Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POKOK BAHASAN SURVEILANS


EPIDEMIOLOGI
BAGIAN 2

OLEH :
HABIB SYAPUTRA RAHMANSYAH

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Pokok Bahasan Surveilans Epidemiologi Bagian 2” untuk
memenuhi tugas di fakultas ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Bakti
Indonesia Banyuwamgi.
Penyusunan makalah ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Gufron Wahyudi S,Kep M,.Kes selaku dosen mata kuliah


”Surveilans Epidemiologi”

2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu
dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.


Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Habib Syaputra Rahmansyah

Banyuwangi 6 Juli 2022


URAIAN MATERI
1. Konsep Dasar Surveilans Epidemiologi
A. Pengertian Surveilans Epidemiologi.
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
untuk dapat mengambil tindakan.
Selanjutnya dikembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan
analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan
pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.
Jadi surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan
dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
B. Tujuan penyelenggaraan Surveilans
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan bertujuan untuk:
1) Penyediaan informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya serta
masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan
pengambilan keputusan;
2) Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi program
pengendalian penyakit serta program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada
upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan,
perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya.
3) penyelenggaraan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/Wabah dan
dampaknya;
4) Penyelenggaraan investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah; dan
5) Sebagai dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang berkepentingan
sesuai dengan pertimbangan kesehatan.
6) Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program.
Kegiatan surveilans epidemiologi dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :
1) Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar untuk
terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, bangsa, pekerjaan, dan lain-lain.
2) Menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya.
3) Menentukan reservoir dari infeksi.
4) Memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya transmisi penyakit.
5) Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.
6) Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya, distribusinya,
dsb.
Berdasarkan bentuk penyelenggaraan, Surveilans Kesehatan terdiri atas:
1) Surveilans berbasis indikator;
Surveilans berbasis indikator dilakukan untuk memperoleh gambaran penyakit, Faktor Risiko
dan masalah kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap kesehatan yang menjadi
indikator program dengan menggunakansumber data yang terstruktur. Surveilans berbasis
indikator dilakukan untuk memperoleh gambaran penyakit, faktor risiko dan masalah kesehatan
dan/atau masalah yang berdampak terhadap kesehatan yang menjadi indikator program dengan
menggunakan sumber data yang terstruktur sebagai contoh: penyelenggaraan surveilans AFP,
CBMS, Surveilans Gizi dll.
a. Laporan Mingguan
Laporan mingguan yang digunakan adalah Sistem kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)
atau dalam aplikasi yang biasa digunakan adalah Early Warning Alert and Respon System
(EWARS). EWARS merupakan laporan mingguan berbasis web.
b. Laporan Bulanan
Laporan bulanan yang rutin adalah laporan surveilns terpadu penyakit (STP). Surveilans
Terpadu Penyakit adalah pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular dan
surveilans epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan surveilans
epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang bersumber data Puskesmas, Rumah Sakit,
Laboratorium dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
2) Surveilans berbasis kejadian.
Surveilans berbasis kejadian dilakukan untuk mendapatkan dan memberikan informasi secara
cepat tentang penyakit, Faktor Risiko, dan masalah kesehatan dengan menggunakan sumber
data selain data yang terstruktur. Pelaksanaan Surveilans Kesehatan tersebut dapat diperkuat
dengan uji laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
C. Tahapan kegiatan Surveilans
Seperti dalam dalam definisi surveilans tersebut diatas,tahapan meliputi
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif Pengumpulan data secara aktif
dilakukan dengan cara mendapatkan data secara langsung dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya, melalui kegiatan Penyelidikan Epidemiologi, surveilans
aktif puskesmas/rumah sakit, survei khusus, dan kegiatan lainnya.

Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan cara menerima data dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya, dalam bentuk rekam medis, buku register
pasien, laporan data kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan masyarakat.
b. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih bentuk
(transform) dan pengelompokan berdasarkan tempat, waktu, dan orang.

