Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan
penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan
masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap
upaya kesehatan lainnya. Pelaporan penyakit menular hanya salah satu bagian penting dari suatu
sistem surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding”
mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan
mobilitas penduduk ini juga mempengaruhi perubahan gambaran epidemiologis serta virulensi
dari penyakit menular tertentu.

Secara umum istilah surveilans mengacu pada observasi yang sedang berjalan,
pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian
perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan,
atau kecenderungan kematian. Kegiatan surveilans ini juga memungkinkan dalam pengambil
keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Sebelum tahun 1950, surveilans
memang diartikan sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada penderita penyakit menular,
sehingga penyakitnya dapat ditemukan sedini mungkin dan diisolasi secepatnya serta dapat
diambil langkah-langkah pengendalian sedini mungkin.

Menurut German, (Kesmas, 2013), surveilans kesehatan masayarakat (Public Health


Surveilance) adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus berupa pengumpulan data
secara sistematis, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terlibat dengan
kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi
angka kesakitan dan kematian dan meningkatkan status kesehatan.

Maka dari itu apapun jenis penyakitnya, apakah itu penyakit yang sangat prevalens di
suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul, yang terpenting dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinya sedini mungkin. Perluasan fungsi
surveilans, secara khusus, juga sebagai pusat advokasi kepada pihak yang berwenang untuk
dilakukan suatu tindakan intervensi agar suatu penyakit (menular) dapat dicegah dan
menghilangkan angka kesakitan secara signifikan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan berbagai
masalah antara lain:

1. Apa yang mendasari konsep surveilans kesehatan ?


2. Apa saja tahapan dalam surveilans kesehatan ?
3. Bagaiamana pelaksanaan surveilans kesehatan ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar surveilans kesehatan.


2. Untuk mengetahui dan memahami tahapan surveilans kesehatan.
3. Untuk mengetahui dan memahami tata cara atau mekanisme surveilans kesehatan

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Dapat membantu mepelajari surveilans kesehatan masyarakat
2. Dapat membantu membantu mempelajari tahapan dalam surveilans kesehatan
3. Dapat membantu mempelajari tata cara atau mekanisme surveilans kesehatan terkait
dengan persebaran penyakit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat

Beberapa ahli telah mendefenisikan surveilans. Langmuir dari Center of Disease Control
(CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat mendefenisikan surveilans sebagai latihan pengawasan
berhati-hati yang terus menerus, berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran infeksi dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan sempurna yang relevan untuk
penanggulangan yang efektif.

Sementara menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu, menyebut bahwa surveilans adalah adalah kegiatan analisis secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.

Prinsip umum surveilan epidemiologi adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap populasi beresiko (populaation at


risk)

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana


pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain, survei khusus, dan pencatatan jumlah
populasi beresiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data
adalah menentukan kelompok high risk, menentukan jenis dan karakteristik
(penyebabnya), menentukan reservoir, transmisi, pencatatan kejadian penyakit, dan
KLB.

2. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang
masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang
terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau
bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang
ada dalam masyarakat.
4. Penyebarluasan data dan keteranga termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan
kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penialaian hasil
kegiatan.

2.2 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri,
diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar
sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem survailans epidemiologi
kesehatan yang terdiri sebagai berikut ;

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor
risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko
untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Mata
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
risiko untuk upaya mendukung program kesehatan mata.

