Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI SISTEM SURVEILANS CAMPAK

DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2019

OLEH :

ASTARI MARULLYTA

19900323 201502 2 001

DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN PELATIHAN

FETP (FIELD EPIDEMIOLOGY TRAINING PROGRAM) - INTERMEDIETE

SURABAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Campak merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian dunia

dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara Hal ini

dikarenakan campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai

penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk

Indonesia(Zipprich et al, 2015) Menurut data World Health Organization

(WHO) dan United Nations Children’s Fund Indonesia termasuk dalam 47

negara yang memiliki kasus campak terbesar, disebutkan bahwa setiap 20

menit satu anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak (Depkes,

2012).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI diketahui bahwa pada

tahun 2014 campak merupakan penyakit terbanyak no 3 yang mengalami KLB

setelah keracunan makanan dan Difteri (Depkes, 2015). Pada tahun yang sama

Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kasus campak tertinggi di

Indonesia, jumlah kasus mencapai 1.429 (IR= 0,37 per 10.000 penduduk)

dengan total KLB sebanyak 47 kali yang tersebar di 14 kabupaten atau kota di

Jawa Timur dengan 1 kematian (Dinkes Prov Jatim, 2015)

Tahun 2018 jumlah sasaran bayi adalah 22.067 bayi dengan total

jumlah bayi yang di imunisasi campak sebesar 22.645 bayi (laporan imunisasi,

2018). Efektivitas vaksin campak adalah 85%. Berdasarkan hal tersebut, maka

populasi rentan terkena campak di Kabupaten Banyuwangi sebesar 3396 bayi.

Tahun 2018. Sementara itu penemuan kasus suspek campak di Kabupaten


Banyuwangi adalah 14 kasus tanpa hasil laboratorium positif. Jumlah tersebut

termasuk rendah bila dibandingkan populasi rentan campak yang ada di

Kabupaten Banyuwangi.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi masih tingginya kasus

campak di berbagai daerah adalah kinerja surveilans campak (Susilaningsih,

2009). Tujuan surveilans yaitu tersedianya data dan informasi epidemiologi

sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan

peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan

tepat secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota (Depkes, 2003). Munculnya

berbagai permasalahan tersebut sebenarnya tidak akan terjadi apabila

pelaksanaan surveilans epidemiologi di daerah berjalan dengan baik. Menurut

Nelson dan Sifakis (2007), Surveilans tidak hanya digunakan untuk

menghitung jumlah kasus, namun juga sebagai alat untuk mendeskripsikan

kelompok berisiko, mengevaluasi vaksin, mengeradikasi penyakit, dan

mencegah penyebaran penyakit.

Dengan tersedianya data atau informasi yang valid dan akurat tentunya

akan menghasilkan program-program pengendalian atau pemberantasan

penyakit yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu diperlukan adanya sebuah

evaluasi atau penilaian mengenai pelaksanaan surveilans campak di Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyuwangi berdasarkan atribut surveilans yang

meliputi kesederhanaan, fleksibilitas, kualitas data, akseptabilitas, sensitivitas,

nilai prediktif positif, kerepresentatifan, ketepatan waktu dan stabilitas. Sistem

surveilans harus dievaluasi secara periodik, dan evaluasinya harus


menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kualitas, efisiensi dan

kemanfaatan (CDC, 2001).

Evaluasi system surveilans campak dilakukan untuk menjelaskan cara

kerja system surveilans termasuk alur data, melakukan evaluasi kriteria

penggunaan,, kualitas data, kelengkapan, sensitifitas, dan ketepatan waktu,

serta dapat membuat rekomendasi untuk perbaikan system surveilans difteri

kedepannya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melakukan evaluasi system surveilans campak di Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2019

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan cara kerja sistem surveilans termasuk alur data

2. Melakukan Evaluasi sistem surveilans dengan kriteria

penggunaannya, kualitas data, kelengkapan, sensitifitas, dan

ketepatan waktu

3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan sistim surveilans

4. Menulis laporan tentang evaluasi sistim surveilans dan

rekomendasinya
BAB II

METODE KEGIATAN

2.1 Jenis Kegiatan

Metode dalam kegiatan ini adalah metode observasional dimana dalam

pengumpulan data tidak dilakukan intervensi atau perlakuan kepada populasi

(Supriyanto, 2003). Kegiatan ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk

mendapat informasi mendalam dari informan/ sumber data tentang kegiatan

yang sudah dilakukan, sehingga penelitian ini mampu menggambarkan

keadaan yang sebenarnya di lapangan. Hasil dari penelitian akan dibandingkan

dengan teori surveilans epidemiologi.

Berdasarkan waktu kegiatan, jenis kegiatan ini termasuk dalam cross

sectional. Hal ini karena waktu pengumpulan data dan informasi untuk

kegiatan ini dilakukan dalam satu waktu tertentu.

2.2 Tempat dan Waktu Kegiatan

Evaluasi system surveilans dilakukan di Kabupaten Banyuwangi yang

terdiri dari 25 Kecamatan dengan 45 Puskesmas. Pelaksanaan evaluasi

menggunakan data kasus difteri tahun 2018.

2.3 Sumber Informasi

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data

primer dan data sekunder yang selanjutnya akan diolah menjadi informasi

yang dibutuhkan. Data primer didapatkan dari hasil wawancara yang

dilakukan kepada 1 orang pengelola program surveilans Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyuwangi dan masing-masing 1 orang pengelola program

surveilans dari 45 Puskesmas di Kabupaten Banyuwangi. Data sekunder


didapatkan dari studi dokumen atau arsip data surveilans epidemiologi campak

yang ada di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.

2.4 Tekhnik Pengolahan, Penyajian dan Analisis data

Pengolahan data dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan.

Pengolahan data menggunakan software MS. Excel. Pengolahan data

dilakukan dengan melakukan editing, data entry, cleaning, tabulating, dan

analyzing data. . Data yang ada kemudian disajikan dalam bentuk tulisan atau

narasi, tabel, dan atau gambar grafis berupa peta. Selanjutnya data yang telah

berhasil dikumpulkan akan dideskripsikan sesuai keperluan untuk mengetahui

distribusi, frekuensi, dan persentase dari masing-masing variabel.

(Notoatmodjo,2010).

Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil yang diperoleh

dibandingkan dengan Petunjuk Teknis Surveilans Campak dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012, Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1116/MENKES/ SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

Surveilans Epidemiologi Kesehatan, dan Guideliness for Evaluating

Surveillance Systems dari Center for Disease Control and Prevention Tahun

2001
BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum

Anda mungkin juga menyukai