PENDAHULUAN
Secara umum istilah surveilans mengacu pada observasi yang sedang berjalan,
pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian
perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan,
atau kecenderungan kematian. Kegiatan surveilans ini juga memungkinkan dalam pengambil
keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Sebelum tahun 1950, surveilans
memang diartikan sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada penderita penyakit menular,
sehingga penyakitnya dapat ditemukan sedini mungkin dan diisolasi secepatnya serta dapat
diambil langkah-langkah pengendalian sedini mungkin.
Maka dari itu apapun jenis penyakitnya, apakah itu penyakit yang sangat prevalens di
suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul, yang terpenting dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinya sedini mungkin. Perluasan fungsi
surveilans, secara khusus, juga sebagai pusat advokasi kepada pihak yang berwenang untuk
dilakukan suatu tindakan intervensi agar suatu penyakit (menular) dapat dicegah dan
menghilangkan angka kesakitan secara signifikan.
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan berbagai
masalah antara lain:
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Dapat membantu mepelajari surveilans kesehatan masyarakat
2. Dapat membantu membantu mempelajari tahapan dalam surveilans kesehatan
3. Dapat membantu mempelajari tata cara atau mekanisme surveilans kesehatan terkait
dengan persebaran penyakit
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa ahli telah mendefenisikan surveilans. Langmuir dari Center of Disease Control
(CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat mendefenisikan surveilans sebagai latihan pengawasan
berhati-hati yang terus menerus, berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaran infeksi dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akurat dan sempurna yang relevan untuk
penanggulangan yang efektif.
2. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang
masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang
terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau
bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang
ada dalam masyarakat.
4. Penyebarluasan data dan keteranga termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan
kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penialaian hasil
kegiatan.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri,
diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar
sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem survailans epidemiologi
kesehatan yang terdiri sebagai berikut ;
a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana
data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan
b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan
pendukung pemeriksaan lainnya.
2.5 Studi kasus
Surveilans kesehatan masyarakat sangat berperan penting terkait persebaran penyakit
baik penyakit menular maupun tidak menular. Surveilans kesehatan masyarakat berperan
penting dalam epidemiologi. Contoh kasus yang masih menjadi saalah satu masalah kesehatan
yang cukup serius adalah Demam Berdarah Dengue (DBD}. Tahun 2012 kasus DBD
meningkat menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat di tahun 2013 menjadi
41,25 per 100.000 penduduk.. Surveilans epidemiologi merupakan salah satu strategi yang
memiliki peranan penting dalam tindakan kewaspadaan dini dan penanggulangan, pemantauan
penyakit DBD.
Berikut ini adalah studi kasus yang menggambarkan sistem surveilans DBD yang sedang
berjalan di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan sistem surveilans DBD yang ada di
Puskesmas Jagir. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, sedangkan pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir sistem surveilans DBD yang
sedang berjalan di Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukkan
dengan ditemukannya masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input,
proses maupun output. Permasalahan utama yang ditemukan dalam sistem surveilans DBD di
Puskesmas Jagir adalah tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga
indikator kinerja penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur capaiannya. Oleh karena itu
perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan sistem surveilans DBD di
Puskesmas Jagir dengan membuat absensi ketepatan dan kelengkapan setiap pelaporan serta
memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data petugas surveilans agar mampu
menghasilkan semua informasi epidemiologis.
PENDAHULUAN
Di kota Surabaya jumlah penderita DBD pada tahun 2015 sebanyak 640 orang. Jumlah
tersebut sudah menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 800 orang penderita DBD.
Sedangkan angka kematian akibat penyakit DBD di Kota Surabaya cukup tinggi, yakni pada
tahun 2015 mencapai 2 per 100.000 pendududuk. Angka kematian tersebut masih melebihi
target yang ditetapkan yaitu <1 per 100.000 penduduk.