Pengolahan data, dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
pengolahan data secara kuantitatif dengan menyorot masalah serta upaya pemecahannya, yang
sebagian menggunakan metode pengukuran. Pendekatan kuantitatif ini dengan tabulasi, yakni
tabulasi sederhana, tabulasi frekuensi sampai dengan tabulasi silang yang berisi hubungan dari
beberapa variabel (multi-variable).

Pendekatan kualitatif merupakan metode pengolahan data yang menghasilkan deskriptif


analitis, berupa informasi secara tertulis atau lisan, dan perilaku yang nyata.
c. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan deskriptif dan Analitik;
Analisa deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis serangkaian data yang tanpa menghubungkan rangkaian
data lain sebagai faktor risiko. Analisis deskriptif lebih memberikan informasi kecenderungan
dan penyebaran penyakit, masalah kesehatan, kondisi lingkungan atau karakteristik populasi
tertentu.
Analisis Analitik
Analisis Analitik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel terikat
(dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable). Dalam melihat hubungan
antar variabel tersebut metode statistik dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu analisis
bivariate dan multivariate.
d. Penyajian data /Penyebarluasan Informasi
(Diseminasi) dilakukan dengan cara:
a. menyampaikan informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dilaksanakan tindak
lanjut
b. menyampaikan informasi kepada Pengelola Program sebagai sumber data/laporan
surveilans sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. memberikan umpan balik kepada sumber data dalam rangka perbaikan kualitas data.
2. Desain surveilans epidemiologi masalah kesehatan tertentu
Dalam mengembangkan kebutuhan sistem surveilans adalah melakukan identifikasi kebutuhan
tujuan kesehatan yang jelas, terutama dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, seperti
angka kesakitan dan kematian Untuk kepentingan epidemiologi, maka kegiatan Surveilans
epidemiologi dapat dikembangkan untuk penyakit atau masalah kesehatan tertentu untuk
a. Menentukan kelompok atau populasi yang paling berisiko terserang penyakit tertentu
berdasarkan wilayah,umur jenis kelamin, ras, pekerjaan.
b. Menentukan agent penyebab penyakit tertentu dan karakteristiknya.
c. Menentukan reservoir kuman.
d. Memastikan keadaan –keadaan yg dapat menyebabkan terjadinya transmisi penyakit tertentu
tersebut.
e. Mencatat kejadian penyakit
f. Memastikan sifa dasar dari wabah, sumber dan cara penularannya serta penyebarannya
menurut wilayah atau kelompok 2 populasi dsb.
Untuk menyelenggarakan kegiatan surveilans epidemiologi diperlukan komponen-komponen
penting yang meliputi hal-hal sbb:
1. Menetapkan tujuan surveilans yang jelas dan terukur terutama keterkaitannya dengan upaya
intervensi program atau penelitian.
2. Menetapkan mekanisme Surveilans epidemiologi dalam mencapai tujuan-tujuan
3. Mengembangkan definisi kasus
4. Menentukan sumber data, alat pengumpul data dan mekanisme pelaporan, melaksanakan
analisa dan presentasi data surveilans, mengembangkan mekanisme umpan balik dan
penyebaran informasi dilakukan secara sistematis.
5. Pembagian tugas surveilans,adanya tim teknis, peraturan-peraturan, pedoman, dana
operasional, sarana tehnologi dan komunikasi.
6. Mengidentifikasi jejaring surveilans Epidemiologi
7. Menetapkan indikator kinerja.
3. Analisa Data Surveilans Epidemiologi
Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat gambaran atau mendeskripsikan nilai-nilai suatu
variabel data. Misalnya distribusi frekuensi (absolut, proporsi) nilai tengah (mean, median, modus)
dan nilai sebaranya (standard eror). Terdapat 3 (tiga) variabel epidemiologi yang lazim dianalisis
