Anda di halaman 1dari 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Mulai tahun 1950
istilah surveilans dipakai dalam hubungan suatu penyakit seluruhnya dan bukan pada penderita saja.
Program pemberantasan penyakit yang dijalankan pertama kali adalah program untuk penyakit
malaria, cacar, dan kusta. Cara untuk mengetahui keberhasilan dari program tersebut adalah dengan
melihat menurunnya jumlah kejadian dan dimana terdapat kejadian tersebut. Karena surveilans ini
memerlukan ilmu epidemiologi, maka kemudian disebut epidemiological surveillance, yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi surveilans epidemiologi. Dengan demikian, surveilans
epidemiologi mencakup keterangan-keterangan mengenai penderita, tempat, waktu, keadaan
vektor, dan faktor- faktor lain yang ada hubungannya dengan penyakit.

Surveilans epidemiologi dapat disimpulkan dengan ciri sebagai berikut:

1. Pengumpulan data epidemiologi yang sistematis dan teratur secara terus-menerus

2. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang telah didapat yang menghasilkan suatu informasi

3. Penyebaran hasil informasi (perolehan data) kepada orang-orang atau lembaga yang
berkepentingan

4. Menggunakan informasi (data) tersebut dalam rangka memantau, menilai, dan merencanakan
kembali program-program atau pelayanan kesehatan

B. Ruang Lingkup Penyelenggaran Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Masalah Kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, sehingga tidak dapat diselesaikan oleh
sektor kesehatan sendiri dan diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan
kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program. Untuk itu dikembangkan subsistem
surveilans yang terdiri dari:

1. Surveilans Epidemiologi penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

2). Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko
untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

3). Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.

4). Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko
untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko
untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

C. Tujuan Umum dan Khusus Surveilans

1. Menilai status kesehatan masyarakat

2. Menentukan prioritas kesehatan masyarakat

3. Mengevaluasi program

4. Melaksanakan riset

5. Adapun tujuan khusus dari surveilans adalah

6. Menganalisis keadaan penyakit yang ditelitinya. Jika dalam pengamatan masih didapatkan kasus
baru, berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi

7. Pekerjaan surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas tidak ditemukan lagi kasus
tersebut

D. Kegunaan Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi pada umumnya digunakan untuk

1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit

2. Menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk diobati atau diberantas

3. Memprediksi terjadinya Wabah

4. Menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit menular dan program-
program kesehatan lainnya, seperti program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gigi,
program gizi, dan lainnya

5. Mengetahui jangkauan atau cakupan dari pelayanan kesehatan

E. Langkah - langkah Surveilans

Adapun langkah-langkah kegiatan perencanaan sistem surveilans

1. Menetapkan objek

2. Menjabarkan definisi kasus

3. Menentukan sumber data atau mekanisme

4. Mengembangkan instrumen pengumpulan


5. Metode uji lapangan

6. Mengembangkan cara analitik pendekatan

7. Mekanisme diseminasi

8. Menjamin manfaat analisis dan interpretasi

F. Evaluasi Sistem Surveilans

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi sistem surveilans

1. Sensitivitas

2. Ketepatan Waktu

3. Representatif

4. Nilai duga positif

5. Daya terima

6. Keluwesan

7. Kesederhanaan

8. Untung-rugi

9. Tindakan yang tepat

G. Penyelenggaran Surveilans

1. Surveilans pasif

Merupakan yang pasif dalam pengumpulan atau pelaporan data surveilans epidemiologi, bukan
pada analisis maupun pada diseminasi informasi epidemiologinya.

2. Surveilans aktif

Merupakan surveilans yang aktif dalam pengumpulan data. Data kelengkapan laporan menjadi wajib
dilakukan agar kuantitas dan kualitas datanya tetap terjaga dan terukur.

3. Surveilans Sentinel (terpadu dan khusus)

Surveilans sentinel merupakan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk
mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

H. Jenis Jenis Surveilans

1. Surveilans Individu

Mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,
misalnya pes, cacar, tuberkulosis, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat
dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan
aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit
menular selama periode menular.

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi


dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi
terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian
surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans
penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic Surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus


terhadap sindrom (kumpulan gejala penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik
mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari
aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi.
Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan
sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi train bakteri tertentu memungkinkan deteksi
outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008)

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di
suatu wilayah yurisdiksi (negara) (provinsi) (kabupaten) (kota) sebagai sebuah pelayanan publik
bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan
fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta
organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekuensinya, masalah-masalah
yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.
Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu
di seluruh dunia, yang menyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi
internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas
negara.

BAB 11 PENUTUP
A. Kesimpulan
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan. 2013. Mengembangkan Evidence Based Public Health HIV dan AIDS berbasis
surveilans. Jurnal AKK 2(2): 48-55

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2009. Pedoman Surveilan
Malaria.

Effendy, Ferry dan Makhfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Hargono, Arief. 2015. Aplikasi Surveilans Epidemiologi Penyakit Potensial Wabah Pada Anak Sekolah
Menggunakan Epi Info. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya

Keputusan Menkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem


Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Keputusan Menkes RI No.1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem


Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis


Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan

Rijab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai