IPTEK Sarana trasportasi gaya hidup Kondisi lingkungan Perkembangan berbagai pola penyakit (tu penyakit menular) potensi KLB/Wabah Penyakit tidak menular gaya hidup tak sehat -Semula tak masalah cepat menjadi masalah di suatu wilayah Kondisi lingkungan (aspek geografis, iklim, kondisi sosial,ekonomo, politik dan budaya) Indonesia rentan terjadi bencana banjir , tanah longsor, gunung meletus, gempa, kekeringan, konflik sosial/politik, pengungsian penduduk semua ini mengakibatkan perubahan pd kehidupan normal ketidak seimbangan - KLB
KLB timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menkes RI No: 560/MENKES/PER/VIII/1989 KLB penyakit menular merupakan indikasi kemungkinan ditetapkannya suatu daerah menjadi Daerah Wabah Wabah penyakit menular : kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dlm masy yg jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dp keadaan yg lazim pd waktu daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No. 4 tahun 1984) Penanggulangan KLB upaya utk menangani penderita atau tersangka penderita, upaya-upaya pencegahan, peningkatan, perluasan dan menghentikan suatu KLB
Tujuan
Umum mampu merancang, memantau, melakukan konsultasi dan kajian terhadap KLB Khusus
Mampu menyusun desain dan metoda epidemiologi dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB Mampu melakukan analisis dan interpretasi data penyelidikan dan penanggulangan KLB Mampu menilai proses penyelidikan dan penanggulangan KLB Mampu memahami aplikasi program penyelidikan dan penanggulangan KLB penyakit tidak menular.
1. Desain dan Metode Epidemiologi dalam Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Penyakit
A. Inferensi kausal dalam penelitian epidemiologi B. Tingkatan desain penelitian C. Penyusunan instrument penelitian
A. Inferensi kausal dalam penelitian epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi upaya utk mengetahui penyebab, mengenal sifat-sifat penyebab serta faktor-faktor yg dpt mempengaruhi terjadinya KLB Penyebab tunggal, penyebab ganda
Model kausal Model kausal Rothman satu penyebab dpt digolongkan menjadi Sufficient cause dan Necessary cause Sufficient cause penyebab yg memberikan efek tertentu Necessary cause penyebab yg harus ada agar penyakit dpt terjadi
Sufficient Cause I E D C A B
Sufficient Cause II
H G F
J B I F
A C
Faktor A, B, C, D, E, secara bersama-sama merupakan Sufficient Cause, faktor A saja bukan merupakan Sufficient Cause, satu faktor jarang sekali merupakan Sufficient Cause untuk satu penyakit. Faktor A merupakan Necessary Cause karena A harus ada pada tiap Sufficient Cause agar penyakit dapat terjadi Penyebab yg secara sendiri bukan merupakan Sufficient Cause adalah Contributing Cause
Penyakit Tuberculosis
Pajanan terhadap Mycobacterium tuberculosis tidak selalu menyebabkan penyakit tuberkulosis Risiko utk tuberkulosis ditentukan faktor lain
Genetik Vaksinasi Malnutrisi Sosial ekonomi Sosio-demografi individu
Jadi utk mencegah dpt menghilangkan satu/lebih Contributing cause (mis perbaikan sosial ekonomi), tidak selalu perlu utk menghilangkan seluruh Sufficient cause atau Necessary cause
Semakin jauh desain penelitian dari RCT, semakin besar kemungkinan bias dlm penelitian dan semakin lemah pembuktiannya utk hubungan penyebab dan efek
Studi Kohort
Pajanan diukur terlebih dahulu sebelum efek terjadi Bias seleksi, bias pengukuran, bias akibat confounding dpt dikurangi
1.
2.
Kuatnya hubungan kuatnya hub antara penyebab dan efek digambarkan dng RR/OR yg tinggi
Konsistensi bila penelitian dilakukan dlm waktu, tempat dan populasi yg berbeda menunjukkan hasil yg sama, maka menunjukkan adanya hub kausal yg kuat antara penyebab dan efek Spesifisitas satu penyebab satu efek, sering dijumpai pada penyakit akut (poliomyelitis, tetanus)
3.
4.
Urutan kejadian penyebab harus mendahului efek. Pada studi potong lintang dan kasus kontrol baik pajanan dan efek diukur pada saat bersamaan, shg diasumsikan bhw pajanan terjadi sebelum efek terjadi
5.
Hubungan dosis dan respon terjadi jika berbagai tingkat pajanan menghasilkan berbagai tingkat efek yg sesuai. Jika dose-response dpt dibuktikan maka memperkuat argumen adanya hubungan kausal
6.
7.
Masuk akal secara biologis hub yg ada hrs diterangkan dng secara biologis menurut pengetahuan biologis
Koheren hub yg ada harus sesuai dng pengetahuan yg ada ttg penyakit ybs, termasuk perjalanan penyakit
8.
9.