yaitu variable orang, waktu dan tempat. Variabel orang meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dll. Untuk variable waktu meliputi: hari, minggu, bulan, tahun, musim, dll. Sedangkan
variable tempat seperti: di desa/dukuh, kelurahan ,kecamatan,dsb.
a. Analisis bivariate
Yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan tingkat keeratan hubungan atau
hubungan sebab akibat antara dua variabel tanpa memperhitungkan pengaruh faktor lain diluar
variabel tersebut. Biasanya analisis statistik dilakukan dengan cara tabulasi silang. Ukuran statistik
yang digunakan unutk melihat hubungan dimaksud biasanya digambarkan dalam nilai koefisien
korelasi ( r ), X2, Odd Ratio, Relatif Risk dsb.
b. Analisis multivariate
Yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat antara dua variabel dengan
memperhitungkan pengaruh faktor lain diluar variabel tersebut baik sebagai variabel counfounding
ataupun sebagai variabel Interaksi. Ukuran statistik dalam analisis ini digunakan untuk melihat
kaitan antara suatu akibat (dependent variable) dengan banyak faktor yang mempengaruhi
(independent variable).
Disamping itu teknik analisis multivariate juga digunakan untuk membuat model hubungan
satu variabel dengan banyak variabel secara bersamaan dalam bentuk formula (persamaan) yang juga
dapat digunakan untuk proyeksi.
4. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
Surveilans penyakit potensial KLB dan new Emerging Diseases.
Penyakit potensial KLB
Penyakit-penyakit yang berpotensi KLB/wabah adalah : DHF, Campak, Rabies, Tetanus
Neonatorum, Kolera, Pertusis, Difteri, Poliomyelitis, Malaria, Frambosia, Influenza (termasuk Avian
Influenza H5N1 dan Flu Baru H1N1), Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis,
Keracunan, Encephalitis, Tetanus, Dan penyakit lainnya yang ditentukan kemudian, Surveilans
penyakit yang berpotensi KLB/wabah merupakan kegiatan pengamatan dan pemantauan secara terus
menerus terhadap penyakit-penyakit berpotensi KLB/wabah.
New Emerging Desease
Yang dimaksud dengan New Emerging Desease adalah penyaki-penyakit menular yang baru
muncul yang sebelumnya belum pernah ada misalnya H5N1 (Avian Influenza/ Flu Burung), SARS,
H1N1 atau COVID19 yang saat ini menjadi pandemi di beberapa negara dan benua termasuk di
Indonesia.
Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyakit–penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terutama yang berpotensi KLB
adalah :
1) Difteri
2) Pertusis (Batuk Rejan)
3) Campak (Measles)
4) Tetanus Neonatorium
5) Poliomyelitis
Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi merupakan kegiatan pengamatan dan
pemantauan secara terus menerus terhadap penyakit- penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).
Surveilans Berbasis Masyarakat (Community Based Surveillance).
Surveilans berbasis masyarakat merupakan kegiatan pengamatan dan pemantauan secara terus
menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan masyarakat serta faktor risikonya yang dilakukan
masyarakat dibantu petugas kesehatan yang membina desa tersebut. Informasi yang di dapatkan dari
hasil surveilans tersebut menjadi pertimbangan untuk upaya- upaya pencegahan dan penanggulangan
oleh masyarakat itu sendiri. Dalam prakteknya masyarakat akan melakukan pengamatan dan
pemantauan dari suatu penyakit dan faktor risikonya, selanjutnya melaporkan dalam waktu singkat
kepada kepala desa/lurah dan petugas kesehatan.
Masyarakat juga diajarkan dan diberikan kewenangan secara mandiri untuk melakukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit atau masalah kesehatan secara sederhana,
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan di optimalkan dengan pemberdayaan masyarakat
dan kemandirian baik secara individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.

Langkah langkah pelaksanaan surveilans berbasis Masyarakat

Secara umum langkah penting yang harus dilaksanakan adalah :


Persiapan
1) Persiapan Internal
Persiapan Internal meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas kesehatan yang terlatih ,
pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.
2) Persiapan eksternal
Persiapan eksternal ditujukan terutama pada tokoh masyarakat agar mereka tahu,mau dan mampu
mendukung kegiatan Surveilans berbasis masyarakat . Dilakukan juga pendekatan pada para tokoh
masyarakat yang ada di wilayah tersebut.
3) Survei Mawas Diri (SMD) atau Survei Telaah Diri (STD)
Survei mawas Diri bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan terlatih, mampu
mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan atau ancaman penyakit atau masalah kesehatan
yang ada di desa tersebut. Informasi yang di dapat dari hasil SMD merupakan bahan untuk memilih
jenis Surveilans penyakit dan faktor risikonya yang di selenggarakan di desa tersebut.
4) Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa
Anggota Kelompok kerja Surveilans Tingkat Desa berasal dari kader Posyandu,Jurupemantau Jentik
(Jumantik) desa, Karang Taruna,PKK Desa,Pramuka,Kelompok Pengajian,Kelompok peminat
kesenian,Club Senam,dll. Kelompok ini tidak harus dibentuk baru,tapi mendayagunakan kelompok
yang sudah ada.
5) Membuat Perencanaan Surveilans.
Membuat perencanaan kegiatan Surveilans, meliputi :
a) Rencana pelatihan kelompok kerja Surveilans oleh petugas kesehatan.
b) Menentukan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau.
c) Memetakan lokasi pengamatan dan pemantauan.
d) Menetapkan frekwensi dan waktu pemantauan
e) Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab kegiatan pemantauan/pengamatan
f) Rencana sosialisasi kepada warga masyarakat.
Pelaksanaan
Pelaksanaan Surveilans di tingkat Desa
a) Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja Surveilans DesaSurveilans di tingkat Desa
dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat kerja dengan melakukan pemantauan dan
pengamatan sesuai penyakit /ancaman penyakit dan faktor risikonya yang sudah di identifikasi
sebelumnya.
b) Hasil pengamatan/pemantauan di laporkan sesuai frekwensi yang disepakati
(harian,mingguan,bulanan ) atau setiap saat pada petugas kesehatan di Poskesdes, sbb:
1) Nama
2) Alamat tempat tinggal
3) Umur
4) Jenis Kelamin
5) Tanda dan gejala kesakitan yang dialami penderita.
6) Kondisi Lingkungan tempat tinggal penderita dll, atau informasi tentang faktor risiko suatu
penyakit. Bila ditemukan faktor risiko atau kondisi lingkungan yang kurang sehat, maka
dilakukan tindkan perbaikan oleh masyarakat , bila ditemukan kondisi diluar dari biasanya,
misalnya ditemukan jumlah kasus penderita meningkat, faktor risiko yang memburuk,
diharapkan masyarakat melapor kepada petugas kesehatan , untuk bersama-sama mengatasi
masalah tersebut.
Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans Poskesde
Kegiatan Surveilans yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Poskesdes adalah:
a) Memperoleh data penyakit dan faktor risikonya berdasarkan data yang ada di Puskesmas,
untuk melakukan pemetaan di di desa tersebut.
b) Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan laporan masyarakat.
c) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data laporan W2
(data mingguan penyakit). PWS dibuat untuk jenis penyakit Potensial KLB seperti DBD,
Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain yang sering terjadi dan potensial terjadi
di masyarakat desa setempat.
d) PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakan oleh
Poskesdes. Melalui PWS akan terlihat kecenderungan peningkatan suatu penyakit.
1) Membuat peta penyebaran penyakit yang digabungkan dengan faktor resikonya melalui peta
ini akan diketahui lokasi penyebaran suatu penyakit dan ancaman terjadinya penyakit yang
dapat menjadi focus area intervensi serta penghilangan faktor resiko sehingga kemungkinan