2.3. Perencanaan Surveilans Kesehatan Masyarakat


Dalam melakukan kegiatan surveilans dibutuhkan perencanaan. Adapun perencanaan
tersebut bertujuan untuk menemukan perubahan kebutuhan masyarakatdan untuk
memperoleh aksi. Dalam tahap perencanaan surveilans ada beberapa hal yang harus
dilakukan :
1. Menetapkan tujuan
Perencanaan sistem surveilans diawali dengan pemahaman yang jelas tentang
tujuan surveilans, misalnya dengan menjawab pertanyaan ‘apa yang ingin
diketahui’ dalam kesehatan masyarakat. Surveilans bisa dikembangkan dengan
beberapa tujuan termsuk penialaian status kesehatan masyarakat, membuat
prioritas masalah kesehatan, evaluasi program dan penelitian. Beberapa tujuan
surveilans sebagai berikut :
a. Monitoring kecenderungan dan memperhatikan prubahan (deteksi KLB) untuk
dapat melakukan intervensi
b. Melakukan evaluasi terhadap program pencegahan
c. Untuk memproyeksikan perencanaan pelayanan kesehatan
d. Eliminasi atau eradiaksi penyakit
e. Membuat hipotesis cara penularan penyakit
2. Mengembangkan definisi kasus
Tahap ini bertujuan untuk membimbing peneliti dalam melalui seria; dari sub
langkah menuju tujuan dimana akan dikumpulkan oleh sistem yang digunakan.
Seberapa sering, dari sumber mana dan menggunakan prosedur yang mana.
Definisi digunakan untuk masing-masing penyakit yang rencananya akan
diamati.hal ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa semua petugas kesehatan
menggunakan definisi dan teori yang sama untuk mendiagnosis suatu penyakit
spesifik. Hanya menghitung kasus yang telah didiagnosis dilakukan oleh
seseorang anggota masyarakat, kecuali jika telah didiagnosis oleh petugas
kesehatan.
3. Mengembangkan sistem pengumpulan data
Terdapat tiga jenis perlengkapan yang digunakan di dalam sistem surveilans rutin
dan sentinel yaitu registrasi, kueioner survei dan protokol pengujian kasus. Dlaam
menetapkan sistem pengumpulan data berikut adalah hal yang harus dilakukan :
a. Memilih metode pengumpulan data
b. Menyelaraskan sistem dan tujuan
c. Memilih waktu yang tepat
d. Mengetahui tipe konsumsi
e. Menggunakan basis laboratorium untuk informasi
4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data seharusnya dapat digunakan oleh semua orang dan
cocok dibuat format dengan bantuan komputer untuk setiap elemen data sehingga
memudahkan waktu analissi. Pengembangan dalam instrumen pengumpulan data
yaitu apaakah instrumen yang digunakan bersifat reliable dan lainnya.
5. Menguji metode di lapangan
Sebagai sistem surveilans yang baru atau instrumen dan prosedur yang baru
dikembangkan, uji lapangan digunakan untuk melihat feasibility dan acceptability.
Hasil dari uji lapangan ini dapat memperlihatkan bagaimana suatu informasi bisa
didapatkan dan bisa mendeteksi kesulitan dan prosedur pengjujmpulan data atau
isi pertanyaan - pertanyaan khusus.
6. Mengembangkan analisis data
Tentukan analisis yang dipakai. Analisis diawali dengan analisis epidemiologi
desktiptif (dengan variabel orang, tempat, waktu). Analisis data sebaiknya
dilakukan pada tiap-tiap tingkatan sistegm surveilans, jika kadar mengartikan data
yang mereka kumpulkan mereka akan memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang kebutuhan komunitasnya.
7. Menentukan mekanisme diseminasi
Diseminasi adalah proses penyelesaian informasi dari satu titik ke tititk lain.
Untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan komunikasi yang baik antara
narasumber dengan sasarannya. Dalam tahap ini pelaksana akan menentukan
bagaimana mekanisme penyampaian informasi tersebut. Tahapan dalam
diseminasi antara lain sebagai berikut :
a. Menetapkan hal yang akan dikomunikasikan dengan tujuan menentukan
etiologi dan riwayat alamiah penyakit serta untuk mendetekski dan
mengendalikan epidemi.
b. Menentukan sasaran dari informasi yang akan disampaikan
c. Memilih sarana untuk menyampaikan informasi, misalnya media massa atau
media cetak.
d. Memasarkan pesan merupakan upaya untuk menyajikan informasi, baik iyu
berupa format grafik, tabel dan lain-lain.
e. Menilai dampak dari pesan yang disampaikan, apakak pesan tersebut sudah
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan
apakah informasi itu memiliki efek yang menguntungkan terhadap masalah
kesehatan masyarakat.
8. Menentukan metode evaluasi
Pada tahap ini menentukan metode evaluasi seperti apa yang akan dilakukan.
Dalam evaluasi surveilans ini ada beberapahal yang harus dilakukan :
a. Sensitifitas
b. Ketepatan waktu pelaksanaan surveilans
c. Representatif
d. Nilai duga positif
e. Daya terima
f. Keluwesan
g. Kesederhanaan
h. Tindakan yang tepat

2.4. Jenis Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan satu cara atau


kombinasi dari beberapa cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi. Cara-cara
penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktifitas
pengumpulan data dan pola pelaksanaannya.