Eksperimen hub yg ditunjukkan dng desain eksperimen lebih kuat dibandingkan dng desain lain
Analogi ada contoh lain ttg hub kausal yg sudah terbukti (analogi) yg mirip dng hub kausal yg sedang diuji. Analogi ini adalah bukti yg lemah ttg adanya hubungan kausal
Kuesioner/register khusus sebuah instrumen yg berisi set pertanyaan atau isian yg scr logis berhub dng masalah penelitian, dimana jawaban pertanyaan atau isian memiliki makna utk menjelaskan permasalahan yg ada Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian
1. Menetapkan tujuan penelitian/penyelidikan epidemiologi 2. Menyusun kerangka konsep penelitian 3. Menentukan variabel-variabel penelitian (dependen, independen serta vriabel-variabel dari faktor-faktor lain yg berpengaruh yg akan diukur dlm penelitian 4. Memastikan semua variabel yg akan diukur masuk dlm instrumen 5. Menyusun definisi operasional dari tiap variabel 6. Menyusun sekuen kuesioner/instrumen pengumpul data berdasarkan variabel yg akan dicari
Buku Kode
Biasanya sangat dibutuhkan utk sampel penelitian yg relatif besar, dan pengolahan data tidak dilakukan segera setelah penelitian selesai Biasanya berisi nomor pertanyaan, nama, label dan nilai variabel.
2. Analisis dan Interpretasi data Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Tujuan penyelidikan lapangan diantaranya adalah untuk : Mengidentifikasi penyebab Faktor risiko Sumber vehicles (media penularan) Cara penularan dan atau faktor-faktor lainnya yg mempengaruhi kondisi kesehatan populasi yg berisiko
Pada beberapa penyelidikan epidemiologi lapangan, melakukan identifikasi pd sesuatu yg dpt menimbulkan efek adalah sufficient, apabila hal tsb dpt dieleminasi, masalah tsb dpt dipecahkan.
Pada setting penelitian epidemiologi yg lain tujuannya mungkin akan mengkuantifikasi hubungan antara exposure dng kejadian penyakit. Diperlukan strategi perencanaan analisis, metode analisis dan interpretasi hasil analisis.
A. B. C. D.
Perencanaan analisis Pengembangan strategi analisis Ukuran asosiasi Ukuran public health test statistik
A. Perencanaan Analisis Pendekatan yg digunakan utk mendapatkan informasi sesuai dng tujuan dari suatu penelitian epidemiologi atau sistem surveilens Diperlukan dlm pemrosesan data, ok adanya rencana analisis analisis dpt dilakukan dengan lancar dan efisien Menyusun rencana analisis harus sudah disusun sebelum data dikumpulkan, dibuat pd wkt merancang suatu sitem surveilens atau pengumpulan data penelitian
Pengolahan Data
1. Perekaman data
Yang terpenting pengontrolan kualitas (validasi, verifikasi) Ada dua hal utk melakukan cek kualitas data range checks dan logic/consistency checks
2. Pembersihan data
Untuk menjaga validitas data dan konsistensi internal dan mengidentifikasi nilai missing yg ada
3. Transformasi data
Upaya mengubah bentuk dari nilai-nilai dalam suatu variabel ke dlm nilai-nilai lain yg diinginkan
Mengubah nilai dari suatu variabel sementara nilai lama masih dipertahankan Mengelompokkan suatu variabel ke dlm nilai yg berbeda Mengelompokkan nilai-nilai suatu variabel ke dlm varibel baru Mengekstraksi sebagian dari nilai dalam variabel
2. Identifikasi dan daftar variabel-variabel penting Temasuk exposure dan outcomes, faktor risiko yg lain, variabel-variabel lain yg mungkin berpengaruh dlm analisis 3. Menyusun dummy tabble Pada tahap ini adalah membuat sket tabel/dummy table dng judul dan label berupa :
Distribusi frekuensi Tabel 2X2 atau three-way table Tabel utk analisis sederhana (epidemiology descriptive) Tabel utk analisis kompleks (epidemiology analytic) Untuk ukuran seperti Odds Ratio Untuk statistic seperti Chi-square
Aspek klinis (mis: tanda-tanda & gejala, persentase confirmasi laboratorium, persentase yg dirawat, persentase keamatian)
Descriptive epidemiology Time (waktu) disajikan grafik garis (secular trend) atau curve epidemic Place (tempat) digambarkan wilayah KLB berupa spot map atau shaded map Person (orang) digambarkan umur, sex, dsb
Untuk penelitian analitik Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel dasar hubungan (faktor risiko dng status outcome) Stratifikasi dari tabel 3 utk memisahkan effect utk assess confounding dan effect modification Melengkapi/menyempurnakan tabel 3 (mis: dose-response, latency, definisi kasus yg lebih sensitif dan lebih spesifik) Analisis kelompok spesifik
a c
V1
b d
V0
C. Ukuran Asosiasi
Relative Risk
Risiko pada kelompok terpajan dibagi risiko pada kelompok tidak terpajan RR = (a/h1) / (c/h0)
Contoh
Kondisi Sakit Exposed Unexposed Total Tidak Sakit Total 100 400 500 Attack Rate 0,20 0,05
20 20
40
80 380
460
Prevented Fraction pada kelompok Exposed (vaccine efficacy) PF Exposed = (Risk unexposed Risk exposed)/Risk unexposed = 1 - RR
E. Test Statistik
Fisher Exac Test
Merupakan gold standart untuk tabel 2 X 2 dan merupakan test pilihan bila expected nilai dlm salah satu sel pd tabel 2 X 2 lebih kecil dari 5