KLB tidak terjadi.
2) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas (mingguan/bulanan).
3) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang situasi
penyakit desa./kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan musyawarah masyarakat desa
untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya pencegahan penyakit.
4) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya KLB.
5) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit.
6) Bersama tim TGC KLB Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi bila terjadi ada
KLB/dugaan KLB.
Pelaksanaan Surveilans di tingkat Puskesmas.
Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas surveilans Puskesmas
dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data,pengolahan data,analisis dan intepretasi data
penyakit yang dikumpulkan dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas diharuskan untuk :
1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan Pemantauan Wilayah
Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan mingguan). Melalui PWS ini diharapkan
akan terlihat bagaimana perkembangan kasus penyakit setiap saat.
2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat daerah-daerah yang
mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya suatu penyakit. Sehingga secara
tajam intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.
3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk memecahkan kan
permasalah penyakit di wilayahnya.
4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat jika terdapat
laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.
5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala kepada petugas di
Poskesdes.
6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala
(mingguan/ bulanan/ tahunan).
Pelaksanaan Surveilans di tingkat Kabupaten/Kota
Pelaksana surveilans di tingkat Kabupaten dilakukan oleh petugas surveilans Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Tugas dan tanggung jawab petugas surveilans di tingkat kabupaten/kota sesuai
dengan pelaksanaan pengelolaan surveilans di tingkat kabupaten /kota
Indikator Keberhasilan Surveilans Berbasis Masyarakat
Indikator keberhasilan dinilai dari Input,Proses dan Output sbb :
a. Input : ketersediaan SDM,Sarana & Prasarana yang di butuhkan.
b. Proses :adanya laporan masalah kesehatan,pemetaan kasus dan faktor resiko serta penanganan
masalah tsb dgn respon cepat
c. Output :Tidak terjadinya KLB Penyakit dan Respon cepat masalah kesehatan
Penentuan kebutuhan sumberdaya dalam kesiap-siagaan terhadap kemungkinan KLB
penyakit tertentu
Dalam rangka kesiapsiagaan terhadap kemungkinan adanya KLB penyakit tertentu atau
masalah kesehatan, diperlukan adanya rencana kontinjensi untuk menghadapi penyakit dan faktor
risiko kesehatan yang berpotensi KLB atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM). Rencana
kontijensi tersebut dapat diaktifkan ketika ancaman yang berpotensi KLB atau KKM tersebut terjadi.
Penyusunan rencana kontijensi tersebut atas dasar koordinasi dan kesepakatan bersama antara
seluruh pihak terkait. Diperlukan beberapa hal meliputi Norma ,Standar, Prosedur, Kriteria(NSPK),
Kebijakan strategi,Tim Gerak Cepat (TGC), Sarana prasarana dan logistik, serta pembiayaan.
Secara umum penentuan kebutuhan tersebut meliputi hal-hal sbb:
a) Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Membentuk atau mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)
2) Peningkatan kapasitas SDM di berbagai level terutama di garda terdepan (frontline) dengan
melakukan pelatihan,table top exercise dan simulasi kejadian KLB tertentu
3) Meningkatkan kemampuan jejaring kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan semua
unit kerja terkait.
b) Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang di persiapkan tergantung pada potensi ancaman penyakit dan faktor