1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans


epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko
kesehatan
b. Surveilans Epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasi
khusus kesehatan
c. Surveilans Sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah
kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas
d. Studi Epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih
mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko
kesehatan

2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data

a. Surveilans Aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit


surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
b. Surveilans Pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi, dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit
pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan

a. Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan


yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
b. Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau
bencana

4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan

a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan
b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan
pendukung pemeriksaan lainnya.
2.5 Studi kasus
Surveilans kesehatan masyarakat sangat berperan penting terkait persebaran penyakit
baik penyakit menular maupun tidak menular. Surveilans kesehatan masyarakat berperan
penting dalam epidemiologi. Contoh kasus yang masih menjadi saalah satu masalah kesehatan
yang cukup serius adalah Demam Berdarah Dengue (DBD}. Tahun 2012 kasus DBD
meningkat menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat di tahun 2013 menjadi
41,25 per 100.000 penduduk.. Surveilans epidemiologi merupakan salah satu strategi yang
memiliki peranan penting dalam tindakan kewaspadaan dini dan penanggulangan, pemantauan
penyakit DBD.

Berikut ini adalah studi kasus yang menggambarkan sistem surveilans DBD yang sedang
berjalan di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan sistem surveilans DBD yang ada di
Puskesmas Jagir. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, sedangkan pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir sistem surveilans DBD yang
sedang berjalan di Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukkan
dengan ditemukannya masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input,
proses maupun output. Permasalahan utama yang ditemukan dalam sistem surveilans DBD di
Puskesmas Jagir adalah tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga
indikator kinerja penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur capaiannya. Oleh karena itu
perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan sistem surveilans DBD di
Puskesmas Jagir dengan membuat absensi ketepatan dan kelengkapan setiap pelaporan serta
memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data petugas surveilans agar mampu
menghasilkan semua informasi epidemiologis.

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan


masyarakat di daerah tropis dengan kasus DBD yang tinggi dibandingkan dengan negara tropis
lainnya. Angka kasus baru (incidence rate) DBD pada tahun 2011-2013 masih mengalami
peningkatan. Pada tahun 2011 kasus DBD mengalami peningkatan dari 25,67 per 100.000
penduduk menjadi 37,1 per 100.000 penduduk di tahun 2012 dan kembali meningkat di tahun
2013 menjadi 41,25 per 100.000 penduduk. Angka tersebut masih melebihi target nasional 20
per 100.000 penduduk.

Di kota Surabaya jumlah penderita DBD pada tahun 2015 sebanyak 640 orang. Jumlah
tersebut sudah menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 800 orang penderita DBD.
Sedangkan angka kematian akibat penyakit DBD di Kota Surabaya cukup tinggi, yakni pada
tahun 2015 mencapai 2 per 100.000 pendududuk. Angka kematian tersebut masih melebihi
target yang ditetapkan yaitu <1 per 100.000 penduduk.

Puskesmas Jagir merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota Surabaya dengan
penyumbang kasus DBD yang cukup banyak. Pada tahun 2015 jumlah kasus DBD di Puskesmas
Jagir sebanayak 29 kasus, 19 kasus terjadi pada laki – laki dan 10 kasus pada perempuan.
Surveilans merupakan salah satu strategi yang memiliki peranan penting dalam
memantau penyakit DBD. Surveilans atau sistem pencatatan dan pelaporan pemantauan
penyakit memiliki peranan penting dalam upaya penurunan kasus DBD. Berdasarkan hal
tersebut maka penelitian ini akan menggambarkan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir,
Kota Surabaya.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan
atau menggambarkan suatu keadaan sistem surveilans DBD yang ada di Puskesmas Jagir.
Surveilans DBD ini akan dianalisis dengan pendekatan sistem, yakni dianalisis berdasarkan
komponen input, proses dan output. Unit analisis dalam penelitian ini adalah sistem surveilans
DBD di Puskesmas Jagir. Informan pada penelitian ini adalah petugas surveilans DBD atau
pemegang program DBD dan Kepala Puskesmas Jagir.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkaan dengan teknik wawancara mendalam. Data sekunder dikumpulkan dengan
studi dokumen laporan tahunan, laporan bulanan program DBD, formulir pencatatan dan
pelaporan DBD dan profil Puskesmas. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif naratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem surveilans epidemiologi merupakan salah satu bagian pelaksanaan Program DBD
mengingat kegiatan didalamnya meliputi proses pengumpulan data, pengolahan dan analisis data
serta penyebaran informasi. Surveilans epidemiologi penyakit DBD di Puskesmas Jagir
dipegang oleh koordinator program DBD yang sekaligus merangkap sebagai petugas surveilans
DBD. Kegiatan surveilans yang dilakukan bertujuan memberikan informasi tentang hasil
kegiatan program DBD. Alur sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dapat dilihat pada
Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1, pelaksanaan surveilans penyakit DBD dibantu oleh kader jumantik
yang mengumpulkan data terkait faktor resiko penyakit DBDpada setiap rumah di wilayah kerja
Puskesmas Jagir. Kader jumantik selanjutnya mengumpulkan data tersebut ke Puskesmas.
Petugas surveilans di Puskesmas merekap datadata yang telah terkumpul dan dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kota Surbaya.

