Anda di halaman 1dari 20

SURVEILANS

KESEHATAN
MASYARAKAT
OLEH:
KELOMPOK 2 : dr. Kartika, dr. Natalie
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

• Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit
menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya
• Secara umum istilah surveilans mengacu pada observasi yang sedang berjalan, pengawasan
berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam
populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan
kematian.
• Menurut German, (Kesmas, 2013), surveilans kesehatan masayarakat (Public Health Surveilance)
adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus berupa pengumpulan data secara sistematis,
analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terlibat dengan kesehatan untuk digunakan
dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian dan
meningkatkan status kesehatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang mendasari konsep surveilans kesehatan ?


2. Apa saja tahapan dalam surveilans kesehatan ?
3. Bagaiamana pelaksanaan surveilans kesehatan ?
1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar surveilans kesehatan.


2. Untuk mengetahui dan memahami tahapan surveilans kesehatan.
3. Untuk mengetahui dan memahami tata cara atau mekanisme surveilans
kesehatan
1.4 MANFAAT

•Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain adalah :


1. Dapat membantu mepelajari surveilans kesehatan masyarakat
2. Dapat membantu membantu mempelajari tahapan dalam surveilans kesehatan
3. Dapat membantu mempelajari tata cara atau mekanisme surveilans kesehatan terkait
dengan persebaran penyakit
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR SURVEILANS KESEHATAN
MASYARAKAT
1. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap populasi beresiko
(populaation at risk)

2. Pengelolaan data

3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

4. Penyebarluasan data dan keteranga termasuk umpan balik

5. Evaluasi
2.2. RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN
SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku


4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Mata
2.3. PERENCANAAN SURVEILANS KESEHATAN
MASYARAKAT
1. Menetapkan tujuan

2. Mengembangkan definisi kasus

3. Mengembangkan sistem pengumpulan data

4. Mengembangkan instrumen pengumpulan data

5. Menguji metode di lapangan

6. Menentukan mekanisme diseminasi

7. Menentukan metode evaluasi


2.4. JENIS PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN
MASYARAKAT

1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan :


a. Surveilans epidemiologi rutin terpadu
b. Surveilans Epidemiologi Khusus
c. Surveilans Sentinel
d. Studi Epidemiologi
2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data
e. Surveilans Aktif
f. Surveilans Pasif
3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan

a. Pola Kedaruratan

b. Pola selain Kedaruratan

4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan

c. Bukti klinis

d. Bukti laboratorium
2.5. STUDI KASUS

Surveilans kesehatan masyarakat sangat berperan penting terkait persebaran penyakit baik penyakit
menular maupun tidak menular. Surveilans kesehatan masyarakat berperan penting dalam epidemiologi.
Contoh kasus yang masih menjadi saalah satu masalah kesehatan yang cukup serius adalah Demam
Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) maskih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah
tropis dengan kasus DBD yang tinggi dibandingkan dengan negara tropis lainnya. Angka kasus baru
(incidence rate) DBD pada tahun 2011-2013 masih mengalami peningkatan.

Di kota Surabaya jumlah penderita DBD pada tahun 2015 sebanyak 640 orang. Jumlah tersebut sudah
menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 800 orang penderita DBD. Sedangkan angka kematian
akibat penyakit DBD di Kota Surabaya cukup tinggi, yakni pada tahun 2015 mencapai 2 per 100.000
pendududuk. Angka kematian tersebut masih melebihi target yang ditetapkan yaitu <1 per 100.000
penduduk.
METODE PENELITIAN STUDI KASUS

• Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu keadaan sistem surveilans DBD yang ada di Puskesmas Jagir.
• Surveilans DBD ini akan dianalisis dengan pendekatan sistem, yakni dianalisis berdasarkan
komponen input, proses dan output
•Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkaan dengan teknik wawancara mendalam. Data sekunder dikumpulkan dengan studi
dokumen laporan tahunan, laporan bulanan program DBD, formulir pencatatan dan pelaporan
DBD dan profil Puskesmas. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif naratif.
GAMBARAN SISTEM SURVEILANS PENYAKIT
DBD DI PUSKESMAS JAGIR
Dinas Kesehatan
Kota Surabaya