risiko kesehatan yang berpotensi KLB atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) yang
akan terjadi. Sebagai contoh pada kejadian pandemi COVID19, maka sarana dan prasarana
yang perlu di persiapkan harus mendukung penyelenggaraan respon medis, dan laboratorium,
serta respon komponen lain , penyediian sumber daya ini dilakukan di tetapkan meliputi hal-
hal sbb:
1. Penyiapan kebutuhan logistik
Dalam menyusun perencanaan kebutuhan logistik ,diberikan beberapa informasi terkait hal-hal
sbb:
a.Skenario kejadian pandemi,jumlah korban dan permasalahan kesehatan yang akan muncul.
b. Ketersediaan logistik (termasuk bantuan-bantuan yang sudah di terima).
c.Sumber Daya Manusia yang dapat di mobilisasi untuk percepatan penanganan COVID19.
d. Ketersediaan Fasyankes dan ketersediaan tempat tidur di RS,RS darurat dan tempat
isolasi terpadu.
e.Kapasitas pemeriksaan Laboratorium.
f. Pembuangan dan pemusnahan limbah medis serta pengelolaan lingkungan sekitar fasyankes
g. Kondisi gudang penyimpanan
h. Fasilitas infrastruktur kesehatan dan non kesehatan yang dapat mendukung pelayanan
kesehatan.
i. Skenario pelaksanaan pelayanan kesehatan esensial yg tetap harus berjalan(protokol
kesehatan, alih fungsi ruangan, serta sarana pencegahan penularan COVID19 dari petugas
kesehatan kepada pasien yang datang maupun sebaliknya.
Dengan di perolehnya informasi-informasi untuk penyiapan logistik maka , untuk antisipasi kejadian
KLB lain pola ini dapat dijadikan pembelajaran (lesson learned) dalam penyiapan dan penentuan
logistiknya. Pada tahap selanjutnya diperlukan juga informasi-informasi terkait
1. Pemenuhan kebutuhan logistik
2. Penyimpanan kebutuhan logistik
3. Distribusi kebutuhan logistik
Masing-masing tahapan ini membutuhkan informasi yang detail pada kejadian pandemi yang tengah
berlangsung.
5. Evaluasi Sistem Surveilans
Evaluasi kinerja Surveilans Epidemiologi di lihat dalam 2 bagian, yaitu:
1. Evaluasi sistem surveilans (penyelenggaraan surveilans)
Pada evaluasi sistem surveilans lebih di tekankan pada atribut sistem surveilans , kelengkapan
data surveilans dan ketepatan laporan data surveilans. Indikator kinerja surveilans sebagaimana
dimaksud diatas meliputi:
a. kelengkapan laporan.
b. ketepatan laporan.
c. indikator kinerja surveilans lainnya yang ditetapkan pada masing- masing program.
2. Evaluasi data atau Analisis surveilans
Dalam melakukan analisis surveilans, di tingkat Puskesmas , merupakan analisis sederhana
atau analisis deskriptif ,yang mencakup Waktu,Tempat dan Orang (WTO).
Penutup
Jadi surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan
dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Dalam mengembangkan kebutuhan sistem surveilans adalah melakukan identifikasi kebutuhan
tujuan kesehatan yang jelas, terutama dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat
Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat gambaran atau mendeskripsikan nilai-nilai suatu
variabel data. Misalnya distribusi frekuensi (absolut, proporsi) nilai tengah (mean, median, modus)
dan nilai sebaranya (standard eror). Terdapat 3 (tiga) variabel epidemiologi yang lazim dianalisis
yaitu variable orang, waktu dan tempat. Variabel orang meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dll.
Penyakit-penyakit yang berpotensi KLB/wabah adalah : DHF, Campak, Rabies, Tetanus
Neonatorum, Kolera, Pertusis, Difteri, Poliomyelitis, Malaria, Frambosia, Influenza (termasuk Avian
Influenza H5N1 dan Flu Baru H1N1), Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis,
Keracunan, Encephalitis, Tetanus, Dan penyakit lainnya yang ditentukan kemudian, Surveilans
penyakit yang berpotensi KLB/wabah merupakan kegiatan pengamatan dan pemantauan secara terus
menerus terhadap penyakit-penyakit berpotensi KLB/wabah.
Evaluasi kinerja Surveilans Epidemiologi di lihat dalam 2 bagian, yaitu:
1. Evaluasi sistem surveilans (penyelenggaraan surveilans)
2. Evaluasi data atau Analisis surveilans

Anda mungkin juga menyukai