Dinas Kesehatan
Kota Surabaya

Sistem
Kader
Pencatatan dan
Jumantik
Pelaporan data
program DBD di
Puskesmas Jagir

Masyarakat

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)


2. Jumlah kasus DBD perbulan
3. Hasil pelaksanaan kegiatan
fogging
4. Trend kasus DBD per tahun
5. Wilayah endemis DBD

Gambar 1. Alur Sistem Surveilans Penyakit DBD di Puskesmas Jagir

Gambaran pelaksanaan sistem surveilans penyakit DBD di Puskesmas Jagir berdasarkan


komponen sistem adalah sebagai berikut :

Komponen Input

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah petugas surveilans penyakit DBD di


Puskesmas Jagir adalah satu orang yang merupakan koordinator program DBD. Di Puskesmas
Jagir tidak ada petugas khusus surveilans, namun koordinator program merangkap menjadi
petugas surveilans. Pendidikan terakhir petugas surveilans adalah D3 kesehatan lingkungan dan
sudah pernah mendapatkan pelatihan surveilans epidemiologi. Selain itu tenaga yang membantu
dalam pelaksanaan surveilans DBD adalah kader jumantik yang sebelumnya telah mendapatkan
pelatihan terkait tugas kader jumantik. Satu orang jumantik bertanggung jawab memantau 10
sampai dengan 20 rumah. Jenis data yang tersedia pada surveilans DBD di Puskesmas Jagir
adalah data kasus DBD, data positif/negatif jentik, data wilayah endemis dan data pelaksanaan
fogging. Data pelaksanaan penyuluhan DBD dan data daftar inventaris stok bahan dan alat
fogging/larvasida tidak tersedia. Sumber perolehan data tersebut berasal dari kader jumantik dan
kunjungan pasien DBD di puskesmas. Sarana yang tersedia untuk mendukung kegiatan
surveilans DBD ini adalah peralatan fogging, form pengumpulan data, satu unit komputer.
Sumber dana untuk kegiatan surveilans DBD berasal dari APBD Kota Surabaya. Berdasarkan
keterangan dari petugas surveilans, dana untuk kegiatan surveilans DBD sudah tercukupi.
Pedoman yang digunakan oleh Puskesmas Jagir dalam melaksanakan program DBD adalah
Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk Pengelola Program DBD
Puskesmas Tahun 2013. Belum terdapat pedoman khusus terkait surveilans epidemiologi
penyakit DBD.

