pada kemudahan pengoperasian dan aspek
finansial. Risiko ini pada umumnya menjadi pertimbangan utama, khususnya bagi
stakeholder seperti para pemilik perusahaan/pemegang saham dalam setiap
pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi, dimana setiap

pertimbangan akan selalu berkaitan dengan finansial dan mengacu pada


tingkat

efektivitas dan efisiensi.

2.3 Kecelakaan Kerja .

Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah Kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera
atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980). Menurut
Suma’mur (1989), kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
kerja pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh

10
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Menurut (Rachman, dkk, 1990),
kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan
dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Sedangkan berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1998, kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan
dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda yang terjadi disebabkan
oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui.

2.3.1 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat.

Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat


diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :

a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.


b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan
pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau
peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan
sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “ kejadian yang tidak dapat

11
diduga“. Sebenarnya , setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari
semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu
kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi
sesuai dengan standar yang diwajibkan.

Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi
80 % dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya
disebabkan oleh:

1. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap


2. Keletihan
3. Gangguan psikologis

2.3.2 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det
Norske Veritas (DNV, 1996) seperti yang terlihat pada gambar di bawah
ini, memperlihatkan bahwa kecelakaan kerja menimbulkan kerugian yang
mencakup manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan kualitas.

Lack of Basic Immediate Incident Loss


Control Causes Causes

Inadequate People
Programme Substandar Contact with Property
Inadequate Personal d Acts Energy or Process
Programme Factors Substance Environment
Standard Substandar Quality
Inadequate d
Compliance Job Factors Conditions
to Standards

Pada tahun 1959 Heinrich menyusun daftar kerugian terselubung akibat


kecelakaan sebagai berikut (ILO, 1989) :
1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka. Kerugian

12
akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena:
a. Rasa ingin tahu.

b. Membantu menolong karyawan yang terluka.


c. Alasan-alasan lain.
2. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau
para pimpinanlainnya antara lain sebagai berikut:
a. Membantu karyawan yang terluka.
b. Menyelidiki penyebab kecelakaan.
c. Mengatur agar proses produksi di tempat karyawan yang
terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya.
d. Memilih, melatih ataupun menerima karyawan baru
untuk menggantikan posisi karyawan yang terluka.
e. Menyiapkan laporan peristiwa kecelakaan atau menghadiri
dengar pendapat sebelum dikeluarkannya suatu penjelasan
resmi.
3. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi
pertolongan pertama dan staf departemen rumah sakit, apabila
pembiayaan ini tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi.
4. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas atau peralatan lainnya
atau oleh karena tercemarnya bahan-bahan baku / material.
5. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan
memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran
denda, ataupun akibat– akibat lainnya yang serupa.
6. Kerugian akibat pelaksanaan kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan.
7. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran untuk
meneruskan pembayaran upah penuh bagi karyawan yang dulu
terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka (mungkin
belum pulih sepenuhnya) hanya menghasilkan separuh dari
kemampuan pada saat normal.
8. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur.

13
2.3.3 Teori Kecelakaan kerja
1. Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut Heinrich,
88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe
act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak berkaitan dengan
kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition)
dan 2% disebabkan takdir Tuhan.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh
kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan
kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini
lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi
oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment).
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan
kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul.Heinrich menyatakan
bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat
dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah :
Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang berurutan.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.Penyebabnya adalah faktor manusia dan
faktor fisik. Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
2. Teori Bird dan Loftus
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat kesalahan
terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada bagaimana
manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar tidak terjadi
kecelakaan.

14
3. Teori Swiss Cheese
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai
“lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan apa
dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal. Sebab-sebab suatu kecelakan
dapat dibagi menjadi Direct Cause dan Latent Cause. Direct Cause sangat dekat
hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera pada
saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada
penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab
langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni
“Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya
dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.
4. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Faktor)
Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori
tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering digunakan
adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut teori ini
disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :
a. Faktor Manusia
1. Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur
oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1
Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik
yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya. Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas
fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30
tahun atau lebih.
2. Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja
secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang

15
diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih
banyak daripada pria.
3. Masa kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif.
Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja
personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan
memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul
kebiasaan pada tenaga kerja.
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
bentuk- bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial
yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.
5. Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual
yang mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan
praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak
persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-
mesin atau karena ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu, pekerja yang tidak puas
dengan pekerjaannya dianggap memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi.
6. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian
tenaga kerja atau perusahaan.
7. Peraturan K3
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan mengenai
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan,

16
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan
buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3
sangat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan
dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah dan mengurangi
terjadinya kecelakaan
b. Faktor Lingkungan
1. Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada tenaga kerja
dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan
antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan daya dengar dan tuli akibat
kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja,
Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja
2. Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan
mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot.
3. Penerangan
Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan cahaya
langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang gelap.
Selain itu pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan
mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila
karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan.
4. Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan
bahan kimia yang merusak Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau
oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.
c. Faktor Peralatan
1. Kondisi mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan.
Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat lebih berarti.

17
Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja.
2. Letak mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi manusia
dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah sebagai pengendali
jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman dan efisien untuk
melakukan pekerjaan dan mudah

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan
menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian
hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik
di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek
jika terjadi sebuah kontak atau eksposur.
2. Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang munculnya
suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek. Risiko diukur
berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah peristiwa) dan
Consequence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut).
3. Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah Kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan
cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980).
4. Tiga penyebab utama kecelakaan kerja yang dipercaya sebagai Tiga Teori Utama
(Three Main Factor) yaitu :
a. Faktor manusia
b. Faktor ligkungan
c. Faktor peralatan
3.2 Saran
Demikian makalah ini disampaikan. Penulis tahu masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara, (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT.


Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya Karya
Beton Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan.
Centre Tahun 2011 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri.
Depnaker – UNDP –ILO INS/84/012. Bahan Training Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran. Jakarta, 1987.
Fatmawati, R. 2009. Audit Keselamatan Kebakaran di Gedung PT. X Jakarta
Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hasibuan,Malayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,
Bumi Aksksara, Jakarta
Heinrich, H.W. 1931. Industrial Accident Prevention. Mc Graw Hill Book
company: New York.
Husni Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi
Revisi.Jakarta: Rajawali Pers.
Iswara, Ifan. Analisis Risiko Kebakaran di Rumah Sakit Metropolitan Medical.
Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000, Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Gedung dan Lingkungan, Jakarta.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman
Manusia Menghadapi Abad ke-21. Jakarta: Erlangga.
Mathis, dan Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan
Pertama, Yogyakarta : Salemba Empat Pressindo.

20

Anda mungkin juga menyukai