Puskesmas Jagir merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota Surabaya dengan
penyumbang kasus DBD yang cukup banyak. Pada tahun 2015 jumlah kasus DBD di Puskesmas
Jagir sebanayak 29 kasus, 19 kasus terjadi pada laki – laki dan 10 kasus pada perempuan.
Surveilans merupakan salah satu strategi yang memiliki peranan penting dalam
memantau penyakit DBD. Surveilans atau sistem pencatatan dan pelaporan pemantauan
penyakit memiliki peranan penting dalam upaya penurunan kasus DBD. Berdasarkan hal
tersebut maka penelitian ini akan menggambarkan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir,
Kota Surabaya.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan
atau menggambarkan suatu keadaan sistem surveilans DBD yang ada di Puskesmas Jagir.
Surveilans DBD ini akan dianalisis dengan pendekatan sistem, yakni dianalisis berdasarkan
komponen input, proses dan output. Unit analisis dalam penelitian ini adalah sistem surveilans
DBD di Puskesmas Jagir. Informan pada penelitian ini adalah petugas surveilans DBD atau
pemegang program DBD dan Kepala Puskesmas Jagir.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkaan dengan teknik wawancara mendalam. Data sekunder dikumpulkan dengan
studi dokumen laporan tahunan, laporan bulanan program DBD, formulir pencatatan dan
pelaporan DBD dan profil Puskesmas. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif naratif.
Sistem surveilans epidemiologi merupakan salah satu bagian pelaksanaan Program DBD
mengingat kegiatan didalamnya meliputi proses pengumpulan data, pengolahan dan analisis data
serta penyebaran informasi. Surveilans epidemiologi penyakit DBD di Puskesmas Jagir
dipegang oleh koordinator program DBD yang sekaligus merangkap sebagai petugas surveilans
DBD. Kegiatan surveilans yang dilakukan bertujuan memberikan informasi tentang hasil
kegiatan program DBD. Alur sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dapat dilihat pada
Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, pelaksanaan surveilans penyakit DBD dibantu oleh kader jumantik
yang mengumpulkan data terkait faktor resiko penyakit DBDpada setiap rumah di wilayah kerja
Puskesmas Jagir. Kader jumantik selanjutnya mengumpulkan data tersebut ke Puskesmas.
Petugas surveilans di Puskesmas merekap datadata yang telah terkumpul dan dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kota Surbaya.
Dinas Kesehatan
Kota Surabaya
Sistem
Kader
Pencatatan dan
Jumantik
Pelaporan data
program DBD di
Puskesmas Jagir
Masyarakat
Komponen Input
Komponen Proses
Informasi epidemiologi yang dihasilkan dari berupa laporan ke Dinas Kesehatan Kota
Surabaya. Informasi epidemiologis tersebut meliputi jumlah kasus DBD, Insidence Rate (IR),
Case Fatality Rate (CFR) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta menyajikan pemetaan daerah
endemis DBD. Informasi kasus DBD belum menunjukkan spesifik berdasarkan orang (umur,
jenis kelamin, pendidikan,dll). Informasi tentang daftar inventaris serta stok bahan dan alat
fogging/larvasida tidak tersedia. Informasi tentang pelaksanaan penyuluhan dan PSN juga tidak
tersedia. Laporan hasil kegiatan surveilans DBD selain diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, didiseminasikan juga ke masyarakat. Namun belum dilakukan diseminasi informasi
kepada pihak-pihak pemegang kebijakan atau lintas sektor.
Umpan balik merupakan salah satu kunci keberhasilan kegiatan surveilans Laporan yang
telah diberikan ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya selanjutnya mendapatkan umpan balik dari
pihak Dinas Kesehatan ke Puskesmas. Umpan balik oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
diberikan melalui aplikasi WhatsApp dan pertemuan evaluasi kinerja petugas surveilans
puskesmas. Selain itu pihak puskesmas memberikan umpan balik kepada sumber data, yakni
para kader jumantik.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara mendalam kepada
pemegang program DBD, maka permasalahan yang ditemukan pada sistem surveilans DBD di
Puskesmas Jagir adalah:
1. Tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga kelengkapan dan
ketepatan pelaporan yang merupakan indikator kinerja penyelenggaraan surveilans yang
ditetapkan berdasarkan SK Menkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tidak dapat dinilai
capaiannya.