Komponen Proses

Pelaksanaan kegiatan surveilans DBD di Puskesmas Jagir terdiri dari proses


pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta diseminasi informasi. Pada proses
pengumpulan data dilakukan secara aktif dan pasif. Surveilans aktif dilakukan oleh kader
jumantik untuk pemeriksaan keberadaan jentik nyamuk di setiap rumah. Kader mengumpulkan
data ke puskesmas setiap minggu. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan salah satu
informan, kendala kader dalam proses pengumpulan data adalah sulitnya memantau rumah-
rumah orang kaya dan industri atau perusahaan sekitar wilayah puskesmas. Terkadang kader
jumantik tidak diperbolehkan masuk, jadi hal tersebut terlepas dari pantauan jumantik. Kendala
lain adalah jumantik terlambat mengumpulkan data ke puskesmas. Selain itu tidak ada data
absensi ketepatan dan kelengkapan pengumpulan data, sehingga belum bisa menghitung
persentase ketepatan dan kelengkapan data. Hal ini dikarenakan sistem monitoring terhadap
ketepatan laporan belum berjalan dengan baik. Surveilans pasif dilakukan pada saat ada pasien
yang datang ke puskesmas dan terdiagnosis DBD.
Surveilans aktif kembali dilakukan dengan melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi
(PE) pada pasien yang terdiagnosis DBD. Puskesmas mengumpulkan data kasus DBD ke Dinas
Kesehatan Kota Surabaya setiap bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yakni
dengan form manual dan komputerisasi. Data yang terkumpul kemudian di-entry ke komputer
kemudian diolah dalam bentuk rekapan data kasus DBD per bulan. Penyajian data dalam bentuk
tabel dan grafik maksimum minimum dan peta daerah endemis DBD.
Analisis data epidemiologi merupakan langkah penting dalam surveilans terutama
terhadap variabel (orang, tempat, waktu) (Depkes RI, 2003). Pengolahan dan analisis data belum
menghasilkan keluaran informasi secara epidemiologis karena data belum diolah berdasarkan
orang (umur dan jenis kelamin). Karakteristik kasus berdasarkan variabel orang, tempat dan
waktu dapat menggambarkan pola penyakit pada populasi dan kemudian dapat digunakan
sebagai petunjuk mencari etiologinya. Data berdasarkan variabel orang (umur, jenis kelamin)
merupakan karakteristik individu yang dapat dihubungkan dengan paparan atau kerentanan
terhadap penyakit DBD, karena menurut Lestari (2007) dan WHO (2009) penyakit DBD lebih
banyak menyerang kelompok umur anak-anak. Selain itu pengolahan data Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tidak dilakukan. Hasil olahan dan
analisis data belum dilakukan interpretasi dalam bentuk narasi atau deskripsi.
Komponen Output

Informasi epidemiologi yang dihasilkan dari berupa laporan ke Dinas Kesehatan Kota
Surabaya. Informasi epidemiologis tersebut meliputi jumlah kasus DBD, Insidence Rate (IR),
Case Fatality Rate (CFR) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta menyajikan pemetaan daerah
endemis DBD. Informasi kasus DBD belum menunjukkan spesifik berdasarkan orang (umur,
jenis kelamin, pendidikan,dll). Informasi tentang daftar inventaris serta stok bahan dan alat
fogging/larvasida tidak tersedia. Informasi tentang pelaksanaan penyuluhan dan PSN juga tidak
tersedia. Laporan hasil kegiatan surveilans DBD selain diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, didiseminasikan juga ke masyarakat. Namun belum dilakukan diseminasi informasi
kepada pihak-pihak pemegang kebijakan atau lintas sektor.

Umpan balik merupakan salah satu kunci keberhasilan kegiatan surveilans Laporan yang
telah diberikan ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya selanjutnya mendapatkan umpan balik dari
pihak Dinas Kesehatan ke Puskesmas. Umpan balik oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
diberikan melalui aplikasi WhatsApp dan pertemuan evaluasi kinerja petugas surveilans
puskesmas. Selain itu pihak puskesmas memberikan umpan balik kepada sumber data, yakni
para kader jumantik.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara mendalam kepada
pemegang program DBD, maka permasalahan yang ditemukan pada sistem surveilans DBD di
Puskesmas Jagir adalah:
1. Tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga kelengkapan dan
ketepatan pelaporan yang merupakan indikator kinerja penyelenggaraan surveilans yang
ditetapkan berdasarkan SK Menkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tidak dapat dinilai
capaiannya.
2. Petugas surveilans mempunyai fungsi ganda atau merangkap tugas lain sebagai pemegang
program DBD.
3. Tidak tersedia data pelaksanaan penyuluhan DBD dan data daftar inventaris stok bahan dan
alat fogging/larvasida.
4. Tidak ada SOP khusus dan resmi yang mengatur tentang koordinasi, pengumpulan data dan
informasi, pengolahan data serta penyajian data informasi program DBD. Puskesmas hanya
menggunakan Buku Saku, yang isinya belum spesifik mengatur tentang sistem pencatatan
dan pelaporannya
5. Pengolahan data belum dilakukan berdasarkan karakteristik orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dll). Selain itu pengolahan data Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tidak dilakukan.
6. Hasil olahan dan analisis data belum dilakukan interpretasi dalam bentuk narasi atau
deskripsi.
7. Hasil olahan dan analisis data belum dilakukan interpretasi dalam bentuk narasi atau
deskripsi.
8. Kegiatan surveilans DBD di Puskesmas Jagir belum menghasilkan beberapa informasi
penting seperti: informasi kasus DBD yang spesifik berdasarkan orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dll), informasi tentang daftar inventaris serta stok bahan dan alat
fogging/larvasida dan informasi terkait pelaksaan penyuluhan dan PSN.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan pelaksanaan sistem
surveilans DBD di Puskesmas Jagir System surveilans DBD yang sedang berjalan di
Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukan dengan ditemukannya
masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input, proses maupun output.
Permasalahan utama yang ditemukan dalam sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir adalah
tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga indikator kinerja
penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur capaiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dengan
membuat absensi ketepatan dan kelengkapan setiap pelaporan serta memberikan pelatihan
pengolahan dan analisis data petugas surveilans agar mampu menghasilkan semua informasi
epidemiologis.

