Anda di halaman 1dari 13

Kelas Sore Epidemiologi

Investigasi Wabah

LAPORAN INVESTIGASI KLB KUSTA


DI PUSKESMAS MOWILA
KABUPATEN KONSEL
TAHUN 2013

Oleh :

Kelompok III

J1A212088 Kusuma Cutwardani


J1A212040 Linda Febrianti K
F1D310148 Iva Astati
F1D310018 Haerul Asdar
F1D310166 Irma Irawan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
LAPORAN INVESTIGASI KLB KUSTA
DI PUSKESMAS MOWILA
KABUPATEN KONSEL
TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal


sebagai penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis
yang sebelumnya diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh
universitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis
kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan
diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae
ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik
Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan
penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra.

Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan
hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena
kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga
penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma sosial
yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta. Penyakit ini adalah tipe
penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran
pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari
luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan
kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti
mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan
anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.

Pada tahun 2002 dilaporkan 620.000 penderita kusta di dunia dimana 90%
terdapat di Brasil, India, Nepal dan beberapa negara di Afrika, dengan
angka prevalensi 5 – 15 per 10.000 penduduk. Di Jawa Tengah pada tahun
1998 prevalensi penyakit kusta sebesar 0,72 per 10.000 penduduk. Dari
beberapa daerah di Indonesia prevalensi dari penyakit kusta yang tertinggi
di Papua sebesar (6, 5), Maluku (5, 43) dan NAD (2, 77). Dan terendah di
DIY (0,19), Bengkulu (0,27) dan Sumut (0,33).

B. Tujuan Penyidikan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kasus Kusta berdasarkan variable


epidemiologi

2. Tujuan Khusus

a. Memutuskan mata rantai penularan kasus Kusta di Desa-desa di


Wilayah Kerja Puskesmas Mowila.
b. Mengetahui faktor resiko terjadinya KLB Kusta di Desa-desa di
Wilayah Kerja Puskesmas Mowila.

II. ANALISA SITUASI DAN TELAAH PUSTAKA

A. Keadaan Lingkungan Kesehatan

a. Wilayah Kerja Puskesmas


Puskesmas Mowila terletak di Desa Mowila Kec. Mowila Kab.
Konawe Selatan yang terdiri atas 20 Desa, yaitu :
1) Desa Mowila
2) Desa Pudahoa
3) Desa Tetesingi
4) Desa Mulyasari
5) Desa Wonua Sari
6) Desa Monapa
7) Desa Kondoano
8) Desa Wonua Kongga
9) Desa Puwehuko
10) Desa Mataiwoi
11) Desa Toluwonua
12) Desa Lalosingi
13) Desa Ranoaopa
14) Desa Punggulahi
15) Desa Ranombayasa
16) Desa Wuura
17) Desa Wonua Monapa
18) Desa Rakawuta
19) Desa Lamolori
20) Desa Lamebara
Luas wilayah kerja Puskesmas adalah 127,41 km2. Jarak antara
Puskesmas Mowila dengan Ibukota Kab. Konawe Selatan 60 ± Km
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pondidaha Kab. Konawe


- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baito
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Landono
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angata
Iklim di wilayah kerja Puskesmas Mowila adalah musim hujan pada
bulan November sampai bulan April, sedangkan musim kemarau dimulai
pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.

Kondisi wilayah kerja Puskesmas Mowila sebagian besar berada di


daerah perbukitan dengan jalur transportasi yang cukup lancar dari Ibukota
Kab. Konawe Selatan.

B. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Wilayah kerja puskesmas Mowila yaitu 11.386 jiwa


yang terdiri dari:
 Laki – laki : 6.056 jiwa
 Perempuan : 5.330 jiwa
Dengan jumlah kepala keluarga yaitu 2.599 KK. Dari 2.599 KK terdapat
40% keluarga miskin.

C. Kondisi Pelayanan Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat pada wilayah kerja puskesmas Mowila


terdiri atas sarana kesehatan Pemerintah dan sarana kesehatan yang
bersumber daya masyarakat. Uraian dan sarana tersebut disajikan pada
tabel berikut ini :

Tabel 1
Jumlah dan jenis sarana kesehatan wilayah kerja
Puskesmas Mowila
NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH
1 Sarana Kesehatan Pemerintah:
 Puskesmas non perawatan 1
 Puskesmas Pembantu 3
 Polindes 3
2 Sarana kesehatan bersumber daya
masyarakat :
 Posyandu 20