2. Petugas surveilans mempunyai fungsi ganda atau merangkap tugas lain sebagai pemegang
program DBD.
3. Tidak tersedia data pelaksanaan penyuluhan DBD dan data daftar inventaris stok bahan dan
alat fogging/larvasida.
4. Tidak ada SOP khusus dan resmi yang mengatur tentang koordinasi, pengumpulan data dan
informasi, pengolahan data serta penyajian data informasi program DBD. Puskesmas hanya
menggunakan Buku Saku, yang isinya belum spesifik mengatur tentang sistem pencatatan
dan pelaporannya
5. Pengolahan data belum dilakukan berdasarkan karakteristik orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dll). Selain itu pengolahan data Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tidak dilakukan.
6. Hasil olahan dan analisis data belum dilakukan interpretasi dalam bentuk narasi atau
deskripsi.
7. Hasil olahan dan analisis data belum dilakukan interpretasi dalam bentuk narasi atau
deskripsi.
8. Kegiatan surveilans DBD di Puskesmas Jagir belum menghasilkan beberapa informasi
penting seperti: informasi kasus DBD yang spesifik berdasarkan orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dll), informasi tentang daftar inventaris serta stok bahan dan alat
fogging/larvasida dan informasi terkait pelaksaan penyuluhan dan PSN.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan pelaksanaan sistem
surveilans DBD di Puskesmas Jagir System surveilans DBD yang sedang berjalan di
Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukan dengan ditemukannya
masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input, proses maupun output.
Permasalahan utama yang ditemukan dalam sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir adalah
tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga indikator kinerja
penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur capaiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dengan
membuat absensi ketepatan dan kelengkapan setiap pelaporan serta memberikan pelatihan
pengolahan dan analisis data petugas surveilans agar mampu menghasilkan semua informasi
epidemiologis.
BAB III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Surveilans merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang
berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta
pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian. Tujuan umum surveilans kesehatan yaitu
terselenggaranya surveilans faktor resiko lingkungan dalam rangka menurunkan prevalensi
penyakit menular.
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Analisis data
4. Diseminasi informasi
Tidak dapat dipungkiri kegiatan surveilans yang prima di unit pelayanan kesehatan
sangat dibutuhkan. Kegiatan surveilans yang prima salah satunya dibutuhkan dalam mengetahui
trend dan pola penyakit, perjalanan alamiah, dan epidemiologi dari penyakit tersebut sehingga
dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan atau bahkan menghilangkan angka
kejadiannya.
3.2 Saran
Agar penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat berjalan dengan baik
maka
harus didukung sistem yang handal yakni suatu sistem yang dapat menyediakan data dan
informasi yang akurat, valid dan up to date. Tentunya harus ada kerjasama yang baik antara
pemerintah pusat, pemeritah daerah serta tenaga ksesehatan.
Diharapkan dengan adanya Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat menunrunkan angka
kejadian suatu penyakit.
BAB IV.
DAFTAR PUSTAKA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga telah tersusun Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat. Harapan kami
agar makalah ini berguna khususnya bagi mahasiswa Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penulisan Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat ini.
Akhirnya penulis berharap agar Makalah Surveilans Kesehatan Masyarakat ini benar-
benar dapat memberikan informasi yang jelas dan bermanfaat bagi kita semua.
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1....................................................................................... Latar Belakang 1
1.2.................................................................................. Rumusan Masalah 2
1.3.................................................................................... Tujuan Penulisan 2
1.4. Manfaat Penulisan.............................................................................. 2
BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 12
3.1........................................................................................... Kesimpulan 12
3.2........................................................................................................ Saran
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13