BAB III.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surveilans merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang
berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta
pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian. Tujuan umum surveilans kesehatan yaitu
terselenggaranya surveilans faktor resiko lingkungan dalam rangka menurunkan prevalensi
penyakit menular.

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan harus mampu memberikan gambaran


epidemiologi. Kegiatan Surveilans Kesehatan meliputi :

1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Analisis data
4. Diseminasi informasi

Tidak dapat dipungkiri kegiatan surveilans yang prima di unit pelayanan kesehatan
sangat dibutuhkan. Kegiatan surveilans yang prima salah satunya dibutuhkan dalam mengetahui
trend dan pola penyakit, perjalanan alamiah, dan epidemiologi dari penyakit tersebut sehingga
dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan atau bahkan menghilangkan angka
kejadiannya.

3.2 Saran
Agar penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat berjalan dengan baik
maka
harus didukung sistem yang handal yakni suatu sistem yang dapat menyediakan data dan
informasi yang akurat, valid dan up to date. Tentunya harus ada kerjasama yang baik antara
pemerintah pusat, pemeritah daerah serta tenaga ksesehatan.
Diharapkan dengan adanya Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat menunrunkan angka
kejadian suatu penyakit.

BAB IV.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amirudin, Ridwan. 2019. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor : IPB Press.


2. Kesmas. 2021. Pengertian Surveilans Kesmas.
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/teori-surveilans-kesmas.html.
3. Lapau, Buchari. 2018. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
4. Saraswati, Lintang Dian. 2017. Perimbangan dalam Perencanaan Surveilans Kesehatan
Masyarakat.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular Terpadu. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
7. Wuryanto, Arie M.KM. 2019. Surveilans Epidemiologi. Diakses dari:
http://arie_wuryanto.blog.undip.ac.id/category/epidemiologi-s1_fkm-undip/surveilans
epidemiologi/.
8. Kasjono, Heru Subaris. 2009. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
9. Lestari, K. 2007. Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia. Jurnal Farmaka. Vol 5(3).
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga telah tersusun Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat. Harapan kami
agar makalah ini berguna khususnya bagi mahasiswa Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penulisan Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat ini.

Namun demikian, penulis menyadari bahwa Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat


ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi perbaikan Makalah ini di waktu yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap agar Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat ini benar-
benar dapat memberikan informasi yang jelas dan bermanfaat bagi kita semua.

Manado, 07 September 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1....................................................................................... Latar Belakang 1
1.2.................................................................................. Rumusan Masalah 2
1.3.................................................................................... Tujuan Penulisan 2
1.4. Manfaat Penulisan.............................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................ 3


2.1.................................... Konsep Dasar Surveilans Kesehatan Masyarkat 3
2.2................................ Ruang Lingkup Surveilans Kesehatan Masyarakat 4
2.3........................................... Tahapan Surveilans Kesehatan Masyarakat 5
2.4.................................... Perencanaan Surveilans Kesehatan Masyarakat 6
2.5................... Jenis Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat 7
2.6.............................................................................................. Studi Kasus 9

BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 12
3.1........................................................................................... Kesimpulan 12
3.2........................................................................................................ Saran

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13

Anda mungkin juga menyukai