D. Telaah Pustaka

1. Patofisiologi Penyakit

Walaupun penyebab penyakit ini sudah diketahui pada tahun 1873


(lebih dari 100 tahun lalu), namun cara penularannya masih belum
diketahui secara pasti. Teori yang paling banyak dianut adalah
penularan melalui kontak/sentuhan yang berlangsung lama, namun
berbagai penelitian mutakhir mengarah pada droplet infection yaitu
penularan melalui selaput lendir pada saluran napas. Mycobacterium
leprae tidak dapat bergerak sendiri (karena tidak mempunyai alat
gerak) dan tidak menghasilkan racun yang dapat merusak kulit,
sedangkan ukuran fisiknya lebih besar daripada pori-pori kulit. Oleh
karena itu, Mycobacterium leprae yang karena sesuatu hal dapat
menempel pada kulit kita, tidak akan dapat menembus kulit kalau tidak
ada luka pada kulit kita. Seandainya Mycobacterium leprae tersebut
dapat menembus kulit, maka sel-sel darah putih yang merupakan
bagian dari sistim pertahanan tubuh akan segera memakannya.

2. Perjalanan Alamiah Penyakit dan Faktor Resiko

a. Perjalanan Alamiah Penyakit

Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease) adalah


perkembangan suatu penyakit tanpa adanya campur tangan medis
atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung
secara natural.

5 Tahap Riwayat Alamiah Penyakit

1) Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)


Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit
penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia,
dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan
belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum
ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh
penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini
disebut sehat.

2) Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)


Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi
gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit
mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa inkubasi adalah
tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya
gejala penyakit. Kusta/Lepra memiliki masa inkubasi 3-20
tahun dan umumnya umumnya ditemukan dalam 2 (dua)
bentuk Pause basiler (PB) dan Multi basiler (MB) dan menurut
WHO untuk menentukan kusta perlu adanya 4 (empat) criteria,
yaitu :
 Ditemukannya lesi kulit yang khas
 Adanya gangguan sensasi kulit
 Penebalan saraf tepi
 BTA positif dari sediaan sayatan kulit

3) Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease)


Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala
penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih
ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila
penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak,
bisa bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh
manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang
baik di rumah (self care).

4) Tahap penyakit lanjut


Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak
diobati/tidak tertangani serta tidak memperhatikan anjuran-
anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit
masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak
sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu
memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5) Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 3 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu
kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebas dari
penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari
penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi
cacat dan sangat tergantung dari serangan penyakit
terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah
dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan
penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini
bukanlah keadaan yang diinginkan.

b. Faktor Resiko

Timbulnya penyakit Kusta pada sesorang tidaklah mudah sehingga


tidak perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor antara
lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial
ekonomi, dan iklim.

Adapun faktor resiko penularanya adalah :

1) Kontak serumah
2) Daya tahan tubuh
3) Lingkungan padat dan kumuh

3. Laporan KLB Sejenis

Sampai saat ini Indonesia masih menyandang sebagai negara dengan


penderita kusta terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brasil. Pada
tahun 2006, angka kusta sendiri menurun menjadi 18.300 kasus baru,
dari tahun sebelumnya yang dilaporkan mencapai 19.696 kasus
diseluruh Indonesia. Sejauh ini 17 provinsi di Indonesia, masih
tergolong sebagai daerah endemis (terpapar) kusta. Kebanyakan
terdapat di daerah Indonesia timur, seperti Papua, Kalimantan,
Halmahera, Sulawesi selatan, dan yang terbanyak Jawa timur. Dengan
kata lain pada tahun 2006 telah ditemukan 6.317 kasus kusta baru di
wilayah Jatim. Menurut data Dinas kesehatan Ponorogo sampai tahun
2006 didapatkan angka penderita kusta sebanyak 62 penderita. Angka
penderita jenis penderita Multi Basiler (MB) sebanyak 58 orang dan
jenis penderita Pausi Basiler (PB) sebanyak 4 orang. Kemudian pada
tahun 2007 ditemukan lagi kasus baru sebanyak 6 orang ,yang
semuanya adalah jenis Multi Basiler (MB). Setelah dilakukan studi
pendahuluan tentang hubungan motivasi dengan sikap keluarga dalam
pencegahan penularan penyakit kusta pada 10 responden didapatkan
data sebagai berikut, 30% memiliki motivasi baik, 70% memiliki
buruk, dan 50% memiliki sikap buruk, serta 50% memiliki sikap baik.

E. Hipotesis

Berpatokan pada data 10 besar penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas


Mowila pada tahun 2012 diperkirakan ada 3 penyakit yang berpotensi
KLB yaitu ISPA, Gastriris, dan Arthritis.

III. BAHAN DAN CARA

1. Bahan
Menggunakan buku register untuk menemukan kasus Kusta.
2. Cara
a. Pengumpulan Data
Data diperoleh dari penelusuran data sekunder yakni buku
catatan/register penderita di Puskesmas Mowila serta keterangan dari
petugas puskesmas.
b. Pengolahan dan penyajian data
Data yang dikumpulkan diolah secara manual dan dianalisa serta
dinterprestasi dan ditampilkan dalam bentuk narasi.
IV. HASIL PENYIDIKAN

A. Pemastian Diagnosa

Penetapan diagnose dilakukan oleh pihak Puskesmas mowila dan Dinas


Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan dengan melihat tanda dan gejala
klinis.

B. Penetapan KLB

KLB meliputi hal yang sangat luas, maka untuk mempermudah penetapan
diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen
PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan
Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan kriteria kerja
KLB yaitu :

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak


dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan
dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang
sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a)Setiap
peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
(b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4
minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit
yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan
makanan, Keracunan pestisida.

Dalam kasus penyakit Kusta yang ditemukan oleh pihak Puskesmas


Mowila ini, memenuhi kriteria untuk dikatakan KLB sesuai dengan poin 1
yaitu timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak
dikenal.

C. Deskripsi KLB

Deskripsi epidemiologi penyakit kusta di Wilayah Kerja Puskesmas


Mowila tahun 2013
1. KLB Kusta berdasarkan waktu
Penyakit kusta ini pertama kali ditemukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Mowila pada bulan September tahun 2013.
2. KLB Kusta berdasarkan orang
Penderita Kusta yang ditemukan di Puskesmas Mowila berjumlah 1
orang dan berjenis kelamin laki-laki, umur pasien tersebut adalah 37
tahun
3. KLB Kusta berdasarkan tempat
Penderita Kusta tersebut tinggal di daerah Desa Rakawuta.
V. PEMBAHASAN

Berdasarkan hipotesis diperkirakan bahwa penyakit yang berpotensi KLB


adalah ISPA, Gastriris, dan Arthritis, namun setelah melihat data pada
Puskesmas Mowila bulan Januari-Oktober tahun 2013 maka pada bulan
September ternyata ditemukan penderita Kusta yang sebelumnya tidak ada.

Pasien tersebut sudah lama menetap di Mowila namun diperkirakan oleh pihak
Puskesmas Mowila bahwa pasien tersebut tertular penyakit Kusta ini saat
pasien bekerja di luar daerah salah satunya pernah bekerja di Malaysia, dan
menurut pihak Puskesmas Mowila yang melakukan wawancara pada pasien
bahwa pasien tersebut saat bekerja di luar kota pernah tinggal dengan
penderita Kusta namun pasien tersebut tidak mengetahui bahwa orang tersebut
penderita Kusta hingga akhirnya dia juga tertular penyakit Kusta.

Mycobacterium leprae merupakan kuman batang tahan asam dan dapat hidup
pada suhu dingin juga tidak dapat dikultur dalam media buatan. Penyakit kusta
diklasifikan menjadi dua yakni penyakit kusta tipe Paucibasiler dan tipe
Multibasiler. Adapun ciri khusus yang dapat membedakan keduanya adalah
pada tipe Multibasiler yaitu Punched out lesion (Lesi berbentuk seperti kue
donat). Pada tipe Paucibasiler ciri khususnya yaitu adanya Central Healing.
Tipe Kusta yang diderita oleh pasien ini adalah multi basiler.

Sebenarnya penyakit kusta ditularkan secara langsung oleh penderita kusta


tipe Multibasiler ke orang normal. Penyakit kusta tidak mudah timbul dalam
diri seseorang karena dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya kusta
ditularkan oleh penderita tipe Multibasiler yang tidak diobati secara teratur
dan tepat. Faktor keadaan kuman mikrobakterium leprae yang tidak dapat
tumbuh pada suhu ekstrem juga bisa menghambat penularan kusta.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Kusta di Desa


Rakawuta Wilayah Kerja Puskesmas Mowila Kabupaten Konawe Selatan
sebanyak 1 Kasus dengan tipe Kusta Multi Basiler. Kejadian ditemukan
pada bulan September 2013.

B. Saran
1. Puskesmas
Diharapkan puskesmas lebih aktif dalam memberikan himbauan
kepada masyarakat tentang pentingnya keteraturan perawatan dan
pengobatan pada penderita kusta baik melalui media massa maupun
dengan penyuluhan kesehatan.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan dukungan penghargaan
dan dukungan emosional kepada anggota keluarga yang menderita
penyakit kusta, yaitu dengan memberikan motivasi dan penghargaan
kepada penderita kusta untuk melakukan aktivitas fisik serta dengan
memberikan suasana rumah yang nyaman bagi penderita kusta.
3. Penelitian
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap penderita Kusta di
Wilayah Kerja Puskesmas Mowila.

Anda mungkin juga menyukai