Sistem
Kader
Pencatatan dan
Jumantik
Pelaporan data
program DBD di
Puskesmas Jagir

Masyarakat

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)


2. Jumlah kasus DBD perbulan
3. Hasil pelaksanaan kegiatan
fogging
4. Trend kasus DBD per tahun
5. Wilayah endemis DBD
•Berdasarkan Gambar 1, pelaksanaan surveilans penyakit DBD dibantu oleh kader
jumantik yang mengumpulkan data terkait faktor resiko penyakit DBDpada setiap rumah di
wilayah kerja Puskesmas Jagir. Kader jumantik selanjutnya mengumpulkan data tersebut ke
Puskesmas. Petugas surveilans di Puskesmas merekap data-data yang telah terkumpul dan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga kelengkapan dan ketepatan pelaporan yang
merupakan indikator kinerja penyelenggaraan surveilans yang ditetapkan berdasarkan SK Menkes RI No.
1116/Menkes/SK/VIII/2003 tidak dapat dinilai capaiannya.
2. Petugas surveilans mempunyai fungsi ganda atau merangkap tugas lain sebagai pemegang program DBD.
3. Tidak tersedia data pelaksanaan penyuluhan DBD dan data daftar inventaris stok bahan dan alat
fogging/larvasida.
4. Tidak ada SOP khusus dan resmi yang mengatur tentang koordinasi, pengumpulan data dan informasi,
pengolahan data serta penyajian data informasi program DBD. Puskesmas hanya menggunakan Buku Saku, yang
isinya belum spesifik mengatur tentang sistem pencatatan dan pelaporannya
5. Pengolahan data belum dilakukan berdasarkan karakteristik orang (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
dll). Selain itu pengolahan data Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tidak
dilakukan.
6. Hasil olahan dan analisis data belum dilakukan interpretasi dalam bentuk narasi atau
deskripsi.
7. Kegiatan surveilans DBD di Puskesmas Jagir belum menghasilkan beberapa informasi
penting seperti: informasi kasus DBD yang spesifik berdasarkan orang (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dll), informasi tentang daftar inventaris serta stok bahan
dan alat fogging/larvasida dan informasi terkait pelaksaan penyuluhan dan PSN.
KESIMPULAN DARI STUDI KASUS

• Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan pelaksanaan sistem
surveilans DBD di Puskesmas Jagir System surveilans DBD yang sedang berjalan di Puskesmas
Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukan dengan ditemukannya masalah-masalah
pada beberapa komponen sistem baik pada input, proses maupun output.

• Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan sistem surveilans
DBD di Puskesmas Jagir dengan membuat absensi ketepatan dan kelengkapan setiap pelaporan
serta memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data petugas surveilans agar mampu
menghasilkan semua informasi epidemiologis.
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

• Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan harus mampu memberikan gambaran


epidemiologi. Kegiatan Surveilans Kesehatan meliputi :1. Pengumpulan data, 2.
Pengolahan data, 3. Analisis data, 4. Diseminasi Informasi

• Kegiatan surveilans yang prima salah satunya dibutuhkan dalam mengetahui trend dan
pola penyakit, perjalanan alamiah, dan epidemiologi dari penyakit tersebut sehingga
dapat dirumuskan suatu kebijakan yang dapat menekan atau bahkan menghilangkan
angka kejadiannya
3.2 SARAN

• Agar penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat berjalan dengan baik


maka harus didukung sistem yang handal yakni suatu sistem yang dapat menyediakan
data dan informasi yang akurat, valid dan up to date. Tentunya harus ada kerjasama
yang baik antara pemerintah pusat, pemeritah daerah serta tenaga ksesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai